Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Matematika bersifat sangat universal yang sangat erat dengan kehidupan nyata, dan
merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat deduktif. Konsepkonsep yang ada didalamnya
bersifat hierarkis, terstruktur dan logis dari konsep yang paling sederhana sampai konsep
yang paling kompleks.
Kajian matematika yang konsep-konsepnya banyak diterapkan dalam bidang ilmu lain
adalah persamaan differensial. Persamaan differensial merupakan cabang ilmu matematika
yang cukup strategis karena berkaitan dengan bagian-bagian sentral dalam analisis, aljabar,
geometri, dan lainnya yang sangat berperan penting dalam pemecahan masalah yang
berkaitan dengan dunia nyata yang kemudian dikaji bagaimana menemukan solusi eksak
(analitik) dari persamaan dalam model-model matematika yang diperoleh dari masalah nyata
(Waluya, 2006:1).
Secara umum pengertian model adalah usaha menciptakan replika/tiruan dari suatu
fenomena alam, sedangkan pada model matematika replika/tiruan tersebut dilaksanakan
dengan mendeskripsikan fenomena alam ke dalam persamaan matematis. Kecocokan model
terhadap fenomena alam tergantung dari ketepatan formulasi persamaan matematis dalam
mendeskripsikan fenomena alam yang ditirukan (Pamuntjak, 1990:1).
Dewasa ini semakin banyak disiplin ilmu yang menggunakan model matematika ataupun
penalaran matematika sebagai alat bantu dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
yaitu dalam bidang sains, ekonomi, dan teknik. Kali ini akan kita coba penerapannya dalam
bidang sosial ilmu politik.
Proses penyebaran informasi (diseminasi) atau ide-ide telah menarik minat para peneliti
untuk diterapkan dalam matematika diera informasi modern ini, dan pada karya tulis ini
yang menjadi perhatian kita adalah penyebaran ide-ide radikal dalam masyarakat terutama
ketika menjelang pemilihan umum terkait kepala daerah, gubernur sampai presiden baik
yang disampaikan secara harafiah maupun melalui sarana virtual, dimana dalam pengamatan
bahwa itu adalah jenis ide yang dapat mengganggu dan mengacaukan fungsi regular sistem
politik yang ada, dan pemilihan umum dalam hal ini merupakan salah satu sumber data
terbaik untuk didokumentasikan yang mencerminkan dinamika penyebaran ide-ide radikal
dalam masyarakat.
Kita memahami bahwa pemilihan umum yang dikampanyekan dalam pelaksanaannya
menyangkut kepada sejumlah besar orang yang bersifat heterogen, karena mereka berasal
dari berbagai lapisan masyarakat, memiliki berbagai macam pandangan, pikiran, aspirasi,
dan sejenisnya, sehingga dalam kegiatan massal itu terkadang banyak dari partai-partai
politik menyebarluaskan isu-isu atau mempromosikan ide-ide politik mereka dengan
menggunakan berbagai macam sarana propaganda dengan tujuan untuk mempengaruhi
perasaan/pemikiran masyarakat sedemikian sehingga tingkah laku politik yang timbul karena
pengaruh itu sesuai dengan keinginan mereka seperti: penerimaan doktrin, pengerahan
anggota baru, dan pemenangan suara dalam pemilihan umum (Solatun, 2014 :171).
Dalam mempersiapkan atau mengelola sebuah kampanye politik maka diperlukan sebuah
pengembangan konsep ide yang biasa kita kenal dengan Brain Stroming yaitu mengelola
cara berpikir konseptual dengan menghubungkan tujuan politik suatu kelompok dan mencari
cara komunikasi yang didasari pada apa yang orang pikirkan, sehingga bisa melahirkan apa
yang tak terpikirkan sebelumnya.
Secara umum, hal-hal yang tidak lazim, diluar dugaan, mengejutkan dan tidak terpikirkan
dapat memberi dampak ingatan yang kuat dalam pikiran seseorang. Setidaknya kesan yang
melekat ini dijadikan kesempatan untuk memasukan pesan secara kuat dalam pikiran orang
lain atau calon pemilih dalam pemilu.
Penyebaran ide radikal ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan, mempengaruhi, pilihan
masyarakat, menghambat pilihan terhadap lawan, dan pembelokan pencapaian terhadap
lawan politik mereka, banyak cara yang dilakukan mulai dari pengenalan calon pemimpin,
program kerja dan visi misinya, menyerang lawan politiknya dengan membicarakan
kekurangan yang didasarkan data dan fakta, sampai dengan tindakan pembunuhan kharakter
lawan yang cenderung berisi fitnah, kebohongan, mengadu domba, menghasut, dan tuduhan
tanpa bukti yang seringkali digolongkan dalam Black Campaign.
Penyebaran ide radikal sendiri merupakan bentuk propaganda bersifat hitam, yaitu
propaganda yang dilancarkan secara licik sebagai senjata taktis untuk menipu, tidak jujur,
tidak mengenal etika, dan cenderung berpikir secara sepihak, dengan menanamkan gagasan
bahwa pihak lawan itu identik dengan hal buruk, memperlemah gagasan, citra, elektabilitas,
dan dukungan untuk pihak lawan dalam konteks politik, serta merubah pemikiran orang
yang tadinya suka menjadi tidak suka.
Sebagai contoh pada pemilu terakhir yaitu ide perubahan dan pembaharuan yang disebarkan
oleh partai PDI, dengan mengusung capres Jokowi-Jk yaitu teknik blusukan dekat dengan
rakyat dan revolusi mental yang selama ini dianggap jauh dari kebiasaan elit politik,
sehingga ini menjadi daya tarik tersendiri yang mengakibatkan dukungan terhadap mereka
meningkat. Selain menggunakan sarana propaganda untuk meraih simpatisan, bagi pihak
yang bersaing dalam pemilu dimana sebelumnya mereka adalah pemegang kekuasaan maka
ia mempunyai akses lebih untuk melakukan tindakan radikalisme politik dimana radikalisme
dianggap sebagai sarana yang inheren dan sah dipergunakan untuk merebut dan
mempertahankan kekuasaan yang ada.
Radikalisme yang terjadi merupakan tindakan radikalisme negara yang dilakukan oleh
perangkat kekuasaan kepada warga negaranya. Sejarah telah mencatat bahwa perjalanan
politik bangsa indonesia pada masa orde baru tidak terlepas dari tindakan yang dianggap
radikal serta berbagai cara yang dilakukan dalam mempertahankan kekuasaan seperti
memberi sedikit keistimewaan kepada mereka yang menyokong, mengancam mereka yang
menentang, dan propaganda bersifat patriotik kepada orang awam (Martin, 2002:5).
Salah satu cara adalah dengan menyebarkan jenis pesan menakutkan (fear appeal) yaitu
metode penyusunan pesan yang dapat menimbulkan rasa ketakutan kepada khalayak. Dalam
konteks politik pesan ini sering ditujukan kepada masyarakat yang tinggal di perdesaan
untuk memilih salah satu partai kontestan melalui peranan kepala-kepala desa (Hafied,
2016:294).
Dewasa ini, apakah orang itu taat beragama ataupun sekuler, ketika ia memegang kekuasaan
cenderung memiliki pandangan bahwa salah satu aspek kunci dari kekuasaan adalah
radikalisme. Para penguasa politik yang enggan menggunakan radikalisme tidak akan pernah
memperoleh kekuasaan, atau akan kehilangan kekuasaan yang pernah diraihnya (Nasrs,
2007:7).
Sehingga baik penguasa ataupun peserta pemilu yang melakukan tindakan radikalisme
dalam penyebaran isu-isu politik memiliki potensi besar untuk menghalangi terbentuknya
kesadaran masyarakat, dan menghambat kehadiran lembaga-lembaga yang dapat menentang
eksploitasi. Sehingga hal itu akan berdampak buruk terhadap negara, dimana kelompok yang
memiliki kepentingan akan berusaha menerapkan ideologi yang mereka yakini untuk dapat
diterima dan diterapkan dalam kehidupan bernegara tanpa memandang kepentingan dan
ideologi kelompok lain dalam negara.
Selain itu dampak yang paling bisa kita amati adalah tidak adanya kebebasan dan
penjaminan HAM bagi warga negara terutama dalam hal kebebasan menentukan pilihan.
Sejalan dengan hal tersebut, disisi lain meningkatnya kecerdasan politik masyarakat atau
calon pemilih yang merupakan implikasi langsung dari meningkatnya keefektifan
komunikasi dan pembelajaran politik mengakibatkan masyarakat akan lebih rasional dalam
menentukan pilihan mereka dan akan memiliki kemampuan lebih dalam memahami dan
merespon setiap perubahan yang terjadi sehingga hal tersebut akan mempengaruhi perilaku
politik masyarakat dan secara tidak langsung hal tersebut juga akan berdampak pada
penerimaan doktrin ide radikal dalam masyarakat (Sayuti, 2014:42-43).
Berdasarkan fakta tersebut, maka dalam karya tulis ini penulis mengembangkan model
matematika yang akan menjawab permasalahan mengenai apakah kita dapat
menggambarkan kondisi dimana beberapa kekuatan politik bisa naik ke tempat kekuasaan
atau mungkin terhalang oleh setiap kemajuan dalam kehidupan politik suatu masyarakat?,
dan kemudian apakah pengaruh yang ditimbulkan jika terdapat kekuatan lain yang mencoba
untuk muncul sebagai kekuatan politik yang radikal dan kelompok yang mencoba untuk
datang melawan kelompok radikal yang sudah berada diatas masyarakat?.
Perkembangan zaman saat ini yang terus maju, diperlukan suatu analisis yang dapat diterima
secara ilmiah terhadap setiap peristiwa yang terjadi seperti penyebaran ide radikal dalam
konteks pemilu, sehingga melalui model matematika ini diharapkan dapat menggambarkan
pergerakan dari setiap kelompok politik sehingga dapat menjadi pertimbangan untuk pihak-
pihak yang berkepentingan dalam mengambil tindakan.
Kemudian kita akan melihat pengaruh atau perilaku dan interaksi dari parameter yang
dianggap penting dalam model dan mengetahui faktor-faktor yang mempengarui perubahan
jumlah dari masing-masing kelompok dari waktu ke waktu (Aldila,2014:2).
Dalam penelitian ini, kita akan mengembangkan dan menguji model matematika yang tidak
hanya cocok untuk membahas dinamika penyebaran ide dari kekuatan politik yang radikal
atau kekuatan dalam konteks Pemilu, tetapi juga dapat digunakan untuk pemodelan hasil
yang berbeda dari perubahan perilaku politik masyarakat dalam Pemilu dan konseptual
lainnya dalam bentuk ekspresi politik. Sehingga karya tulis ini diberi judul “Model
Matematika Penyebaran Ide Radikal dalam Konteks Pemilihan Umum dan Konseptual
Manifestasi Serupa dari Tingkah Laku Politik“.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah model
matematika penyebaran ide radikal dalam konteks pemilihan umum dan konseptual
manifestasi serupa dari tingkah laku politik?
C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan yang telah dikemukakan diatas, yang menjadi
pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Apa model matematika penyebaran ide
radikal dalam konteks pemilihan umum dan konseptual manifestasi serupa dari tingkah laku
politik? 2. Bagaimana analisis model matematika penyebaran ide radikal dalam konteks
pemilihan umum dan konseptual manifestasi serupa dari tingkah laku politik? 3. Apa
interpretasi yang diperoleh dari analisis model matematika penyebaran ide radikal dalam
konteks pemilihan umum dan konseptual manifestasi serupa dari tingkah laku politik?
D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diajukan diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah : 1. Membentuk Model matematika penyebaran ide radikal dalam
konteks pemilihan umum dan manifestasi serupa dari tingkah laku politik. 2. Menganalisis
model matematika penyebaran ide radikal dalam konteks pemilihan umum dan manifestasi
serupa dari tingkah laku politik. 3. Menginterpretasikan hasil analisis dari model matematika
penyebaran ide radikal dalam konteks pemilihan umum dan manifestasi serupa dari tingkah
laku politik.
E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis Sebagai
sarana untuk memperdalam pengetahuan mengenai pemodelan matematika khususnya dari
model matematika penyebaran ide radikal

Anda mungkin juga menyukai