Anda di halaman 1dari 7

Nathania Angelica Marsha

111811133133

Perilaku Sehat D-1

Health Belief Models

A. Sejarah
Health Belief Models (HBM) pertama muncul didasarkan pada kenyataan bahwa
problem-problem kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat
untuk menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan
oleh provider [ CITATION Not10 \l 1033 ] . Kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang
menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (preventive health behavior), yang oleh
Becker (1974) dikembangkan dari teori lapangan (Field theory, Lewin, 1954) menjadi
model kepercayaan kesehatan (Health Belief Model) [ CITATION Not10 \l 1033 ].
HBM awalnya dikembangkan pada tahun 1950 oleh psikolog sosial di A.S. Dinas
Kesehatan yang menjelaskan bahwa kegagalan orang berpartisipasi untuk mencegah dan
mendeteksi dini penyakit semakin meluas. [ CITATION Ros74 \l 1033 ]. Kemudian, model
ini diperluas untuk mempelajari bagaimana respons seseorang terhadap sebuah gejala
[ CITATION Kir74 \l 1033 ] dan perilaku mereka sebagai respons terhadap hasil diagnosis
penyakit, terutama kepatuhan terhadap aturan medis [ CITATION Bec74 \l 1033 ]
Karakteristik demografis seperti status sosial ekonomi, jenis kelamin, etnis, dan
usia diketahui berhubungan dengan pola perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
preventif (yaitu pola perilaku yang memprediksi perbedaan morbiditas dan mortalitas)
serta perbedaan penggunaan layanan kesehatan (Rosenstock, 1974 dalam Abraham &
Sheeran, 2015). Bahkan ketika layanan dibiayai publik, status sosial-ekonomi dikaitkan
dengan pola perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Karakteristik demografi dan
sosial ekonomi tidak dapat dimodifikasi melalui pendidikan kesehatan tetapi
dihipotesiskan bahwa karakteristik individu yang berpotensi dimodifikasi lainnya yang
terkait dengan pola perilaku yang berhubungan dengan kesehatan dapat diubah melalui
intervensi pendidikan, dan dengan demikian mengubah pola perilaku kesehatan pada
tingkat populasi. [ CITATION Abr15 \l 1033 ]
Keyakinan memberikan hubungan penting antara sosialisasi dan perilaku.
Keyakinan adalah karakteristik individu yang bertahan yang membentuk perilaku dan
dapat diperoleh melalui sosialisasi primer. Keyakinan dapat dimodifikasi dan juga dapat
membedakan antar individu dari latar belakang yang sama. Jika teknik persuasif dapat
digunakan untuk mengubah keyakinan terkait perilaku dan intervensi semacam itu dapat
menghasilkan perubahan perilaku, ini memberikan dasar teoretis dan praktis untuk
evidence-based health education.[ CITATION Abr15 \l 1033 ] Hubungan antara health
beliefs dan perilaku dikonseptualisasikan terutama dalam gagasan Lewin (1951) tentang
“valensi”. Keyakinan tertentu dianggap membuat perilaku lebih atau kurang menarik. Ini
menghasilkan expectancy-value model dalam belief–behaviour relationships di mana
peristiwa yang diyakini lebih atau kurang mungkin dievaluasi secara positif atau negatif
oleh individu. Secara khusus, kemungkinan mengalami masalah kesehatan, keparahan
konsekuensi dari masalah itu, dan manfaat yang dirasakan dari perilaku pencegahan,
dalam kombinasi dengan biaya potensial, dipandang sebagai keyakinan utama yang
membentuk perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. [ CITATION Abr15 \l 1033 ]
B. Definisi dan Komponen
Secara bahasa, Health Belief Model (HBM) memilki tiga kata utama sebagai
sebuah konsep, yakni health, believe, dan modal. Health diartikan sebagai keadaan
sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan
cacat (World Health Organization, 2017). Belief dalam bahasa inggris memiliki arti
percaya atau keyakinan. Sehingga belief yaitu keyakinan terhadap sesuatu yang
menimbulkan tindakan atau perilaku tertentu, misalnya seseorang percaya bahwa mandi
akan membuat tubuh bersih dari kotoran [ CITATION Put16 \l 1033 ]. Model adalah
representasi dari suatu objek, benda, atau ide-ide dalam bentuk yang disederhanakan dari
kondisi atau fenomena alam [ CITATION Mah08 \l 1033 ]

Health belief model merupakan suatu konsep yang mengungkapkan alasan dari
individu untuk mau atau tidak mau melakukan perilaku sehat [ CITATION Bec74 \l 1033 ].
Health belief model juga dapat diartikan sebagai sebuah konstruk teoretis mengenai
kepercayaan individu dalam berperilaku sehat [ CITATION Con05 \l 1033 ]. HBM berfokus
pada dua aspek representasi individu dari kesehatan dan perilaku kesehatan: persepsi
ancaman dan evaluasi perilaku. Persepsi ancaman ditafsirkan sebagai dua keyakinan
utama: kerentanan yang dirasakan terhadap penyakit atau masalah kesehatan, dan
antisipasi konsekuensi dari penyakit. Evaluasi perilaku juga terdiri dari dua keyakinan
yang berbeda: yang berkenaan dengan manfaat atau kemanjuran perilaku kesehatan yang
direkomendasikan, dan yang menyangkut biaya, atau hambatan untuk memberlakukan
perilaku tersebut. Selain itu, model mengusulkan bahwa isyarat untuk bertindak dapat
mengaktifkan perilaku kesehatan ketika keyakinan yang tepat dipegang. [ CITATION
Abr15 \l 1033 ]
Komponen dasar HBM, dibagi menjadi 6 teori, dimana empat presepsi berikut
berfungsi sebagai konstruksi utama model HBM ini, yakni: (1) perceived seriousness, (2)
perceived susceptibility, (3) perceived benefits, (4) perceived barriers, (5) cues to action,
dan (6) self-efficacy Masing-masing presepsi ini, baik secara individu maupun
berkombinasi, dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kesehatan [ CITATION Hay09 \l
1033 ]. Empat komponen pertama dikembangkan sebagai doktrin awal teori Health Belief
Model, sedangkan dua komponen terakhir ditambahkan seiring dengan berkembangnya
riset-riset terkait teori Health Belief Model ini.
1. Perceived Susceptibility
Perceived susceptibility mengacu pada keyakinan pribadi seseorang bahwa
masalah kesehatan relevan atau bahwa diagnosis terhadap penyakitnya akurat
(Hayden, 2009 dalam Wells & Robinson, 2016). Semakin besar risiko kanker
payudara yang dirasakan, semakin besar kemungkinan untuk segera melakukan
skrining. [ CITATION Wel16 \l 1033 ]
2. Perceived Seriousness
Perceived Seriousness mengacu pada keyakinan seseorang tentang beratnya
suatu penyakit berdasarkan pada informasi medis dan keyakinan pribadi yang
mungkin mereka miliki tentang kesulitan yang akan ditimbulkan suatu penyakit
bagi kehidupan mereka (Hayden, 2009 dalam Wells & Robinson, 2016).
Misalnya, wanita yang menganggap kanker payudara sebagai penyakit ringan
cenderung mencoba mencegahnya. [ CITATION Wel16 \l 1033 ]
3. Perceived Benefits
Perceived benefits adalah pendapat individu tentang efektivitas dan nilai perilaku
untuk mencegah penularan penyakit (Hayden, 2009 dalam Wells & Robinson,
2016). Meskipun ada bukti luas yang mendukung manfaat skrining, perempuan
harus percaya bahwa ada manfaat pribadi untuk mengadopsi perilaku tersebut.
[ CITATION Wel16 \l 1033 ]
4. Perceived Barriers
Perceived barriers adalah faktor paling signifikan dalam menentukan perubahan
perilaku. Ini adalah evaluasi individu dari biaya dan hambatan dalam cara mereka
membangun perilaku baru (Hayden, 2009 dalam Wells & Robinson, 2016). Rasa
malu yang terkait dengan mendapatkan mammogram atau pemeriksaan payudara
klinis (CBE), biaya keuangan yang terkait dengan kunjungan dokter, dan
hambatan transportasi adalah alasan mengapa wanita memilih untuk tidak
melakukan skrining payudara.[ CITATION Wel16 \l 1033 ]
5. Cues to Action
Cues to action adalah orang, peristiwa, dan hal-hal eksternal yang memotivasi
adopsi individu terhadap perilaku baru (Hayden, 2009 dalam Wells & Robinson,
2016). Jika seorang wanita menyadari perjuangan yang dialami teman atau
anggota keluarga dengan kanker payudara, dia akan lebih cenderung terlibat
dalam perilaku skrining. [ CITATION Wel16 \l 1033 ]
6. Self-Efficacy
Self-efficacy adalah keyakinan seseorang pada kemampuan aktual mereka untuk
mencapai perilaku tertentu dengan akurasi (Hayden, 2009 dalam Wells &
Robinson, 2016). Misalnya, jika seorang wanita memahami manfaat
mammogram tetapi tidak yakin bahwa ia dapat menjalani tindakan nyata untuk
melakukannya, ia cenderung tidak akan mencobanya.[ CITATION Wel16 \l 1033 ]
C. Aplikasi dan Penerapan
Tarkang & Zotor (2015) memaparkan aplikasi dan penerapan masalahnya dalam masing-
masing komponen HBM.
1. Perceived Susceptibility
Alpikasi: menentukan populasi yang berisiko dan tingkat risikonya, mengukur risiko
berdasarkan pada sifat atau perilaku seseorang, meningkatkan kerentanan yang
dirasakan jika rendah.
Penerapan: Kesempatan seseorang merasa terinfeksi HIV/AIDS
2. Perceived Seriousness
Alpikasi: menentukan dan menjelaskan konsekuensi dari risiko dan kondisinya.
Penerapan: Keseriusan yang dirasakan dengan terinfeksi HIV/ AIDS
3. Perceived Benefits
Alpikasi: menentukan tindakan yang harus diambil: bagaimana, kapan, dan dimana. ;
memperjelas efek positif yang diharapkan dan menjelaskan bukti efektivitas
Penerapan: manfaat penggunaan kondom yang dirasakan
4. Perceived Barriers
Alpikasi: Mengidentifikasi dan mengurangi hambatan melalui jaminan, insentif dan
bantuan.
Penerapan: hambatan menggunakan kondom
5. Cues to Action
Alpikasi: memberikan informasi tentang bagaimana mencegah, meningkatkan
kesadaran, mengingatkan.
Penerapan: motivasi personal dan lingkungan untuk menggunakan kondom.
6. Self-efficacy
Alpikasi: memberikan pelatihan, bimbingan, dan penguatan positif.
Penerapan: Keyakinan akan kemampuan seseorang untuk berhasil menggunakan
kondom.
D. Kelebihan dan Kekurangan
Gottwald & Brown (2012) memaparkan beberapa kelebihan dan kekurangan dari Health
Belief Model.
KELEBIHAN:
1. HBM memberikan prediksi apakah seseorang mungkin melakukan tindakan
pencegahan
2. HBM membantu memprediksi apakah seseorang dapat mengubah perilaku mereka
3. HBM menunjukan pentingnya kepercayaan individu dan perubahan kepercayaan
dapat menyebabkan berubahnya perilaku.
4. HBM memaparkan sifat kompleks pengambilan keputusan serta berbagai macam
faktor yang turut mempengaruhi perubahan
KEKURANGAN:
1. Membutuhkan pandangan bio-medis tentang kesehatan
2. HBM mengasumsikan secara rasional tentang kesehatan
3. HBM tidak memiliki faktor penentu kesehatan yang lebih luas
4. Cues to action tidak semuanya memiliki pengaruh yang sama terhadap sebuah
individu.

References
Abraham, C., & Sheeran, P. (2015). The Health Belief Model.
Becker, M. H. (1974). The Health Belief Model and Sick Role Behavior. Health Education
Monographs, Volume: 2 issue: 4.
Conner, M., & Norman, P. (2005). Predicting Health Behaviour. UK: McGraw-Hill Education.
Gottwakld, M., & Goodman-Brown, J. (2012). A Guide To Practical Health Promotion. UK:
McGraw-Hill Education.
Hayden, J. A. (2009). Introduction to Health Behavior Theory. Jones & Bartlett Publishers.
Kirscht, J. P. (1974). The Health Belief Model and Illness Behavior. Health Education
Monographs, Volume: 2 issue: 4.
Mahmud, R., Mamat, A., & Halboob, W. (2008). A distributed push-based XML access control
model for better scalability.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan: Teori & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Putri, D. (2016). Gambaran Health Belief Model pada Penderita Kanker yang Memilih dan
Menjalani Pengobatan Alternatif. Undergraduate thesis of UIN Sunan Ampel Surabaya.
Rosenstock, I. M. (1974). The Health Belief Model and Preventive Health Behavior. Health
Education Monographs, Volume: 2 issue: 4.
Wells, B. A., & Robinson, M. T. (2016). Using the Health Belief Model to Identify Perceived
Barriers to Mammography ReScreening among African-American. Nevada Journal of
Public Health; vol 13.
Elvis E. Tarkang, Francis B. Zotor, Application of the Health Belief Model (HBM) in HIV
Prevention: A Literature Review, Central African Journal of Public Health. Vol. 1, No. 1, 2015,
pp. 1-8. doi: 10.11648/j.cajph.20150101.11

Anda mungkin juga menyukai