Anda di halaman 1dari 4

Resume halaman 223-231(Sosper)

b. kewajiban gugur gunung untuk tukang

Tiap-tiap tukang menjalankan kewajiban gugur gunung satu hari dalam satu bulan untuk
keperluan sultan. Kewajiban ini digunakan untuk mengerjakan perbaikan dan untuk membuat indah
pesanggrahan sultan di Ambarukmo. Kewajiban ini juga berlaku di daerah-daerah onderneming dan
dapat diganti dengan uang didaerah Gunungkidul, kewajiban ini diganti dengan pajak “praneman”.

c. kewajiban blandong

Kewajiban ini ialah sebagai rodi untuk mengerjakan penyelenggaraan hutan di Gunungkidul.
Tetapi sejak 1 Juni 1904, urusan hutan menjadi urusan jawatan kehutanan, dan sultan menerima bagian
keuntungan separo dari hasilnya. Mulai waktu itu juga rodi dihilangkan. Untuk eksploitasi hutan
dijalankan dengan tenaga bayaran dengan merdeka. Sedang orang-orang yang wajib rodi dikenakan
pajak praneman.

d. kewajiban bekerja pada kebun kopi kulonprogo

Di daerah Nanggulan dan Kalibawang (Kabupaten Kulonprogo) tiap orang wajib rodi diharuskan
bekerja di kebun kopi. Kewajiban ini kemudian dirasakan sangat berat oleh rakyat, hingga terjadi
tentangan dar rakyat. Akhirnya pajak kebun kpi di akhiri (tahun 1904). Mulai bulan Agustus 1904
penamaan kopi dibatasi hanya untuk kepentingan keratin saja. Yang masih tinggal hanya “kebon dalem”
(kebun kepunyaan raja), kebun lainnya diberikan kepada rakyat yang menyewa.

e. praneman

Mulai 1 Juli 1904 (untuk distrik prengguk mulai 1 April 1905), semua kewajiban bekerja untuk
kerajaan,raja, dan Patuh di Gunungkidul dihapuskan, kecuali penyerahan bahan-bahan pengeras jalan,
dan menghadap pada waktu grebeg. Kewajiban grebeg tidak dapat dihapuskan karena dipandang dari
sudut politik mengenai hubungan rakyat dengan raja akan kurang baik akibatnya. Jadi yang dihapuskan,
ialah :

a. Kewajiaban untk membuat, memperbaiki, dan memelihara jalan-jalan, jembatan, tanggul dan
rumah-rumah negeri,
b. Praneman kepada pegawai raja yang menguru taah,
c. Kewajiban jag dan patrol.
Untuk mengganti kewajiban ini, seseorang ditarik pajak f 6 untuk kenceng dan f 2 buat indung
(orang numpang) untuk distrik Prengguk f 3,06 dn f 1,20. Besarnya pajak di distrikSemanu
dihitung tiap-tiap hari rodi dengan uang f 0,039. Pendapat pajak ini dipakai pengganti
penghasilan kerajaan, raja dan pegawai-pegawai yang mendapat tunjangan (gaji) dengan
hilangnya heerendienst dan cultuurdiensten.

f. pajak polisi
Mulai 1 Januari 1895, uang “kontroliran” yang sudah sejak tahun 1884 diperluas untuk pegawai-
pegawai polisi dan semua rumah-rumah penjagaan kerjagaan dijalnkan oleh tenaga-tenaga yang
dibayar. Mulai 1 Maret 1905 sejumlah 147 penjaga gardu yang dibayar dihapuskan, diganti dengan 64
opas yang menjalankan ronda malam dan penjagaan. Di luar ibu kota Yogyakarta, semua rumah-rumah
penjagaan kerajaan masih dijalankan dengan heerendienst, dan dijalankan oleh orang-orang wajib rodi.
Akhirnya dengan undang-undang 8 November 1905, mulai 1 Januari 1906 kewajiban-kewajiban
tersebut untuk daerah luar kota juga diganti dengan pembayaran pajak 5 sen tiap bulan bagi tiap
pemilik tanah pekarangan. Uang pajak itu dapat terkumpul f 38.440, sebagai gantinya 4.33.350 kerja
(diensten) jadi tiap-tiap dinas diganti uang f 0,88. Di daerah Gunungkidul semua kewajiban diganti
dengan pajak praneman.

g. pajak jalan
Mulai 1 Januari 1906 dengan undang-undang 11 Desember 1905 kewajiban-kewajiban itu
dihapuskan. Sebagai gantinya dharuskan membayar pajak bulanan sebesar f 0,50 tiap-tiap wajib rodi.
Di daerah kulonprogo berlaku kewajiban bekerja (tidak denga bayaran) bagi orang-orang yang wajib
rodi untuk jalan-jalan. Di Gunungkidul hanya menyediakan alat-alat dan bahan-bahan pengeras jalan
seperti diuraikan dimuka. Pekerjaan-pekerjaan lainnya sudah diganti dengan pajak pranman itu,

h. pajak air
Menurut peraturan tentang “uang air” di daerah Mataram, tiap-tiap 5 tahun sekali besarnya
pajak air ditetapkan oleh Residen dengan pemufakatan Patih (Rijksbestuurder). Untuk masa
1905/1909 ditetapkan 15 sen besarnya.

i.kewajiban untuk Patuh


Patuh mempunyai hak untuk meminta tenaga penduduk (Patuhdiensten) guna kepentingnnya.
Hal ini diatur dalam “piyagem” mengenai hbungn antara bekel dengan patuh yang mempunyai
berbagai macam kewajiban.

j. kewajiban bekerja untuk perkebunan (cultuurdiensten)


Kewajiban ini adalah sebagian kewajiban dari kewajiban patuh. orang-orang wajib kerja,
menggarap dan memelihara tanah untuk Patuh-nya, dengan mendapat sebagian dari hasil panen. Di
daerah onderneming, orang-orang juga diwajibkan menjalankan cultuudiensten dengan mendapat
tanah glebagan.

k. kewajiban desa
Kewajiban ini dijalankan untuk keamanan, ketenteraman, dan ketertiban desa. Peraturan desa
masing-masing untuk menentukan dan mengaturnya.

I.Rodi di onderneming
Onderneming boleh menuntut kepada penduduk untuk bekerja di perkebunan sebgia kewajiban
rodi (tidak dengan bayaran). Sesuai dengan peraturan tentang rodi (heerendienstregeling) 25 April
1902, yaitu :
(1) Kerigan (pengerahn tenaga),
(2) Gugur gunung,
(3) Penjagaan untuk menjaga onderneming.

Penghasilan Lurah Desa dengan pembantu-pembantunya di Jawa bermacam-macam yang dipngut dari
Rakyat. Untuk kepentingan pekerjaan dan kebutuhan hidupnya sendiri Lurah Desa boleh menarik
macam-macam pungutan, hal ini tersebut dalam Inl. Gemeente Ordonnantie. Berbagai macam
penghasilan Lurah yang didapat dari penuduk dan hal itu berarti menjadi beban rakyat, dapat
diuraikan seperti di bawah ini :

1. Dari perceraian dan perkawinan dalam satu desa, lurah menerima f 0,10 sampai f 2, masing-
masing menurut daerahnya ; kalau pengantin berdandan di rumah lurah mendapat tambahan f
0,50 ;
2. Dan laki-laki yang kawin dengan perempuan dari lain desa dan mengikuti istrinya menerima f 1
sampai f 2,50, terkadang berupa seekor ayam jantan dan sehelai tikar (biasanya tikar yang
baik);
3. Dari pengantin perempuan yang harus mengikuti suaminya ke lain desa menerima f 0,75
sampai f 4 kadang-kadang berupa seekor ayam jantan dengan sebuah kampak;

Di samping itu ia menerima hak-hak istimewa seperti yang diterima oleh lurah :
1. Menerima tenaga pancen (alingan, panukang),
2. Tanah bengkok yang serih dikerjakan oleh penduduk dengan tidak bayaran (kuduran) atau
dengan sambatan,
3. Bebas dari kewajiban-kewajiban yang diwajibkan kepada penduduk lainnya,
4. Bebas dari kewajiban-kewajiban yang lain yang sama dengan pembebasan kewajiban untuk
lurah;

Berbagai macam jenis penghasilan dengan pembantu-pembantunya seperti yang disebutkan di


atas merupakan beban berat bagi rakyat. Semua ini berlaku dan terdapat di seluruh Indonesia,
masing-masing berbeda jenis macamnya dan besar kecilnya.
Penghasilan lurah desa (beban rakyat) seperti itu, biasanya ditetapkan dalam perjanjian desa
waktu pemilihan lurah, seperti disebut dalam Indlansche Gemeente Ordonnantie, semua ini harus
disepakati oleh semua penduduk yang berhak memilih lurah.
Kewajiban seperti itu ditambah dengan berbagai macam kewajiban bekerja, (personlijke, dan
desa diensten) merupakan beban yang sangat berat.

Anda mungkin juga menyukai