NIM : 1831710082
يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذرُوا َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّربَاإِن ُكنتُم ُّم ْؤ ِمنِينَفَإِن لَّ ْم تَ ْف َعلُوا فَأْ َذنُوا
َظلَ ُمونَ َوإِن َكان ْ َُظلِ ُمونَ َواَل ت ْ ب ِّمنَ هَّللا ِ َو َرسُولِ ِه ۖ َوإِن تُ ْبتُ ْم فَلَ ُك ْم ُر ُءوسُ أَ ْم َوالِ ُك ْم اَل ت
ٍ ْبِ َحر
َ ُ ُ ُ َّ
َص َّدقوا َخ ْي ٌر لك ْم ۖ إِن كنت ْم تَ ْعل ُمونُ َ
َ َُذو ُعس َْر ٍة فنَ ِظ َرة إِل ٰى َم ْي َس َر ٍة ۚ َوأن ت
َ ٌ َ
يَ ُكوْ ُن لِل َّر ُج ِل ِّْف َوفِي ال ِّسن ِ إِنَّ َما َكانَ الرِّ بَا فِي ْال َجا ِهلِيَّ ِة فِي التَّضْ ِعي
– ت َِز ْي ُدنِ ْي ِ فَضْ ُل َد ْي ٍن فَيَأْتِ ْي ِه إِ َذا َح َّل األَ َج ُل فَيَقُوْ ُل لَهُ تَ ْق
ْض ْينِ ْي أَو
90 :4 تفسير الطبري
Yang dimaksud dengan riba jahiliyyah dalam pelipat gandaan
dan usia (waktu) adalah seseorang yang memiliki piutang (atas
mitranya). Pada saat jatuh tempo, ia mendatanginya lalu berkata,
“Lunasi sekarang atau tambah pembayaran”. Tafsir at-Thabari,
IV:90.
2) Mujahid berkata :
َكانُوْ ا يَبِ ْيعُوْ نَ ْالبَ ْي َع إِلَى أَ َج ٍل فَإ ِ َذا َح َّل األَ َج ُل زَا ُدوْ ا فِي الثَّ َم ِن َعلَى
202 :4 أَ ْن يُؤَ ِّخرُوْ ا – تفسير القرطبي
“Mereka menjual dagangannya dengan tempo. Apabila telah
jatuh tempo dan (tidak mampu membayar), mereka (si pembeli)
memberikan tambahan harga atas tambahan waktu” Tafsir al-
Qurthubi, IV:202
َ ََكانُوْ ا فِي ْال َجا ِهلِيَّ ِة يَ ُكوْ ُن لِل َّر ُج ِل َعلَى ال َّرج ُِل ال َّدي ُْن فَيَقُوْ ُل ل
ك َك َذا
َُو َك َذا وتؤخر َعنِّ ْي فَيُؤَ َّخ ُر َع ْنه
“(Riba yang diharamkan pada masa jahiliyyah) adalah seseorang
berutang pada orang lain, lalu si peminjam berkata, ‘Bagimu
(tambahan) sekian dan sekian, dan berilah aku tempo’. Maka dia
diberi tempo”Tafsir at-Thabari, III:101
3) Qatadah berkata :
أَ َّن ِربَا ْال َجا ِهلِيَّ ِة يَبِ ْي ُع ال َّر ُج ُل ْالبَ ْي َع إِلَى أَ َج ٍل ُم َس ًّمى فَإ ِ َذا َح َّل األَ َج ُل
:3 ضا ٌء زَا َدهُ َوأَ َّخ َر َع ْنهُ – تفسير الطبري َ َاحبِ ِه ق ِ ص َ َولَ ْم يَ ُك ْن ِع ْن َد
101
“Riba jahiliyah adalah seseorang yang menjual barangnya secara
tempo (kredit) hingga waktu tertentu. Apabila telah jatuh tempo
dan si pembeli tidak mampu membayar, ia memberikan bayaran
atas penangguhan” Tafsir at-Thabari, III:101
الزيَا َدةُ َو ْال ُم َرا ُد بِ ِه فِي األَيَ ِة ُكلُّ ِزيَا َد ٍة لَ ْم يُقَابِ ْلهَا
ِّ أل ِّربَا فِي اللُّ َغ ِة هُ َو
ٌِع َوض
“Riba secara bahasa adalah kelebihan atau penambahan, dan
yang dimaksud dengan riba dalam ayat (Alquran) itu adalah
setiap penambahan yang diambil tanpa adanya satu transaksi
pengganti atau penyeimbang.”
3) Fakruddin ar-Razi (W. 604 H)
ال َعلَى أَ ْن يَأْ ُخ ُذوْ ا ُك َّل َشه ٍْر قَ ْدرًا ُم َعيَّنًا َ أَنَّهُ ْم َكانُوْ ا يَ ْدفَعُوْ نَ ْال َم
ْ ْ
ِ ثُ َّم إِ َذا َح َّل ال َّدي ُْن طَالَبُوْ ا ْال َم ِد ْينَ بِ َرأ,َويَ ُكوْ ُن َرأسُ ْال َما ِل بَاقِيًا
س
فَه َذا هُ َو.ق َواألَ َج ِل ِّ ال فَإ ِ ْن تَ َع َّذ َر َعلَ ْي ِه األَدَا ُء زَا ُدوْ ا فِي ْال َح ِ ْال َم
ال ِّربَا الَّ ِذيْ َكانُوْ ا فِي ْال َجا ِهلِيَّ ِة يَتَ َعا َملُوْ نَ بِ ِه
“Sesungguhnya mereka menyerahkan/meminjamkan dana
(dengan syarat) mereka akan mengambil setiap bulannya besaran
tertentu (tambahan), sedangkan harta pokoknya tetap. Apabila
telah jatuh tempo, mereka menuntut pengembalian harta pokok
itu. Jika si peminjam kesulitan membayar, mereka menambah
hak dan tempo (pembayaran). Inilah riba yang dilakukan kaum
jahiliyah”
4) Imam an-Nawawi (W 676 H)
ال ِّزيَا َدةُ َعلَى أَصْ ِل َما ٍل ِم ْن َغي ِْر َع ْق ِد تَبَاي ٍُع
“Riba berarti penambahan atas harta pokok tanpa adanya akad
jual-beli” Umdatul Qari, juz V, h. 436
Artinya:
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba.”
Dan dalam masalah riba, Al-Qur’an telah menjelaskan
beberapa tahap pengharaman, sehingga umat Islam dapat
memahami rahasia syariat, yakni terdapat empat tahapan
pengharaman yang terdapat di dalam ayat-ayat
Allah. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:
1) Pertama, Firman Allah di dalam surat Ar-Rum ayat 39
Ayat di atas di turunkan di Mekkah, dari zahir ayat tidak
menunjukkan haramnya riba. Akan tetapi hanya sebagai
isyarat bahwa Allah benci terhadap praktek riba ini dan
bahwasanya riba tidak memperoleh pahala disisi Allah.
Jelaslah bahwa ayat ini sebagai peringatan Allah kepada
manusia agar riba tidak dipraktekkan.
2) Kedua, firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 161
Ayat ini diturunkan di Madinah. Ini menjadi suatu
pelajaran sejarah yang diceritakan kembali oleh Allah
mengenai kehidupan orang Yahudi, Allah telah
mengharamkan kepada mereka memakan riba, tetapi
mereka tetap mempraktekkannya. Oleh sebab itu mereka
berhak menerima azab dan kemurkaan Allah. Ayat ini
menunjukkan kepada pengharaman riba, tetapi hal
tersebut diungkapkan dalam bentuk isyarat bukan secara
terus terang sebab ayat tersebut hanyalah merupakan satu
cerita yang menjelaskan tentang kejahatan orang-orang
Yahudi. Pada ayat tersebut tidak terdapat petunjuk yang
menunjukkan secara positif bahwa riba diharamkan
kepada kaum muslimin.
3) Ketiga, firman Allah dalam surat Ali imran ayat 130
Ayat di atas diturunkan di Madinah, di dalamnya
mengandung pengertian bahwa riba secara terus terang
(langsung) diharamkan, tetapi hanya sebagian saja tidak
menyeluruh, sebab yang diharamkan hanya semacam riba
yang disebut riba fadhal (riba yang sangat kejam), yaitu
riba fadhal yang keburukannya telah sampai pada
puncaknya, sedang kejahatannya telah sampai pada
tingkat tinggi, karena riba seperti itu dalam kenyataannya
atau praktek bunganya bertambah terus menerus sampai
berlipat ganda, yang sangat memberatkan orang yang
berhutang untuk membayar hutangnya.
4) Terakhir keempat, firman Allah dalam surah Al-Baqarah:
278-280
b. As-Sunnah
Di dalam Hadits, Rasulullah telah meriwayatkan beberapa
larangan riba secara tegas dan jelas, bahwa riba itu adalah
diharamkan di dalam syari’at Islam. Hadits-Hadits itu
menunjukkan diharamkannya riba. Hadits dari Abdullah Bin
Mas’ud yang diriwayatkan oleh Ibnu Madjah, yaitu:
Artinya: