Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lebih dari delapan ratus ribu wanita mendapatkan diagnosis penyakit radang panggul
(PID) setiap tahun di Amerika Serikat. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit
(CDC), jika mempertimbangkan kasus PID yang terlewat, jumlah kasus bisa mencapai satu juta
pertahun. Komplikasi serius dari PID membuat angka ini menjadi perhatian besar. Komplikasi
ini termasuk kehamilan ektopik, nyeri panggul kronis (CPP), dan infertilitas tuba [ CITATION
Gul18 \l 1033 ].

Tingkat komplikasi meningkat pada kasus PID yang diobati dengan tidak memadai atau
jika pengobatan terlewat. Sebuah penelitian baru-baru ini melaporkan bahwa sebagian besar
wanita muda menyatakan kesediaan mereka untuk menyerahkan dua tahun hidup mereka untuk
mencegah IDP dan komplikasinya, sehingga membuat penyakit ini menjadi perhatian penting
yang mempengaruhi kualitas hidup secara signifikan [ CITATION Gul18 \l 1033 ].

Penyakit radang panggul (PID) diartikan sebagai peradangan pada saluran kelamin
bagian atas akibat infeksi pada wanita. Penyakit ini menyerang rahim, saluran tuba, dan/atau
ovarium. Ini biasanya merupakan infeksi yang naik dan menyebar dari saluran genital bagian
bawah. Mayoritas kasus IDP terkait dengan infeksi menular seksual. Diagnosis PID terutama
klinis dan harus dicurigai pada pasien wanita dengan nyeri perut bagian bawah atau panggul dan
nyeri saluran genital. Selama evaluasi pasien, penyebab nyeri lainnya termasuk kehamilan
ektopik harus dipertimbangkan dan disingkirkan. PID diobati dengan antibiotik untuk menutupi
patogen primer termasuk Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis. Komplikasi jangka
pendek termasuk abses tubo-ovarium atau panggul. Komplikasi jangka panjang termasuk
kehamilan ektopik, infertilitas, dan nyeri panggul kronis. Diagnosis dan pengobatan dini
berpotensi mencegah komplikasi [ CITATION Jen20 \l 1033 ].
PID disebabkan oleh infeksi pada saluran reproduksi wanita yang meliputi peritoneum
panggul, ovarium, saluran tuba, dan endometrium. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh
Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhea, atau infeksi menular seksual (IMS) lainnya. Karena
manifestasi klinis yang bervariasi, tidak mudah untuk membuat diagnosis PID. Pasien dengan
penyakit parah bisa datang dengan sakit perut parah yang mungkin memerlukan pembedahan
untuk mengatasinya. Pedoman yang diterbitkan oleh CDC pada tahun 2015 menyimpulkan
bahwa pengobatan PID harus dipertimbangkan pada wanita mana pun dengan nyeri yang lebih
rendah tanpa penyebab yang jelas, dan setidaknya salah satu dari kriteria berikut: uterus lunak,
serviks lunak, dan adneksa lunak [ CITATION Gul18 \l 1033 ].

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Radang Panggul ?
2. Apa saja staging dari Radang Panggul ?
3. Apakah yang menjadi etiologi Radang Panggul?
4. Apakah yang menjadi factor predisposisi Radang Panggul?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Radang Panggul ?
6. Bagaimana patofisiologi Radang Panggul ?
7. Bagaimana deteksi dini dari Radang Panggul ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis Radang Panggul ?
9. Bagaimana penatalaksanaan untuk pasien Radang Panggul ?
10. Apa saja diferensial diagnose dari Radang Panggul ?
11. Bagaimana Asuhan Keperawatan pasien dengan Radang Panggul ?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami definisi Radang Panggul.
2. Mengetahui dan memahami staging Radang Panggul.
3. Mengetahui dan memahami etiologi Radang Panggul.
4. Mengetahui dan memahami factor predisposisi Radang Panggul.
5. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis Radang Panggul.
6. Mengetahui dan memahami patofisiologi Radang Panggul.
7. Mengetahui dan memahami deteksi dini Radang Panggul.
8. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang Radang Panggul.
9. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan Radang Panggul.
10. Mengetahui dan memahami diferensial diagnosa Radang Panggul.
11. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan Radang Panggul.

PATOFISIOLOGI

Patofisiologi PID (pelvic inflammatory disease) atau penyakit radang panggul dimulai
dari infeksi di vagina atau serviks yang didapatkan dari infeksi menular seksual (IMS), biasanya
disebabkan oleh C. trachomatis atau N. gonorrhoeae. Selanjutnya, bakteri tersebut naik ke
saluran genitalia yang lebih atas. Mekanisme penyebab kenaikan ini diduga bersifat
multifactorial [ CITATION Gul18 \l 1033 \m Ros17].

Lendir serviks merupakan salah satu penghalang naiknya mikroorganisme patogen ke


saluran genitalia yang lebih atas. Namun, pada kondisi infeksi yang menyebabkan inflamasi pada
vagina atau serviks, efektvitas perlindungan lendir serviks ini menjadi berkurang. Begitu juga
pada saat ovulasi dan menstruasi, efektivitas perlindungan serviks menjadi berkurang
diakibatkan perubahan hormonal. Selain itu, aliran darah menstruasi merupakan medium biakan
yang baik untuk bakteri [ CITATION Gul18 \l 1033 \m Mit13]

Faktor lain yang mungkin berperan adalah senggama. Diperkirakan saat orgasme,
kontraksi uterus yang ritmik turut memfasilitasi naiknya bakteri ke saluran genitalia atas. Bakteri
juga dapat terbawa oleh sperma ke dalam uterus dan tuba falopii. Infeksi pada tuba falopii ini
awalnya hanya mengenai mukosa, tetapi selanjutnya inflamasi dapat cepat menyebar ke
transmural. Inflamasi ini dapat terus berlanjut ke struktur parametrial termasuk usus. Melalui
tumpahan cairan purulen dari tuba falopii atau penyebaran limfatik, infeksi dapat berlanjut
sampai melewati pelvis yang menyebabkan peritonitis akut dan perihepatitis akut (Sindrom Fitz-
Hugh–Curtis) [ CITATION Jen20 \l 1033 \m Mit13].

Sitokin merupakan mediator penting dalam reaksi inflamasi.12 Dengan melihat


imunopatogenesis dari terjadinya infeksi, kita akan mengetahui apakah suatu infeksi dapat
diresolusi dengan baik atau mengalami progresivitas yang menyebabkan luaran reproduksi yang
buruk. Meningkatnya kadar interleukin-6 (IL-6) di traktus genital dan sirkulasi telah banyak
dilaporkan sebagai penasah yang akurat pada reaksi inflamasi, baik lokal maupun sistemik,
karena IL-6 mudah terdeteksi pada fase akut dan kadarnya menetap selama masih terdapat
antigen kuman serta berbanding lurus dengan derajat keparahan penyakit [ CITATION Sur06 \l
1033 ].

Perkembangan infeksi ini terutama dipengaruhi oleh reaksi inflamasi akut. Luaran traktus
reproduksi karena PRP (penyakit radang panggul) juga tergantung dari keseimbangan antaran
respon sel T helper-1 (Th-1) dan T helper-2 (Th-2) dari individu sendiri. Klasifikasi dari Th-1
sebagai imunitas seluler dan Th-2 sebagai imunitas humoral mungkin terlalu sederhana, ternyata
Th-2 memiliki peran yang lebih penting sebagai regulator dari respon Th-1. Walaupun Th-1
dianggap sebagai protektor, tetapi pada kenyataannya pada infeksi yang menetap juga merusak
sel yang mengalami inflamasi. Perubahan dari Th-1 menjadi Th-2 dapat terjadi bila Th-1 gagal
mengeradikasi organisme kemudian menghambat aktivitas makrofag atau menghambat
pengurangan kerusakan sel yang mengalami inflamasi [ CITATION Sur06 \l 1033 ].

Daftar Pustaka
Gul, B. K., Albati, Z. A., Badr, R. R., Alfaraj, Z. M., Almatrafi, A. S., Banoun, A. A., . . .
Alahmari, A. S. (2018). Pelvic Imflammatory Disease. The Egyptain Journal of Hospital
Medicine, 70 (9), 1464-1467.
Jennings, L. K., & Krywko, D. M. (2020). Pelvic Inflammatory Disease (PID). South Carolina:
StatPearls Publishing .

Mitchell, C., & Prabhu, M. (2013). Pelvic Inflammatory Disease : Current Concepts in
Pathogenesis, Diagnosis and Treatment. NIH Public Access Author Manuscript, 27 (4), 1-
21.

Ross, J., Guaschino, S., Cusini, M., & Jensen, J. (2017). 2017 European Guideline for The
Management of Pelvic Inflammatory Disease. International Journal of STD & AIDS, 29
(2), 108-114.

Surjana, E., Dhanasari, N., Hestiantoro, A., & Endardjo, S. (2006). Gambaran Kadar Interleukin-
6 Serum dan Sekret Serviks pada Wanita Infertilitas yang Dicurigai Penyakit Radang
Panggul Subklinik. Maj Obstet Genikol Indoset, 30 (1), 30-35.

Anda mungkin juga menyukai