TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proyek Konstruksi
Salah satu dari jenis proyek adalah Proyek Konstruksi. Komponen
kegiatan utama proyek jenis ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain
engineering, pengadaan dan konstruksi. Produknya berupa pembangunan
jembatan, gedung, pelabuhan, jalan raya, dan sebagainya. Proyek konstruksi
ini semakin kompleks dan canggih dan melibatkan penggunaan sumber daya
dalam bentuk tenaga manusia, material, peralatan dan dana yang jumlahnya
bertambah besar. Di dalam suatu proyek konstruksi, terdapat beberapa pihak
yang terlibat di dalamnya. Pihak-pihak yang terlibat tersebut secara garis
besar dapat(Dimyati &Nurjaman, 2014).dikategorikan atas :
5
6
4. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah pihak yang ditunujuk oleh owneruntuk
merencakan suatu gedung. Konsultan perencana dapat berupa badan
usaha atau perorangan yang ahli dalam merencanakn sebuah bangunan.
Dari pengertian diatas terlihat bahwa ciri proyek adalah sebagai berikut:
1. Bersifat unik
Proyek konstruksi unik artinya dalam pengerjaan proyek konstruksi
tidak pernah terjadi kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek
identik) setiap pengerjaan proyek konstruksi selalu melibatkan
pekerjaan yang berbeda-beda dalam pekerjaannya.
3. Membutuhkan Organisasi
Sebuah proyek konstruksi membutuhkan sebuah organisasi yang
artinya ada sebuah susunan organasasi dari manajer proyek yang
bertujuan untuk membuat sebuah visi misi dalam pekerjaan proyek.
7
4) Waktu,biaya dan kebutuhan yang spesifik.
9
Merupakan tahap akhir dari perencanaan dan persiapan untk
tahap pelelangan yaitu terdiri dari
gambar-gambar detail untuk seluruh bagian pekerjaan, detail
spesifikasi, bill of quantity (daftar volume), estimasi biaya
konstruksi, syarat-syarat umum administrasi dan peraturan
umum
3. Tahap pengadaan/pelelangan
Pengadaan/pelelangan dilakukan
untuk:
a. pengadaan konsultan
1. Konsultan Perencanaan/MK setelah gagasan awal/TOR
ada.
2. Konsultan pengawas/supervisi setelah dokumen lelang ada
b. Pengadaan kontraktor setelah dokumen lelang ada
4. Tahap pelaksanaan (construction)
Merupakan pelaksanaan pembangunan konstruksi fisik yang telah
dirancang pada tahap design. Pada tahap ini, setelah kontrak
ditandatangani, SPK dikeluarkan, maka pekerjaan pelaksanaan
dilakukan. Pekerjaan pelaksanaan mencakup(Elisa,2014).
a. rencana kerja (time schedule)
b. pembagian waktu secara terperinci
c. rencana lapangan (site plan/instalation) rencana peletakan
bahan, alat dan bangunan bangunan pembantu lainnya.
d. organisasi lapangan
e. pengadaan bahan/material
f. pengadaan dan mobilisasi alat
g. pengadaan dan mobilisasi tenaga
h. pek. persiapan dan pengukuran (stake out)
secara skematis tahapan/proses proyek konstruksi dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Tahap Planing (Perencanaan) Tahap Construction
Tahap Design (Perancangan)
(Perancangan)
11
lingkup dan semakin lama waktu, maka akan semakin besar pula biaya
suatu proyek.
Waktu Mutu
1. Perencanaan (Planning)
Sebuah proyek memerlukan suatu perencanaan yang matang untuk
mencapai tujuan, yaitu dengan meletakkan dasar tujuan dan sasaran
dari suatu proyek sekaligus menyiapkan segala program teknis dan
administrasi agar dapat diimplementasikan. Hasil dari perencanaan
sebagai acuan dari pelaksanaan dan pengendalian harus terus
disempurnakan untuk menyesuaikan dengan perubahan dan
perkembangan yang terjadi pada proses selanjutnya.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokkan jenis
jenis pekerjaan, menentukan pendelegasian wewenang dan tanggung
jawab perorangan serta meletakkan dasar bagi hubungan masing-
masing unsur organisasi.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Merupakan implementasi dari perencanaan yang telah ditetapkan.
Berupa tindakan menyelaraskan seluruh anggota organisasi dalam
kegiatan pelaksanaan, serta agar seluruh anggota organisasi dapat
bekerja sama dalam pencapaian tujuan bersama. Proses monitoring dan
updating selalu dilakukan untuk mendapatkan jadwal pelaksanaan
yang realistis agar sesuai dengan tujuan proyek. Jika terjadi
penyimpangan terhadap rencana semula, maka dilakukan evaluasi dan
tindakan koreksi agar proyek tetap berada di jalur yang diinginkan.
4. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian mempengaruhi hasil akhir suatu proyek. Tujuan utama
dari kegiatan pengendalian yaitu meminimalisasi segala penyimpangan
yang dapat terjadi selama berlangsungnya proyek. Kegiatan yang
13
dilakukan dalam proses pengendalian yaitu berupa pengawasan,
pemeriksaan dan koreksi yang dilakukan selama proses implementasi.
15
Dipohusodo (1996) menyimpulkan bahwa selama proses konstruksi
sering terjadi keterlambatan proyek. Cara mengendalikan keterlambatan
adalah:
a. Mengerahkan sumber daya tambahan.
b. Melepas rintangan-rintangan, ataupun upaya-upaya lain untuk
menjamin agar pekerjaan meningkat dan membawa kembali ke
garis rencana.
c. Jika tidak mungkin tetap pada garis rencana semula, diperlukan
revisi jadwal, yang selanjutnya dipakai sebagai dasar penilaian
kemajuan pekerjaan berikutnya.
17
2.6.1 Manfaat Network Planning
Network planning juga memiliki beberapa manfaat menurut
(Handoko,2000), yakni sebagai berikut :
a. Perancanaan suatu proyek yang komplek
b. Scheduling pekerjaan-pekerjaan sedemikian rupa dalam urutan yang
praktis dan efisien.
c. Mengadakan pembagian kerja dari tenaga kerja dan dana yang
tersedia.
d. Scheduling ulang untuk mengatasi hambatan-hambatan dan
keterlambatan-keterlambatan
e. Menentukan trade-off (kemungkinan pertukaran) antara waktu dan
biaya
2.6.2 Network Planning Dalam Manajemen Proyek
Dalam manajemen proyek, dari segi penyusunan jadwal, network
planning dipandang sebagai salah satu langkah penyempurnaan metode
bagan balok karena dapat memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
belum terpecahkan oleh metode tersebut, seperti (Herjanto, 2003):
a. Berapa lama perkiraan kurun waktu penyelesaian proyek.
b. Kegiatan-kegiatan mana yang bersifat kritis dan hubungannya
dengan penyelesain proyek.
c. Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu,
bagaiamana pengaruhnya terhadap sasaran jadwal penyelesaian
proyek secara keseluruhan.
d. Menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki sejumlah besar
komponen, dengan hubunngan ketergantungan yang kompleks.
e. Membuat perkiraan jadwal yang paling ekonomis.
f. Mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumber daya.
2.6.3 Simbol-simbol Dalam Network Planning.
Herjanto (2007:361) menyatakan bahwa terdapat simbol dan notasi yang
dipakai dalam network planning yaitu:
a. Anak Panah
EET
No
LET
i j
A
A
A B
19
b. Kegiatan B dan C dapat mulai setelah A selesai (kegiatan
memencar)
Dummy
Durasi = 0
21
Dengan :
EET i = waktu mulai paling cepat dari event i
EET j = waktu mulai paling cepat dari event j
D ij = durasi untuk melaksanakan kegiatan antara event i dan
eventj
Gambar 2.4 :
a. Tentukan nomor kegiatan dari kiri ke kanan, mulai dari kegiatan
nomor 1 berturut-turut sampai nomor maksimal.
b. Tentukan nilai EET i untuk kegiatan nomor 1 (paling kiri) dengan
angka awal yaitu nol.
c. Menghitung nilai EET j kegiatan berikutnya dengan rumus (1).
Apabila terdapat beberapa kegiatan (termasuk dummy) menuju
atau dibatasi oleh kegiatan yang sama, maka diambil nilai EET j
yang maksimum.
Setelah waktu terdahulu dan waktu terakhir dari semua kegiatan dihitung,
kemudian jumlah waktu slack (slack time) dapat ditentukan. Slack adalah
waktu yang dimiliki oleh sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa
menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan (Heizer,2005).
Slack = LS – ES
atau
Slack = LF – EF
23
Maka lintasan kritis pada network planning harus sudah diketahui sebelum
melakukan crashing, karena lintasan kritis menjadi penentu dalam
mempercepat durasi.
25
2.10.1 Konsep Time Cost Trade Off
Terdapat beberapa alasan yang dapat menjadi dasar untuk melakukan
percepatan durasi waktu dari sebuah proyek. Seperti adanya tekanan
persaingan global, pemberian insentif kepada pelaksana proyek jika proyek
selesai lebih cepat, dan kemungkinan terjadinya sebab-sebab yang tidak
terduga seperti gangguan cuaca, kesalahan perancangan awal, kegagalan
konstruksi serta kerusakan mesin dan peralatan dapat menjadi sebab mengapa
durasi penyelesaian proyek harus dikurangi. Namun dalam upaya pengurangan
durasi proyek ini terkadang biaya yang muncul mengalami kenaikan dari biaya
rencana sebelumnya. Dalam proses mempercepat penyelesaian proyek
denganmelakukan penekanan waktu aktivitas, diusahakan agar pertambahan
biaya yang ditimbulkan seminimal mungkin. Disamping itu harus diperhatikan
pula bahwa penekanannya hanya dilakukan pada aktivitas-aktivitas yang ada
pada lintasan kritis. Apabila penekanan dilakukan pada kegiatan yang tidak
berada di lintasan kritis, maka waktu penyelesaian keseluruhan tidak akan
berkurang.(Soeharto, 1995).
Hubungan antara waktu dan biaya digambarkan seperti pada grafik 2.1.
Titik A menunjukan titik normal. Sedangkan B adalah titik dipersingkat. Grafis
yang menghubungkan titik A dengan B disebut kurva waktu-biaya. Pada
umumnya garis ini dapat dianggap sebagai garis lurus,bila tidak (misalnya
cekung) maka diadakan perhitungan persegmen yang terdiri dari beberapa
garis lurus. Dengan menggunakan variable waktu dan biaya pada saat normal
maupun dipercepat, maka didapatkan pertambahan biaya untuk mempercepat
suatu aktifitas per satuan waktu yang disebut cost slope. Menggambarkan titik-
titik dari suatu kegiatan apa yang dihubungkan oleh segmen-segmen garis yang
dapat berfungsi untuk menganalisis kegiatan apa masih layak untuk diadakan
crashing. Cara yang digunakan adalah meninjau slope (kemiringan) dari
masing-masing segment garis yang dapat memberikan identifikasi mengenai
pengaruh biaya terhadap pengurangan waktu penyelesaian suatu proyek. Cost
slope adalah pertandingan antara pertambahan biaya dengan percepatan waktu
penyelesaian proyek. Yang dirumuskan sebagai berikut :
27
Crashcost Normal cost
Cost Slope=
Normalduration
Costduration
Menurut Ardika, (2014), Terdapat dua nilai waktu yang akan
ditunjukkan tiap aktivitas dalam suatu jaringan kerja saat terjadi percepatan
yaitu:
a. Normal Duration
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas atau
kegiatan dengan sumber daya normal yang ada tanpa adanya tambahan biaya
lain dalam sebuah proyek.
b. Crash Duration
Waktu yang dibutuhkan oleh satu proyek dalam usahanya untuk
mempersingkat waktu yang durasinya lebih pendek dari normal duration.
Proses percepatan juga menyebabkan perubahan elemen biaya yaitu :
c. Normal Cost
Biaya yang dikeluarkan dengan penyelesaian proyek dalam waktu
normal. Perkiraan biaya ini adalah pada saat perencanaan dan penjadwalan
bersamaan dengan penentuan waktu normal.
d. Crash Cost
Biaya yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas tersebut dalam
jangka waktu sebesar durasi percepatannya. Biaya ini memacu pekerjaan lebih
cepat selesai. Biaya crash akan menjadi lebih besar dari biaya normal semula,
hal ini diakibatkan waktu yang menjadi lebih cepat dari waktu normalnya. Pada
akhirnya, pelaksanaaan percepatan durasi proyek dapat menyebabkan terjadi
peningkatan biaya langsung (direct cost) yang digunakan untuk menambah
tingkat produktivitas kerja.
29
kondisi tertentu akanmengalami kerugian. Menurut Widyatmoko
(2008), biaya tidak langsungtersebut meliputi:
a. Biaya Overhead
Biaya overhead adalah biaya-biaya operasional yang menunjang
pelaksanaan pekerjaan selama proyek berlangsung. Biaya
inidikeluarkan untuk fasilitas sementara, operasional petugas,
biayauntuk K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
b. Biaya Tidak Terduga
Biaya tidak terduga adalah biaya untuk kejadian-kejadian yang
memungkinkan akan terjadi ataupun tidak terjadi.
c. Keuntungan
Keuntungan kontraktor yang direkomendasikan dalam kontrak kerja
pada umumnya 10%. Selain itu juga tergantung pada besarnya
resikopekerjaan tersebut, semakin besar resikonya maka akan semakin
besarpula keuntungan yang ditetapkan. Bagi kontraktor, keuntungan
sangatdipengaruhi oleh seberapa besar efesiensi yang dapat
dilakukankontraktor yang bersangkutan dengan tidak mengurangi
kualitas,spesifikasi dan waktu pelaksanaan proyek.
Total biaya pada proyek penelitian merupakan penjumlahan
biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya untuk durasi waktu
yang dibebankan akanlebih besar dari biaya untuk durasi waktu yang
normal, sehingga penguranganwaktu akan menambah biaya dari
kegiatan proyek. Biaya tidak langsungbersifat kontinu selama proyek,
sehingga pengurangan durasi proyek berartipengurangan dalam biaya
tidak langsung(Anastasia,2016).
Biaya Proyek
Keterlambatan
Analisis Perubahan
pekerjaan diketahui
Biaya Pada
selama 35 hari dan
Keterlambatan
terdapat penambahan
Proyek Konstruksi
biaya sebesar Rp.
Dengan Metode
Anang 198.975.000,00.penam
2 2017 Time Cost Trade
Prasetyo bahan biaya tersebut
Off Analysis
karena adanya
(Studi Kasus
penambahan tenaga
Pembangunan Balai
kerja sebanyak 11
Budaya Kabupaten
tukang kayu & 81
Nganjuk)
pekerja.
Analisis Optimasi
Waktu Dan Biaya
Dengan Metode Proyek Hull &
Time Cost Trade Outfitting Kapal Kelas
Off Pada 1 Kenavigasian dapat
Fadllan
3 2017 Pembangunan dipercepat selama 23
Fitrah
Kapal Kelas I hari dengan biaya
Kenavigasian Di penambahan sebesar
Galangan Kapal Rp 767.198.468,28
Batam,Kepulauan
Riau
31
No Nama Tahun Judul penelitian Hasil penelitian
Percepatan Durasi
Sedangkan untuk
Proyek Dengan
biaya pelaksanaan
Analisa Time
percepatan mengalami
Cost Trade Off
Sony penambahan biaya
4 2017 (TCTO) Studi
Julianto sebesar Rp 1.680.645
Kasus :
yang semula sebesar
Pembangunan
Rp20.599.702 menjadi
Gedung Type B
Rp22.280.347
SMP Negeri 24
Surabaya
Hasil analisa Time
Cost Trade Off
(TCTO) dengan
alternatif percepatan
penambahan jam kerja,
waktu normal sebesar
Analisis Biaya
194 hari dengan biaya
Dengan Metode
Rp. 5,876,979,451.31
Time Cost Trade
maka di peroleh durasi
Okky Tri Off Pada Proyek
5 2015 optimasi percepatan
Anggono Pembangunan
proyek 13 hari [(+)
Asrama Akademi
4hari menjadi 17 hari]
Keretan Api
dengan biaya dengan
Madiun
biaya sebesar Rp
17,370,000,00 dengan
waktu percepatan 8
hari dan biaya
optimum sebesar
Rp5,894,349,451,31.