Anda di halaman 1dari 12

Suhanda dan Sugeng Suryanto, Penerapan Pembelajaran Kimia Berbasis Proyek ….

2137

PENERAPAN PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS PROYEK UNTUK


MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X
SMA NEGERI 2 PURWOREJO

Suhanda* dan Sugeng Suryanto


SMA Negeri 2 Purworejo
Jl. Mayjend. S. Parman, Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah
E-mail: pak_handa@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan Keterampilan Proses Sains
(KPS) siswa melalui pembelajaran berbasis proyek. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus
dimana setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, observasi dan angket.
Penilaian KPS siswa dilakukan dengan assesmen unjuk kerja menggunakan instrumen lembar
observasi. Berdasarkan hasil pengamatan, ditunjukkan adanya peningkatan nilai KPS siswa
yang signifikan sebesar 22,03 % dari siklus I ke siklus II. Selain itu, nilai siswa pada setiap
indikator KPS juga mengalami peningkatan. Indikator-indikator tersebut adalah mengamati,
mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis,
merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan konsep, dan
mengkomunikasikan hasil. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan
pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan KPS siswa.

Kata kunci: keterampilan proses sains, pembelajaran berbasis proyek

ABSTRACT

The purpose of this classroom action research is to improve students’ science process
skills through the project based learning. The research is conducted in two cycles which each
cycle consists of planning, acting, observing, and reflecting. The assesment techniques for
students’ science process skills is conducted by using performance assesment techniques with
observation sheet. Based on the observation results, it is showed that there is a significant
increases of students’ science process skill values by 22,03% from cycle I to cycle II. Beside
that, students’ values in every indicator of science process skills shows the increases also.
Those indicators are observing, grouping, interpretating, predicting, asking questions,
formulating hypotheses, planning experiments, using tools and materials, applying concepts,
and communicating results. Based on the research results, it can be inferred that applying
project based learning is able to improve the students’ science process skills.

Keywords: project based learning, science process skills

PENDAHULUAN dengan objek konkret sampai pada


Keterampilan Proses Sains (KPS) penemuan konsep. Dengan menggunakan
merupakan keterampilan ilmiah yang keterampilan proses siswa akan mampu
digunakan untuk menemukan konsep atau menemukan dan mengembangkan sendiri
teori untuk mengembangkan konsep yang fakta dan konsep (Komikesari, 2016).
telah ada dan untuk memahami fenomena Menurut Purnomo (2013) KPS, meliputi
apa saja yang terjadi (Syaputra, 2016). berbagai keterampilan yaitu keterampilan
Keterampilan proses ini berisi kegiatan dalam mengamati, menafsirkan hasil
siswa untuk melakukan suatu interaksi pengamatan, meramalkan, menggunakan
2138 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 2, 2018, halaman 2137 – 2148

alat dan bahan, menerapkan konsep, tinggi, taat mematuhi tata-tertib sekolah,
merencanakan percobaan, berkomunikasi, kerjasama, tanggung-jawab, dan antusias
dan mengajukan pertanyaan. terhadap tugas yang diberikan oleh guru.
Keterampilan Proses Sains (KPS) Namun demikian, masih ada permasalahan
ini sangat penting bagi setiap siswa yang harus diselesaikan yaitu tingkat
sebagai bekal untuk menggunakan model keaktifan siswa selama pembelajaran dan
ilmiah dalam mengembangkan sains serta keterampilan proses sains (KPS) siswa
diharapkan memperoleh pengetahuan baru yang masih rendah. Hal ini tampak dari
atau mengembangkan pengetahuan yang hasil observasi yang telah dilakukan pada
telah dimiliki. KPS ini merupakan siswa kelas X saat proses pembelajaran
keterampilan berpikir ilmuan yang berguna menunjukkan tidak semua siswa aktif
untuk memecahkan masalah dalam dalam mengajukan dan menjawab
kehidupan sehari-hari terutama dalam pertanyaan, hanya siswa tertentu saja yang
menghadapi tantangan global (Abungu, et terlihat dominan dan aktif dalam menjawab
al., 2014; Ozgelen, 2012) serta merupakan serta memberikan pendapat sedangkan
asimilasi dari berbagai keterampilan siswa yang lain cenderung pasif. Pada
intelektual yang diterapkan pada proses umumnya keterampilan siswa dalam
pembelajaran. Dengan KPS, siswa melakukan percobaan di laboratorium
berlatih untuk selalu bertanya, berpikir masih rendah, baik pada proses
kritis, menumbuh-kembangkan mengamati, menggunakan alat-alat
keterampilan fisik dan mental, serta laboratorium, menafsirkan dan
sebagai wahana untuk menyatukan menganalisis data percobaan, maupun
pengembangan konsep siswa dengan dalam mengomunikasikan. Rendahnya
pengembangan sikap dan nilai yang keterampilan proses sains siswa terjadi
penting sebagai bekal terhadap tantangan karena kurangnya optimalisasi
di era globalisasi. pembelajaran yang melibatkan peran
SMA Negeri 2 Purworejo siswa. Siswa lebih banyak diam dan
merupakan sekolah yang telah menerapkan sekedar memperhatikan serta mencatat
kurikulum 2013. Berdasarkan analisis yang materi yang disampaikan untuk dihafal.
dilakukan terkait hasil belajar yang Permasalahan yang terjadi pada
diperoleh siswa selama tiga tahun terakhir siswa kelas X3 SMA Negeri 2 Purworejo
ditemukan bahwa rerata hasil belajar menunjukkan bahwa KPS siswa belum
kognitif dan afektif siswa sudah baik. dikembangkan secara optimal.
Ditinjau dari hasil belajar kognitif, rerata Pembelajaran yang dilakukan guru
nilai yang diperoleh siswa berada pada cenderung menjadikan siswa kurang
kategori tuntas, dan dari hasil belajar afektif terampil, lebih banyak diam dan mencatat
menunjukkan bahwa pada umumnya siswa materi yang disampaikan guru, serta
sudah menunjukkan kedisiplinan yang kurang aktif selama proses pembelajaran.
Suhanda dan Sugeng Suryanto, Penerapan Pembelajaran Kimia Berbasis Proyek …. 2139

Pembelajaran yang selama ini dilakukan periode waktu tertentu, dan akhirnya
oleh guru lebih mengutamakan menghasilkan produk yang nyata (Hayati,
ketercapaian aspek kognitif dan afektif. et al. , 2013).
Siswa belum dibiasakan dengan berbagai Pembelajaran berbasis proyek
keterampilan proses sains seperti kegiatan merupakan pembelajaran yang mengacu
merumuskan masalah, merancang pada filosofis konstruktivisme, yaitu
percobaan serta menggunakan alat dan pengetahuan merupakan hasil konstruksi
bahan terhadap rancangannya tersebut. kognitif melalui suatu aktivitas siswa yang
Temuan ini sesuai dengan yang meliputi keterampilan maupun sikap ilmiah
ditemukan Handayani, et al., (2016) dan siswa sehingga siswa dapat
Kurniawati, et al., (2016) bahwa KPS siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri
dalam merumuskan masalah, dan bermakna melalui pengalaman yang
merencanakan percobaan serta nyata. Kerja proyek memuat tugas-tugas
menerapkan konsep masih rendah. Hal yang kompleks berdasarkan kepada
senada juga terjadi pada pendidikan di pertanyaan dan permasalahan (problem)
Malaysia yang mana KPS siswa masih yang sangat menantang dan menuntut
rendah karena pembelajaran lebih siswa untuk merancang, memecahkan
berorientasi pada hasil ujian (Rauf, et al., masalah, membuat keputusan, melakukan
2013).. Berdasarkan permasalahan di atas, kegiatan investigasi, serta memberikan
perlu adanya peningkatan KPS dalam kesempatan kepada siswa untuk bekerja
pembelajaran yang berlangsung. secara mandiri (Siwa, et al., 2013; Sumarni,
Mengingat pentingnya KPS untuk 2015; Kusumaningrum dan Djukri, 2016).
dimiliki para siswa, maka diperlukan suatu Hasil penelitian Siwa, et al., (2013)
pembelajaran yang dapat mengarahkan dan Piliang, et al., (2015) menemukan
siswa untuk mengembangkan KPS. Oleh bahwa pembelajaran berbasis proyek
karena itu diperlukan suatu strategi yang mampu meningkatkan KPS siswa. Hal ini
bisa memberi jawaban dari masalah ini. terjadi karena pembelajaran berbasis
Salah satu strategi pembelajaran yang proyek berfokus pada konsep-konsep yang
dapat dimanfaatkan untuk melibatkan siswa dalam kegiatan
mengembangkan KPS adalah pengerjaan proyek, memberi peluang siswa
pembelajaran berbasis proyek (Tasiwan, bekerja secara otonom, mengkonstruk
2015). Pembelajaran berbasis proyek pengetahuan yang dimiliki, membantu
adalah pembelajaran dimana tugas-tugas peserta didik dalam mengembangkan
kompleks didasarkan pada pertanyaan berbagai kemampuan yang dimiliki (Bas,
yang menantang atau permasalahan yang 2010), dan puncaknya menghasilkan karya
melibatkan para siswa di dalam desain, atau produk dan hasilnya kemudian
pemecahan masalah, pengambilan dipresentasikan. Hal ini didukung juga
keputusan, memberi peluang para siswa dengan hasil penelitian Tasiwan (2015),
untuk bekerja secara otonomi dengan
2140 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 2, 2018, halaman 2137 – 2148

Hayati, et al., (2013), Winarti dan proyek. Sebagai wahana untuk


Nurhayati, (2014). mengembangkan KPS siswa, pembelajaran
Pembelajaran berbasis proyek berbasis proyek diterapkan pada
dilaksanakan melalui beberapa tahap pembelajaran Sistem Periodik Unsur.
pembelajaran atau langkah-langkah kerja. Sesuai silabus, Materi Sistem Periodik
Adapun langkah-langkah pembelajaran Unsur meliputi: Perkembangan Sistem
sebagaimana yang dikembangkan oleh The Periodik yang meliputi Sistem Periodik
George Lucas Educational Foundation Klasik dan Modern; Periode dan
dalam Hung, et al., yang dikutip Sumarni, Golongan; Hubungan Konfigurasi
(2015) adalah sebagai berikut: Elektron dan Sistem Periodik; Beberapa
1. Membuka pelajaran dengan suatu Sifat Periodik Unsur yaitu Jari-jari
pertanyaan yang menantang (start with Atom, Energi Ionisasi, Afinitas Elektron,
the big question). Pembelajaran dimulai dan Keelektronegatifan.
dengan sebuah pertanyaan driving
question yang dapat memberi METODE PENELITIAN
penugasan pada peserta didik untuk Penelitian dilaksanakan di SMA
melakukan aktivitas. . Negeri 2 Purworejo pada semester genap
2. Merencanakan proyek (design a plan for tahun ajaran 2016/2017 Subjek dalam
the project) secara kolaboratif antara penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 5
guru dengan peserta didik sehingga berjumlah 32 siswa terdiri atas 22 siswa
peserta didik akan merasa memiliki atas putri dan 10 siswa putra. Ada 1 guru
proyek tersebut. kolaborator dan 3 pengamat (observer)
3. Menyusun jadwal aktivitas (create a yang terlibat pada jalannya penelitian.
schedule) Fokus penelitian tindakan kelas ini
Guru dan peserta didik secara adalah peningkatan KPS siswa. Penelitian
kolaboratif menyusun jadwal aktivitas ini menggunakan prosedur penelitian
dalam menyelesaikan proyek. tindakan kelas (PTK) atau Classroom
4. Mengawasi jalannya proyek (monitor the Action Research. dilakukan melalui
student and the progress of the prosedur penelitian tindakan kelas yaitu
project) Perencanaan, Implementasi, Observasi,
5. Penilaian terhadap produk yang dan Refleksi. Pengumpulan data
dihasilkan (assess the outcome) menggunakan metode observasi dan
6. Evaluasi (evaluate the experience) kuesioner. Lembar observasi disusun
Berdasarkan uraian tersebut maka menggunakan model skala bertingkat
telah dilakukan penelitian tindakan kelas (rating scale) digunakan untuk mengukur
yang bertujuan meningkatkan KPS Siswa KPS. Analisis lembar observasi digunakan
Kelas X SMA Negeri 2 Purworejo dengan teknik analisis deskriptif setelah dihitung
menerapkan pembelajaran berbasis
Suhanda dan Sugeng Suryanto, Penerapan Pembelajaran Kimia Berbasis Proyek …. 2141

nilainya menggunakan persamaan sebagai- SD = Jumlah skor yang


diperoleh
berikut.
SM = Jumlah skor maksimal
Hasil yang diperoleh dari perhitungan
kemudian ditafsirkan dengan rentang
Keterangan: kualitatif sebagaimana tersaji pada Tabel 1.
N = Nilai
Tabel 1. Klasifikasi aspek KPS
Interval Kriteria
N ≤ 100 A (Sangat baik)
50 < N ≤ 75 B (Baik)
25 < N ≤ 50 C (Cukup)
N ≤ 25 D (Kurang)

Indikator keberhasilan pada keterampilan mengamati sebesar 67,8%,


penelitian ini adalah sekurang-kurangnya mengajukan pertanyaan sebesar 63,8%,
tiga per empat dari jumlah siswa merancang tugas proyek sebesar 69,7%,
mendapatkan nilai KPS dalam kategori menggunakan alat dan bahan sebesar
baik dan sangat baik. 66,9%, dan mengelompokkan hasil
pengamatan sebesar 67,8%. Adapun
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk indicator kemampuan merumuskan
Pelaksanaan pembelajaran siklus I hipotesis sebesar 75,6%, menafsirkan
dilaksanakan pada materi Perkembangan data hasil pengamatan sebesar 71,4%,
Sistem Berkala, Periode dan Golongan, dan memprediksi kemungkinan yang akan
serta Hubungan konfigurasi electron terjadi terkait konfigurasi elektron sebesar
dengan Sistem Berkala Unsur. Tugas 77,1%.
proyek yang harus dikerjakan siswa Hasil refleksi siklus I menunjukkan
berupa pembuatan Sistem Berkala Unsur bahwa belum tercapainya indikator kinerja
baik Klasik maupun Modern. Hasil analisis yang ditetapkan, disebabkan karena
data observasi KPS siswa pada akhir rendahnya kemampuan sains siswa dan
siklus I diperoleh persentase siswa yang belum optimalnya kegiatan yang
memperoleh rerata nilai KPS dengan menggabungkan antara kemampuan
kriteria minimal baik sebesar 67,7%. Hal kognitif untuk meningkatkan pemahaman
ini menunjukkan bahwa indikator kinerja konsep dengan pengembangan sikap
yang ditetapkan belum tercapai. Ditinjau (Jack, 2013). Hasil analisis terhadap
dari masing-masing aspek KPS yang proses pembelajaran yang telah
dinilai, persentase jumlah siswa yang dilaksanakan dan hasil tanggapan siswa
memperoleh kriteria baik untuk menunjukkan bahwa sintaks pembelajaran
keterampilan mengomunikasikan hasil berbasis proyek telah dilaksanakan
dengan benar sebesar 58,5% dan dengan baik, namun siswa belum dapat
menerapkan konsep yang sudah dipelajari mengoptimalkan kegiatan kerja proyek,
sebesar 57,8%, disusul dengan demikian pula guru masih kurang dalam
2142 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 2, 2018, halaman 2137 – 2148

memfasilitasi siswanya agar memperoleh proses sains minimal dalam kategori baik
pengalaman langsung dari kerja pada siklus II sebesar 78,6%. Hal ini
proyeknya, sebagaimana disampaikan menunjukkan bahwa indikator kinerja yang
Ekene (2011) bahwa KPS perlu ditetapkan sudah tercapai. Ditinjau dari
dikembangkan melalui pengalaman masing-masing aspek KPS yang dinilai,
langsung yang melibatkan penggunaan persentase jumlah siswa yang memperoleh
berbagai material dan tindakan fisik. kriteria baik untuk keterampilan
Siswa juga masih belum mampu mengomunikasikan hasil dengan benar
mengaitkan antara hasil kerja proyek yang sebesar 75,5% dan menerapkan konsep
telah dibuatnya dengan konsep-konsep yang sudah dipelajari sebesar 77,2%,
yang telah diterimanya selama proses disusul dengan keterampilan mengamati
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena sebesar 78,8%, mengajukan pertanyaan
selama ini guru hanya menekankan sebesar 76,3%, merancang tugas proyek
penguasaan konsep, dan belum sebesar 75,7%, menggunakan alat dan
mengeksplorasi KPS siswa (Sukarno, et bahan sebesar 81,4%, dan
al., 2013). mengelompokkan hasil pengamatan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari sebesar 76,7%. Adapun untuk indikator
siklus I menunjukkan masih banyak kemampuan merumuskan hipotesis
kelemahan dalam proses pembelajaran sebesar 81,7%, menafsirkan data hasil
sehingga jumlah siswa dengan nilai KPS pengamatan sebesar 82,4%, dan
minimal baik belum mencapai indikator memprediksi kemungkinan yang akan
yang ditetapkan. Oleh karena itu, hasil terjadi terkait konfigurasi electron sebesar
refleksi siklus I, pada tahap perencanaan 79,8%.
siklus II diadakan perbaikan-perbaikan Skor capaian tiap aspek KPS pada
untuk mengatasi kelemahan yang dijumpai akhir siklus II berkisar antara 75,5% sampai
pada siklus I. Perbaikan-perbaikan yang 82,4% dengan skor rata-rata total
dilakukan antara lain sebagai berikut: selain keseluruhan aspek sebesar 78,6%. Skor
menekankan pada pengetahuan melalui tersebut menunjukkan adanya peningkatan
pencarian aktif dari berbagai sumber KPS di akhir siklus dibandingkan dengan
belajar, juga menekankan pada aktivitas siklus I. Peningkatan skor terjadi pada
dan keterampilan siswa. setiap aspek keterampilan proses sains
Pembelajaran siklus II dilaksanakan siswa di akhir tindakan menunjukkan
dengan model yang sama seperti pada bahwa sebagian besar aspek sudah
siklus I, namun dengan tugas proyek mencapai target akhir lebih dari tiga
membuat poster terkait dengan sifat-sifat perempat jumlah siswa telah memiliki nilai
keperiodikan unsur. Pada akhir KPS dalam kategori minimal baik.
pembelajaran siklus II diperoleh persentase Peningkatan nilai per indikator KPS dari
siswa dengan capaian aspek keterampilan
Suhanda dan Sugeng Suryanto, Penerapan Pembelajaran Kimia Berbasis Proyek …. 2143

siklus I ke siklus II dapat dilihat pada Gambar 1.

30

% peningkatan
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterampilan Proses Sains

Gambar 1. Peningkatan nilai per indikator KPS dari siklus I ke siklus II

Keterangan :
1. Merumuskan Hipotesis, 2. Memprediksi, 3. Menafsirkan, 4. Mengamati,
5. Mengajukan Pertanyaan, 6. Merancang Percobaan, 7. Menggunakan
Alat Dan Bahan, 8. Mengelompokkan, 9. Mengomunikasikan Hasil, 10.
Menerapkan Konsep.

Gambar 1 menunjukkan telah terjadi nilai yang tinggi (>25%) terdapat pada
peningkatan nilai pada setiap indikator indikator menerapkan konsep dan
KPS yang diajarkan. Peningkatan nilai mengomunikasikan hasil.
yang diperoleh siswa ada tiga kategori Peningkatan KPS yang terjadi
yaitu rendah, sedang dan tinggi. mengindikasikan pembelajaran berbasis
Peningkatan nilai yang rendah (<15%) proyek yang diterapkan telah terbukti dapat
dicapai pada indikator merumuskan meningkatkan kualitas proses belajar
hipotesis, memprediksi, dan menafsirkan. siswa. Hasil ini sesuai dengan hasil
Peningkatan yang rendah ini terjadi penelitian Tasiwan (2015), pembelajaran
karena nilai pada siklus I sudah baik berbasis proyek terbimbing efektif
sehingga peningkatan nilai pada siklus II mengembangkan enam belas aspek KPS,
tidak terlalu besar. sedangkan Hayati, et al., (2013)
Peningkatan nilai sedang (15% – menemukan pembelajaran berbasis proyek
25%) dicapai pada indikator mengamati, mampu meningkatkan KPS siswa dengan
merancang percobaan, meramalkan, skor rata-rata 72,85 dan ketuntasan klasikal
menggunakan alat dan bahan, dan 80,6% yaitu 29 dari 36 siswa telah tuntas.
mengelompokkan. Menurut guru Hasil penelitian Siwa, et al., (2015)
pengampu, hal ini disebabkan siswa menunjukkan terdapat perbedaan hasil
mudah dalam menerima masukkan dari belajar KPS pada topik laju reaksi dan
guru ketika siswa melakukan kesalahan kesetimbangan kimia antara kelompok
atau merasa kesulitan saat siswa siswa yang mengikuti model pembelajaran
melaksanakan praktikum. Peningkatan proyek dengan kelompok siswa yang
2144 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 2, 2018, halaman 2137 – 2148

mengikuti model pembelajaran keterampilan praktikum yang diharapkan


konvensional dengan nilai FA = 38,5313 dapat tercapai.
pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian Berdasarkan hasil dan pembahasan
Winarti dan Nurhayati, (2014) menunjukkan hasil penelitian pada siklus I dan siklus II,
bahwa pembelajaran berbasis praktikum diketahui bahwa penerapan model
berorientasi proyek dapat meningkatkan pembelajaran berbasis proyek dapat
KPS siswa pada materi kelarutan dan hasil meningkatkan KPS pada semua aspek.
kali kelarutan dengan skor KPS kelas Capaian tiap aspek KPS saling berkaitan
eksperimen pertama sebesar 59,2 untuk satu sama lain. Keterampilan mengamati
praktikum 1 meningkat menjadi 70,8 untuk yang baik akan memberikan dampak bagi
praktikum 2. Kelas eksperimen kedua peningkatan aspek mengajukan pertanyaan
memiliki skor KPS sebesar 58,32 untuk dan memprediksi Peningkatan aspek
praktikum 1 meningkat menjadi 69,2 untuk mengajukan pertanyaan serta memprediksi
praktikum 2. mempengaruhi peningkatan aspek
Strategi yang tepat dengan merumuskan hipotesis dan merancang
mengidentifikasi nilai setiap indikator KPS percobaan. Hasil dari pelaksanaan kerja
dan tanggapan siswa terhadap proyek yang meningkat mengakibatkan
pembelajaran dapat mengatasi kekurangan peningkatan keterampilan menerapkan
pembelajaran yang muncul pada siklus I, konsep, mengomunikasi hasil dengan baik.
sehingga indikator keberhasilan penelitian Peningkatan yang terjadi tiap siklus
yang telah ditentukan dapat tercapai pada terutama dipengaruhi oleh penerapan
siklus II. Pada saat pelaksanaan siklus 1, model pembelajaran berbasis proyek.
siswa masih mengalami kesulitan untuk Menurut Sumarni, (2015) kerja proyek
menerapkan konsep dan belum lancer merupakan bagian yang penting dari
dalam mengomunikasikan hasil karena pengembangan KPS dan model
siswa belum terbiasa, sehingga nilai pembelajaran proyek dapat
indikator ini pada siklus I masih rendah. mengakomodasi siswa dalam melatihkan
Namun pada siklus kedua, siswa diminta keterampilan proses sains melalui tahap
melaksanakan jenis percobaan yang sama, pembelajaran yang dimiliki. Faktor lain yang
siswa lebih mudah dalam menerapkan mendukung peningkatan tiap siklus adalah
konsep dan percaya diri dalam kualitas pembelajaran yang semakin baik.
menyampaikan hasil karena siswa sudah Proses pembelajaran pada tahap siklus II
lebih paham akan hal yang diinginkan pada lebih baik dibandingkan siklus I.
kegiatan praktikum. Hal ini sesuai dengan Peningkatan kualitas dan keterlaksanaan
yang disampaikan Kidman (2012) bahwa proses pembelajaran mengakibatkan
kegiatan yang dilakukan berulang-ulang ketercapaian skor tiap aspek menjadi lebih
membuat siswa mampu belajar dari tinggi.
kesalahan sebelumnya sehingga
Suhanda dan Sugeng Suryanto, Penerapan Pembelajaran Kimia Berbasis Proyek …. 2145

Peningkatan nilai pada siklus II juga pembelajaran lebih optimal. Siswa merasa
dipengaruhi oleh faktor kebiasaan. dapat beradaptasi dengan tiap kegiatan
Pembelajaran yang berlangsung dalam dua dari model pembelajaran .
siklus memiliki kesamaan tahap-tahap yang Dalam penelitian ini juga dilakukan
dilaksanakan, mulai dari melakukan evaluasi dari siswa dengan mengisi angket
pengamatan hingga pada menyimpulkan tanggapan terhadap pembelajaran.
hasil. Kegiatan yang selalu dilakukan Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui
berulang-ulang menyebabkan siswa efektifitas penerapan metode yang
maupun guru terbiasa dengan kegiatan digunakan berdasarkan respon dari siswa.
tersebut. Siswa merasa lebih antusias Tanggapan siswa terhadap pembelajaran
mengikuti pembelajaran, materi yang yang diterapkan dapat dilihat pada Gambar
disampaikan lebih dapat dipahami, 2.
keterlibatan dalam melaksankan kegiatan
%tanggapan setuju dan

80
60
sangat setuju

40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Aspek tanggapan siswa thd pembelajaran

Gambar 2. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran


Keterangan : 1. Ketertarikan pada penelitian, 2. Peningkatan rasa ingin tahu, 3. Motivasi
untuk belajar, 4. Melaksanakan praktikum dengan baik, 5. Ketertarikan
pada pembelajaran, 6. Kemudahan dalam memahami materi, 7. Terhindar
dari kebosanan, 8. Peningkatan dalam melakukan pengamatan, 9.
Peningkatan keterampilan berkomunikasi, 10. Peningkatan keterampilan
menerapkan konsep

Gambar 2 menunjukkan persentase dari kebosanan, mengalami peningkatan


siswa yang memberikan tanggapan setuju dalam melakukan pengamatan,
dan sangat setuju pada setiap pernyataan keterampilan komunikasi dan
yang disampaikan. Pada Gambar 2 menerapkan konsep meningkat. Cara
tampak bahwa siswa memberikan penyajian pelajaran yang menuntut siswa
tanggapan positif terhadap penerapan untuk melakukan percobaan, menjadikan
pembelajaran berbasis proyek. Hasil siswa mengalami dan membuktikan sendiri
analisis tanggapan siswa menunjukkan sesuatu yang dipelajari (Ambarjaya, 2012).
bahwa dengan penerapan pembelajaran Berdasarkan tanggapan siswa
berbasis proyek, siswa merasa terhindar terhadap proses pembelajaran, diperoleh
2146 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 2, 2018, halaman 2137 – 2148

peningkatan motivasi belajar siswa juga memberikan kesempatan kepada penulis


meningkat sehingga pola pikir siswa juga untuk melaksanakan PTK ini. Demikian
memperoleh penguatan. Siswa yang juga ucapan terimakasih penulis
termotivasi untuk mendapat penguatan sampaikan kepada guru kolaborator dan
yang lebih baik akan memiliki kepercayaan para siswa kelas X MIPA 2 yang telah
diri dalam melalui proses belajar. berpartisipasi aktif pada kegiatan ini.
Kepercayaan diri siswa dalam praktikum
dapat dibangun dengan kegiatan DAFTAR PUSTAKA
praktikum yang dilakukan secara Abungu, H.E., Okere, M.I.O., dan
Wachanga, S.M., 2014, The Effect
terbimbing dan continue. Selain itu dengan
of Science Process Skills Teaching
kegiatan praktikum, daya visual siswa Approach on Secondary School
Students’ Achievement in
secara langsung dalam mengamati objek
Chemistry in Nyando District,
tertentu akan terasah (Šorgo dan Špernjak, Kenya, Journal of Educational and
Social Research, Vol 4, No 6, Hal
2012). Siswa yang semakin percaya diri
359-372.
dalam melakukan praktikum akan
Ambarjaya, B.S., 2012, Psikologi
menunjukkan keterampilan pengamatan
pendidikan dan pengajaran,
yang semakin mahir pula, sehingga Jakarta: Center for Academic
Publishing Service.
berimbas pada meningkatnya nilai
indikator-indikator KPS yang lain. Bas, G., 2010, Investigating The Effect of
Project Based Learning On
Students’ Academic Achievement
SIMPULAN and Attitudes Toward English
Proses tindakan yang dilaksanakan Lesson, The Online Journal of New
Horizons In Education, Vol 1, No 4,
dalam dua siklus membuktikan bahwa Hal 4-7.
penerapan pembelajaran berbasis proyek
Ekene, I., 2011, Effects Of Co-Operative
dapat meningkatkan KPS siswa secara Learning Strategy And
signifikan. Strategi yang tepat dengan Demonstration Method On
Acquisition Of Science Process
mengidentifikasi nilai setiap indikator KPS Skills By Chemistry Students Of
dan tanggapan siswa terhadap Different Levels Of Scientific
Literacy, Journal of research and
pembelajaran dapat mengatasi Development, Vol 3, No 1, Hal 204-
kekurangan pembelajaran yang muncul 212.

pada siklus I, sehingga indikator Handayani, S.L., Suciati dan Marjono,


keberhasilan penelitian yang telah 2016, Peningkatan Keterampilan
Proses Sains Pada Pembelajaran
ditentukan dapat tercapai pada siklus II. Biologi Melalui Penerapan Model
Bounded Inquiry Lab, Bioedukasi,
Vol 9, No 2, Hal 49-54.
UCAPAN TERIMA-KASIH
Penghargaan yang setinggi-tingginya Hayati, M.N., Supardi, K.I., dan Miswadi,
S.S., 2013, Pengembangan
penulis sampaikan kepada Kepala SMA Pembelajaran IPA SMK Dengan
Negeri 2 Purworejo yang telah Model Kontekstual Berbasis Proyek
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Suhanda dan Sugeng Suryanto, Penerapan Pembelajaran Kimia Berbasis Proyek …. 2147

dan Keterampilan Proses Sains Dalam Tatanan Group Investigation


Siswa, Jurnal Pendidikan IPA Pada Matakuliah Ekologi Hewan
Indonesia, Vol 2, No 1, Hal 53-58. Terhadap Keterampilan Proses
Sains Mahasiswa Usi
Jack, G.U., 2013, The Influence of Pematangsiantar, Jurnal
Identified Student and School Tabularasa PPS UNIMED, Vol 12,
Variables on Student Science No 1, Hal 12-22.
Process Skill Acquisition, Journal of
Education and Practice, Vol 4, No Purnomo, S.E., 2013, Upaya Peningkatan
5, Hal 16-22. Keterampilan Proses Sains dan
Hasil Belajar Melalui Praktikum
Komikesari, H., 2016, Peningkatan Listrik Dinamis Dengan Model
Keterampilan Proses Sains dan Pembelajaran Group Investigasi
Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Kelas X MAN Kebumen 1 Tahun
Model Pembelajaran Kooperatif 2012/2013, Jurnal Radiasi, Vol 3,
Tipe Student Team Achievement No 1, Hal 68-72.
Division, Jurnal Keguruan dan Ilmu
Tarbiyah, Vol 1, No 1, Hal 15-22. Rauf, R.A.A., Rasul, M.S., Mansor, A.N.,
Othman, Z. dan Lyndon, N., 2013,
Kurniawati, D., Masykuri, M. dan Saputro, Inculcation of Science Process
S., 2016, Penerapan Model Skills in a Science Classroom,
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Asian Social Science, Vol 9, No 8,
Dilengkapi LKS Untuk Hal 47-57.
Meningkatkan Keterampilan Proses
Sains dan Prestasi Belajar Pada Siwa, I. B., Muderawan, I. W. dan Tika, I.
Materi Pokok Hukum Dasar Kimia N., 2013, Pengaruh Pembelajaran
Siswa Kelas X MIA 4 SMA N 1 Berbasis Proyek dalam
Karanganyar Tahun Pelajaran Pembelajaran Kimia Terhadap
2014/2015, Jurnal Pendidikan Keterampilan Proses Sains Ditinjau
Kimia (JPK), Vol 5, No 1, Hal 88- Dari Gaya Kognitif Siswa, eJournal
95. Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha, Vol 3, No 1,
Kidman, G., 2012, Australia at the Hal 1-13.
crossroads: a review of school
science practical work, Eurasia Sukarno, Permanasari, A. dan Hamidah, I.,
Journal of Mathematics, Science 2013, The Profile of Science
dan Technology Education, Vol 8, Process Skill (SPS) Student at
No 1, Hal 35 – 47. Secondary High School (Case
Study in Jambi), International
Kusumaningrum, S. dan Djukri, D., 2016, Journal of Scientific Enginering and
Pengembangan Perangkat Research, Vol 1, No 1, Hal 79-83.
Pembelajaran Model Project Based
Learning (PjBL) untuk Sumarni, W., 2015, The Strengths and
Meningkatkan Keterampilan Proses Weaknesses of the Implementation
Sains dan Kreativitas, Jurnal of Project Based Learning: A
Inovasi Pendidikan IPA, Vol 2, No Review, International Journal of
2, Hal 241–251. Science and Research (IJSR), Vol
4, No 3, Hal 478-484.
Ozgelen, S., 2012, Students’ Science
Process Skills Within A Cognitive Syaputra, A., 2016, Analisis Perkembangan
Domain Framework, Eurasia Aspek Keterampilan Proses Sains
Journal of Mathematics, Science & Kimia Siswa Melalui Pembelajaran
TechnologyEducation, Vol 8, No 4, Berbasis Literasi Sains Dan
Hal 283-292. Teknologi di SMA Muhammadiyah
11 Padangsidimpuan, Jurnal
Piliang, M.P., Hasruddin dan Manurung, B., Eksakta, Vol 2, No 1, Hal 49-53.
2016, Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Proyek
2148 Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 2, 2018, halaman 2137 – 2148

Šorgo, A. dan Špernjak, A., 2012, Practical Keterampilan Proses Dan Sikap
work in biology, chemistry and Sains Siswa, Berkala Fisika
physics at lower secondary and Indonesia, Vol 7, No 2, Hal 39-48.
general upper secondary school in
Slovenia, Eurasia Journal of Winarti, T. dan Nurhayati, S., 2014,
Mathematics, Science & Pembelajaran Praktikum
Technology Education, Vol 8, No 1, Berorientasi Proyek untuk
Hal 11 – 19. Meningkatkan Keterampilan Proses
Sains dan Pemahaman Konsep,
Tasiwan, 2015, Efek Pembelajaran Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia,
Berbasis Proyek Terbimbing Vol 8, No 2, Hal 1409-1420.
Terhadap Perkembangan

Anda mungkin juga menyukai