Makalah Ayat Ekonomi Kel. 8
Makalah Ayat Ekonomi Kel. 8
Makalah Ayat Ekonomi Kel. 8
MUSYARAKAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ayat-Ayat Ekonomi
Oleh Dosen Pengampu: Drs. H. Romansyah Harul, M.SI
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Samarinda, 02-04-2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................1
C. TUJUAN..........................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
1. Pengertian Musyarakah.................................................................................. 3
2. Dasar Hukum Musyarakah..............................................................................4
3. Rukun dan Syarat Musyarakah........................................................................5
4. Macam-Macam Musyarakah...........................................................................7
5. Manfaat Musyarakah.....................................................................................12
BAB III
PENUTUP.............................................................................................................13
A. KESIMPULAN...........................................................................................13
B. SARAN.......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
lslam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk
melakukan kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam kegiatan bisnis, seseorang dapat
merencanakan suatu dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan sesuatu
yang diharapkan, namun tidak ada seorangpun yang dapat memastikan
hasilnya seratus persen. Suatu usaha, walaupun direncanakan dengan sebaik-
baiknya, namun tetap mempunyai resiko untuk gagal.
Berbagai macam jenis usaha dapat dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan, seperti bekerja sebagai buruh, sebagai pengusaha atau sebagai
investor yang kesemuanya tergantung pada bidang keahlian yang dimiliki.
Kesemuanya itu boleh dilakukan selama tidak melanggar ketentuan agama
yang dijelaskan dalam al-Qur’an dan Hadis.
Salah satu bentuk aktifitas ekonomi yang dapat dilakukan sebagai
pengusaha yaitu musyarakah. Yakni perserikatan antara dua orang atau lebih
dalam usaha untuk memperoleh keuntungan dengan hasil ditanggung bersama.
Yang dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai musyarakah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Musyarakah ?
2. Apa Dasar Hukum Musyarakah ?
3. Bagaimana Rukun dan Syarat Musyarakah ?
4. Apa saja Macam-Macam Musyarakah ?
5. Apa saja Manfaat Musyarakah ?
1
2
C. TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian Musyarakah.
2. Mengetahui Dasar Hukum Musyarakah.
3. Mengetahui Rukun dan Syarat Musyarakah.
4. Mengetahui Macam-Macam Musyarakah.
5. Mengetahui Manfaat Musyarakah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Musyarakah
Secara bahasa musyarakah berasal dari kata al-syirkah yang berarti al-
ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua hal atau lebih, sehingga antara
masing-masing sulit dibedakan. Seperti persekutuan hak milik atau
perserikatan usaha.1 Secara etimologis, musyarakah adalah penggabungan,
percampuran atau serikat. Musyarakah berarti kerjasama kemitraan atau dalam
bahasa Inggris disebut dengan partnership.2
Adapun secara terminologi para ahli fikih, musyarakah adalah akad antara
orang-orang yang berserikat dalam modal maupun keuntungan. Hasil
keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama di awal sebelum
melakukan usaha. Sedang kerugian ditanggung secara proposional sampai
batas modal masing-masing.3
1
Ghufron A. Mas’adi, Fikih Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
cet ke-1, 2002), h. 191.
2
Mardani, Hukum Bisnis Syari’ah, (Jakarta: Prenadamedia Group, cet ke-1, 2014), h.
142.
3
Zainul Arifin, Memahami Bank Syari’ah, (Jakarta: Alvabet, 2000), h. 203.
4
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), h. 56.
4
ت فَلِ ُك ِّل ِ ٍ ِ ِ ۢ
ُ ص ْو َن هِبَٓا اَْو َديْ ٍن ۗ َوا ْن َك ا َن َر ُج ٌل يُّ ْو َر
ٌ ث َك ٰللَ ةً اَِو ْام َراَةٌ َّولَ ٗٓه اَ ٌخ اَْو اُ ْخ ُ َت َر ْكتُ ْم ِّم ْن َب ْع د َوص يَّة ُت ْو
ث ِم ۢ ْنَب ْع ِد َو ِص يَّ ٍة ُّي ْو ٰص ى هِبَٓا اَْو َديْ ۙ ٍن
ِ ُالثل
ُّ ك َف ُه ْم ُش َر َكاۤءُ ىِف ِ ِ ۚ ُّ اح ٍد ِّمْنهما
َ الس ُد سُ فَا ْن َك انُ ْٓوا اَ ْكَث َر ِم ْن ٰذل َُ
ِو
َ
١٢ - ضا ٍّۤر ۚ َو ِصيَّةً ِّم َن ال ٰلّ ِه ۗ َوال ٰلّهُ َعلِْي ٌم َحلِْي ۗ ٌم
َ َغْيَر ُم
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa arti syaruka’ adalah bersekutu dalam
memiliki harta yang diperoleh melalui warisan.
C. Syarat Musyarakah
Beberapa syarat pokok musyarakah menurut Usmani (1998) antara lain:
1. Syarat akad
Ada empat syarat akad:
a. Syarat berlakunya akad (In’iqod)
b. Syarat sahnya akad (shihah)
c. Syarat terealisasikannya akad (Nafadz)
d. Syarat Lazim
2. Pembagian proporsi keuntungan. Dalam pembagian proporsi keuntungan
harus dipenuhi hal-hal berikut:
a. Proporsi keuntungan yang dibagikan kepada para mitra usaha harus
disepakati di awal kontrak/akad. Jika proporsi belum ditetapkan , akad
tidak sah menurut syariah.
b. Rasio/nisbah keuntungan untuk masing-masing mitra usaha harus
ditetapkan sesuai dengan keuntungan nyata yang diperoleh dari usaha,
dan tidak ditetapkan berdasarkan modal yang disertakan.
6
6
Muhammad Syafi’i Antonio ,..., h. 90-93.
7
D. Rukun Musyarakah
Ada beberapa rukun yang harus dipenuhi ketika hendak melakukan
akad musyarakah. Hilangnya salah satu dari semua rukun yang ada maka
akad musyarakah tersebut dapat dianggap rusak. Rukun tersebut di
antaranya: ijab kabul (shighat), dua pihak yang berakad, objek akad, dan
nisbah bagi hasil.
1. Ijab Kabul (shighat)
Tidak mungkin sebuah akad dapat terjadi tanpa melibatkan pihak yang
berakad. Namun, pada akad musyarakah perlu untuk diperhatikan hal-hal
berikut yang penting sehingga akad musyarakah menjadi sah, di antaranya:
7
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), H.
52 -58.
8
Ketika kedua belah pihak hendak untuk melakukan akad, maka hal lain
yang harus diperhatikan selain kedua belah pihak tersebut adalah objek akad
yaitu modal dan kerja. Pada bagian modal, ia harus berupa uang tunai atau
aset bisnis. Jika modal berbentuk aset, terlebih dulu harus dinilai dengan tunai
dan disepakati oleh semua pihak. Kemudian modal tidak boleh dipinjamkan
atau dihadiahkan kepada orang lain. Pada prinsipnya tidak boleh ada jaminan
pada akad ini. Namun, LKS dapat meminta jaminan sebagai bukti keseriusan
atas akad musyarakah.
Setiap mitra melaksanakan pekerjaan atas nama pribadi dan wakil dari
mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi harus dijelaskan
dalam kontrak.8
8
Qomarul Huda, Fiqih Muamalah, (Yogyakarta:Teras, 2011), h.100.
9
Ini jelas dilarang karena merupakan praktik riba. Yang harus dilihat adalah
dari hasil keuntungannya. Biar lebih jelas maka sistem pembagian
keuntungan harus diperjelas dalam kontrak musyarakahnya.
Lalu, apabila terjadi kerugian maka kerugian harus dibagi di antara para
mitra sesuai dengan proporsi modal yang diberikan antar kedua bleah pihak.
Bila si A menanamkan modal 30 juta dan si B menanamkan modal 70 juta
maka ketika terjadi kerugian si A akan mendapatkan porsi kerugian 30% dan
si B akan mendapatkan porsi kerugian sebanyak 70%.
E. Macam-Macam Musyarakah
1. Syirkah Al-Amlak Syirkah
Syirkah al-amlak (syirkah milik) adalah ibarat dua orang atau lebih
memilikkan suatu benda kepada yang lain tanpa ada akad syirkah. 9 Dari
definisi tersebut, dapat dipahami bahwa syirkah milik adalah suatu syirkah
di mana dua orang atau lebih bersama-sama memiliki suatu barang tanpa
melakukan akad syirkah. Contoh, dua orang diberi hibah sebuah rumah.
Dalam contoh ini rumah tersebut dimiliki oleh dua orang melalui hibah,
tanpa akad syirkah antara dua orang yang diberi hibah tersebut.
a. Syirkah al-jabr ialah berkumpulnya dua orang atau lebih dalam pemilikan
suatu benda secara paksa.
b. Syirkah ikhtiyariyah yaitu suatu bentuk kepemilikan bersama yang timbul
karena perbuatan orang-orang yang berserikat.
9
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, cet ke-1, 2010), h. 344.
10
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah,( Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 129.
10
a. Syirkah Mufawwadah
Merupakan akad kerjasama usaha antar dua pihak atau lebih, yang
masing-masing pihak harus menyerahkan modal dengan porsi modal yang
sama dan bagi hasil atas usaha atau resiko ditanggung bersama dengan
jumlah yang sama. Dalam syirkah mufawwadah, masing-masing mitra
usaha memiliki hak dan tangungjawab yang sama.
b. Syirkah Inan
Merupakan akad kerjasama usaha antara dua orang atau lebih, yang
masing-masing mitra kerja harus menyerahkan dana untuk modal yang
porsi modalnya tidak harus sama. Pembagian hasil usaha sesuai dengan
kesepakatan, tidak harus sesuai dengan kontribusi dana yang diberikan.
Dalam syirkah inan, masing-masing pihak tidak harus menyerahkan modal
dalam bentuk uang tunai saja, akan tetapi dapat dalam bentuk aset atau
kombinasi antara uang tunai dan aset atau tenaga.
c. Syirkah Al-‘Amal
Syirkah al-‘amal adalah kontrak kerjasama dua orang se-profesi untuk
menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari
11
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group), h. 177-
178.
11
d. Syirkah Al-Wujuh
Yaitu kontrak antara dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan
prastise yang baik serta ahli dalam bisnis, mereka membeli barang secara
kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara tunai.
Mereka membagikan berdasarkan jaminan kepada penyedia barang yang
disiapkan oleh setiap rekan kerja. Sayyid Sabiq memberikan definisi
syirkah al-wujuh yaitu dua orang atau lebih membeli suatu barang tanpa
modal, melainkan semata berdagang kepada nama baik dan kepercayaan
pada pedagang kepada mereka. Syirkah ini disebut juga syirkah
tanggungjawab tanpa kerja dan modal.
e. Syirkah Mudharabah
Merupakan kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih yang mana
satu pihak sebagai shahibul maal yang menyediakan dana 100% untuk
keperluan usaha, dan pihak lain tidak menyerahkan modal dan hanya
sebagai pengelola atas usaha yang dijalankan, disebut mudharib.
F. Manfaat Musyarakah
A. KESIMPULAN
1. Secara bahasa musyarakah berasal dari kata al-syirkah yang berarti al-
ikhtilath (percampuran) atau persekutuan dua hal atau lebih, sehingga
antara masing-masing sulit dibedakan.
2. Dasar Hukum; Al-Qur’an, Hadist,Ijma.
3. Rukun al-Musyarakah; Pelaku akad, yaitu para mitra usaha, Objek akad ,
yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh), Shighah,
yaitu Ijab dan Qabul.
4. Syarat al-Musyarakah: Syarat akad, Pembagian proporsi keuntungan,
Penentuan proporsi keuntungan, Pembagian kerugian, Sifat modal,
Manajemen musyarakah, Penghentian musyarakah, Penghentian
musyarakah tanpa usaha.
B. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan
inspirasi dari para pembaca dalam hal membantu menyempurkan makalah ini.
Untuk terakhir kalinya penulis berharap agar dengan hadir nya makalah ini akan
memberikan sebuah perubahan khususnya dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
14