KSM ANAK
1. Pengertian
Pada saat ini jumlah kasus masih tetap tinggi rata-rata 10-25
per 100.000 penduduk, namun angka kematian telah menurun
bermakna <2%. Umur terbanyak yang terkena infeksi dengue
adalah kelompok umur 4-10 tahun, walaupun makin banyak
kelompok umur lebih tua. Spektrum klinis infeksi dengue dapat
dibagi menjadi (1) gejala klinis paling ringan tanpa gejala (silent
dengue infection), (2) demam dengue (DD), (3) demam berdarah
dengue (DBD) dan (4) demam berdarah dengue disertai syok
(sindrom syok dengue/DSS).
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda syok
a. Anak gelisah, sampai terjadi penurunan kesadaran,
sianosis
b. Nafas cepat, nadi teraba lembut kadang-kadang tidak
teraba
c. Tekanan darah turun, tekanan nadi <10 mmHg
d. Akral dingin, capillary refill menurun
e. Diuresis menurun sampai anuria
4. Diagnose Banding
a. ….
b. ….
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
6. Terapi
Terapi infeksi virus dengue dibagi menjadi 4 bagian, (1)
Tersangka DBD, (2) Demam Dengue (DD) (3) DBD derajat I dan
II (4) DBD derajat III dan IV (DSS).
DBD tanpa syok (derajat I dan II)
Medikamentosa
- Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian
parasetamol bukan aspirin.
- Diusahakan tidak memberikan obat-obat yang tidak
diperlukan (misalnya antasid, antiemetik) untuk
mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati.
- Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati, apabila
terdapat perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak
diberikan.
- Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.
Suportif
7. Prognosis
8. Kepustakaan
DEMAM TIFOID
1. Pengertian
Demam tifoid merupakan penyakit endemis di Indonesia yang
disebabkan oleh infeksi sistemik Salmonella typhi. Prevalens 91%
kasus demam tifoid terjadi pada umur 3-19 tahun, kejadian
meningkat setelah umur 5 tahun. Pada minggu pertama sakit,
demam tifoid sangat sukar dibedakan dengan penyakit demam
lainnya sehingga untuk memastikan diagnosis diperlukan
pemeriksaan biakan kuman untuk konfirmasi.
Sembilan puluh enam persen (96%) kasus demam tifoid
disebabkan S. typhi, sisanya disebabkan oleh S. paratyphi. Kuman
masuk melalui makanan/minuman, setelah melewati lambung
kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding
usus sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque Peyeri).
Kuman ikut aliran limfe mesenterial ke dalam sirkulasi darah
(bakteremia primer) mencapai jaringan RES (hepar, lien, sumsum
tulang untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami bakteremia
sekunder, kuman mencapai sirkulasi darah untuk menyerang organ
lain (intra dan ekstra intestinal). Masa inkubasi 10-14 hari.
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik
Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan
komplikasi. Kesadaran menurun, delirium, sebagian besar anak
mempunyai lidah tifoid yaitu di bagian tengah kotor dan bagian
pinggir hiperemis, meteorismus, hepatomegali lebih sering
dijumpai daripada splenomegali. Kadang-kadang terdengar ronki
pada pemeriksaan paru.
4. Diagnose Banding
a. ….
b. ….
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah tepi perifer:
6. Terapi
Antibiotik
a. Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kgbb/hari,
oral atau IV, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari
b. Amoksisilin 100 mg/kgbb/hari, oral atau intravena,
selama 10 hari
c. Kotrimoksasol 6 mg/kgbb/hari, oral, selama 10 hari
d. Seftriakson 80 mg/kgbb/hari, intravena atau
intramuskular, sekali sehari, selama 5 hari
e. Sefiksim 10 mg/kgbb/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis,
selama 10 hari
Bedah
Suportif
a. Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah
b. Tirah baring
c. Isolasi memadai
d. Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi
Indikasi rawat
7. Prognosis
8. Kepustakaan
KEJANG DEMAM
1. Pengertian
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380 C) tanpa adanya
infeksi susunan saraf pusat ,gangguan elektrolit atau metabolik lain.
Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam.
Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung
kurang dari 15 menit, bersifat umum serta tidak berulang dalam 24
jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh
kejang demam.
Kejang demam disebut kompleks jika kejang berlangsung lebih
dari 15 menit, bersifat fokal atau parsial 1 sisi kejang umum
didahului kejang fokal dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24
jam.
Terdapat interaksi 3 faktor sebagai penyebab kejang demam,
yaitu (1) Imaturitas otak dan termoregulator, (2) Demam, dimana
kebutuhan oksigen meningkat, dan (3) predisposisi genetik: > 7
lokus kromosom (poligenik, autosomal dominan)
2. Anamnesis
4. Diagnose Banding
c. ….
d. ….
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Terapi
a. Antipiretik
Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali
sehari dan tidak lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10
mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari.
b. Anti kejang
Diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam
atau diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada
7. Prognosis
8. Kepustakaan
1. Pengertian
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Riskesdas 2007: diare
merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4
tahun.
2. Anamnesis
b. Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air
kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
3. Pemeriksaan Fisik
d. Berat badan
4. Diagnose Banding
a. ….
b. ….
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila
ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis
c. Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
6. Terapi
a. Lintas diare : (1) Cairan, (2) Seng, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat,
(5) Edukasi
b. Tanpa dehidrasi
a. Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan
5-10 mL/kg BB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur <
1 tahun sebanyak 50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL,
dan umur di atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah
tangga sesuai kemauan anak.ASI harus terus diberikan.
b. Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi
lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan
profus)
c. Dehidrasi ringan-sedang
a. Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75
mL/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah
terjadi dan sebanyak 5-10 mL/ kgBB setiap diare cair.
b. Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap
diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi
sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang
diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah
cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi
secara berkala.
c. Berat badan 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari
d. Berat badan 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari
e. Berat badan > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari
f. Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses rehidrasi
sambil memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada
orangtua.
d. Dehidrasi berat
a. Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer
asetat 100 mL/kgBB dengan cara pemberian:
b. Umur kurang dari 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama,
dilanjutkan 70 mL/ kgBB dalam 5 jam berikutnya
c. Umur di atas 12 bulan: 30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama,
dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya
d. Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat
minum, dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi
f. Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat
sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat
badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya
perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak
tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah serat, buah buahan
diberikan terutama pisang.
g. Medikamentosa
i. Tidak boleh diberikan obat anti diare
ii. Antibiotik
Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare
berdarah) atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional
akan mengganggu keseimbangan flora usus sehingga dapat
memperpanjang lama diare dan Clostridium difficile akan tumbuh
yang menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian
antibiotik yang tidak rasional dapat mempercepat resistensi
kuman terhadap antibiotik. Untuk disentri basiler, antibiotik
diberikan sesuai dengan data sensitivitas setempat, bila tidak
memungkinkan dapat mengacu kepada data publikasi yang
dipakai saat ini, yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama,
kemudian sebagai lini kedua. Bila kedua antibiotik tersebut sudah
resisten maka lini ketiga adalah sefiksim.
iii. Antiparasit
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan
obat pilihan untuk amuba vegetatif
7. Prognosis
8. Kepustakaan
a. Dit. Jen PPM, PLP Dep. Kes. RI. PMPD. Buku Ajar Diare. 1996.
g. WHO, UNICEF. Oral Rehydration Salt Production of the new ORS. Geneva.
2006.
1. Pengertian
Demam tanpa penyebab yang jelas adalah gejala demam akut dengan
penyebab yang tidak jelas sesudah anamnesis dan pemeriksaan fisis secara
teliti dalam periode demam kurang dari 7 hari. Demam adalah keadaan dimana
suhu rektal > 380C.
Demam pada anak merupakan 15% dari kunjungan pasien di Poliklinik dan
10% kunjungan di Unit Gawat Darurat. Sebagian besar anak berumur kurang
dari 3 tahun. Umumnya penyebab demam diidentifikasi berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisis. Demam pada anak umumnya disebabkan
oleh virus yang dapat sembuh sendiri, tetapi sebagian kecil dapat berupa
infeksi bakteri serius seperti meningitis bakterialis, bakteremia, pneumonia
bakterialis, infeksi saluran kemih, enteritis bakteri, infeksi tulang dan sendi.
2. Anamnesis
a. Riwayat imunisasi
c. Adanya gejala:
- nyeri menelan
- nyeri telinga
- batuk, sesak napas
- muntah, diare
- nyeri/menangis waktu buang air kecil
3. Pemeriksaan Fisik
d. Objektif
- Tidak tampak sakit
- Tampak sakit
- Sakit berat/toksik
4. Diagnose Banding
a. ….
b. ….
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Terapi
g. Medikamentosa
- Anak yang tidak tampak sakit tidak perlu pemeriksaan laboratorium
maupun dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik
- Apabila dari anamnesis, pemeriksaan fisis, dan laboratorium
menunjukkan hasil risiko tinggi untuk terjadinya bakteremia
tersembunyi, harus segera diberikan antibiotik setelah pengambilan
sediaan untuk biakan
- Catatan: terutama bila hitung leukosit > 15.000/µl atau hitung total
neutrofil absolut
- > 10.000/µl
- Pemberian antibiotik secara empirik harus memperhitungkan
kemungkinan peningkatan resistensi bakteri
h. Antibiotik pilihan
7. Prognosis
8. Kepustakaan
i. Bannister BA, Begg NT, Gillespie SH. Pyrexia of unknown origin. Oxford:
Blackwell Science; 1996. h. 414-27.
j. Lorin MI, Feigin RD. Fever of unknown origin. Dalam: Feigin RD, Cherry JD,
penyunting. Textbook of pediatric infectious disease. Edisi ke-3.
Philadelphia: Saunders; 1992. h. 1012-22.
k. Lorin MI. Fever: pathogenesis and treatment. Dalam: Feigin RD, Cherry JD,
penyunting. Textbook of pediatric infectious disease. Edisi ke-3.
Philadelphia: Saunders; 1992. h. 148-52.
m. Radhi AS, Carroll JE. Fever in pediatric practice. Edisi ke-1. London:
Blackwell Scientific Publications; 1994, h. 15-236.
n. Shapiro ED. Fever without localizing signs. Dalam: Long SS, Pickering LK,
Prober CG, penyunting. Principles and practice of pediatric infectious
diseases. Edisi ke- 2. Philadelphia, PA: Elsevier Science; 2003, h. 110-4.