2137
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan Keterampilan Proses Sains
(KPS) siswa melalui pembelajaran berbasis proyek. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus
dimana setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, observasi dan angket.
Penilaian KPS siswa dilakukan dengan assesmen unjuk kerja menggunakan instrumen lembar
observasi. Berdasarkan hasil pengamatan, ditunjukkan adanya peningkatan nilai KPS siswa
yang signifikan sebesar 22,03 % dari siklus I ke siklus II. Selain itu, nilai siswa pada setiap
indikator KPS juga mengalami peningkatan. Indikator-indikator tersebut adalah mengamati,
mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis,
merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, dan
mengkomunikasikan hasil. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan KPS siswa.
ABSTRACT
The purpose of this classroom action research is to improve students’ science process
skills through the project based learning. The research is conducted in two cycles which each
cycle consists of planning, acting, observing, and reflecting. The assesment techniques for
students’ science process skills is conducted by using performance assesment techniques with
observation sheet. Based on the observation results, it is showed that there is a significant
increases of students’ science process skill values by 22,03% from cycle I to cycle II. Beside
that, students’ values in every indicator of science process skills shows the increases also.
Those indicators are observing, grouping, interpretating, predicting, asking questions,
formulating hypotheses, planning experiments, using tools and materials, applying concepts,
and communicating results. Based on the research results, it can be inferred that applying
project based learning is able to improve the students’ science process skills.
alat dan bahan, menerapkan konsep, tinggi, taat mematuhi tata-tertib sekolah,
merencanakan percobaan, berkomunikasi, kerjasama, tanggung-jawab, dan antusias
dan mengajukan pertanyaan. terhadap tugas yang diberikan oleh guru.
Keterampilan Proses Sains (KPS) Namun demikian, masih ada permasalahan
ini sangat penting bagi setiap siswa yang harus diselesaikan yaitu tingkat
sebagai bekal untuk menggunakan model keaktifan siswa selama pembelajaran dan
ilmiah dalam mengembangkan sains serta keterampilan proses sains (KPS) siswa
diharapkan memperoleh pengetahuan baru yang masih rendah. Hal ini tampak dari
atau mengembangkan pengetahuan yang hasil observasi yang telah dilakukan pada
telah dimiliki. KPS ini merupakan siswa kelas X saat proses pembelajaran
keterampilan berpikir ilmuan yang berguna menunjukkan tidak semua siswa aktif
untuk memecahkan masalah dalam dalam mengajukan dan menjawab
kehidupan sehari-hari terutama dalam pertanyaan, hanya siswa tertentu saja yang
menghadapi tantangan global (Abungu, et terlihat dominan dan aktif dalam menjawab
al., 2014; Ozgelen, 2012) serta merupakan serta memberikan pendapat sedangkan
asimilasi dari berbagai keterampilan siswa yang lain cenderung pasif. Pada
intelektual yang diterapkan pada proses umumnya keterampilan siswa dalam
pembelajaran. Dengan KPS, siswa melakukan percobaan di laboratorium
berlatih untuk selalu bertanya, berpikir masih rendah, baik pada proses
kritis, menumbuh-kembangkan mengamati, menggunakan alat-alat
keterampilan fisik dan mental, serta laboratorium, menafsirkan dan
sebagai wahana untuk menyatukan menganalisis data percobaan, maupun
pengembangan konsep siswa dengan dalam mengomunikasikan. Rendahnya
pengembangan sikap dan nilai yang keterampilan proses sains siswa terjadi
penting sebagai bekal terhadap tantangan karena kurangnya optimalisasi
di era globalisasi. pembelajaran yang melibatkan peran
SMA Negeri 2 Purworejo siswa. Siswa lebih banyak diam dan
merupakan sekolah yang telah menerapkan sekedar memperhatikan serta mencatat
kurikulum 2013. Berdasarkan analisis yang materi yang disampaikan untuk dihafal.
dilakukan terkait hasil belajar yang Permasalahan yang terjadi pada
diperoleh siswa selama tiga tahun terakhir siswa kelas X3 SMA Negeri 2 Purworejo
ditemukan bahwa rerata hasil belajar menunjukkan bahwa KPS siswa belum
kognitif dan afektif siswa sudah baik. dikembangkan secara optimal.
Ditinjau dari hasil belajar kognitif, rerata Pembelajaran yang dilakukan guru
nilai yang diperoleh siswa berada pada cenderung menjadikan siswa kurang
kategori tuntas, dan dari hasil belajar afektif terampil, lebih banyak diam dan mencatat
menunjukkan bahwa pada umumnya siswa materi yang disampaikan guru, serta
sudah menunjukkan kedisiplinan yang kurang aktif selama proses pembelajaran.
Suhanda dan Sugeng Suryanto, Penerapan Pembelajaran Kimia Berbasis Proyek …. 2139
Pembelajaran yang selama ini dilakukan periode waktu tertentu, dan akhirnya
oleh guru lebih mengutamakan menghasilkan produk yang nyata (Hayati,
ketercapaian aspek kognitif dan afektif. et al. , 2013).
Siswa belum dibiasakan dengan berbagai Pembelajaran berbasis proyek
keterampilan proses sains seperti kegiatan merupakan pembelajaran yang mengacu
merumuskan masalah, merancang pada filosofis konstruktivisme, yaitu
percobaan serta menggunakan alat dan pengetahuan merupakan hasil konstruksi
bahan terhadap rancangannya tersebut. kognitif melalui suatu aktivitas siswa yang
Temuan ini sesuai dengan yang meliputi keterampilan maupun sikap ilmiah
ditemukan Handayani, et al., (2016) dan siswa sehingga siswa dapat
Kurniawati, et al., (2016) bahwa KPS siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri
dalam merumuskan masalah, dan bermakna melalui pengalaman yang
merencanakan percobaan serta nyata. Kerja proyek memuat tugas-tugas
menerapkan konsep masih rendah. Hal yang kompleks berdasarkan kepada
senada juga terjadi pada pendidikan di pertanyaan dan permasalahan (problem)
Malaysia yang mana KPS siswa masih yang sangat menantang dan menuntut
rendah karena pembelajaran lebih siswa untuk merancang, memecahkan
berorientasi pada hasil ujian (Rauf, et al., masalah, membuat keputusan, melakukan
2013).. Berdasarkan permasalahan di atas, kegiatan investigasi, serta memberikan
perlu adanya peningkatan KPS dalam kesempatan kepada siswa untuk bekerja
pembelajaran yang berlangsung. secara mandiri (Siwa, et al., 2013; Sumarni,
Mengingat pentingnya KPS untuk 2015; Kusumaningrum dan Djukri, 2016).
dimiliki para siswa, maka diperlukan suatu Hasil penelitian Siwa, et al., (2013)
pembelajaran yang dapat mengarahkan dan Piliang, et al., (2015) menemukan
siswa untuk mengembangkan KPS. Oleh bahwa pembelajaran berbasis proyek
karena itu diperlukan suatu strategi yang mampu meningkatkan KPS siswa. Hal ini
bisa memberi jawaban dari masalah ini. terjadi karena pembelajaran berbasis
Salah satu strategi pembelajaran yang proyek berfokus pada konsep-konsep yang
dapat dimanfaatkan untuk melibatkan siswa dalam kegiatan
mengembangkan KPS adalah pengerjaan proyek, memberi peluang siswa
pembelajaran berbasis proyek (Tasiwan, bekerja secara otonom, mengkonstruk
2015). Pembelajaran berbasis proyek pengetahuan yang dimiliki, membantu
adalah pembelajaran dimana tugas-tugas peserta didik dalam mengembangkan
kompleks didasarkan pada pertanyaan berbagai kemampuan yang dimiliki (Bas,
yang menantang atau permasalahan yang 2010), dan puncaknya menghasilkan karya
melibatkan para siswa di dalam desain, atau produk dan hasilnya kemudian
pemecahan masalah, pengambilan dipresentasikan. Hal ini didukung juga
keputusan, memberi peluang para siswa dengan hasil penelitian Tasiwan (2015),
untuk bekerja secara otonomi dengan
2140 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 2, 2018, halaman 2137 – 2148
memfasilitasi siswanya agar memperoleh proses sains minimal dalam kategori baik
pengalaman langsung dari kerja pada siklus II sebesar 78,6%. Hal ini
proyeknya, sebagaimana disampaikan menunjukkan bahwa indikator kinerja yang
Ekene (2011) bahwa KPS perlu ditetapkan sudah tercapai. Ditinjau dari
dikembangkan melalui pengalaman masing-masing aspek KPS yang dinilai,
langsung yang melibatkan penggunaan persentase jumlah siswa yang memperoleh
berbagai material dan tindakan fisik. kriteria baik untuk keterampilan
Siswa juga masih belum mampu mengomunikasikan hasil dengan benar
mengaitkan antara hasil kerja proyek yang sebesar 75,5% dan menerapkan konsep
telah dibuatnya dengan konsep-konsep yang sudah dipelajari sebesar 77,2%,
yang telah diterimanya selama proses disusul dengan keterampilan mengamati
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena sebesar 78,8%, mengajukan pertanyaan
selama ini guru hanya menekankan sebesar 76,3%, merancang tugas proyek
penguasaan konsep, dan belum sebesar 75,7%, menggunakan alat dan
mengeksplorasi KPS siswa (Sukarno, et bahan sebesar 81,4%, dan
al., 2013). mengelompokkan hasil pengamatan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari sebesar 76,7%. Adapun untuk indikator
siklus I menunjukkan masih banyak kemampuan merumuskan hipotesis
kelemahan dalam proses pembelajaran sebesar 81,7%, menafsirkan data hasil
sehingga jumlah siswa dengan nilai KPS pengamatan sebesar 82,4%, dan
minimal baik belum mencapai indikator memprediksi kemungkinan yang akan
yang ditetapkan. Oleh karena itu, hasil terjadi terkait konfigurasi electron sebesar
refleksi siklus I, pada tahap perencanaan 79,8%.
siklus II diadakan perbaikan-perbaikan Skor capaian tiap aspek KPS pada
untuk mengatasi kelemahan yang dijumpai akhir siklus II berkisar antara 75,5% sampai
pada siklus I. Perbaikan-perbaikan yang 82,4% dengan skor rata-rata total
dilakukan antara lain sebagai berikut: selain keseluruhan aspek sebesar 78,6%. Skor
menekankan pada pengetahuan melalui tersebut menunjukkan adanya peningkatan
pencarian aktif dari berbagai sumber KPS di akhir siklus dibandingkan dengan
belajar, juga menekankan pada aktivitas siklus I. Peningkatan skor terjadi pada
dan keterampilan siswa. setiap aspek keterampilan proses sains
Pembelajaran siklus II dilaksanakan siswa di akhir tindakan menunjukkan
dengan model yang sama seperti pada bahwa sebagian besar aspek sudah
siklus I, namun dengan tugas proyek mencapai target akhir lebih dari tiga
membuat poster terkait dengan sifat-sifat perempat jumlah siswa telah memiliki nilai
keperiodikan unsur. Pada akhir KPS dalam kategori minimal baik.
pembelajaran siklus II diperoleh persentase Peningkatan nilai per indikator KPS dari
siswa dengan capaian aspek keterampilan
Suhanda dan Sugeng Suryanto, Penerapan Pembelajaran Kimia Berbasis Proyek …. 2143
30
% peningkatan
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan :
1. Merumuskan Hipotesis, 2. Memprediksi, 3. Menafsirkan, 4. Mengamati,
5. Mengajukan Pertanyaan, 6. Merancang Percobaan, 7. Menggunakan
Alat Dan Bahan, 8. Mengelompokkan, 9. Mengomunikasikan Hasil, 10.
Menerapkan Konsep.
Gambar 1 menunjukkan telah terjadi nilai yang tinggi (>25%) terdapat pada
peningkatan nilai pada setiap indikator indikator menerapkan konsep dan
KPS yang diajarkan. Peningkatan nilai mengomunikasikan hasil.
yang diperoleh siswa ada tiga kategori Peningkatan KPS yang terjadi
yaitu rendah, sedang dan tinggi. mengindikasikan pembelajaran berbasis
Peningkatan nilai yang rendah (<15%) proyek yang diterapkan telah terbukti dapat
dicapai pada indikator merumuskan meningkatkan kualitas proses belajar
hipotesis, memprediksi, dan menafsirkan. siswa. Hasil ini sesuai dengan hasil
Peningkatan yang rendah ini terjadi penelitian Tasiwan (2015), pembelajaran
karena nilai pada siklus I sudah baik berbasis proyek terbimbing efektif
sehingga peningkatan nilai pada siklus II mengembangkan enam belas aspek KPS,
tidak terlalu besar. sedangkan Hayati, et al., (2013)
Peningkatan nilai sedang (15% – menemukan pembelajaran berbasis proyek
25%) dicapai pada indikator mengamati, mampu meningkatkan KPS siswa dengan
merancang percobaan, meramalkan, skor rata-rata 72,85 dan ketuntasan klasikal
menggunakan alat dan bahan, dan 80,6% yaitu 29 dari 36 siswa telah tuntas.
mengelompokkan. Menurut guru Hasil penelitian Siwa, et al., (2015)
pengampu, hal ini disebabkan siswa menunjukkan terdapat perbedaan hasil
mudah dalam menerima masukkan dari belajar KPS pada topik laju reaksi dan
guru ketika siswa melakukan kesalahan kesetimbangan kimia antara kelompok
atau merasa kesulitan saat siswa siswa yang mengikuti model pembelajaran
melaksanakan praktikum. Peningkatan proyek dengan kelompok siswa yang
2144 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 2, 2018, halaman 2137 – 2148
Peningkatan nilai pada siklus II juga pembelajaran lebih optimal. Siswa merasa
dipengaruhi oleh faktor kebiasaan. dapat beradaptasi dengan tiap kegiatan
Pembelajaran yang berlangsung dalam dua dari model pembelajaran .
siklus memiliki kesamaan tahap-tahap yang Dalam penelitian ini juga dilakukan
dilaksanakan, mulai dari melakukan evaluasi dari siswa dengan mengisi angket
pengamatan hingga pada menyimpulkan tanggapan terhadap pembelajaran.
hasil. Kegiatan yang selalu dilakukan Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui
berulang-ulang menyebabkan siswa efektifitas penerapan metode yang
maupun guru terbiasa dengan kegiatan digunakan berdasarkan respon dari siswa.
tersebut. Siswa merasa lebih antusias Tanggapan siswa terhadap pembelajaran
mengikuti pembelajaran, materi yang yang diterapkan dapat dilihat pada Gambar
disampaikan lebih dapat dipahami, 2.
keterlibatan dalam melaksankan kegiatan
%tanggapan setuju dan
80
60
sangat setuju
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Šorgo, A. dan Špernjak, A., 2012, Practical Keterampilan Proses Dan Sikap
work in biology, chemistry and Sains Siswa, Berkala Fisika
physics at lower secondary and Indonesia, Vol 7, No 2, Hal 39-48.
general upper secondary school in
Slovenia, Eurasia Journal of Winarti, T. dan Nurhayati, S., 2014,
Mathematics, Science & Pembelajaran Praktikum
Technology Education, Vol 8, No 1, Berorientasi Proyek untuk
Hal 11 – 19. Meningkatkan Keterampilan Proses
Sains dan Pemahaman Konsep,
Tasiwan, 2015, Efek Pembelajaran Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia,
Berbasis Proyek Terbimbing Vol 8, No 2, Hal 1409-1420.
Terhadap Perkembangan