Matematika bersifat sangat universal yang sangat erat dengan kehidupan nyata, dan merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat deduktif. Konsepkonsep yang ada didalamnya bersifat hierarkis, terstruktur dan logis dari konsep yang paling sederhana sampai konsep yang paling kompleks. Kajian matematika yang konsep-konsepnya banyak diterapkan dalam bidang ilmu lain adalah persamaan differensial. Persamaan differensial merupakan cabang ilmu matematika yang cukup strategis karena berkaitan dengan bagian-bagian sentral dalam analisis, aljabar, geometri, dan lainnya yang sangat berperan penting dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan dunia nyata yang kemudian dikaji bagaimana menemukan solusi eksak (analitik) dari persamaan dalam model-model matematika yang diperoleh dari masalah nyata (Waluya, 2006:1). Secara umum pengertian model adalah usaha menciptakan replika/tiruan dari suatu fenomena alam, sedangkan pada model matematika replika/tiruan tersebut dilaksanakan dengan mendeskripsikan fenomena alam ke dalam persamaan matematis. Kecocokan model terhadap fenomena alam tergantung dari ketepatan formulasi persamaan matematis dalam mendeskripsikan fenomena alam yang ditirukan (Pamuntjak, 1990:1). Dewasa ini semakin banyak disiplin ilmu yang menggunakan model matematika ataupun penalaran matematika sebagai alat bantu dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi yaitu dalam bidang sains, ekonomi, dan teknik. Kali ini akan kita coba penerapannya dalam bidang sosial ilmu politik. Proses penyebaran informasi (diseminasi) atau ide-ide telah menarik minat para peneliti untuk diterapkan dalam matematika diera informasi modern ini, dan pada karya tulis ini yang menjadi perhatian kita adalah penyebaran ide-ide radikal dalam masyarakat terutama ketika menjelang pemilihan umum terkait kepala daerah, gubernur sampai presiden baik yang disampaikan secara harafiah maupun melalui sarana virtual, dimana dalam pengamatan bahwa itu adalah jenis ide yang dapat mengganggu dan mengacaukan fungsi regular sistem politik yang ada, dan pemilihan umum dalam hal ini merupakan salah satu sumber data terbaik untuk didokumentasikan yang mencerminkan dinamika penyebaran ide-ide radikal dalam masyarakat. Kita memahami bahwa pemilihan umum yang dikampanyekan dalam pelaksanaannya menyangkut kepada sejumlah besar orang yang bersifat heterogen, karena mereka berasal dari berbagai lapisan masyarakat, memiliki berbagai macam pandangan, pikiran, aspirasi, dan sejenisnya, sehingga dalam kegiatan massal itu terkadang banyak dari partai-partai politik menyebarluaskan isu-isu atau mempromosikan ide-ide politik mereka dengan menggunakan berbagai macam sarana propaganda dengan tujuan untuk mempengaruhi perasaan/pemikiran masyarakat sedemikian sehingga tingkah laku politik yang timbul karena pengaruh itu sesuai dengan keinginan mereka seperti: penerimaan doktrin, pengerahan anggota baru, dan pemenangan suara dalam pemilihan umum (Solatun, 2014 :171). Dalam mempersiapkan atau mengelola sebuah kampanye politik maka diperlukan sebuah pengembangan konsep ide yang biasa kita kenal dengan Brain Stroming yaitu mengelola cara berpikir konseptual dengan menghubungkan tujuan politik suatu kelompok dan mencari cara komunikasi yang didasari pada apa yang orang pikirkan, sehingga bisa melahirkan apa yang tak terpikirkan sebelumnya. Secara umum, hal-hal yang tidak lazim, diluar dugaan, mengejutkan dan tidak terpikirkan dapat memberi dampak ingatan yang kuat dalam pikiran seseorang. Setidaknya kesan yang melekat ini dijadikan kesempatan untuk memasukan pesan secara kuat dalam pikiran orang lain atau calon pemilih dalam pemilu. Penyebaran ide radikal ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan, mempengaruhi, pilihan masyarakat, menghambat pilihan terhadap lawan, dan pembelokan pencapaian terhadap lawan politik mereka, banyak cara yang dilakukan mulai dari pengenalan calon pemimpin, program kerja dan visi misinya, menyerang lawan politiknya dengan membicarakan kekurangan yang didasarkan data dan fakta, sampai dengan tindakan pembunuhan kharakter lawan yang cenderung berisi fitnah, kebohongan, mengadu domba, menghasut, dan tuduhan tanpa bukti yang seringkali digolongkan dalam Black Campaign. Penyebaran ide radikal sendiri merupakan bentuk propaganda bersifat hitam, yaitu propaganda yang dilancarkan secara licik sebagai senjata taktis untuk menipu, tidak jujur, tidak mengenal etika, dan cenderung berpikir secara sepihak, dengan menanamkan gagasan bahwa pihak lawan itu identik dengan hal buruk, memperlemah gagasan, citra, elektabilitas, dan dukungan untuk pihak lawan dalam konteks politik, serta merubah pemikiran orang yang tadinya suka menjadi tidak suka. Sebagai contoh pada pemilu terakhir yaitu ide perubahan dan pembaharuan yang disebarkan oleh partai PDI, dengan mengusung capres Jokowi-Jk yaitu teknik blusukan dekat dengan rakyat dan revolusi mental yang selama ini dianggap jauh dari kebiasaan elit politik, sehingga ini menjadi daya tarik tersendiri yang mengakibatkan dukungan terhadap mereka meningkat. Selain menggunakan sarana propaganda untuk meraih simpatisan, bagi pihak yang bersaing dalam pemilu dimana sebelumnya mereka adalah pemegang kekuasaan maka ia mempunyai akses lebih untuk melakukan tindakan radikalisme politik dimana radikalisme dianggap sebagai sarana yang inheren dan sah dipergunakan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan yang ada. Radikalisme yang terjadi merupakan tindakan radikalisme negara yang dilakukan oleh perangkat kekuasaan kepada warga negaranya. Sejarah telah mencatat bahwa perjalanan politik bangsa indonesia pada masa orde baru tidak terlepas dari tindakan yang dianggap radikal serta berbagai cara yang dilakukan dalam mempertahankan kekuasaan seperti memberi sedikit keistimewaan kepada mereka yang menyokong, mengancam mereka yang menentang, dan propaganda bersifat patriotik kepada orang awam (Martin, 2002:5). Salah satu cara adalah dengan menyebarkan jenis pesan menakutkan (fear appeal) yaitu metode penyusunan pesan yang dapat menimbulkan rasa ketakutan kepada khalayak. Dalam konteks politik pesan ini sering ditujukan kepada masyarakat yang tinggal di perdesaan untuk memilih salah satu partai kontestan melalui peranan kepala-kepala desa (Hafied, 2016:294). Dewasa ini, apakah orang itu taat beragama ataupun sekuler, ketika ia memegang kekuasaan cenderung memiliki pandangan bahwa salah satu aspek kunci dari kekuasaan adalah radikalisme. Para penguasa politik yang enggan menggunakan radikalisme tidak akan pernah memperoleh kekuasaan, atau akan kehilangan kekuasaan yang pernah diraihnya (Nasrs, 2007:7). Sehingga baik penguasa ataupun peserta pemilu yang melakukan tindakan radikalisme dalam penyebaran isu-isu politik memiliki potensi besar untuk menghalangi terbentuknya kesadaran masyarakat, dan menghambat kehadiran lembaga-lembaga yang dapat menentang eksploitasi. Sehingga hal itu akan berdampak buruk terhadap negara, dimana kelompok yang memiliki kepentingan akan berusaha menerapkan ideologi yang mereka yakini untuk dapat diterima dan diterapkan dalam kehidupan bernegara tanpa memandang kepentingan dan ideologi kelompok lain dalam negara. Selain itu dampak yang paling bisa kita amati adalah tidak adanya kebebasan dan penjaminan HAM bagi warga negara terutama dalam hal kebebasan menentukan pilihan. Sejalan dengan hal tersebut, disisi lain meningkatnya kecerdasan politik masyarakat atau calon pemilih yang merupakan implikasi langsung dari meningkatnya keefektifan komunikasi dan pembelajaran politik mengakibatkan masyarakat akan lebih rasional dalam menentukan pilihan mereka dan akan memiliki kemampuan lebih dalam memahami dan merespon setiap perubahan yang terjadi sehingga hal tersebut akan mempengaruhi perilaku politik masyarakat dan secara tidak langsung hal tersebut juga akan berdampak pada penerimaan doktrin ide radikal dalam masyarakat (Sayuti, 2014:42-43). Berdasarkan fakta tersebut, maka dalam karya tulis ini penulis mengembangkan model matematika yang akan menjawab permasalahan mengenai apakah kita dapat menggambarkan kondisi dimana beberapa kekuatan politik bisa naik ke tempat kekuasaan atau mungkin terhalang oleh setiap kemajuan dalam kehidupan politik suatu masyarakat?, dan kemudian apakah pengaruh yang ditimbulkan jika terdapat kekuatan lain yang mencoba untuk muncul sebagai kekuatan politik yang radikal dan kelompok yang mencoba untuk datang melawan kelompok radikal yang sudah berada diatas masyarakat?. Perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu analisis yang dapat diterima secara ilmiah terhadap setiap peristiwa yang terjadi seperti penyebaran ide radikal dalam konteks pemilu, sehingga melalui model matematika ini diharapkan dapat menggambarkan pergerakan dari setiap kelompok politik sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk pihak- pihak yang berkepentingan dalam mengambil tindakan. Kemudian kita akan melihat pengaruh atau perilaku dan interaksi dari parameter yang dianggap penting dalam model dan mengetahui faktor-faktor yang mempengarui perubahan jumlah dari masing-masing kelompok dari waktu ke waktu (Aldila,2014:2). Dalam penelitian ini, kita akan mengembangkan dan menguji model matematika yang tidak hanya cocok untuk membahas dinamika penyebaran ide dari kekuatan politik yang radikal atau kekuatan dalam konteks Pemilu, tetapi juga dapat digunakan untuk pemodelan hasil yang berbeda dari perubahan perilaku politik masyarakat dalam Pemilu dan konseptual lainnya dalam bentuk ekspresi politik. Sehingga karya tulis ini diberi judul “Model Matematika Penyebaran Ide Radikal dalam Konteks Pemilihan Umum dan Konseptual Manifestasi Serupa dari Tingkah Laku Politik“. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah model matematika penyebaran ide radikal dalam konteks pemilihan umum dan konseptual manifestasi serupa dari tingkah laku politik? C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan yang telah dikemukakan diatas, yang menjadi pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Apa model matematika penyebaran ide radikal dalam konteks pemilihan umum dan konseptual manifestasi serupa dari tingkah laku politik? 2. Bagaimana analisis model matematika penyebaran ide radikal dalam konteks pemilihan umum dan konseptual manifestasi serupa dari tingkah laku politik? 3. Apa interpretasi yang diperoleh dari analisis model matematika penyebaran ide radikal dalam konteks pemilihan umum dan konseptual manifestasi serupa dari tingkah laku politik? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diajukan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Membentuk Model matematika penyebaran ide radikal dalam konteks pemilihan umum dan manifestasi serupa dari tingkah laku politik. 2. Menganalisis model matematika penyebaran ide radikal dalam konteks pemilihan umum dan manifestasi serupa dari tingkah laku politik. 3. Menginterpretasikan hasil analisis dari model matematika penyebaran ide radikal dalam konteks pemilihan umum dan manifestasi serupa dari tingkah laku politik. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis Sebagai sarana untuk memperdalam pengetahuan mengenai pemodelan matematika khususnya dari model matematika penyebaran ide radikal