Anda di halaman 1dari 8

PROFESI KEPENDIDIKAN

PERAN GURU BIDANG STUDI DALAM PELAKSANAAN PROGRAM


BIMBINGAN KONSELINGPADA SATUAN PENDIDIKAN

Dosen pengampu :
Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd.
Putra Afriadi, S.Pd., M.Pd.

NAMA : ANNISA NURHASANAH 5193143002


ANNISYA 5193143003
KHOIRUL IKHSAN 5192143003
RAHFI FUSFADWITA 5192443009

KELAS : TATA BUSANA B 2019

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALAH SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd.
dan BapakPutra Afriadi, S.Pd., M.Pd. yang membimbing mata kuliah Profesi Kependidikan.
Sebagai manusia biasa tentu tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga bisa menambah pengetahuan bagi
pembaca.

Medan, 14 April 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai pendidik sebenarnya tugas seorang guru selain mengajar dan


melatih adalah memberikan bimbingan. Guru berperan dalam memberikan
bimbingan penguasaan diri dalam rangka pembentukan kepribadian peserta
didik, disiplin diri, perencanaan masa depan, membantu mengatasi
kesulitan peserta didik, dan lainnya. Para peserta didik yang sedang
belajar pada berbagai jenjang dan jenis pendidikan berada dalam tahap
perkembangan, sedang berusaha mengembangkan diri, mengembangkan semua
potensi dan bakat yang dimilikinya. Perkembangan tersebut akan mencakup
seluruh aspek sikap spiritual peserta didik, aspek sikap sosial, aspek
intelektual, aspek kepribadian, dan aspek fisik motorik.

Kemudian, selama proses perkembangan ini ada hal-hal atau aspek-aspek


yang dapat dicapai oleh peserta didik sendiri dan ada pula yang dapat
dicapai dengan bantuan orang lain. Seperti pula usaha, alasan
diperlukannya bantuan dari orang lain adalah bahwa beberapa hal akan
menghadapi hambatan-hambatan dalam proses pencapaiannya sehingga bila
dibiarkan tujuan tidak akan tercapai. Disinilah pentingnya peran
seorang guru dalam memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta
didik, terutama dalam proses pembelajaran.

Kemampuan dan kemauan yang harus dimiliki oleh guru salah satunya
adalah memahami peserta didik. Seorang petani terlebih dahulu perlu
mengenal tanah yang akan dikerjakannya, baik jenis, tekstur, dan
kandungannya sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat.Demikian
juga dengan guru (bidang studi), sebelum membimbing atau mengajar
terlebih dahulu perlu mengenal dan memahami peserta didik sebab setiap
peserta didik pasti memiliki karakter ataupun kemampuan yang
berbeda-beda. Mereka juga memiliki minat, perhatian, atau penghargaan
terhadap guru dan pelajarannya sendiri sehingga guru harus bisa
mengatasi perbedaan-perbedaan ini selama proses pembelajaran.

B. Tujuan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini untuk mengetahui peran guru bidang studi dalam
pelaksanaan program bimbingan konseling pada satuan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERAN GURU BIDANG STUDI DALAM PELAKSANAAN PROGRAM


BIMBINGAN KONSELING PADA SATUAN PENDIDIKAN

Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran
tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan
dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak
sebagai konselor bagi siswanya.

Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu
sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki
pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran
guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005)
mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada
siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli,
memahami dan menghargai tanpa syarat.

Abin Syamsuddin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai pembimbing dituntut untuk
mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar,
melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus
membantu pemecahannya (remedial teaching). Berkenaan dengan upaya membantu
mengatasi kesulitan atau masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang
dijalankan oleh konselor profesional. Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan
masalah siswa yang mungkin bisa dibimbing oleh guru yaitu masalah yang termasuk
kategori ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu,
berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal,
berpacaran, mencuri kelas ringan. Dalam konteks organisasi layanan Bimbingan dan
Konseling, di sekolah, peran dan konstribusi guru sangat diharapkan guna kepentingan
efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah.

Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran
dalam bimbingan dan konseling adalah:
a) Membantu konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
b) Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
c) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada konselor.
d) Menerima siswa alih tangan dari konselor, yaitu siswa yang menuntut konselor
memerlukan pelayanan khusus, seperti pengajaran/latihan perbaikan, dan program
pengayaan.
e) Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan gurusiswa dan hubungan siswa-
siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
f) Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti/menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
g) Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi
kasus.
h) Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian.

Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam


kegiatan BK, yaitu:
1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar
informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan
akademik maupun umum.
2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus,
jadwal pelajaran dan lain-lain.
3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta
reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya
(aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika
di dalam proses belajar-mengajar.
4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan
belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam
pendidikan dan pengetahuan.
7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam
proses belajar-mengajar.
8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
9. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik
dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat
menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak

KESIMPULAN.

Berdasarkan penelasan di atas disini kami dapat menyimpulkan bahwa guru kelas dalam
pelakasanaan bimbingan konseling di sekolah dasar sanagat penting sekali. Sealannya di
berlakukan kurikulum berbasis kompetensi, guru mumpunyai peran yang sentral dalam kegiatan
BK peran tersebut nmencakupi peran sebagai inoftor, organisator, motivator, director, peran
tersebut tidak dapat beralan sendiri sendiri ,namun merupakan sebuah sistem yang saling
melengkapi dalam kegiatan bimbingan dan konseling disekolah.

SARAN

Mewuudkan peran guru dlam pelaksanaan kegiatan Bk bukanlah hal yang mudh hal tersebut
dikarenakan di sd tidak memiliki guru pembimbing.

Anda mungkin juga menyukai