OLEH
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang
semakin pesat telah membawa implikasi perubahan dalam dunia
pendidikan. Segala perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
membuat dunia pendidikan terus menyesuaikan diri, berubah sesuai
dengan perkembangan zaman. Dunia pendidikan sangat terkait dengan
siswa sebagai peserta didik yang merupakan subjek utama dalam
pendidikan. Siswa harus dibekali dengan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang memungkinkannya untuk mandiri, sehingga dapat memberikan
kontribusi yang bermanfaat bagi pembangunan bangsa dan negara.
Matematika mempunyai peranan yang sangat besar dalam
mengembangkan kemampuan berpikir manusia. Sebagai salah satu ilmu
dasar, matematika memegang peranan penting dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang diajarkan pada siswa jenjang pendidikan, baik pendidikan
umum maupun pendidikan kejuruan, mulai dari pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi. Untuk itu pengembangan pembelajaran matematika
sangat dibutuhkan karena keterkaitan dengan penanaman konsep pada
siswa yang nantinya para siswa tersebut juga ikut andil dalam
pengembangan matematika lebih lanjut ataupun dalam pengaplikasian
matematika dalam kehidupan sehari – hari. Konsep-konsep matematika
berawal dari aktifitas manusia yang selanjutnya disadari dan
dikembangkan menjadi suatu pengetahuan yang selanjutnya digunakan
untuk membantu manusia menyelesaikan masalah. Karena itu belajar
matematika hendaknya dipandang sebagai aktivitas manusia (human
activity) Freudenthal (dalam Sabandar, 2007 : 169).
Diantara masalah yang timbul karena kurangnya pemahaman
konsep siswa tentang pokok bahasan, dalam hal ini pemakalah mengambil
contoh konsep tentang FPB dan KPK, pemakalah sengaja mengangkat
masalah tersebut karena ketika pemakalah pernah terjun langsung melihat
aktivitas siswa di kelas, siswa masih mengalami kesulitan dalam
membedakan apakah soal yang diberikan oleh gurunya adalah soal FPB
atau KPK.
Dalam latihan mengerjakan soal, umumnya siswa sering
dihadapkan pada bentuk soal cerita yang terkait dengan kehidupan sehari-
hari atau dunia nyata anak. Namun, justru soal bentuk cerita itulah yang
selalu tidak mudah dipahami atau diselesaikan siswa. Bahkan kesulitan
soal cerita sebenarnya bukanlah monopoli murid dan guru di Indonesia,
tetapi memang gejala umum dalam pelajaran matematika yang kurang
menekankan analisis (Soedjadi,2001: 65).
2. KPK
Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan adalah
kelipatan persekutuan bilangan-bilangan tersebut yang nilainya
paling kecil.
Langkah-langkah menentukan KPK:
a. Tentukan faktorisasi prima dari bilangan-bilangan tersebut
b. Ambillah semua faktor yang sama atau tidak sama dari
bilangan-bilangan tersebut.
c. Jika faktor yang sama memiliki pangkat yang berbeda,
ambillah faktor yang pangkatnya terbesar.
Contoh:
Tentukan KPK dari bilangan 15 dan 20!
Jawab:
Kelipatan 15 = {15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120, …}
Kelipatan 20 = {20, 40, 60, 80, 100,120, …}
Kelipatan persekutuan dari 15 dan 20 = {60, 120, ….}
KPK dari 15 dan 20 = 60.
Jadi, mereka akan kembali masuk les bersama-sama dalam 12 hari lagi.
Dari permasalahan tersebut di atas apa yang dapat kita simpulkan? 12
adalah KPK dari 4 dan 6. jadi, penyelesaian permasalahan diatas
menggunakan KPK.
Sekarang kita kerjakan soal tersebut dengan cara penyelesaian KPK :
Penyelesaian :
KPK dari 4 dan 6
4 6
2 2 3
2 1 3
3 1 1
Sekarang ada persoalan baru seperti di bawah ini, mari kita selesaikan :
Dalam rangka merayakan hari ulang tahunnya, Angel membagikan
75 buku tulis dan 50 pensil kepada anak-anak yatim piatu. Setiap
buku tulis dan pensil akan dibagikan kepada anak-anak dengan
jumlah yang sama banyak.
a. Berapa anak yatim yang bisa mendapatkan buku tulis dan pensil?
b. Berapa buku tulis dan pensil untuk masing-masing anak?
Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan kali ini? Mari kita selesaikan
bersama-sama.
Ada 75 buku tulis.
Agar setiap anak mendapat bagian yang sama banyak, maka buku tulis
tersebut dapat dibagikan kepada :
1 anak, 3 anak, 5 anak, 15 anak, 25 anak, atau 75 anak
Ada 50 pensil.
Agar setiap anak mendapat bagian yang sama banyak, maka pensil
tersebut dapat dibagikan kepada :
1 anak, 2 anak, 5 anak, 10 anak, 25 anak, atau 50 anak
Jika setiap buku tulis dan pensil dibagikan kepada anak-anak dengan jumlah
yang sama banyak, maka buku tulis dan pensil tersebut dapat dibagikan
kepada 1 anak, 5 anak, atau 25 anak.
Jadi, penyelesaian masalah di atas adalah sebagai berikut :
a. Banyak anak yatim yang mendapatkan buku tulis dan pensil dengan
bagian yang sama, paling banyak 25 anak.
b. Setiap anak mendapatkan :
buku tulis = 75 : 25 = 3
pensil = 50 : 25 = 2.
Jika kamu perhatikan dengan seksama, 25 adalah FPB dari 75 dan 50. Jadi,
penyelesaian permasalahan di atas dilakukan dengan menggunakan FPB.
Sekarang kita coba dengan penyelesaian FPB :
Penyelesaian :
75 50
5 15 10
5 3 2
3 1 2
2 1 1
FPB dari 75 dan 50 = 5 x 5 = 25
Jadi Banyak anak yatim yang mendapatkan buku tulis dan pensil dengan
bagian yang sama, paling banyak 25 anak.
Setiap anak mendapatkan :
buku tulis = 75 : 25 = 3
pensil = 50 : 25 = 2.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penyajian soal dalam bentuk cerita merupakan usaha
menciptakan suatu cerita untuk menerapkan konsep yang
sedang dipelajari sesuai dengan pengalaman sehari-hari.
2. Kesulitan siswa membedakan soal cerita FPB dan KPK terletak
pada model soalnya.
3. Cara membedakan antara soal cerita FPB dan KPK:
a. Penanaman konsep bahwa FPB itu adalah faktor atau
pembagi, sehingga nilainya kecil. Sedangkan KPK itu
adalah kelipatan, yang tentunya nilainya besar.
b. Lihat model soalnya
c. Memberikan latihan pada anak, agar peka untuk bisa
membedakan soal cerita tentang FPB dengan KPK
B. Saran
1. Sebaiknya guru menanamkan konsep terhadap materi ajarnya
terlebih dahulu agar ketika siswa dihadapkan pada soal cerita,
siswa mampu menyelesaikannya dengan baik.
2. Sebaiknya guru senantiasa memperhatikan kesulitan-kesultan
yang siswa alami ketika belajar matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Amin. 1989. Soal Cerita Matematika. Bandung: Rosda Karya.
Syamsuddin, Gani. 2003. Pedoman Soal Cerita Bahasa Indonesia. Jakarta : Bumi
Aksara.