Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ANALISIS JURNAL

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK II


“ Effects of Zinc Supplementation on Nutritional Status in Children with Chronic Kidney
Disease: A Randomized Trial ”

DOSEN PENGAMPU:
Malisa Ariani, Ns., M.Kep

Oleh kelompok 4 :

Febby Nathalia Dano 11194561920132


Frimaurora 11194561920133
Harmila 11194561920134
Masdayani 11194561920140
Melisa 11194561920142

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah analisis jurnal tentang EBP intervensi
keperawatan untuk perawatan anak dengan penyakit kronis tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah keperawatan anak II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang intervensi keperawatan untuk perawatan anak dengan penyakit kronis bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Malisa Ariani, Ns., M.Kep selaku dosen
pengampu dalam mata kuliah keperawatan anak II yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan.

Saya menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1


B. Tujuan ........................................................................................................... 1

BAB II ANALISIS JURNAL ............................................................................................2

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 7

A. Kesimpulan ....................................................................................................7
B. Saran .........................................................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kronis dapat dijelaskan sebagai penyakit degeneratif yang bertahan
lama hingga bertahun-tahun yang masih dapat dikendalikan, namun sulit untuk sembuh
(Dewi, 2016). Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian
dari cincin waldeyer. Tonsilektomi adalah prosedur mengangkat keseluruhan tonsil
termasuk kapsulnya dengan cara diseksi pada ruang peritonsilar antara kapsul tonsil
dan dinding muskuler. Tindakan yang sering dilakukan pada tonsilitis kronis adalah
operasi pengangkatan tonsil atau tonsilektomi.
Tonsilitis kronik umumnya terjadi akibat komplikasi tonsilitis akut, terutama yang
tidak mendapat terapi adekuat. Selain pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat,
faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik antara lain adalah higien mulut yang buruk,
kelelahan fisik dan beberapa jenis makanan.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetaui tentang penyakit kronik
2. Untuk mengetahui pengertian tonsillitis
BAB II

ANALISIS JURNAL

Penulis Britta S. von Ungern-Sternberg, MD, PhD, Departemen Anestesi


dan Manajemen Nyeri, Anak-anak Perth Rumah Sakit, 15
Rumah Sakit Ave, Nedlands WA 6009, Australia
Tahun Terbit 2019
Judul “ Effects of Zinc Supplementation on Nutritional Status in
Children with Chronic Kidney Disease: A Randomized Trial ”

Lembaga penerbit JAMAPediatrics


Volume, nomer & Volume 173, Nomor 6
Halaman
Tanggal terbit 22 April
Reviewer (mahasiswa- 1. Endika Ihsan
npm) 2. Febby Nathalia Dano
3. Frimaurora
4. Harmila
5. Masdayani
6. Melisa

1. Pendahuluaan
a. Latar Belakang Tonsilektomi adalah operasi yang paling sering dilakukan di
Amerika Serikat setiap tahunnya. Operasi ini merupakan
tindakan pengangkatan tonsil atau amandel yang biasanya
dilakukan terhadap anak-anak. Pola rujukan untuk tonsilektomi
telah berubah selama dekade lalu dengan kebanyakan anak
sekarang mengalami gangguan pernapasan saat tidur.

Meskipun terus terjadi peningkatan keamanan anestesi pediatrik,


proporsi substansial dari anak-anak di bawah tonsilektomi
mengalami efek samping pernapasan perioperatif, dengan
prevalensi hingga 50% anak-anak dengan minimal 1 faktor risiko.
Faktor risiko untuk kejadian pernafasan perioperatif termasuk
usia yang lebih muda, obesitas, dan infeksi saluran pernafasan
berulang atau baru. Semua faktor risiko tersebut adalah kejadian
umum pada anak-anak yang menjalani tonsilektomi
b. Alasan Berbagai pendekatan telah dilakukan untuk mengoptimalkan
manajemen anestesi dan meminimalkan efek samping pada
anak-anakyang berisiko tinggi, termasuk penggunaan masker
laring dan induksi anestesi intra vena. Meskipun penggunaan β
2- agonis adrenergik (misalnya, albuterol sulfat) mencegah
peningkatan resistensi pernafasan selama intubasi, bukti yang
ada belum menunjukkan pengurangan efek samping pernapasan
pada populasi yang menerima albuterol inhalasi pra-operasi.
Albuterol mungkin saja bermanfaat pada kelompok berisiko
tinggi, seperti anak-anak dengan asma dan gejala terkait atau
infeksi saluran pernapasan baru-baru ini
c. Tujuan Tujuan dari uji klinis triple-blind randomized ini adalah untuk
menyelidiki pengaruh albuterol inhalasi pra operasi pada
kejadian efek samping pernapasan perioperatif pada anak-anak
yang menjalani tonsilektomi. Penulis berhipotesis bahwa anak-
anak yang menerima albuterol sebelum tonsilektomi akan
mengalami 50% lebih sedikit risiko kejadian gangguan
pernapasan selama operasi
d. Teori & hasil Penemuan terbaru dari penulis menentang hasil dari penelitian
penelitian sebelumnya pada populasi anak yang lebih banyak, yang
sebelumnya menemukan manfaat dari falbuterol untuk pencegahan
gangguan pernafasan pada anak-anak. Kedua studi sebelumnya
dilakukan dalam populasi yang berusia lebih tua dan dengan
risiko yang lebih rendah untuk terjadinya gangguan pernapasan
selama operasi dan tidak melibatkan operasi yang berhubungan
dengan jalan nafas Terjadinya infeksi efek samping pada saluran
pernapasan atas tergantung pada gejala saat ini dan waktu
kejadian. Namun, risiko terinfeksinya saluran pernapasan atas
dalam 4 minggu lebih rendah daripada risiko tanpa infeksi, yang
mungkin menjelaskan mengapa tidak ada efek yang ditemukan
ketika anak-anak yang mengalami infeksi saluran pernafasan
atas pada 1 sampai 6 minggu sebelum operasi menerima
albuterol.

2. Metodelogi
penelitian
a. Subjek penelitian Anak-anak yang menderita penyakit tonsilektomi
b. Teknik Uji klinis.
pengumpulan data
c. Alat pengumpulan kuantitatif
data
d. Prosedur Pengacakan blok yang dihasilkan komputer dengan ukuran blok
penelitian yang dipilih secara acak dilakukan oleh orang independen untuk
menghindari bias seleksi. Setelah perekrutan, masing-masing
peserta diberi pengenal unik yang tersedia berikutnya untuk
durasi studi.
e. Analisis data Analisis data menunjukkan bahwa spasme laring, batuk, dan
desaturasi oksigen adalah efek samping yang paling signifikan
mengurangi jumlah anak yang menerima albuterol dibandingkan
dengan plasebo, dan manfaat albuterol lebih terlihat pada anak-
anak dengan OSA sedang hingga berat.
3. Hasil dan
Pembahasan
a. Hasil Dari 484 anak yang diacak (median [kisaran] usia, 5,6 [1,6-8,9]
tahun; 285 [58,9%] laki-laki), 479 set data tersedia untuk analisis
niat-untuk-mengobati. Efek samping pernafasan perioperatif
terjadi pada 67 dari 241 anak (27,8%) yang menerima albuterol
dan 114 dari 238 anak (47,9%) yang menerima plasebo. Setelah
disesuaikan dengan usia, jenis alat saluran napas, dan tingkat
keparahan apnea tidur obstruktif dalam model regresi logistik
biner, kemungkinan efek samping pernapasan perioperatif tetap
lebih tinggi secara signifikan pada kelompok plasebo
dibandingkan dengan kelompok albuterol (rasio odds, 2,8; 95%
CI , 1.9-4.2; P)
b. Pembahasan Percobaan klinis acak tersamar triple ini menunjukkan
penurunan yang signifikan dalam kejadian efek samping
pernapasan perioperatif pada anak-anak yang menerima pra-
pengobatan albuterol sebelum adenotonsilektomi atau
tonsilektomi. Anak-anak yang menerima plasebo memiliki
peluang 2,8 kali lebih besar untuk mengalami gangguan
pernapasan setelah penyesuaian untuk perancu yang sesuai
(keparahan OSA, jenis alat saluran napas). Analisis eksplorasi
kami menunjukkan bahwa spasme laring, batuk, dan desaturasi
oksigen adalah efek samping yang paling signifikan mengurangi
jumlah anak yang menerima albuterol dibandingkan dengan
plasebo, dan manfaat albuterol lebih terlihat pada anak-anak
dengan OSA sedang hingga berat. faktor risiko yang
teridentifikasi dengan jelas untuk kejadian buruk pernapasan,
banyak yang terkait dengan inflamasi saluran napas. Ada juga
peningkatan prevalensi inflamasi saluran napas pada anak-anak
yang hadir dengan OSA, dan anak-anak ini diketahui berisiko
lebih tinggi mengalami efek samping pernapasan selama
anestesi
4. Kesimpulan,
keterbatasan saran
dan rekomendasi
a. Kesimpulan Premedikasi albuterol yang diberikan sebelum tonsilektomi
dengan anestesi umum pada anak kecil menghasilkan
penurunan yang signifikan secara klinis pada tingkat kejadian
merugikan pernapasan perioperatif dibandingkan dengan tingkat
pada anak-anak yang menerima plasebo. Dapat dilihat dari hasil
dalam uji klinis dari 479 anak, efek samping pernapasan
perioperatif diamati pada 67 dari 241 anak yang menerima
albuterol dan 114 dari 238 yang menerima plasebo. Sehingga
Pramedikasi dengan albuterol harus dipertimbangkan untuk
anak-anak yang menjalani tonsilektomi
b. Keterbatasan Penelitian dibatasi dengan menjadi uji coba satu pusat dalam
kelompok tertentu
c. Saran -
d. Rekomendasi Penurunan yang signifikan dalam insiden kejadian gangguan
pernapasan selama operasi menunjukkan bahwa ahli anestesi
harus mempertimbangkan penggunaan albuterol dalam
melakukan tindakan tonsilektomi
5. Kekuatan dan
Kelemahan jurnal
oleh reviewer
a. Kekuatan 1. Jurnal lengkap di jelaskan dengan sangat teliti sehingga
yang menbaca jurnal dapat memahami dan mengerti isi
jurnal tersebut.
2. Jurnal didukung oleh berbagai ahli yang sudah berkompeten
di bidangnya.
3. Jurnal juga disertai dengan penjelasan penggunaan obat dan
nama obat.
4. Jurnal sudah di lakukan percobaan dengan anak perempuan
sebanyak empat ratus delapan puluh empat anak dan pada
anak laki-laki dua ratus lapan puluh lima pertahun.
5. Jurnal juga dijelaskan tentang epek samping tentang
percobaan pengobatan tersebut

6. Kelemahan 1. Jurnal tidak disertai usia pembaca dan bertujuan untuk


umum.
2. Jurnal terlalu banyak menggunakan bahasa ilmiah sehingga
banyak pembaca tidak mengerti.
3. Obat di jelaskan terlalu rinci sehingga masyarakat dengan
secara umum tahu,tepi obat juga dijelaskan juga epek
sampingnya yang membahayakan penggunya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah berdiskusi kelompok, premedikasi albuterol yang diberikan sebelum
tonsilektomi dengan anestesi umum pada anak menunjukkan penurunan yang signifikan
secara klinis pada tingkat kejadian gangguan pernapasan perioperatif dibandingkan
dengan anak-anak yang menerima terapi plasebo. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian premedikasi albuterol yang diberikan sebelum tonsilektomi pada anak-anak
dapat dipertimbangkan.

B. Saran
Setelah berdiskusi kelompok, saran yang dapat kami berikan berdasarkan dari
jurnal yang kami analisis adalah ahli anastesi ada baiknya mempertimbangkan
pemberian albuterol sebelum tindakan operasi tonsilektomi terutama pada anak-anak
dengan OSA sedang sampai berat agar dapat menghindari gangguan pernapasan
perioperatif.

Anda mungkin juga menyukai