Anda di halaman 1dari 8

DOSEN PEMBIMBING :

KASMIATI ,SE.,M.Si

PENELITIAN
KEBUDAYAAN MALAKKE ”TARI
PEDANG” MANDAR

OLEH :
NAMA : ERNA
NIM : A0119314
KELAS : FAPERTAHUT B

FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN


UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur senatiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah swt. atas berkat
taufik,rahmat dan hidayahnyalah penulis dapat meneliti dan menyusun penelitian ini yang
berjudul “kebudayaan MALAKKE tari pedang mandar”.Penulis menyadari bahwa dalam
proses penyusunan penelitian ini banyak sekali terjadi kesalahan.Namun,berkat banyaknya
dukungan dari berbagai pihak dan dari Allah swt. sehingga banyaknya kendala dalam
penulisan ini dapat diatasi.

Dalam penulisan penelitian ini ataupun pada saat melakukan penelitian penulis
mendapat banyak sekali wawasan mengenai tentang kebudayaan mandar dan juga penulis
dapat berbincang dan berinteraksi lansung dengan para tokoh-tokoh masyarakat khusunya
suku mandar.

Dapat diharapkan,agar para pembaca dapat memahami dan mendapatkan ilmu yang
lebih dari penelitian ini dan juga dapat memuaskan pengetahuan pembaca mengenai
keinginan tahunya tentang kebudayaan mandar lebih mendalam.
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................4
C. TUJUAN.................................................................................................................4

BAB II METODE PENELITIAN......................................................................................5

BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................6

A. KEBUDAYAAN MALAKKE “TARIAN PEDANG”..........................................6

BAB III PENUTUP............................................................................................................7

A. KESIMPULAN......................................................................................................7
B. SARAN...................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudyaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin(akal budi) manusia
seperti kepercayaan,kesenian,dan adat istiadat.Kebudayaan juga diartikan
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang digunakan untuk
memahami lingkungan serta pengalamannya dan menjadi pedoman tingah lakunya.
Hal yang mendorong kebudayaan masih tetap ada disini adalah adanya
beberapa kalangan orang-orang yang masih saja mempertahankam dan menjaga
kebudayaan nenek moyangnya.
Hal yang dilakukan dari masa lampau dari dulu sampai sekarang tidak akan
pernah terhapus karena tertelan oleh alam karena masih ada orang yang
mempertahankan hal tersebut.Walaupun kebudayaan nenek moyang itu sudah
hampir punah namun tetap dilestarikan sebagai simbol adat istiadat suatu suku.

B. Rumusan masalah

Bagaimana proses perkembangan kebudayaan malakke atau tarian pedang


dalam suku mandar.

C. Tujuan
Untuk mengetahui apa itu malakke secara meluas dan menjadikan
kebudayaan mandar ini bisa berkembang baik di suku mandar saja maupun di suku
ataupun kebudayaan lain.
BAB II

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Patoke,Kelurahan Sulewatang,Kecamatan
Polewali,Kabupaten Polewali Mandar,yang dimana kebanyakan masyarakat yang mendiami
wilayah ini berprofesi sebagai petani dan pedagang sehingga memungkinkan keduanya
saling berhubungan,kepala keluarga sebagai petani dan Ibu rumah tangga sebagai pedagang.
Penelitian ini dilakukan pada hari sabtu 9 november 2019 pada jam 15: 00 sampai
selesai.Waktu yang sedikit dalam wawancara kepada informan mengakibatkan kurang
banyaknya informasi yang bisa didapatkan dari penelitian ini.

Adapun yang dijadikan sasaran pengambilan data adalah masyarakat yang


sering melaukan tarian ini disetiap acara adat keluarganya,karena jarang sekali bisa
didapatkan masyarakat yang masih menggunakan tarian ini itulah sebabnya dikatakan
tarian ini hampir punah didalam suku mandar. Data yang diambil dalam penelitian ini,
bersifat kualitatif. Namun demikian, data kuantitatif tetap diperlukan sejauh
mendukung hasil penelitian.

Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Agar


wawancara dapat dilakukan secara mendalam dan sistematis.Wawancara ini
dilakukan dengan salah seorang masyarakat yang menjadi kepala keluarga,dia
mengaku bahwa keluarganya mewajibkan untuk menggunakan tarian adat
malakke ini disetiap acara keluarga.Informan atas nama bahar haruna (56 tahun)
ditemui di kediamannya di desa patoke mengatakan bahwa kesenian tari malakke
ini hanya bisa dilakukan oleh garis keturunan dari Dusun lematto,Desa
Ongko,Campalagian.
Akan tetapi, berhubung keterbatasan dana dan waktu, hasil
wawancara seorang informan tidak dapat dikonfirmasikan dengan informan yang
lain. Akan halnya dengan observasi, juga tidak dapat dilakukan secara intensif sesuai
rencana awal. Oleh karena itu, hasil penelitian ini hanya sejauh berdasarkan informasi
dari informan, yang kebenarannya masih perlu diuji lebih lanjut.Untuk membatasi
pembahsan hasil penelitian maka hasil penelitian ini hanya membahas sedikit asal usul
dan bagaimana tata cara pelaksanaan kesenian ini.

Gambar : berfoto bersama informan


BAB III

PEMBAHASAN

A. Kebudayaan Malakke
Malakke adalah sebuah kesenian tarian pedang dari suku mandar.Malakke
adalah kesenian tradisional yang menggambarkan situasi perang antar suku dan
perang melawan penjajahan di masa lalu para penari saling menyerang dengan
menggunakan proferti sungguhan seperti tombak dan golok.Namun karena sudah
terlatih mereka tidak saling melukai dan umumnya tarian ini biasanya dilakukan oleh
para tetua-tetua desa.Kesenian ini hanya bisa dilakukan oleh garis keturunan dari
dusun lematto,Desan Ongko,Campalagian.Jadi,tidak sembarang orang dapat
melakukan tarian ini.
Tarian ini sudah turun temurun di wariskan kepada masyarakat setempat dan
dipertunjukkan pada sejumlah hajatan seperti pernikahan,khitanan,dan aqiqah sebagai
simbol tolak bala.Didapat dari informan,bahwa malakke ini sudah nyaris punah
dikalangan masyarakat mandar dan cuman sebagian saja masyarakat yang mengetahui
tata cara tarian ini dimainkan,dimulai dari gerakan tubuh hingga ayunan pedang asli
yang apabila tidak dilakukan oleh orang profesional dapat berakibat fatal.
Dikatakan oleh informan yang ditemui,tarian ini pernah di apresiasi oleh
anggota DPRD polman asal Campalagian “Saya sangat mengapresiasi pertunjukkan
malakke ini,karena sudah jarang sekali saya melihat tokoh masyarakat
mempertontonkan kesenian ini”kata dia.Kesenian ini perluh diperhatikan oleh
pemerintah daerah agar tidak punah sebab dapat menjadi salah satu bentuk pelestarian
seni tradisional.
Pada saat ditanya,bagaimana cara melakukan tarian malakke dan eksperi waja
saat melaukannya?.Bapak bahar berkata dalam bahasa mandar namun di artikan oleh
penulis kedalam bahasa Indonesia “Dua pria paruh baya dengan sorotan mata yang
tajam berhadapan.Ditangan kanannya terdapat golok yang panjang
mengkilat.Sedangkan ditangan kirinya terdapat kayu persegi panjang yang mirip
dengan perisai.Kedua pria yang bermahkota tanduk kerbau runcing itu mengayunkan
golok,dan saling mengincar satu sama lainnya namun dengan lincah mereka saling
menghindar”. kata pak Bahar.
Gambar : Kesenian malakke dari dusun lematto,Campalagian.
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Tarian malakke sebagai salah satu tarian dari tradisional dari suku mandar terutama
warga desa Ongko Campalagian.Tarian yang hampir punah ini biasanya digunakan
atau dipertontonkan pada sejumlah hajatan seperti pernikahan,khitanan,dan
aqiqah,sebagai simbol tolak bala bagi suku mandar.Tarian ini biasanya di mainkan
oleh dua orang paruh baya yang menggunakan pedang asli.

B. Saran
Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat menambah wawasan serta
pengetahuan bagi para pembaca serta dapat dijadikan landasan dalam melengkapi
data-data khususnya menjadi referensi pengetahuan bagi siapa saja yang berminat
dengan studi kebudayaan tradisonal masyarakat mandar.Penulis juga berharap agar para
masyarakat terkhusus masyarakat mandar agar tetap menjaga dan melestarikan
kebudayaan-kebudayaan dari nenek moyang ini yang sudah mulai punah supaya
generasi-generasi mandar berikutnya mengenal dan memahami tentang bagaimana
budaya mandar yang sebetulnya.

Anda mungkin juga menyukai