Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

“KEMUHAMMADIYAHAN”

OLEH :

NAMA : ALFRISA EKA NURULITA


NIM : 19613311
NO : 06
KELAS : D3 KEPERAWATAN C

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
1. Bagaimana hukum peringatan maulid Nabi Muhammad saw dan Milad
Muhammadiyah?
Jawaban :
Pada dasarnya dua peristiwa tersebut adalah perayaan hari kelahiran hanya berbeda
dalam bahasa, Milad atau Maulid berasal dari bahasa arab memilik arti hari kelahiran
(orang Indonesia sering menyebut dengan ulang tahun). Maka pemahamannya adalah,
Maulid Nabi Muhammad saw boleh dilakukan sebagai upaya meneladani perjuangan
dan akhlak Rasulullah serta menyemarakkan dakwah Islam. Hal ini tidak apa-apa
dilakukan ketika tidak mengandung unsur maksiat dan tabzir (berlebih-lebihan)

Peringatan Maulid Nabi dan Peringatan Ulang Tahun Kelahiran Muhammadiyah


bukanlah ranah ibadah maghdho, yang tidak harus dicontohkan oleh Rasululloh,
masih banyak warga kita yang belum mampu memilah-milah masalah. Semua urusan
dianggap ibadah mahdlah, sehingga kalau tidak ada contoh dan perintah berarti
dilarang: haram. “Padahal kaidahnya, untuk urusan ibadah ghairu mahdlah, selama
tidak ada larangan, berarti boleh. Peringatan Maulid Nabi dan Milad Muhammadiyah
merupakan usaha memanfaatkan momentum menggairahkan dakwah Islam
melalui uswah Rasululloh dan gerakan amal yang dilakukan Organisasi
Muhammadiyah. Amal Usaha Muhammadiyah dalam mengembangkan Sekolah
merupakan itikad yang mulia untuk mencerdaskan anak bangsa tanda membedakan
suku, ras, dan agama. Menjadikan masyarakat yang kuat dan sehat diwujudkan
Muhammadiyah dalam pembangunan Rumah Sakit pada awalnya wujud kepedulian
Muhammadiyah untuk masyarakat dan bangsa.

2. Mengapa dalam niat shalat berjamaah Muhammadiyah tidak menganjurkan niat


dibaca secara jahr (nyaring/keras)?
Jawaban :
Dalam kitab himpunan Putusan Tajrih Muhammadiyah, pada pembahasan masalah
shalat, di awali dengan beberapa dalil, baik al-Qur’an dan hadis. ada satu dalil hadist
yang diletakkan dalam pendahuluan HPT Muhammadiah bab Shalat, yakni Hadits
dari Malik bin Huwairits ra. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, yang artinya:
"Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku melakukan shalat". (HR. al-
Bukhari).

Hadist tersebut menjadi salah satu dasar bagi Muhammadiyah bahwa niat dalam
shalat tidak perlu dilafadzkan. Karena memang tidak ada dalil yang memerintahkan
atau tidak ada peristiwa di mana para shahabat Nabi melihhat Nabi Muhammad
melafadzkan niat dalam shalat. Sejauh ini, Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah
(HPT) tidak menyebutkan secara rinci berkaitan dengan alasan-alasan
Muhammadiyah tidak melafadzkan niat shalat. Dalam HPT hanya disebutkan
bahwa “Bila kamu hendak menjalankan shalat, maka bacalah: "Allahu Akbar",
dengan ikhlas niatmu karena Allah seraya mengangkat kedua belah tanganmu sejurus
bahumu, mensejajarkan ibu jarimu pada daun telingamu.”Dalam HPT juga disebutkan
dalil hadis shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi, yang artinya:
"Kunci (pembuka) shalat itu wudlu, permulaannya takbir dan penghabisannya salam".

Juga hadis shahih dari Ibnu Majah yang dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu
Hibban dari hadis Abi Humaid Sa'idi bahwa Rasulullah, jika shalat ia menghadap ke
Qiblat dan mengangkat kedua belah tangannya dengan membaca "Allahu Akbar".
Niat sholat itu sesuatu yang wajib hukumnya dalam shalat menurut Muhammadiyah.
Hal ini didasaarkan firman Allah surah al-Bayyinah 6:
"Dan tidaklah mereka diperintah melainkan supaya menyembah kepada Allah dengan
ikhlas kepadaNya daam menjalankan Agama".(Q.S. AL-Bayyinah: 6)
Juga hadis Rasulullah Saw:
“Sesungguhnya (sahnya) amal itu tergantung kepada niat." (HR. al-Bukhari dan
Muslim)

Namun Muhammadiyah tidak memberikan pedoman kepada warganya untuk


melafadzkan niat. Muhammadiyah menyatakan bahwa niat itu bukan amalan anggota
tubuh. Rasulullah memisahkan antara amalan-amalan anggota tubuh dengan niat,
bahwa niat itu yang menggerakkan tubuh untuk beramal.  Oleh karena itu
melafadzkan niat, bagi Muhammadiyah bukanlah sesuatu yang disunnahkan. Dalil
dari fatwa ini jelas, bahwa melafadzkan niat tidak pernah dilakukan Rasulullah saw.

3. Mengapa Muhammadiyah memilih “allahumma baa’id baini, wabaina...dst” sebagai


bacaan iftitah dalam shalat wajib?
Jawaban :
Karena menggunakan bacaan “Allahuma ba’id …” secara kualitas periwayatan
lebih sahih (hadis sahih riwayat al-Bukhari, Muslim dan lainnya dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu) dan lebih praktis (ringkas)

4. Mengapa Muhammadiyah menentukan awal bulan dengan metode hisab?


Jawaban :
Karena Hisab yang dipakai Muhammadiyah adalah hisab wujud al-hilal, yakni
metode menetapkan awal bulan baru yang menegaskan bahwa bulan Qamariah baru
dimulai apabila telah terpenuhi tiga parameter: telah terjadi konjungsi atau ijtimak,
ijtimak itu terjadi sebelum matahari terbenam, dan pada saat matahari terbenam bulan
berada di atas ufuk.
Adapun alasannya :
semangat Al Qur’an adalah menggunakan hisab. Hal ini ada dalam ayat “Matahari
dan bulan beredar menurut perhitungan” (QS 55:5). Ayat ini bukan sekedar
menginformasikan bahwa matahari dan bulan beredar dengan hukum yang pasti
sehingga dapat dihitung atau diprediksi, tetapi juga dorongan untuk menghitungnya
karena banyak kegunaannya. Dalam QS Yunus (10) ayat 5 disebutkan bahwa
kegunaannya untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu.
5. Mengapa dalam dzikir hari raya (takbiran) Muhammadiyah menggunakan lafadz
takbir 2 kali, bukan 3 kali sebagaimana pada umumnya?
Jawaban :
Karena Majelis Tarjih Muhammadiyah melalui Muktamar Tarjih XX yang
berlangsung pada tanggal 18 s.d Rabi’ul Akhir 1939 Hijiriyah di kota Garut Jawa
Barat memilih menggunakan lafadz takbir dengan mengucapkan Allahu Akbar dua
kali.

6. Bagaimana hukum hutang puasa ramadhan dibayar bersamaan dengan puasa sunah
senin dan kamis dengan dua niat dalam satu kali puasa ?
Jawaban :
Orang yang akan melaksanakan ibadah puasa qadha Ramadan sekaligus puasa sunah
untuk bulan Muharam, hukumnya adalah boleh dilakukan. Dengan catatan, disertai
dengan beberapa ketentuan. syarat pertama adalah, melihat kembali alasan seseorang
meninggalkan puasa wajibnya lantas mengqadha. Jika ia sengaja meninggalkan puasa
wajib tanpa alasan atau halangan yang diperbolehkan syariat, maka orang tersebut
mesti terlebih dahulu membayar utang puasa wajibnya, baru melakukan puasa sunah.
Jika puasa qadha Ramadan disebabkan oleh alasan yang jelas, seperti haid, menyusui,
atau sakit, maka orang tersebut boleh melaksanakan puasa sunah terlebih dahulu.
Artinya, qadha puasa Ramadan dilakukan usai mengerjakan puasa sunah. Dalam hal
ini, niat qadha puasa tetap dilafalkan, tanpa perlu menyebutkan niat puasa sunah.
Dengan demikian, ia mendapatkan pahala karena mengganti puasa yang ditinggalkan,
dan ia mendapatkan pahala pula karena mengerjakan puasa pada hari kala puaa sunah
dianjurkan.

7. Bagaimana hukum mengucapkan selamat hari Natal kepada non muslim untuk
perayaan natal?
Jawaban :
Warga Muhammadiyah diserukan tidak ikut mengucapkan selamat Natal dengan alas
an toleransi. Sikap Islam jelas, biarkan orang Kristen merayakan agamanya, orang
Islam mengurusi akidahnya. Seruan itu disampaikan Ketua Majelis Tarjih dan Tadjid
(MTT) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM). Mengikuti perayaan Natal itu
haram hukumnya karena memperingati kelahiran Tuhan Yesus. Maka kita tidak perlu
mengucapkan selamat Natal apalagi terlibat dalam ritual Natalan. Fatwa Majelis
Tarjih cetakan VI tahun 2003 halaman 209-210 dengan fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) tentang perayaan Natal. Isi fatwa itu menyatakan umat Islam
dibolehkan bekerja sama dan bergaul dengan umat-umat agama dalam masalah
keduniaan. Tapi tidak boleh mencampuradukkan agama dengan akidah dan
peribadatan agama lain seperti meyakini Tuhan lebih dari satu, Tuhan mempunyai
anak dan Isa Al Masih itu anaknya “orang yang meyakininya dinyatakan kafir dan
musyrik”
1. Mengkuti perayaan Natal bersama bagi umat Islam adalah haram hukumnya
2. Selamat Natal bagi muslim kepada orang Kristen tidak usah dilakukan karena
merupakan bagian dari perkara kegiatan perayaan Natal. Seruan ini agar umat Islam
tidak terjerumus kepada perkara syubhat dan melanggar larangan Allah. Islam
mengajarkan kepada umatnya untuk menjauhkan diri dari hal yang syubhat dan
larangan Allah serta mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik
kemaslahatan.

8. Bagaimana hukum memakan makanan sembelihan orang Kristen?


Jawaban :
Tentang hukum memakan sembelihan orang Kristen (Ahli Kitab), ada dua pendapat.
Pendapat pertama menghalalkan memakan sembelihan Ahli Kitab asal yang
disembelih itu adalah binatang yang halal dimakan. Mereka beralasan dengan firman
Allah:

َ ‫ات َوطَ َعا ُم الَّ ِذ ْينَ أُوتُوا ْال ِكت‬


‫َاب ِح ٌّل لَ ُك ْم َوطَ َعا ُم ُك ْم ِح ٌّل لَهُ ْم‬ ُ َ‫اَ ْليَوْ َم أُ ِح َّل لَ ُك ُم الطَّيِّب‬.

Artinya: “Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan)


orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula)
bagi mereka …”  [QS. al-Maidah (5): 5].

Pendapat kedua menyatakan bahwa sembelihan Ahli Kitab itu haram dimakan. Alasan
mereka ialah Ahli Kitab sejak zaman Nabi saw telah menganut kepercayaan syirik,
tidak lagi percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana dinyatakan dalam
firman Allah SWT:

‫ث ثَالَثَ ٍة َو َما ِم ْن إِلَ ٍه إِالَّ إِلَهٌ َوا ِح ٌد َوإِ ْن لَ ْم يَ ْنتَهُوْ ا َع َّما يَقُوْ لُوْ نَ لَيَ َمسَّنَ الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا ِم ْنهُ ْم َع َذابٌ أَلِ ْي ٌم‬
ُ ِ‫لَقَ ْد َكفَ َر الَّ ِذ ْينَ قَالُوْ ا إِ َّن هللاَ ثَال‬.

Artinya: “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya


Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari
Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti
orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” [QS. al-
Maidah (5): 73].

9. Bagaimaba hukum nikah siri menurut muhammadiyah?


Jawaban :
Dalam pandangan Muhammadiyah nikah siri tidak boleh karena membawa mudharat
bagi perempuan, Kami melarang terjadinya nikah siri. Nikah ini harus membawa
kenyamanan. Selain itu, secara hukum nikah siri juga merugikan perempuan. Oleh
karena itu, Muhammadiyah melarang pernikahan siri karena tidak dicatatkan secara
resmi.
10. Bagaimana hukum bayi tabung dan cloning menurut Muhammadiyah?
Jawaban :
Sistem bayi tabung adalah salah satu cara yang dilakukan oleh dokter ahli kandungan
untuk memenuhi keinginan suami isteri untuk memperoleh anak, karena dalam
persetubuhan mereka tidak dapat mempertemukan sperma suami dengan ovum isteri
dalam rahim isteri, padahal sperma suami dan ovum isteri dalam keadaan sehat
dengan arti keduanya dapat menghasilkan buah jika dapat bertemu. Oleh karena itu
dokter ahli kandungan melakukan sistem bayi tabung ini. Caranya ialah, dokter
mengambil sperma suami dan ovum isteri, kemudian dipertemukan dalam sebuah
kapsul (tabung), lalu dimasukkan ke dalam rahim isteri. Terjadilah pembuahan, lalu
isteri hamil dan kemudian melahirkan. Proses yang demikian dapat dibenarkan oleh
agama Islam, karena sperma suami diletakkan dalam rahim isteri yang dikawini
dengan aqad yang sah, berdasarkan hadis,
‫ ِ ِال ْم ِر ٍء‬  ُّ‫َاطبًا فَقَا َل الَ يَ ِحل‬ ُ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َحي‬
ِ ‫ْث ا ْفتَت ََح ُحنَ ْينًا فَقَا َم فَ ْينَا خ‬ ُ ‫ارى قَا َل ُك ْن‬
َ ‫ت َم َع النَّبِ ِّي‬ ِ ‫ص‬َ ‫ت ْاألَ ْن‬ٍ ِ‫ع َْن ُر َو ْيفِ ِع ْب ِن ثَاب‬
]‫ [رواه أحمد‬.‫ي ُْؤ ِمنُ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم ْاأل ِخ ِر أ ْن يَ ْسقِ َي َما َءهُ زَ رْ َع َغي ِْر ِه‬.
َ َ

“Diriwayatkan dari Ruwaifi‘ bin Tsabit al-Anshari, ia berkata: Aku pernah beserta
Nabi saw waktu perang Hunain, beliau berdiri berkhutbah di antara kami, (antara
lain) beliau berkata: Tidak boleh bagi seorang yang beriman kepada Allah dan hari
akhir menyiramkan air (mani)nya ke ladang orang lain.” [HR. Ahmad].

Dari hadis di atas dapat dipahami bahwa air mani seorang laki-laki hanyalah boleh
diletakkan atau ditumpahkan ke faraj  isterinya, dilarang diletakkan atau ditumpahkan
ke faraj yang bukan isterinya yang tidak melakukan aqad nikah yang sah dengannya.
Allah swt berfirman,

‫ْض َوأَخ َْذنَ ِم ْن ُك ْم ِميثَاقًا َغلِيظًا‬


ٍ ‫ض ُك ْم إِلَى بَع‬ َ ‫و َك ْيفَ تَأْ ُخ ُذونَهُ َوقَ ْد أَ ْف‬.
ُ ‫ضى بَ ْع‬ َ

“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah


bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-
isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” [QS. an-Nisaa, (4): 21].

Dari ayat dan hadis di atas dapat dipahami bahwa air mani suami hanya boleh
diletakkan pada faraj  isteri yang memiliki ovum, tidak boleh diletakkan
pada faraj  isterinya yang lain.
Pada ayat yang lain ditegaskan bahwa istri itu adalah seperti kebun tempat
menyemaikan benih, yang akan menjadi keturunan dari suami dan isteri. Allah swt
berfirman,

َ‫ث لَ ُك ْم فَأْتُوا َحرْ ثَ ُك ْم أَنَّى ِش ْئتُ ْم َوقَ ِّد ُموا أِل َ ْنفُ ِس ُك ْم َواتَّقُوا هللاَ َوا ْعلَ ُموا أَنَّ ُك ْم ُمالَقُوهُ َوبَ ِّش ِر ْال ُم ْؤ ِمنِين‬
ٌ ْ‫نِ َسائُ ُك ْم َحر‬.
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka
datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.
Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-
orang yang beriman.” [QS. al-Baqarah (2): 223].
Dan hadis:

]‫ [متفق عليه‬.ُ‫اش َولِ ْل َعا ِه ِر ْال َح َجر‬


ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل ْال َولَ ُد لِ ْلفِ َر‬ ِ ‫ع َْن أًبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬.
َّ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ أَ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwasanya Nabi saw bersabda: Anak itu
milik tikar, bagi pezina hukuman rajam.” [Muttafaq Alaih].
Yang dimaksud dengan tikar (firasy) ialah suami isteri yang telah terikat dengan aqad
nikah yang sah. Anak yang lahir dari suami isteri yang telah terikat dengan
perkawinan yang sah ini diharapkan menjadi anak yang saleh yang akan menjadi
sumber pahala bagi orang tuanya, walaupun keduanya telah meninggal dunia.
Sebagaimana dinyatakan dalam hadis,
ٍ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا َماتَ ْا ِإل ْن َسانُ ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ إِالَّ ِم ْن ثَال‬
‫ث ِم ْن َولَ ٍد‬ َ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬ِ ‫ع َْن أًبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
]‫ [رواه مسلم‬.‫اريَ ٍة ِم ْن بَ ْع ٍد أَوْ ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه‬ َ ْ‫ح يَ ْد ُعوْ لَهُ أَو‬
ِ ‫ص َدقَ ٍة َج‬ ٍ ِ‫صال‬.
َ

 “Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: bersabda Rasulullah saw: Apabila


seorang manusia telah meninggal dunia putuslah semua amalnya, kecuali tiga hal;
dari anak yang shalih yang mendoakannya, dari shadaqah jariyah yang diberikan
sebelum ia meninggal, dan dari ilmu(nya) yang bermanfaat.” [HR. Muslim].

Berdasarkan ayat dan hadis di atas, perbuatan yang demikian dilarang karena ovum
itu bukan milik isteri kedua atau isteri yang lain. Sperma dan ovum yang ada dalam
tabung itu hanya boleh diletakkan dalam rahim isteri yang memiliki ovum. Jika
kapsul itu diletakkan pada wanita yang lain atau isteri yang tidak memiliki ovum,
maka berdasarkan hadis di atas perbuatan itu tidak dibenarkan.

Metode kloning berbeda dengan pembuahan biasa. Pada pembuahan biasa sel telur
(ovum) perempuan memerlukan sperma yang ada pada laki-laki. Sedang pada metode
kloning tidak lagi memerlukan sperma laki-laki. Pada prinsipnya bayi klon dibuat
dengan mempersiapkan sel telur yang sudah diambil intinya
kemudian difusi (digabungkan menjadi satu) dengan sel donor yang merupakan sel
dewasa dari suatu organ tubuh. Difusi tersebut ditanamkan ke dalam rahim dan
dibiarkan berkembang dalam rahim sampai lahir. Berbeda dengan bayi tabung yang
pembuahannya memerlukan sel telur (ovum) dan sperma.
Ada tiga macam cloning :
a. Kloning embrio, adalah penggandaan sel zygote (sel telur yang telah dibuahi sperma)
menjadi beberapa sel monozygote mandiri yang mempunyai genetika yang sama
secara sengaja di laboratorium dengan cara menambahkan zat kimia yang merangsang
dua belahan zygote atau lebih untuk berkembang secara sendiri-sendiri menjadi
masing-masing satu makhluk hidup tunggal.
Sisi negatif dari kloning embrio ini ialah dimungkinkan untuk membuat
sel monozygote kembar dalam jumlah yang banyak sehingga etika untuk
memusnahkan sel monozygote dalam pemanfaatannya akan menjadi permasalahan
ketika zygote dipercaya sebagai awal kehidupan. Sisi negatif yang lain ialah dapat
dimanfaatkan oleh orang-orang yang haus kekuasaan dengan menciptakan orang-
orang yang unggul yang merupakan kelompok yang tidak dapat diabaikan. Di
samping itu, dengan banyaknya orang yang bentuk dan ciri-cirinya sama dalam
jumlah yang banyak dapat menimbulkan kejahatan dalam masyarakat.
b. Kloning reproduksi. Prosedur proses kloning ini adalah pengosongan inti sel telur
yang mengandung DNA (Deoxyribo Nucleic Acid (asam ribonukleat), yaitu suatu
bahan genetik dalam kromosom pada tubuh makhluk hidup (manusia, hewan,
tumbuhan, termasuk mikrobia) dan mengisinya dengan DNA yang diambil dari salah
satu sel makhluk hidup dewasa lalu mencangkok sel telur ini ke dalam rahim. Pada
kloning jenis ini tidak terjadi pertemuan alamiah antara sel telur dan sel sperma, tetapi
terjadi peminjaman sel telur kosong untuk penggandaan DNA dari sel dewasa.
Sisi negatif dari kloning macam ini ialah hewan kloning menderita cacat fungsi organ
tubuh atau kelainan bawaan. Sisi lain ialah DNA yang ditanam adalah DNA dewasa
yang menyebabkan bayi yang lahir adalah bayi yang dewasa sehingga mungkin saja
berumur pendek. Sisi negatif lain ialah memungkinkan kebanyakan bayi yang lahir
adalah perempuan, sedikit sekali bahkan tanpa laki-laki yang menyebabkan punahnya
gender laki-laki. Dengan banyaknya lahir manusia unggul secara massal dengan
menggunakan jenis kloning ini dapat menimbulkan hal yang buruk seperti menjadikan
manusia sebagai komoditas komersial. Sebaliknya, kelahiran bayi cacat yang banyak
akan menimbulkan masalah dalam masyarakat.
c. Kloning terapeutik. Tahap awal kloning terapeutik pada prinsipnya sama dengan
kloning reproduksi, tetapi pada kloning terapeutik embrio hanya dibiarkan tumbuh
sampai kurang lebih 14 hari. Dari embrio ini hanya sel stem atau sel tunas yang pada
perkembangan selanjutnya akan menjadi organ/jaringan tubuh saja yang diekstraksi.
Dari sel tunas ini bisa dibiakkan jaringan tubuh manusia maupun organ tubuh lengkap
seperti hati, ginjal, kulit, dan lain-lain berdasarkan informasi DNA dari orang yang
bersangkutan untuk kepentingan pencangkokan. Sehingga penolakan pencangkokan
organ dari orang lain bisa diatasi dengan prosedur ini.
Sisi negatif dari metode ini ialah embrio yang mengandung sel tunas bisa dibiarkan
dan ditanam dalam rahim dan akan menjadi janin, namun dibatasi oleh dinding yang
sangat tipis dalam prosedur kelanjutannya.

Dari keterangan di atas timbul persoalan apabila dihubungkan dengan kesempurnaan


makhluk yang diciptakan Tuhan termasuk manusia, yang terdiri dari jasmani, rohani,
pembinaan dan pendidikan manusia yang akan menjadi makhluk individu, makhluk
sosial, dan sebagai makhluk yang dimuliakan Allah yang akan dijadikan khalifatullah
fil-ardh. Apalagi bila dihubungkan dengan tujuan hidup seorang muslim
yaitu hasanah fid-dunyaa dan hasanah fil-akhirah. Untuk mencapai tujuan itu harus
mempunyai kesehatan jasmani dan rohani. Agar lebih jelas akan dibahas beberapa
persoalan yang berkaitan dengan masalah di atas. Menurut syariat Islam, kelahiran
seorang manusia itu harus sesuai dengan sunah Allah. Setiap manusia yang lahir itu
dipersiapkan menjadi makhluk yang terbaik dari makhluk Tuhan yang ada (QS. at-
Tiin, 95:4), menjadi makhluk yang dimuliakan Allah (QS. al-Isrā’, 17:70). Tujuan
hidup manusia yang diciptakan Allah itu ialah mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat nanti (QS. al-Baqarah, 2:201) dan menjadi khalifatullah di bumi (QS.
al-Baqarah, 2:30). Untuk mencapai tujuan hidupnya itu ia harus beribadat kepada
Allah (QS. adz-Dzariyat, 51:56), yaitu secara vertikal tunduk dan patuh menyembah
Allah dan secara horizontal beramal saleh kepada masyarakat, mengelola dan
menjaga alam dari kerusakan.
Dari keterangan di atas maka Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam
menetapkan bahwa sistem kloning yang dilakukan untuk manusia hukumnya adalah
haram.

Anda mungkin juga menyukai