DOSEN PENGAMPU:
Malisa Ariani, Ns., M.Kep
Oleh kelompok 4 :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah analisis jurnal tentang EBP intervensi
keperawatan untuk perawatan anak dengan penyakit kronis tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah keperawatan anak II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang intervensi keperawatan untuk perawatan anak dengan penyakit kronis bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Malisa Ariani, Ns., M.Kep selaku dosen
pengampu dalam mata kuliah keperawatan anak II yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan.
Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
A. Kesimpulan ....................................................................................................7
B. Saran .........................................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kronis dapat dijelaskan sebagai penyakit degeneratif yang bertahan
lama hingga bertahun-tahun yang masih dapat dikendalikan, namun sulit untuk sembuh
(Dewi, 2016). Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian
dari cincin waldeyer. Tonsilektomi adalah prosedur mengangkat keseluruhan tonsil
termasuk kapsulnya dengan cara diseksi pada ruang peritonsilar antara kapsul tonsil
dan dinding muskuler. Tindakan yang sering dilakukan pada tonsilitis kronis adalah
operasi pengangkatan tonsil atau tonsilektomi.
Tonsilitis kronik umumnya terjadi akibat komplikasi tonsilitis akut, terutama yang
tidak mendapat terapi adekuat. Selain pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat,
faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik antara lain adalah higien mulut yang buruk,
kelelahan fisik dan beberapa jenis makanan.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetaui tentang penyakit kronik
2. Untuk mengetahui pengertian tonsillitis
BAB II
ANALISIS JURNAL
1. Pendahuluaan
a. Latar Belakang Tonsilektomi adalah operasi yang paling sering dilakukan di
Amerika Serikat setiap tahunnya. Operasi ini merupakan
tindakan pengangkatan tonsil atau amandel yang biasanya
dilakukan terhadap anak-anak. Pola rujukan untuk tonsilektomi
telah berubah selama dekade lalu dengan kebanyakan anak
sekarang mengalami gangguan pernapasan saat tidur.
2. Metodelogi
penelitian
a. Subjek penelitian Anak-anak yang menderita penyakit tonsilektomi
b. Teknik Uji klinis.
pengumpulan data
c. Alat pengumpulan kuantitatif
data
d. Prosedur Pengacakan blok yang dihasilkan komputer dengan ukuran blok
penelitian yang dipilih secara acak dilakukan oleh orang independen untuk
menghindari bias seleksi. Setelah perekrutan, masing-masing
peserta diberi pengenal unik yang tersedia berikutnya untuk
durasi studi.
e. Analisis data Analisis data menunjukkan bahwa spasme laring, batuk, dan
desaturasi oksigen adalah efek samping yang paling signifikan
mengurangi jumlah anak yang menerima albuterol dibandingkan
dengan plasebo, dan manfaat albuterol lebih terlihat pada anak-
anak dengan OSA sedang hingga berat.
3. Hasil dan
Pembahasan
a. Hasil Dari 484 anak yang diacak (median [kisaran] usia, 5,6 [1,6-8,9]
tahun; 285 [58,9%] laki-laki), 479 set data tersedia untuk analisis
niat-untuk-mengobati. Efek samping pernafasan perioperatif
terjadi pada 67 dari 241 anak (27,8%) yang menerima albuterol
dan 114 dari 238 anak (47,9%) yang menerima plasebo. Setelah
disesuaikan dengan usia, jenis alat saluran napas, dan tingkat
keparahan apnea tidur obstruktif dalam model regresi logistik
biner, kemungkinan efek samping pernapasan perioperatif tetap
lebih tinggi secara signifikan pada kelompok plasebo
dibandingkan dengan kelompok albuterol (rasio odds, 2,8; 95%
CI , 1.9-4.2; P)
b. Pembahasan Percobaan klinis acak tersamar triple ini menunjukkan
penurunan yang signifikan dalam kejadian efek samping
pernapasan perioperatif pada anak-anak yang menerima pra-
pengobatan albuterol sebelum adenotonsilektomi atau
tonsilektomi. Anak-anak yang menerima plasebo memiliki
peluang 2,8 kali lebih besar untuk mengalami gangguan
pernapasan setelah penyesuaian untuk perancu yang sesuai
(keparahan OSA, jenis alat saluran napas). Analisis eksplorasi
kami menunjukkan bahwa spasme laring, batuk, dan desaturasi
oksigen adalah efek samping yang paling signifikan mengurangi
jumlah anak yang menerima albuterol dibandingkan dengan
plasebo, dan manfaat albuterol lebih terlihat pada anak-anak
dengan OSA sedang hingga berat. faktor risiko yang
teridentifikasi dengan jelas untuk kejadian buruk pernapasan,
banyak yang terkait dengan inflamasi saluran napas. Ada juga
peningkatan prevalensi inflamasi saluran napas pada anak-anak
yang hadir dengan OSA, dan anak-anak ini diketahui berisiko
lebih tinggi mengalami efek samping pernapasan selama
anestesi
4. Kesimpulan,
keterbatasan saran
dan rekomendasi
a. Kesimpulan Premedikasi albuterol yang diberikan sebelum tonsilektomi
dengan anestesi umum pada anak kecil menghasilkan
penurunan yang signifikan secara klinis pada tingkat kejadian
merugikan pernapasan perioperatif dibandingkan dengan tingkat
pada anak-anak yang menerima plasebo. Dapat dilihat dari hasil
dalam uji klinis dari 479 anak, efek samping pernapasan
perioperatif diamati pada 67 dari 241 anak yang menerima
albuterol dan 114 dari 238 yang menerima plasebo. Sehingga
Pramedikasi dengan albuterol harus dipertimbangkan untuk
anak-anak yang menjalani tonsilektomi
b. Keterbatasan Penelitian dibatasi dengan menjadi uji coba satu pusat dalam
kelompok tertentu
c. Saran -
d. Rekomendasi Penurunan yang signifikan dalam insiden kejadian gangguan
pernapasan selama operasi menunjukkan bahwa ahli anestesi
harus mempertimbangkan penggunaan albuterol dalam
melakukan tindakan tonsilektomi
5. Kekuatan dan
Kelemahan jurnal
oleh reviewer
a. Kekuatan 1. Jurnal lengkap di jelaskan dengan sangat teliti sehingga
yang menbaca jurnal dapat memahami dan mengerti isi
jurnal tersebut.
2. Jurnal didukung oleh berbagai ahli yang sudah berkompeten
di bidangnya.
3. Jurnal juga disertai dengan penjelasan penggunaan obat dan
nama obat.
4. Jurnal sudah di lakukan percobaan dengan anak perempuan
sebanyak empat ratus delapan puluh empat anak dan pada
anak laki-laki dua ratus lapan puluh lima pertahun.
5. Jurnal juga dijelaskan tentang epek samping tentang
percobaan pengobatan tersebut
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah berdiskusi kelompok, premedikasi albuterol yang diberikan sebelum
tonsilektomi dengan anestesi umum pada anak menunjukkan penurunan yang signifikan
secara klinis pada tingkat kejadian gangguan pernapasan perioperatif dibandingkan
dengan anak-anak yang menerima terapi plasebo. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian premedikasi albuterol yang diberikan sebelum tonsilektomi pada anak-anak
dapat dipertimbangkan.
B. Saran
Setelah berdiskusi kelompok, saran yang dapat kami berikan berdasarkan dari
jurnal yang kami analisis adalah ahli anastesi ada baiknya mempertimbangkan
pemberian albuterol sebelum tindakan operasi tonsilektomi terutama pada anak-anak
dengan OSA sedang sampai berat agar dapat menghindari gangguan pernapasan
perioperatif.