Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS TYPE 1 PADA ANAK

DOSEN PENGAJAR :

Ibu Kiki Deniati S.Kep,Ns, M.Kep

Nama : Dinda Safira Lestari

NPM : 19.156.01.11.011

Kelas : IA Keperawatan

PROGRAM STUDI STRATA 1 KEPERAWATAN


STIKES MEDISTRA INDONESIA
Tahun 2019/2020
Jl. Cut Mutia No. 88A, Sepanjang Jaya, Kec. Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat
17113
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, dimana atas segala rahmat dan izin
– Nya , saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang Berjudul “ DIABETES MELITUS
TYPE 1 “ saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini , walaupun penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam ini. Untuk itu saya berharap adanya
kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan dating

Akhir kata, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu/bapak dosen yang telah
membantu hingga terselesaikan laporan pendahuluan ini semoga segala upaya yang telah
dicurahkan mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Bekasi, Juli 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan ciri-ciri berupa tingginya kadar
gula (glukosa) darah. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. Glukosa yang
menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai
gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang
membahayakan nyawa penderita. Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang
diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang lambung. Pada penderita
diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin,
sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2013, diabetes melitus adalah
suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena
pankreas tidak mampu mensekresi insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat
terjadi kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal, saraf,
jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaaan hiperglikemia kronis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa defisini Diabetes Melitus type 1

2. Apa etiologi Diabetes Melitus Type 1

3. Bagaimana klasifikasi Diabetes Melitus

4. Bagaimana Patofisilogi Diabetes Melitus type 1

5. Bagaimana manifestasi klinis diabetes melitus tipe 1

6. Bagaimana komplikasi diabetes melitus type 1

7. Bagaimana penatalaksanaan diabetes melitus type 1


8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Diabetes Melitus type 1

1.3 Tujuan Penulisan

A. Tujuan umum

Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus Type 1

B. Tujuan Khusus

1. Mengetahui defisini Diabetes Melitus type 1

2. Mengetahui etiologi Diabetes Melitus Type 1

3. mengetahui klasifikasi Diabetes Melitus

4. mengetahui Patofisilogi Diabetes Melitus type 1

5. mengetahui manifestasi klinis diabetes melitus tipe 1

6. menengetahui komplikasi diabetes melitus type 1

7. mengetahui penatalaksanaan diabetes melitus type 1

8. mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Diabetes Melitus type 1


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defisini

Diabetes adalah penyakit kronis ku yang  ditandai dengan ciri-ciri berupa tingginya kadar


gula (glukosa) darah. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh manusia. Glukosa yang
menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai
gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik, dapat timbul berbagai komplikasi yang
membahayakan nyawa penderita. Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh hormon insulin yang
diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di belakang lambung. Pada penderita
diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin,
sel-sel tubuh tidak dapat menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
Diabetes melitus tipe 1 (dikenal juga sebagai diabetes tipe 1) disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi hormon insulin yang berfungsi untuk memindahkan
glukosa dari dalam darah ke dalam sel. Organ pankreas dalam tubuh penderita diabetes melitus
tipe 1 tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Kurangnya insulin
membawa konsekuensi peningkatan glukosa dalam darah dan urin. Gejala klasik
adalah poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (cepat haus), polifagia (cepat lapar), dan
penurunan berat badan. Tanpa insulin, sel-sel tubuh akan mengolah lemak dan otot menjadi
energi sehingga menyebabkan turunnya berat badan. Ini dapat mengakibatkan kondisi akut yang
disebut ketoasidosis diabetik pada penderita diabetes melitus tipe 1, yaitu saat darah menjadi
terlalu asam serta terjadi dehidrasi yang membahayakan.

2.2 Etilogi
a. factor genetic
penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri , tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetic kea rah terjadinya DM Tipe 1. Kecenderungan
genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA ( Human Leucosite
Antigen ) . HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Factor – factor imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibody terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah – olah sebagai jaringan asing , yaitu autoantibodi terhadap sel – sel
pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Factor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi
sel beta.

2.3 Klasifikasi

Diabetes melitus dapat diklasifikasikan dalam klasifikasi umum sebagai berikut:

a. Diabetes melitus tipe 1 biasanya mengarah ke defisiensi insulin absolut yang disebabkan
oleh kerusakan pada sel β pankreas.

b. Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh resistensi insulin yang menyebabkan kerusakan
progresif pada sekresi hormon insulin.

c. Diabetes melitus gestasional terdiagnosa pada kehamilan trimester kedua atau ketiga dan
biasanya tidak permanen. Setelah melahirkan akan kembali dalam keadaan normal. 8

d. Diabetes melitus tipe lain, seperti diabetes neonatal, adanya penyakit cystic fibrosis,
pengaruh obat atau pasca transplantasi (ADA, 2016).
2.4 Patofisiologi

Berupa penurunan sekresi insulin akibat autoantibodi yang merusak sel-sel pulau
Langerhans pada pankreas. Kerusakan Sel Pulau Langerhans Pankreas akibat Mekanisme
Autoimun. Kerusakan sel pulau Langerhans pankreas pada diabetes mellitus tipe 1 terjadi akibat
terbentuknya autoantibodi. Mekanisme autoimun ini masih tidak diketahui penyebabnya, tetapi
diduga berhubungan dengan faktor genetik dan paparan faktor lingkungan. Autoantibodi yang
terbentuk akan merusak sel-sel β pankreas di dalam pulau-pulauLangerhans pankreas disertai
terjadinya infiltrasi limfosit. Kerusakan sel β pankreas ini tidak terjadi dalam jangka pendek
tetapip dapat terjadi hingga bertahun-tahun tanpa diketahui karena gejala klinis baru muncul
setelah setidaknya 80% sel β pankreas mengalami kerusakan.

Biasanya , diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang – kadang
juga terjadi pada orang dewasa , khususnya yang nonobesitas dan mereka yang berusia lanjut
Ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan
katabolisme yang disebabkan karena hamper tidak terdapat insulin dalam sirkulasi , glucagon
plasma meningkat dan sel – sel B pancreas gagal merespon semua stimulus insulinogenik . oleh
karena itu , diperlukan pemberian insulin oksigen untuk memperbaiki katabolisme , mencegah
ketosis dan menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah.

2.5 manifestasi klinis

Keluhan umum pasien DM seperti polyuria , polydipsia , polifagia dan DM pada umunya
tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degenerative kronik pada pembuluh darah dan saraf. Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan
manifestasi pada DM tahap awal , yang sering ditemukan:

a. Poliuria ( sering buang air kecil )


Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya
serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak
menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh sering buang air kecil
b. Polidipsia ( banyak minum )
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri , sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c. Polifagia ( banyak makan )
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel – sel mengalami starvasi ( lapar ).
Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan, tetapi walaupun klien banyak
makan , tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun , lemas , lekas Lelah , tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa , maka tubuh
Bersama mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein ,
karena tubuh terus terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan mencegah
cadangan makanan yang ada ditubuh termasuk yang berada di jaringan oto dan lemak
sehingga klien dengan DM walaupun banyak akan tetap kurus
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi ( glukosa – sorbitol ) yang disebabkan
karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sorbitol dari lensa , sehingga
pembentukan katarak
f. Ketoasidosi
Anak dengan DM tipe 1 cepat sekali menjurus kedalam ketoasidosis diabetic yang
disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan
baik.

2.6 komplikasi

Komplikasi DM baik DM tipe 1 maupun 2 , dapat dibagi menjadi 2 kategori , yaitu


komplikasi akut dan komplikasi menahun.

1. Komplikasi metabolic akut

1. Ketoasidosis diabetic ( khusus pada DM tipe 1 )

Apabila kadar insulin sangat menurun , pasien mengalami hiperglikemi dan


glucosuria berat , penurunan glikogenesis, peningkatan glikolisis , dan peningkatan
oksidasi asam lemak bebas disertai penumpukan benda keton, peningkatan keton ,
dalam plasma mengakibatkan ketosis , peningkatan ion hydrogen dan asidosis
metabolik. Glucosuria dan ketonuria juga mengakibatkan diuresis osmotic dengan
hasil akhir dehidrasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami
syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal.

2. Hipoglikemi

Seseorang yang memiliki diabetes melitus dikatakan mengalami hipoglikemia jika


kadar glukosa darah kurang dari 50mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau
terlambat makan, sedangkan penderita mendapatkan therapi insulin , akibat Latihan
fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun akibat
penurunan dosis insulin. Hipoglikemia ditandai oleh pucat, takikardi , gelisah, lemah ,
lapar, palpitasi, berkeringan dingin , mata berkunang – kunang , tremor , pusing/sakit
kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin , juga akibat kekurangan glukosa
dalam otak akan menunjukkan gejala – gejala seperti tingkah laku aneh , sensorium
yang tumpul , dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma.

2. Komplikasi vascular jangka Panjang ( pada DM tipe 1 biasanya terjadi memasuki tahun
ke – 5 )

1. Mikroangiopaty merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan


arteriola retina ( retinopaty diabetic), glomerulus ginjal ( nefropatik diabetic/ dijumpai
pada 1 diantara 3 penderita DM Tipe 1 ) syaraf – syaraf perifer ( neuropaty diabetic ) ,
otot – otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma ( pelebaran
sakular yang kecil ) dari arteriola retina yang mengakibatkan kebutaan. Manifestasi
dini nefropaty berupa protein urin dan hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus
berkelanjutan , pasien akan menderita infusiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan
katarak timbul sebagai akibat gangguan jalur poliol ( glukosa – sorbitol – fruktosa )
akibat kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak
dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan
penurunan kadar myoinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat
menyerang syaraf – syaraf perifer , syaraf – syaraf kranial atau system syaraf otonom.

2. Makroangiopaty
Gangguan – gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi
penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa

a. Penimbunan sorbitol dalam intima vascular

b. Hyperlipoproteinemia

c. Kelainan pembekuan darah

Pada akhirnya makrongiopaty diabetic akan mengakibatkan penyumbatan vascular jika


mengenai arteria – arteria perifer maka dapat menyebabkan insufisiensi vascular perifer
yang disertai klaudikasio intermiten dan gangrene pada ekstermitas. Jika yang terkena
adalah arteria koronaria dan aorta maka dapat mengakibatkan angina pektoris dan infark
miokardium. Komplikasi diabetic diatas dapat dicegah jika pengobatan diabetes cukup
efektif untuk menormalkan metabolism glukisa secara keseluruhan.

2.7 penatalaksanaan

Tatalaksana pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi pengobatan berupa pemberian
insulin. Ada hal – hal lain selain insulim yang perlu diperhatikan dalam tatalaksana agar
penderita mendapatkan kualitas hidup yang optimal dalam jangka pendek maupun
jangka Panjang.

Terdapat 5 pilar manajemen DM Tipe 1, yaitu :

1. Insulin

Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita DM tipe 1. Dalam
pemberian insulin perlu diperhatikan jenis insulin, dosis insulin , regimen yang
digunakan, cara mennyuntik serta penyesuaian dosis yang diperlukan.

a. Jenis insulin : kita mengenal beberapa jenis insulin, yaitu insulin kerja cepat, kerja
pendek, kerja menengah, kerja Panjang, maupun insulin campuran ( campuran kerja
cepat/pendek dengan kerja menengah ). Penggunaan jenis insulin ini tergantung regimen
yang digunakan.

b. Dosis insulin : dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1 unit/kg berat pada
awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini selanjutnya akan diatur disesuaikan dengan factor –
factor yang ada, baik penyakitnya maupun penderitanya.

c. Regimen : kita mengenal 2 macam regimen , yaitu regimen konvensional serta regimen
intensif. Regimen konvensional./mix-split regimen berupa pemberian 2 kali suntik/hari
atau tiga kali suntik/ hari. Sedangkan regimen intensif berupa pemberian regimen basal
bolus. Pada regimen basal bolus dibedakan antara insulin yamg diberikan untuk
memberikan dosis basal maupun dosis bolus.

d. Cara menyuntik : terdapat beberapa tempat penyuntikan yang baik dalam hal
absorpsinya yaitu di daerah abdomen ( paling baik absorpsinya ) , lengan atas , lateral
paha , daerah bokong tidak dianjurkan karena paling buruk absorpsinya.

e. Penyesuaian dosis : kebutuhan insulin akan berubah tergantung dari beberapa hal,
seperti hal memonitor gula darah , diet, olahraga, maupun usia pubertas terkadang
kebutuhan meningkat hingga 2 unit/kg badan/hari ) , kondisi stress maupun sakit.

2. Diet

Secara umum diet oada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya mengoptimalkan
proses pertumbuhan. Untuk itu pemberian diet terdiri dari 50-55% karbohidrat. 15-20%
protein dan 30% lemak. Pada anak DM tipe 1 asupan kalori perhari harus dipantau ketat
karena terkait dengan dosis insulin yang diberikan selain memonitoring pertumbuhannya.
Kebutuhan kalori perhari sebagaimana kebutuhan pada anak sehat/normal. Ada beberapa
anjuran pengaturan persentase diet yaitu 20% makan pagi , 25% makan siang serta 25%
makan malam, diselingi dengan 3 kali snack masing – masing 10% total kebutuhan kalori
perhari. Pemberian diet ini juga memperhatikan regimen yang digunakan, pada regimen
basal bolus, pasien harus mengetahui rasio insulin : karbohidrat untuk menentukan dosis
pemberian insulin.
3. Aktivitas fisik/exercise

Anak DM bukannya tidak boleh belolahraga, justru dengan berolahraga akan membantu
mempertahankan berat badan ideal, menurunkan berat badan apabila menjadi obes serta
meningkatkan percaya diri. Olahraga akan membantu menurunkan kadar gula darah serta
meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Namun perlu diketahui pula bahwa
olahraga dapat meningkatkan risiko hipoglikemia maupun hiperglikemia ( bahkan
ketoasidosis ). Sehingga pada anak DM memiliki beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi untuk menjalankan olahraga, diantaranya adalah target gula darah yang
diperbolehkan untuk olahraga, penyesuaian diet, insulin serta monitoring gula darah yang
aman.

Apabila gula darah sebelum olahraga diatas 250mg/dl serta didapatkan adanya
ketonemia maka dilarang olahraga. Apabila kadar gula darah dibawah 90mg/dl, maka
sebelum olahraga perlu menambahkan diet karbohidrat untuk mencegah hipoglikemia.

4. Edukasi

Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik penderita maupun orang tuanya.
Keluarga perlu diedukasi tentang penyakitnya, patofisiologi, apa yang boleh dan tidak
boleh pada pasien penderita DM, insulin ( regimen , dosis , cara menyuntik, lokasi
menyuntik serta efek samping penyuntikan ) , monitor gula darah dan juga target gula
darah maupun HbA1c yang diinginkan.

5. Monitoring control glikemik

Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan sudah baiak atau
belum, control glikemik yang baik akan memperbaiki kualitas hidup pasien, termasuk
mencegah komplikasi baik jangka pendek maupun jangka Panjang. Pasien harus
melakukan pemerikasaan gula darah berkala dalam sehari. Setiap 3 bulan memeriksa
HbA1c. disamping itu, efek samping pemberian insulin, komplikasi yang terjadi , serta
pertumbuhan dan perkembangan perlu dipantau.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus

Seorang anak laki – laki berusia 10 tahun datang kerumah sakit medika dengan
keluhan, anak mengatakan, banyak makan namun berat badan turun drastis ,
banyak minum , sering buang air kecil dan enuresis pada malam hari sejak 1
minggu yang lalu. Anak mengatakan sangat cemas dengan keadaannya dan ibu
pasien mengatakan dirinya menderita Diabetes melitus BB = 25kg TD = 110/70
mmHg , RR = 24x/menit , suhu 37,5℃ , N = 92x/menit. Hasil pemeriksaan lab
menunjukkan Hb = 11,2gr/dl, glukosa darah 300mg/dl. . terapi/instruksi medis
yang diberikan saat ini = cek gula darah 2x/hari , insulin 2 unit dari U 100
sebelum makan.

B. Pengkajian
A. Biodata
1. Nama : An. R
2. Usia : 10 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki – Laki
4. Alamat : Bekasi
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan :-
7. Diagnosa Medis : Diabetes Melitus tipe 1
8. No . Rm : 008
9. Tanggal masuk : senin , 13 juli 2020
10. Tanggal pengkajian : Senin , 13 juli 2020

B. Penanggung jawab
1. Nama : Ny. S
2. Usia : 37 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Karyawan swasta
5. Hubungan dengan Klien : Ibu kandung

C. Riwayat Khusus

1. Keluhan Utama.
Pasien mengatakan bahwa ia banyak makan namun berat badannya turun
drastis, banyak minum , sering buang air kecil, dan suka mengompol pada
malam hari
2. Riwayat kesahatan sekarang
Ibu pasien mengatakan berat badan anaknya turun drastis , banyak minum
dan sering buang air kecil , dan suka mengompol pada malam hari
3. Riwayat kesahatan terdahulu
Ibu Pasien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami hal yang serupa
sebelumnya
4. Riwayat kesahatan keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa dirinya mempunyai riyawat penyakit DM
D. Pemeriksaan fisik focus
a. Keadaan umum : composmentis
GCS : 15
b. Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 110/70mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,5℃
Respirasi : 24x/menit
c. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : bentuk kepala bulat
b. Rambut : warna hitam , penyebaran rambut merata , rambut
mudah rontok dan tidak ada kebotakan
c. Kulit kepala :bersih , tidak berketombe , tidak ada lesi
d. Mata : simetris , tidak ada secret , konjungtiva merah
Muda , sklera putih
e. Hidung : simetris , bersih , tidak ada secret , tidak ada
pembesaran Polip , fungsi penciuman
normal
f. Telinga : bersih , simetris , tidak ada gangguan pendengaran
g. Mulut : lidah bersih , mukosa bibir kering , tidak ada
kurang gigi , gusi baik tidak ada
pendarahan
h. Dada

- Inspeksi : dada simetris


- Palpasi : tidak ada benjolan mencurigakan
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : terdengar suara regular dan tidak ada suara
tambahan

i. Perut
- Inspeksi : simetris , tidak ada oedema , tidak ada lesi
- Auskultasi : tidak ada bising usus
- Palpasi : tidak ada pembengkakan
- Perkusi : tidak ada nyeri ketuk pada daerah abdomen
maupun CVA

j. Integumen
- Inspeksi : kulit pasien kering
- Palpasi : turgor kulit elastis , Kembali < 3 detik
k. Punggung : tidak ada kelainan tulang belakang (
kyphosis,lordosis , scoliosis )
l. Genetalia : simetris , tidak odem , tidak ada kelainan
m. Ekstremitas :
 Atas dan bawah
- Inspeksi : simetris , tidak ada lesi dan pus
- Palpasi : pitting edema (-), CRT < 3 detik

I. Data Fokus
No Rm : 008
Dx. Medis : Diabetes Melitus Tipe 1

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIV

1. Pasien mengatakan bahwa ia banyak 1. Keadaan umum : composmentis


makan namun berat badannya turun GCS : 15
2. Pasien mengatakan banyak minum 2. Tanda – tanda vital
dan sering buang air kecil Tekanan darah : 110/70 mmHg
3. Pasien mengatakan bahwa suka Nadi : 92x/menit
mengompol dimalam hari Suhu : 37,5℃
4. Pasien mengatakan sangat cemas Respirasi : 24x/menit
dengan keadaannya
5. Ibu pasien mengatakan bahwa 3. Mulut :
dirinya mempunyai Riwayat penyakit Inspeksi : mukosa bibir kering
DM 4. Integument :
6. Pasien mengatakan pola makannya Inspeksi : kulit pasien kering
berubah, setelah sakit pasien makan 1 5. BB sebelum sakit : 30kg
porsi 4x sehari ditambah makanan BB saat sakit : 25kg
ringan saat disekolah. Dan juga 6. Glukosa darah 300mg/dl
minum air putih 8 – 10 gelas/hari
7. Pasien mengatakan terjadi
perubahaan frekuensi BAK , pasien
BAK 7-10xsehari

II. Analisa data


No Rm : 008
Dx. Medis : Diabetes Melitus Tipe 1

N Data Problem Etiologi


o

1. DS : Defisit Nutrisi Peningkatan


1. Pasien mengatakan bahwa ia kebutuhan
banyak makan namun berat metabolism
badannya turun
2. Ibu pasien mengatakan bahwa
dirinya mempunyai Riwayat DM
3. Pasien mengatakan pola makannya
berubah, setelah sakit pasien makan
1 porsi 4x sehari ditambah
makanan ringan saat disekolah.
Dan juga minum air putih 8 – 10
gelas/hari
DO :
1. Keadaan umum : composmentis
GCS : 15
2. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 110/70
mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,5℃
Respirasi : 24x/menit
3. BB sebelum sakit : 30kg
BB saat sakit : 25kg
4. Mulut :
Inspeksi : mukosa bibir kering

2. DS : Gangguan Penurunan
1. Pasien mengatakan banyak minum eliminasi urin kemampuan
dan sering buang air kecil menyadari tanda
2. Pasien mengatakan bahwa suka – tanda gangguan
mengompol dimalam hari kandung kemih
3. Pasien mengatakan terjadi
perubahan frekuensi BAK, pasien
BAK 7-10x sehari
DO :
1. Keadaan umum : composmentis
GCS : 15
2. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 110/70
mmHg
Nadi : 92x/menit
Suhu : 37,5℃
Respirasi : 24x/menit
3. Integument :
Inspeksi : kulit pasien kering
4. Glukosa Darah 300mg/dl.

III.Diagnosa Keperawatan

N Diagnose keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi


o
1. Defisit Nutrisi b.d peningkatan 13 juli 2020
kebutuhan metabolism
2. Gangguan Eliminasi Urin b.d 13 juli 2020
penurunan kemampuan menyadari
tanda – tanda gangguan kandung
kemih

IV. Intervensi
No Rm : 008
Dx. Medis : Diabetes Melitus Tipe 1

N Diangnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi TTD


o
1. Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan 1. Diskusikan dengan
peningkatan kebutuhan tindakan keperawatan pasien , mengenai
metabolisme 3x24 jam diharapkan hubungan antara
sejauh mana nutrisi dapat asupan, makanan
dicerna dan diserap untuk ,olahraga ,
memenuhi kebutuhan peningkatan dan
metabolic sehari – hari penurunan berat
pasien dengan kriteria badan.
hasil : 2. Kaji motivasi pasien
1. Tidak terjadi untuk mengubah pola
penurunan berat makannya
badan ( 25kg ) 3. Bantu pasien
2. Pasien dapat membuat
mempertahankan perencanaan dan
berat badan konsisten dengan
3. Intake cairan kalori , jumlah energi yang
nutrisi yang sesuai dibutuhkan setiap
dengan kebutuhan harinya
4. Keseimbangan 4. Timbang BB secara
asupan , olahraga dan berkala ( sebelum dan
berat badan sesudah makan )
5. Tentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
untuk memenuhi
persyaratan gizi.
6. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
pengaturan diit sehari
– hari
2. Gangguan Eliminasi Urin Setelah dilakukan 1. batasi intake cairan 2-
b.d penurunan tindakan keperawatan 3 jam sebelum tidur
kemampuan menyadari selama 3x24 jam 2. kaji frekuensi , durasi
tanda – tanda gangguan diharapkan pasien dapat , dan pola eliminasi
kandung kemih mengendalikan enuresis
pemgumpulan , 3. jelaskan penyebab
pembuangan dan terjadinya dan
eliminasi urine rasional dari setiap
dikandung kemih dengan tindakan yang
kriteria hasil: dilakukan
1. Pasien dapat 4. monitor pola
mengenali keinginan eliminasi urin ,
untuk berkemih volume, frekuensi ,
2. Berkemih pada konsistensi dan bau
tempat yang tepat 5. berikan obat – obatan
3. Pola eliminasi normal yang sesuai untuk
( 5-6x sehari ) sementara jika
4. Pasien dapat dibutuhkan
mengosongkan
kandung kemih
sepenihnya.

V. Implementasi

No Rm : 008
Dx. Medis : Diabetes Melitus Tipe 1

Waktu NO. DX Implementasi Respon pasien

Tanggal Jam 1 1. Mendiskusikan dengan pasien Rs :


13 – 07 07.00 – - Pasien mengatakan
, mengenai hubungan antara
-2020 10.00 paham akan
asupan, makanan, olahraga , hubungan antara
asupan makan dan
peningkatan dan penurunan
olahraga
berat badan. Ro :
Pasien mendapatkan
penjelasan tentang
hubungan antara
makanan dan
olahraga

Rs :
2. Mengkaji motivasi pasien - Pasien mengatakan
akan mengubah pola
untuk mengubah pola
makannya menjadi
makannya. lebih sehat
Ro :
- Pasien mendapatkan
motivasi untuk
mengubah pola
makannya

Rs :
3. Mendorong pasien untuk
- Pasien mengatakan
mengkonsumsi air yang minum air yang
cukup setiap harinya
cukup dalam setiap harinya
Ro :
- Pasien mendapatkan
air 8 gelas sehari

4. Membantu pasien membuat Rs :


- Pasien mengatakan
peencanaan dan konsistensi
belajar membuat
dengan jumlah energi yang perencanaan terhadap
energi yang
dibutuhkan setiap harinya
dibutuhkan setiap
harinya
Ro :
- Pasien mendapatkan
bantuan untuk
membuat
perencanaan terhadap
energi yang
dibutuhkan setiap
5. Menimbang BB secara
harinya
berkala ( sebelum dan
Rs :
sesudah makan )
- pasien mengatakan
BBnya tidak naik dan
tidak turun
Ro :
- BB pasien tetap
6. Menetukan jumlah kalori dan dalam batas normal
25 kg.
nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi Rs :
- pasien mengatakan
sudah dapat
7. Berkolaborasi dengan ahli menentukan jumlah
kalori yang
gizi untuk pengaturan diit
dibutuhkannya
sehari – hari Ro :
- pasien mendapatkan
makanan seimbang
kalori dan nutrisi
untuk memenuhi
gizinya

13 – 07 – 13.00 – 2 1. membatasi intake cairan 2-3 Rs :


2020 15.00 - pasien mengatakan
jam sebelum tidur
tidak minum 2 jam
sebelum tidur
Ro :
- pasien dapat
membatasi intake
cairan sebelum tidur

2. mengkaji frekuensi , durasi , Rs :


- pasien mengatakan
dan pola enuresis
sudah tidak
mengompol pada
malam hari
Ro :
- pola berkemih pasien
mulai membaik
dalam batas normal 4
– 5 dalam sehari

Rs :
- pasien mengatakan
3. jelaskan penyebeb terjadinya
mengetahui tentang
dan rasional dari setiap
setiap tindakan yang
tindakan yang dilakukan
dilakukan tim
Kesehatan
Ro :
- pasien tampak
mengerti saat
dijelaskan tentang
setiap tindakan yang
dilakukan tim
Kesehatan

Rs :
- pasien mengatakan
4. monitor eliminasi urine , polan eliminasi
volume , frekuensi , berkemihnya sudah
konsistensi dan bau normal
Ro :
- eliminasi pasien
tampak membaik
Kembali dalam batas
normal

Rs :
- ibu pasien
mengatakan anaknya
5. berikan obat – obatan yang mendapatkan obat –
sesuai untuk sementara jika obatan sesuai yang
dibutuhkan diresepkan
Ro :
- pasien terlihan
meminum obat –
obatannya

VI. Evaluasi

No Rm : 008
Dx. Medis : Diabetes Melitus Tipe 1

Waktu DX SOAP
Tangga Jam Defisit Nutrisi b.d S:
l peningkatan kebutuhan - Pasien mengatakan paham
13 – 07 10.00 metabolism akan hubungan antar asupan ,
– 2020 makan , olahraga.

- Pasien mengatakan akan


mengubah pola makannya
menjadi lebih sehat.

- Pasien mengatakan minum air


yang cukup setiap harinya.

- Pasien mengatakan belajar


membuat perencanaan
terhadap energi yang
dibutuhkan setiap harinya

- Pasien mengatakan BBnya


tidak naik dan tidak turun

- Pasien sudah dapat


menentukan jumlah kalori
yang dibutuhkannya.
O:
- Pasien mendapatkan
penjelasan tentang hubungan
antara makanan dan olahraga

- Pasien mendapatkan motivasi


untuk mengubah pola
makannya

- Pasien mendapatkan air 8


gelas sehari

- Pasien mendapatkan bantuan


untuk membuat perencanaan
terhadap energinya.

- BB pasien tetap balam batas


normal 25kg

- Pasien mendapatkan makanan


seimbang kalori dan nutrisi
untuk memenuhi gizinya.

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

13 – 07 15.00 Gangguan Eliminasi Urine S:


– 2020 b.d penurunan kemampuan - Pasien mengatakan tidak
menyadari tanda – tanda minum 2 jam sebelum tidur
gangguan kandung kemih
- Pasien mengatakan
mengetahui tentang setiap
tindakan yang dilakukan tim
Kesehatan

- Ibu pasien mengatakan


anaknya mendapatkan obat –
obatan yang diresepkan

O:
- Pasien dapat membatasi
intake cairan sebelum tidur

- Pola berkemih pasien mulai


membaik dalam batas normal

- Pasien terlihat meminum


obatnya

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai