Anda di halaman 1dari 28

NAMA : AI PUTRIANI

NIM : CK 118001
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KEHAMILAN DI BPM,POSYANDU, DAN POLINDES
ASUHAN ANTENATAL DI KOMUNITAS
PENGERTIAN ASUHAN ANTENATAL
Pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan ibu dan janin yang
dilakukan secara berkala. Tiap hasil pemeriksaan di ikuti dengan upaya koreksi terhadap
penyimpangan yang ditemukan selama kehamilan. Pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim .

TUJUAN ASUHAN ANTENATAL


1. Tujuan Umum
Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu dan janin yang sesuai dengan kebutuhan,
sehingga kehamilan dapat berjalan secara normal dan bayi dapat lahir dengan sehat.
2. Tujuan Khusus
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan serta pertumbuhan dan
perkembangan bayi
b) Mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin
c) Merencanakan asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan
d) Mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam menghadapi komplikasi
e) Mempersiapkan masa nifas dan pemberian ASI Ekslusif

STANDAR PELAYANAN ANTENATAL DI KOMUNITAS


Standar pelayanan asuhan antenatal di komunitas merupakan bagian dari ruang lingkup
pelayanan kebidanan yaitu standar 3 – standar 8. Standar tersebut meliputi :
Standar 3 : identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk
penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk
memeriksakan kehamilannya secara dini dan secara teratur.
Hasil yang diharapkan adalah :
1. Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan.
2. Ibu, suami, anggota masyarakat meyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan
teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan hamil.
3. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.
Standar 4 : pemeriksaan dan pematauan antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan
pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung
normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,
hipertensi, PMS/infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan
kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus dapat
mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus
mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
Hasil yang diharapkan adalah :
1. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4x selama kehamilan.
2. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat.
3. Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan.
4. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya kehamilan dan tahu
apa yang harus dilakukan.
5. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kedaruratan.
Standar 5 : palpasi abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan palpasi untuk
meperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian
terendah, msuknya kepala ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan
rujukan tepat waktu.
Hasil yang diharapkan adalah :
1. Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik.
2. Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan kebutuhan.
3. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain, serta merujuknya sesuai dengan
kebutuhan.
Standar 6 : pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan, dan/atau rujukan semua
kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Hasil yang diharapkan adalah :
1. Ibu hamil dengan anemia berat segera dirujuk.
2. Penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia.
3. Penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR
Standar 7 : pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilandan mengenali
tanda serta gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
Hasil yang diharapkan adalah :
1. Ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat
waktu.
2. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat preeklamsia.
Standar 8 : persiapan persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami/keluarganya pada trimester III
memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana yang menyenangkan
akan direncanakan dengan baik, di samping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk,
bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan
ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini.
Hasil yang diharapkan adalah :
1. Ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan persalinan yang bersih dan
aman.
2. Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan
terampil.
3. Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin jika perlu.
4. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperlukan.
5.
STANDAR MINIMAL ASUHAN ANTENATAL 7T
1. Timbang berat badan
2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi tetanus toxoid
5. Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan
6. Tes terhadap infeksi menular seksual (IMS)
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

1. Timbang Berat Badan, Ukur Tekanan Darah, dan Tinggi Fundus Uteri
Salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan ibu dan janin adalah dengan mengukur berat
badan, tekanan darah,dan tinggi fundus uteri ibu setiap kali kunjungan.
Kunjungan dilakukan :
a. Sampai 28 minggu: 4 minggu sekali
b. 28-36 minggu : 2 minggu sekali
c. Diatas 36 minggu: satu minggu sekali
2. Ukur tekanan darah
Mengukur tekanan darah untuk deteksi dini seperti adanya preeklamsi dan eklamsi
3. Ukur tinggi fundus uteri
Untuk memantau perkembangan janin
4. Imunisasi TT
Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi atau
neonatus yang disebabkan oleh tetanus
TT1 diberikan saat ANC pertama, dilanjutkan TT 2 setelah 4 minggu dari TT1
Diharapkan bayi yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus neonatorum ( 3 tahun )
Dengan pemberian imunisasi TT diharapkan bayi yang dilahirkan akan terlindung dari tetanus
neonatorum dalam kurun waktu 3 tahun.
Dalam memberikan imunisasi TT, harus dikaji tentang status imunisasi TT ibu yaitu :
· Usia/tahun kelahiran WUS (mencari riwayat imunisasi bayi)
· Umur dibawah 20 tahun (lahir setelah 1987)
Seorang WUS muda sebagian besar diperkirakan telah mendapat imunisasi lengkap pada waktu
bayi dan sekolah, sehingga sudah memiliki status TT lengkap 5 dosis.
· Umur antara 20-30 tahun (lahir antara 1987-1997)
Tanyakan imunisasi yang pernah diterima pada saat bayi, anak sekolah, calon pengantin, dan
kehamilan sebelumnya. Bila tidak mempunyai catatan/kartu imunisasi saat bayi maka abaikan
pertanyaan imunisasi saat bayi.
· Umur diatas 30 tahun (lahir diatas 1997) pasti tidak mendapat imunisasi BIAS.

Imunisasi Anak Sekolah


· Apakah lulus kelas 6 SD?
(bila ya, pertanyaan selanjutnya, bila tidak langsung ke pertanyaan 3)
· Berapa kali? Dengan interval berapa bulan?

Imunisasi calon pengantin


·Apakah saat calon pengantin mendapat suntikan imunisasi di lengan?
(bila ya, ke pertanyaan selanjutnya, bila tidak langsung ke pertanyaan 4)
·Berapa kali? Dengan interval berapa bulan?

Imunisasi masa kehamilan


· Apakah sudah pernah hamil sebelumnya?
(bila ya, ke pertanyaan selanjutnya, bila tidak langsung ke pertanyaan 5)
Pada kehamilan sebelumnya apakah mendapat imunisasi TT? Berapa kali?
(bila ya, ke pertanyaan selanjutnya, bila tidak langsung ke pertanyaan 5)
· Berapa jarak (interval) dari imunisasi TT yang didapat saat catin dengan imunisasi saat
hamil?
Imunisasi kegiatan akselerasi MNTE
· Apakah pernah mendapat suntikan imunisasi di lengan selain pada saat calon pengantin,
dan masa kehamilan? Berapa kali? Kapan?

5. Tablet Besi
Diberikan untuk mencegah anemia dalam kehamilan. Setiap tablet mengandung FeSO4 320mg
(zat besi 60mg) dan asam folat 500µg. Pemberian dimulai dengan dosis satu tablet sehari pada
saat ibu tidak merasa mual, dan pemberian selama kehamilan minimal sebanyak 90 tablet.

6. Tes terhadap PMS


Ibu hamil merupakan kelompok resiko tinggi terhadap PMS. Melakukan pemeriksaan
konfirmatif dengan tujuan untuk mengetahui etiologi yang pasti tentang ada atau tidaknya
penyakit menular seksual yang diderita ibu hamil, sangat penting karena PMS dapat
menimbulkan morbiditas dan mortalitas baik kepada ibu maupun bayi yang
dikandung/dilahirkan. Upaya diagnosis yang dilakukan adalah dengan melakukan diagnosis
pendekatan gejala, memberikan terapi sesuai dengan gejala yang muncul, dan memberikan
konseling untuk rujukan.
7. Temu Wicara Dalam Rangka Proses Rujukan
Ditujukan untuk ibu hamil dengan msalah kesehatan atau komplikasi yang memerlukan
rujukan., yang dimaksudkan untuk memberikan konsuultasi atau melakukan kerja sama
penanganan. Tindakan yang harus dilakukan adalah :
· Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu menentukan pilihan yang tepat
untuk konsultasi.
· Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil beserta surat rujukan.
· Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat hasil rujukan.
· Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan.
· Memberikan layanan atau asuhan antenatal.
· Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu melahirkan di rumah.
· Menyepakati di antara pengambil keputusan dalam keluarga tentang rencana kelahiran.
· Persiapan atau pengaturan transpportasi dan biaya untuk ke tempat persalinan.

STANDAR ALAT ANTENATAL


Standar peralatan dalam asuhan antenatal meliputi perlatan steril dan tidak steril, bahan-bahan
habis pakai, formulir yang disediakan dan obat-obatan.

MANAJEMEN ASUHAN ANTENATAL


Manajemen asuhan antenatal di komunitas merupakan langkah-langkah alamiah sistematis
yang dilakukan bidan, dengan tujun untuk mempersiapkan kehamilan dan persalinan yang
sehat berdasarkan standar yang berlaku. Dalam manajemen asuahan antenatal di komunitas,
bidan harus melakukan kerja sama dengan ibu, keluarga, dan masyarakat megenai persiapan
recana kelahiran, penolong persalinan, tempat bersalinan, tabung untuk bersalinan, dan
mempersiapkan recana apabila terjadi komplikasi.
Tidak menutup kemungkinan di dalam masyarakat, bidan akan menemui ibu hamil yang tidak
melakukan pemeriksaan selama kehamilan atau antenatal care (ANC) diantaranya adalah ibu
sakit, tidak ada transportasi, tidak ada yang menjaga anak yang lain, kurangnya motivasi, dan
takut atau tidak mau ke pelayanan kesehatan. Upaya yang harus dilakukan bidan untuk
mengatasi kendala-kendala tersebut adalah dengan:
1. Melakukan kunjungan rumah;
2. Berusaha memperoleh informasi mengenai alasan ibu tidak melakukan pemeriksaan;
3. Apabila ada masalah, coba untuk membuat ibu dalam mencari pemencahannya;
4. Menjelaskan pentingnya pemeriksaan kehamilan.
Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah yang minimal dilakukan selama antenatal care :
1. Satu kali kunjungan selama trimester I, sebelum minggu ke -14
2. Satu kali kunjungan selama trimester II, diantara trimester ke-14 sampai minggu ke -28
3. Dua kali kunjungan selama trimester III, antara minggu ke-28 sampai minggu ke-36 dan
setelah minggu ke-36
Kunjungan ideal selama kehamilan:
1. Pertama dilakukan sedini mungkin ketika ibu mengatakan terlambat haid 1 bulan
2. Satu kali setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan
3. Dua kali setiap bulan sampai usia kehamilan 8 bulan
4. Satu kali setiap minggu samapai usia kehamilan 9 bulan
5. Pemeriksaan khusus apabila ada keluhan

Pelaksanaan Asuhan Antenatal di Rumah


Bidan dapat melakukan beberapa hal berikut dalam memberikan asuhan antenatal di rumah.
1. Bidan harus mempunyai data ibu hamil diwilayah kerjanya
2. Bidan melakukan identifikasi apakah ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan dengan
teratur
3. Bidan harus melakukan ANC di rumah, apabila ibu hamil tidak merasakan kehamilannya
4. Sebelum melakukan suhan dirumah, lakukan kontrak tentang waktu, tanggal, hari, dan
jam yang disepakati bersama ibu hamil agar tidak mengganggu aktifitas ibu serta keluarga
5. Pada saat melakukan kunjungan rumah, lakukan pemeriksaan sesuai dengan standar,
kemudian identifikasi lingkungan rumah apabila ibu mempunyai rencana melahirkan dirumah

Pemilihan Tempat Persalinan


Pemilihan tempat persalinan dimasyarakat dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan kebidanan
yang lalu, keadaan kehamilan pada saat ini, pengalaman melahirkan sebelumnya, serta
ketersediaan tempat tidur, kondisi rumah, sehingga dapat memilih tempat persalinan hal-hal
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan keputusan untuk menentukan tempat persalinan dilakukan pada ibu sendiri
atas dasar konsultasi dengan bidan atau dokter
2. Selama proses persalinan ibu memerlukan rasa aman, nyaman, dan percaya terhadap
orang yang menolong
Tempat persalinan harus direncanakan dengan baik untuk menghindari adanya rujukan secara
estafet. Bidan harus melakukan skrining antenatal pada semua ibu hamil atau penapisan dini
pada ibu hamil yang berpotensi mempunyai masalah atau faktor resiko. Skrining antenatal
dilakukan dengan menggunakan prinsip 4T yaitu Temu muka, Temu wicara, Temu faktor resiko,
dan Temu keluarga.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan managemen asuhan antenatal di komunitas adalah
sebagai berikut:
· Ciptakan adanya rasa percaya dengan menyapa ibu dan keluarga seramah mungkin dan
membuatnya merasa nyaman
· Menanyakan riwayat kehamilan ibu dengan cara menerapkan prinsip mendengarkan
efektif
· Melakukan anamnesis secara lengkap, terutama riwayat kesehatan ibu dan kebidanan
· Melakukan peeriksaan seperlunya
· Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana (misalnya albumin, Hb)
· Membantu ibu dan keluarga mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan tindakan
darurat
· Memberikan konseling sesuai kebutuhan
· Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman dirumah.
· Memberikan nasihat kepada ibu untuk mencari pertolongan apabila ada tanda-tanda
seperti perdarahan pervagina, sakit kepala lebih dari biasanya, gangguan penglihatan,
pembengkakan pada wajah dan tangan, nyeri abdomen, janin tidak bergerak seperti biasanya
· Memberikan tablet Fe 90 butir dimulai saat usia kehamilan 20 minggu
· Memberikan imunisasi TT dengan dosis 0,5 cc
· Menjadwalkan kunjungan berikutnya.
· Mendokumentasikan hasil kunjun
DETEKSI DINI DAN SKRENING PADA KEHAMILAN
a. Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk :
1) Penapisan dan pengobatan anemia
2) Perencanaan persalinan
3) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
b. Kunjungan II (24 – 28 minggu), dilakukan untuk :
1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2) Penapisan preeklampsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan
3) Mengulang perencanaan persalinan
c. Kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk :
1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2) Penapisan preeklampsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan
3) Mengulang perencanaan persalinan
d. Kunjungan IV (36 minggu), dilakukan untuk :
1) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
3) Memantapkan rencana persalinan
4) Mengenali tanda-tanda persalinan.
PENCATATAN DAN PELAPORAN
TUJUAN
Mengumpulkan, mempelajari, dan menggunakan data untuk pelaksanaanpenyuluhan,
kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.
PERNYATAAN STANDAR
Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan seksama seperti yang
sesungguhnya yaitu pencatatan semua ibu hamil di wilayah kerja, rincian pelayaan yang telah
diberikan sendiri oleh bidan kepada seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas, dan bayi baru lahirsemua
kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Di samping itu, bidan hendaknya
mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat
yangberkaitan dengan ibu hamil, ibu dalam proses melahirkan, ibu dalam masa nifas, dan bayi
baru lahir. Bidan meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan menyusun
rencana kegiaatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan.
HASILNYA
· Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik
· Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri
· Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran bayi dan pelayanan
kebidanan
PRASYARAT
1. Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua kelahiran dan kematian ibu
dan bayi
2. System pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi dilaksanakan sesuai
ketentuan nasional atau setempat
3. Bidan bekerjasama dengan kader/ tokoh masyarakat dan memahami kesehatan setempat
4. Register kohort ibu dan bayi, kartu ibu, KMS ibu hamil, buku KIA, dan PWS KIA, partograf
digunakan untuk pencatatan dan pelaporan pelayanan
5. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan tersebut di atas
6. Pemetaan ibu hamil
7. Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat jumlah kasus dan jadwal
kerjanya setiap hari
PROSES
Bidan harus :
1. Bekerjasama dengan kader dan pamong setempat agar semua ibu hamil di wilayahnya
tercatat
2. Mencatat dengan seksama semua pelayanan langsung yang diberikan selama kehamilan,
persalinan, dan masa nifas. Seluruh catatan harus dilengkapi dengan tanggal, waktu, dan
tandatangan bidan yang mencatat.
3. Ibu diberi KMS Ibu Hamil atau buku KIA untuk dibawa pulang. Mengajarkan pada ibu untuk
membawa semua dokumne tersebut pada saat kunjungan pemeriksaan antenatal dan
menyediakannya pada saat ibu mulai masuk proses bersalin
4. Lakukan ketentuan mnasional/setempat tentang pencatatan dan pelaporan. Ikut serta dalam
pengkajian professional yang terjadi di wilayahnya, seperti misalnya kegiatan Peer Review
5. Jaga agar buku/ kartu pencatatan tersebut tidak mudah rusak. Hasil pencatatan dan
pelaporan diprukan untuk dipelajari bersama supervisor dan untuk proses audit
6. Pastikan bahwa seua kelahiran, kematian ibu dan bayi baru lahir tercatat, termasuk surat
keterangan lahir dan satu copi lembar parograf
7. Pelajari kartu/ buku secara teratur (sedikitnya sebulan sekali ).
8. Setelah mempelajari seluruh hasil pencatatan, buatlah renncana tindak lanjut pribadi
9. Mencari langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah/ kesenjangan
10.Melakukan tinjauan terhadap rencana tindak lanjut secara berkala, untuk melihat apakah
rencana telah dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan berhasil
Asuhan antenatal meliputi:
a. Pemberitahuan agar bersalin di tenaga kesehatan
Upaya meminimalisasi dan menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita maka
semua persalinan yang ditangani oleh dukun bayi harus beralih ditangani oleh bidan. Kecuali
hal-hal yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan setempat dengan menjalin hubungan
antara dukun dan bidan, tetapi kemitraan yang berjalan saat ini masih dalam batas pemaknaan
transfer ilmu pengetahuan, serta masih dalam bentuk pembinaan cara-cara persalinan yang
higienis kepada dukun bayi.
Supervisi / pembinaan adalah bimbingan teknis yang terus menerus dan berkesinambungan
untuk mencapai suatu tujuan. Menjangkau 2 aspek
1. Pembinaan keterampilan dukun bayi
2. Pembinaan hasil kegiatan yang dilaksanan oleh dukun bayi.
Tujuan supervisi / bimbingan dukun bayi :
1. Menjaga, mempertahankan, meningkatkan keterampilan dukun bayi
2. Menjaga, mempertahankan dan meningkatkan cakupan hasil kegiatan dukun dalam merawat
bumil, bulin dan bufas.
3. Sebagai bahan asupan dalam penyusunan laporan kegiatan petugas puskesmas.
Pelaksana supervisi / bimbingan / pembinaan :
1. Dokter
2. Bidan
3. Perawat kesehatan
4. Petugas imunisasi
5. Petugas gizi
Tempat pelaksanaan pembinaan dukun bayi :
1. Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu
2. Perkumpulan dukun bayi dilaksanakan di puskesmas.
3. Home to home
b. Pengenalan tanda bahaya
Pada setiap kehamilan perlu di informasikan kepada ibu, suami dan keluarga tentang timbulnya
kemungkinan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan setelahnya.
Adanya tanda-tanda bahaya mengharuskan ibu, suami / keluarga untuk segera membawah ibu
kepelayanan kesehatan / memanggil bidan.
1. Tanda-tanda bahaya kehamilan meliputi :
- Perdarahan pervaginam
- Sakit kepala yang hebat
- Masalah penglihatan
- Bengkak pada muka atau tangan
- Nyeri abdomen yang hebat
- Bayi kurang bergerak seperti biasa
2. Tanda-tanda kegawatan dalam persalinan
Sebagai akibat dari permasalahan dalam persalinan, kegawatan dalam persalinan dapat terjadi
dengan tanda-tanda sebagai berikut :
- Perdarahan
- Kejang
- Demam, menggigil, keluar lender dan berbau
- Persalinan lama
- Mal presentase
- Plasenta tidak lahir dalam 30 menit
3. Kegawatan Masa Nifas
- Tanda-tanda bahaya nifas
- Pendarahan lewat jalan lahir.
- Keluar cairan berbau dari jalan lahir.
- Demam lebih dari 2 hari.
- Bengkak di muka, tangan atau kaki.
- Mungkin dengan sakit kepala dan kejang-kejang.
Adanya salah satu tanda bahaya tersebut mengharuskan ibu mendapatkan pelayanan dari
bidan / mencari pertolongan kesarana pelayanan kesehatan.
4. Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum
Penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu
kuman yang mengeluarkan racun dan menyerang sistem syaraf pusat.
Gejala:
• Bayi yang semula dapat menetek mjd sulit menetek karena kejang otot rahang dan faring
• Mulut bayi mecucu seperti ikan
• Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan
• Kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru

c. Rujukan
Kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan / fasilitas yang memiliki sarana lebih
lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun
sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal namun 10 sampai 15 % diantaranya akan
mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk
kefasilitas kesehatan rujukan.
Anjurkan ibu untuk membahas dan membuat rencana rujukan bersama suami dan keluarganya.
Tawarkan agar penolong mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan suami dan
keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya rencana rujukan apabila diperlukan.
Masukan persiapan-persiapan dan informasi berikut kedalam rencana rujukan :
- Siapa yang akan menemani ibu dan BBL
- Tempat-tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga? (jika ada lebih dari satu
kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan
yang diperlukan)
- Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya ingat
bahwa transportasi harus segera tersedia, baik siang maupun malam.
- Orang yang ditunjuk menjadi donor darah jika transfuse darah diperlukan.
- Uang yang disisihkan untuk asuhan medik, transportasi, obat-obatan dan bahan-bahan.
- Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak dirumah.

d. Penyuluhan Gizi
Gizi adalah hubungan / pengaruh dari konsumsi makanan terhadap derajat kesehatan atau
penampilan seseorang.
Nutrisi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang janin, pemeliharaan
kesehatan ibu, dan persediaan laktasi baik untuk ibu maupun janin. Berat badan ibu hamil
harus memadai, bertambah sesuai dengan usia kehamilan. Berat badan bertambah dengan
normal, menghasilkan anak yang normal. Kenaikan berat badan ideal pada ibu hamil sebanyak 7
kg ( untuk ibu yang gemuk ). Diluar batas itu di nilai normal.
Dalam 3 bulan pertama, berat badan ibu hamil akan naik sampai 2 kg. Kemudian, dinilai normal
jika setiap minggu berat badannya naik 0,3 kg. Pada kehamilan tua, rata - rata kenaikan berat
badan ibu akan mencapai 12 kg. Jika kenaikan berat badan lebih dari normal, akan berisiko
mengalami komplikasi preeklamsia dan janin terlalu besar sehingga menimbulkan kesulitan
persalinan.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus partus prematurus, insersia uteri,
perdarahan pasca persalinan, sepsis puerpuralis, dan lain-lain.
Kelebihan nutrisi karena dianggap makan untuk dua orang, dapat berakibat kegemukan,
preeklamsia, dan lain-lain.
Kebutuhan gizi pada ibu hamil adalah :
1. Energi
Dihasilkan dari karbohidrat, protein dan zat patinya.
2. Protein
Ibu hamil membutuhkan protein lebih banyak biasanya. Protein hewani lebih besar di
bandingkan protein nabati.
3. Vitamin
Ada beberapa jenis vitamin yang penting untuk ibu hamil. Jika ibu hamil sampai kekurangan
vitamin, pembentukan sel-sel tubuh anak akan berkurang. Anak dapat kurang darah, cacat
bawaan, kelainan bentuk, bahkan ibu dapat keguguran. Vitamin yang dibutuhkan ibu hamil
adalah B6, C, A, D, E dan K.
4. Mineral
a. Kalsium
Sangat penting karena dibutuhkan untuk pembentukan tulang. Apabila kekurangan kalsium,
bayi yang dikandung akan menderita kelainan tulang dan gigi.
b. Fosfor
Mineral ini dapat diperoleh dari makanan sehari - hari. Fosfor berhubungan erat dengan
kalsium. Jika jumlahnya tidak seimbang di dalam tubuh, dapat terjadi gangguan. Gangguan yang
paling sering adalah kram pada tungkai.
c. Zat besi
Sel darah merah ibu hamil bertambah sampai 30 %. Berarti, ibu hamil membutuhkan tambahan
700 – 800 mg zat besi. Kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat pada kehamilan trimester II dan
III.
e. Zink
Mineral ini dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil, biasanya cukup dari makanan sehari –
hari.
f. Fluor
Mineral fluor juga tidak banyak diperlukan. Dalam air minum normal, cukup mengandung fluor.
g. Yodium
Yodium cukup diperoleh dari air minum dan sumber bahan makanan laut. Jika ibu hamil
kekurangan yodium, akan melahirkan anak yang cebol.
13 Pesan PUGS 1993 ( Pedoman Umum Gizi Seimbang )
1. Konsumsi makanan yang beraneka ragam setiap hari
2. Konsumsi makanan yang mengandung cukup energi
3. Untuk sumber energi, usahakan agar separuhnya berasal dari makanan yang
mengandung zat karbohidrat kompleks
4. Usahakan sumber energi dari minyak dan lemak tidak lebih dari ¼ energi total yang
dibutuhkan
5. Gunakan hanya garam beryodium untuk memasak sehari - hari
6. Konsumsi makanan yang kaya zat besi
7. Beri hanya Air Susu Ibu untuk bayi sampai usia 4 bulan
8. Biasakan sarapan pagi setiap hari
9. Minum air bersih dan sehat dalam jumlah yang cukup
10. Olahraga dengan teratur untuk menjaga kebugaran tubuh
11. Hindari minuman beralkohol
12. Konsumsi makanan yang dimasak dan atau dihidangkan dengan bersih dan
tidak tercemar
13. Bacalah selalu label pada kemasan makanan

e. Penyuluhan KB
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Sebelum pemberian metode
kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau AKDR, terlebih dahulu menetukan apakah ada keadaan
yang membutuhkan perhatian khusus atau masalah ( diabetes atau tekanan darah tinggi ) yang
membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut sehingga masalah utama dapat
diketahui melalui anamnesis dan setiap klien dapat memilih kontrasepsi yang di inginkan.
Program KB adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan nasional dan bertujuan
untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial penduduk
Indonesia. Selain itu juga untuk memperkecil angka kelahiran, menjaga kesehatan ibu dan anak,
serta membatasi kelahiran jika jumlah anak sudah mencukupi.
Metode Kontrasepsi antara lain :
1. Metode sederhana
2. Metode Modern
3. Metode KB Darurat

f. Pencatatan kelahiran dan kematian Bayi/Ibu


Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di luar gedung
puskesmas, puskesmas pembantu, dan bidan di desa harus dicatat.
Kematian ibu adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 42 minggu
setelah berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi kehamilan, karena
berbagai penyebab yang berhubungan dengan distimulasi oleh kehamilan dan penanganannya,
tetapi tidak dari kasus – kasus kecelakaan atau incidental ( Depkes RI, 1998 )
Angka Kematian Ibu ( AKI ) adalah jumlah kematian ibu ( 15 – 49 tahun ) per 100.000
perempuan per tahun. Ukuran ini merefleksikan, baik resiko kematian ibu hamil dan baru saja
hamil, serta proporsi perempuan menjadi hamil pada tahun tersebut ( Depkes RI, 1998 ).
Angka Kematian Bayi ( AKB ) adalah jumlah kematian bayi sebelum mencapai umur tepat
satu tahun per 1.000 kelahiran hidup ( BPS, 2003 )
a. Tingginya AKI dan AKB di Indonesia
AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu dan kematian bayi
menunjukkan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan Berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 1994, AKI adalah 390 per 100.000 kelahiran
hidup dan AKB 40 per 1.000 kelahiran hidup.
b. Penyebab Kematian Ibu dan Bayi
Penyebab kematian ibu diantaranya adalah perdarahan ( 42 % ), eklamsia ( 13 % ), aborsi
( 11 % ), infeksi ( 10 % ), partus lama ( 9 % ), dan lain – lain ( 15 % ). Sedangkan AKI berdasarkan
BPS ( 2003 ) adalah 35 per 1.000 kelahiran hidup, dengan penyebab gangguan perinatal 34,7 %;
sistem pernapasan 27,6 %; diare 9,4 %; sistem pencernaan 4,3 %; tetanus 3,4 %; saraf 3,2 %;
dan gejala tidak jelas 4,1 %.

g. Pembinaan Kader
§ Pengertian Kader Kesehatan Masyarakat
Adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-
masalah kesehatan perseorangan maupun masyrakat serta untuk bekerja dalam hubungan
yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan
Para kader kesmas seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga
memungkinkan mereka membaca, menulis dan menghitung secara sederhana
§ Kondisi kerjanya
Kader kesmas bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta pimpinan-pimpinan
yang ditunjuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan
Pembinaan kader meliputi
1. Pemberitahuan Bumil Untuk Bersalin di Tenaga Kesehatan (Bidan Siaga)
Kader kesehatan masyarakat dilatih untuk memberikan perawatan bagi wanita hamil /
membantu kelahiran.
Usaha tenaga kesehatan dalam memberikan penjelasan pada masyarakat : - Menjelaskan
kepada ibu-ibu faktor resiko yang dapat membuat
kehamilan berbahaya
- Membahas dengan keluarganya mengapa wanita tersebut harus pergi ke pusat kesehatan
masyarakat / rumah sakit / bidan dalam mengenali problem-problem serius dalam kehamialn,
serta perawatan dan membantu keluarga tersebut untuk melakukan persiapan kepergiannya
(dalam hal ini ke tenaga kesehatan)
a. Mencari dukungan aktif masyarakat
b. Menghimpun informasi tentang wanita dan bersalin dalam masyarakat tersebut serta
menggunakan informasi ini dalam pekerjaan bidan.
2. Pengenalan Tanda-tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Rujukan
§ Tanda-tanda bahaya kehamilan:
- BB tidak bertambah pada UK 4 – 9 bulan
- Demam > 38 oC
- Keluar cairan sebelum waktu
- Perdarahan pervaginam
- Sakit kepala lebih dari biasa
- Gangguan penglihatan
- Pembengkakan pada wajah / tangan, tekanan darah baik dan pusing
- Nyeri abdomen (epigastrik)
- Janin tidak bergerak sebanyak biasanya
Rujukan : segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan kegawatan
obstetri yang sesuai.
§ Tanda-tanda Bahaya Persalinan
1. Riwayat bedah sesar
2. Perdarahan pervaginam
3. Persalinan kurang bulan (UK < 37 minggu)
4. Ketuban pecah disertai dengan mekonial yang kental
5. Ketuban pecah (lebih dari 24 jam)
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (UK < 37 minggu)
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda atau gejala infeksi
10. Pre eklamsia / hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi fundus 40 cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan kepala janin masih 5/5
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi ganda (majemuk)
16. Kehamilan ganda atau gemeli
17. Tali pusat menumbung
18. Syok
Rujukan : Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan, penatalaksanaan
kegawatdarurat obstetri yang sesuai dan tetap memperhatikan BAKSOKU
§ Tanda-tanda bahaya nifas
1. Perdarahan banyak 1 – 2 jam setelah bayi lahir
2. Demam tinggi lebih dari 2 hari setelah bayi lahir
3. Keluarnya cairan (lochea) berbau
4. Payudara bengkak, kemerahan pada masa menyusui
5. Nyeri payudara dan bengkak
6. Uterus tegang dan subinvolusi
7. Nyeri pada luka / irisan dan tegang
8. Disuria
9. Menggigil
Rujukan : Berikan antibiotika dan analgesic dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan yang
lebih memadai

Pengembangan wahana forum PSM


1. Posyandu
Pengertian Posyandu
Posyandu adalah sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program
lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya
program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan dengan kegiatan
masyarakat (BKKBN, 1989).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu , hal ini bertujuan untuk memberikan
kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat
memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama (Depkes RI, 1990).
Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat
kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu.
Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak
dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini
juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya
mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui
peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu (Depdagri,1999).
Tujuan penyelenggara Posyandu
1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu Hamil, melahirkan dan
nifas)
2. Membudayakan NKKBS.
3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan KB Berta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat
sejahtera.
4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan
Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera.

Pengelola Posyandu:
1. Penanggungjawab umum : Kades/Lurah
2. Penggungjawab operasional : Tokoh Masyarakat
3. Ketua Pelaksana : Ketua Tim Penggerak PKK
4. Sekretaris : Ketua Pokja IV Kelurahan/desa
5. Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes (Puskesmas).
Kegiatan Pokok Posyandu :
1. KIA
2. KB
3. lmunisasi.
4. Gizi.
5. Penggulangan Diare.
2. Polindes
Pengertian Polindes
Merupakan salah satu bentuk UKBM (Usaha Kesehatan Bagi Masyarakat) yang didirikan
masyarakat oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan
masyarakat desa, untuk memberikan pelayanan KIA-KB serta pelayanan kesehatan lainnya
sesuai dengan kemampuan Bidan.
Kajian makna polindes:
a. Polindes merupakan salah satu bentuk PSM dalam menyediakan tempat pertolongan
persalinan dan pelayanan KIA, termasuk KB di desa.
b. Polindes dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang tinggal di desa tersebut.
c. PSM dalam pengembangan polindes dapat berupa penyediaan tempat untuk pelayanan KIA
(khususnya pertolongan persalinan), pengelolaan polindes, penggerakan sasaran dan dukungan
terhadap pelaksanaan tugas bidan di desa.
d. Peran bidan desa yang sudah dilengkapi oleh pemerintah dengan alat-alat yang diperlukan
adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada masyarakat di desa tersebut.
e. Polindes sebagai bentuk PSM secara organisatoris berada di bawah seksi 7 LKMD, namun
secara teknis berada di bawah pembinaan dan pengawasan puskesmas.
f. Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes dapat berupa ruang/kamar untuk
pelayanan KIA, termasuk tempat pertolongan persalinan yang dilengkapi dengan sarana air
bersih.
g. Tanggung jawab penyediaan dan pengelolaan tempat serta dukungan opersional berasal dari
masyarakat, maka perlu diadakan kesepakatan antara wakil masyarakat melalui wadah LKMD
dengan bidan desa tentang pengaturan biaya operasional dan tarif pertolongan persalinan di
polindes.
h. Dukun bayi dan kader posyandu adalah kader masyarakat yang paling terkait.

Persyaratan polindes:
a. Tersedianya bidan di desa yang bekerja penuh untuk mengelola polindes.
b. Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Bidan, antara lain bidan kit,
IUD kit, sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil, timbangan, pengukur Tinggi Badan,
Infus set dan cairan D 5 %, NaCl 0,9 %, obat - obatan sederhana dan uterotonika, buku-buku
pedoman KIA, KB dan pedoman kesehatan lainnya, inkubator sederhana.
c. Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain penyediaan air bersih, ventilasi cukup,
penerangan cukup, tersedianya sarana pembuangan air limbah, lingkungan pekarangan bersih,
ukuran minimal 3 x 4 m2.
d. Lokasi mudah dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan mudah dijangkau oleh
kendaraan roda 4.
e. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan postpartum minimal 1
tempat tidur.

Tujuan polindes:
a. Meningkatnya jangkauan dan mutu pelayanan KIA-KB termasuk pertolongan dan
penanganan pada kasus gagal.
b. Meningkatnya pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan.
c. Meningkatnya kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan bagi ibu
dan keluarganya.
d. Meningkatnya pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangan bidan.

Fungsi polindes:
a. Sebagai tempat pelayanan KIA-KB dan pelayanan kesehatan lainnya.
b. Sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembinaan, penyuluhan dan konseling KIA.
c. Pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan-kegiatan polindes:
a. Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada bumil dan mendeteksi dini
resiko tinggi kehamilan.
b. Menolong persalinan normal dan persalinan dengan resiko sedang.
c. Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.
d. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal, bayi, anak balita dan anak pra sekolah, serta
imunisasi dasar pada bayi.
e. Memberikan pelayanan KB.
f. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan yang
beresiko tinggi baik ibu maupun bayinya.
g. Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader (posyandu, dasa wisma).
h. Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.
i. Melatih dan membina dukun bayi maupun kader (posyandu, dasa wisma).
j. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta peningkatan
penggunaan ASI dan KB.
k. Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada puskesmas setempat.

Indikator polindes
a. Fisik
Bangunan polindes tampak bersih, tidak ada sampah berserakan, lingkungan yang sehat,
polindes jauh dari kandang ternak, mempunyai ruangan yang cukup untuk pemeriksaan
kehamilan dan pelayanan KIA, mempunyai ruangan untuk pertolongan persalinan, tempat yang
bersih dengan aliran udara/ventilasi yang baik dan terjamin, mempunyai perabotan dan alat-
alat yang memadai untuk pelaksanaan pelayanan.
b.Tempat tinggal bidan di desa
Keberadaan bidan secara terus menerus/menetap menentukan efektivitas pelayanan, termasuk
efektifitas polindes, jarak tempat tinggal bidan yang menetap di desa dengan polindes akan
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan di polindes, bidan yang tidak tinggal di desa dianggap
tidak mungkin melaksanakan pelayanan pertolongan persalinan di desa.
c. Pengelolaan polindes
Pengelolaan polindes yang baik akan menentukan kualitas pelayanan sekaligus pemanfaatan
pelayanan oleh masyarakat. Kriteria pengelolaan polindes yang baik adalah keterlibatan
masyarakat melalui wadah kemudian dalam menentukan tarif pelayanan maka tarif yang
ditetapkan secara bersama, diharapkan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk
memanfaatkan polindes, sehingga dapat meningkatkan cakupan dan sekaligus dapat
memuaskan semua pihak
d. Cakupan persalinan
Pemanfaatan pertolongan persalinan merupakan salah satu mata rantai upaya peningkatan
keamanan persalinan, tinggi rendahnya cakupan persalinan dipengaruhi banyak faktor,
diantaranya ketersediaan sumber dana kesehatan, termasuk di dalamnya keberadaan polindes
beserta tenaga profesionalnya yaitu bidan di desa, dihitung secara komulatif selama setahun,
meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong di polindes selain berpengaruh terhadap
kualitas pelayanan ibu hamil sekaligus mencerminkan kemampuan bidan itu sendiri, baik di
dalam kemampuan teknis medis maupun di dalam menjalin hubungan dengan masyarakat.
d. Sarana air bersih
e. Polindes dianggap baik apabila telah tersedia air bersih yang dilengkapi dengan MCK,
tersedia sumber air (sumur, pompa, PDAM) dan dilengkapi pula dengan SPAL.
f. Kemitraan bidan dan dukun bayi.
Merupakan hal yang dianjurkan dalam pelayanan pertolongan persalinan di polindes, dihitung
secara komulatif selama setahun.
g. Dana sehat
Sebagai wahana memandirikan masyarakat untuk hidup sehat yang pada gilirannya diharapkan
akan mampu melestarikan berbagai jenis upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
setempat untuk itu perlu dikembangkan ke seluruh wilayah/kelompok sehingga semua
penduduk terliput dana sehat.
h. Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran
KIE merupakan salah satu teknologi peningkatan PSM yang bertujuan untuk mendorong
masyarakat agar mau dan mampu memelihara serta melaksanakan hidup sehat sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya, melalui jalinan komunikasi, informasi dan edukasi yang bersifat
praktis dengan keberadaan polindes beserta bidan di tengah-tengah masyarakat diharapkan
akan terjalin interaksi antara bidan dan masyarakat. Interaksi dengan intensitas dan frekwensi
yang cukup tinggi akan dapat mengatasi kesenjangan informasi kesehatan. KIE untuk kelompok
sasaran seharusnya dilakukan minimal sekali setiap bulannya dihitung secara komulatif selama
setahun.

3. KB – KIA
KB – KIA adalah kegiatan kelompok belajar kesehatan ibu dan anak yang anggotanya meliputi
ibu hamil dan menyusui.
a. Tujuan Umum
Agar ibu hamil dan menyusui tahu cara yang baik untuk menjaga kesehatan sendiri dan
anaknya, tahu pentingnya pemeriksaan ke puskesmas dan posyandu atau tenaga kesehatan lain
pada masa hamil dan menyusui serta adanya keinginan untuk ikut menggunakan kontrasepsi
yang efektif dan tepat.
b. Tujuan Khusus
Memberi pengetahuan kepada ibu tentang hygiene perorangan pentingnya menjaga
kesehatan, kesehatan ibu untuk kepentingan janin, jalannya proses persalinan, persiapan
menyusui dan KB.
Kebijakan
a. Kegiatan harus disesuaikan dengan kesehatan ibu dan masalah yang ada.
b. Pelaksanaannya dilakukan setiap minggu dengan materi dasar yang harus di review terus.
c. Metode yang digunakan adalah demonstrasi dengan materi dan pembicara berganti – ganti.
d. Tenaga pelatih atau pengajar adalah orang yang ahli di bidangnya.
e. Tempat pertemuan adalah di ruang tunggu puskesmas, kelurahan atau tempat lain yang
dikenal masyarakat.
f. Lamanya pelatihan tiap hari tidak lebih dari 1 jam.
g. Beri teori 20 menit, selebihnya adalah demontrasi
Materi Kegiatan:
1. Pemeliharaan diri waktu hamil
2. Makanan ibu dan bayi
3. Pencegahan infeksi dengan imunisasi
4. Keluarga Berencana
5. Perawatan payudara dan hygiene perorangan
6. Rencana persalinan
Kegiatan yang dilakukan:
a. Pakaian dan perawatan bayi
b. Contoh makanan sehat untuk ibu hamil dan menyusui
c. Makanan bayi
d. Perawatan payudara sebelum dan setelah persalinan
e. Peralatan yang diperlukan ibu hamil dan menyusui
f. Cara memandikan bayi
g. Demontrasi tentang alat kontrasepsi dan cara penggunaanya

Pelaksana:
a. Pelaksana utama meliputi dokter puskesmas, pengelola KIA, Kader, Bidan.
b. Pelaksana pendukung meliputi camat, kades, pengurus LKMD, tokoh masyarakat.
c. Pelaksana pembina meliputi sub din KIA Propinsi, tim pengelola KIA kabupaten.
Faktor Penentu Keberhasilan:
a. Faktor manusia
b. Faktor sarana (tempat)
c. Faktor prasarana (fasilitas).

Tugas Bidan Sebagai Pengelola Pelayanan KIA/KB:


a. Mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama pelayanan kebidanan untuk
individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat diwilayah kerjanya dengan melibatkan
keluarga dan masyarakat.
b. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan program sektor lain
diwilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, dan tenaga
kesehatan lain yang berada diwilayah kerjanya.
Tugas Kader dalam KB – KIA
Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah
tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini
perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis
pelayanan.
4. Dasa Wisma
Dasa Wisma adalah bagian dari organisasi PKK yang berada di tingkat paling bawah yaitu suatu
kelompok yang beranggotakan 10 KK sampai dengan 20 KK yang diketuai oleh seseorang yang
dipilih oleh mereka. Dasa Wisma mengambil peranan yang sangat penting dan strategis dalam
pemberdayaan keluarga menuju masyarakat yang sejahtera. Banyak Program-program pokok
PKK yang pelaksanaannya justru di tingkat Dasa Wisma ini , terutama program sandang,
pangan, kesehatan, pengembangan kehidupan koperasi, pendidikan dan ketrampilan,
kelestarian lingkungan hidup dan lain-lainnya.
Pembinaan Dasa Wisma sangat diperlukan guna lebih memberdayakan anggotanya agar lebih
sejahtera.

5. Tabulin
Tabulin atau tabungan ibu bersalin merupakan bagian dari program yang ada, dimana Ikatan
Bidan Indonesia (IBI) selaku mitra Depkes dan BKKBN turut membina masyarakat untuk
sosialisasi program ini. Selain ituutk biaya melahirkan, Tabulin juga bisa dipakai sebagai
penunjang biaya pasca persalinan. Beragam penyuluhan yang menjadi program penting dalam
siaga ini, karena dalam penyuluhan warga selalu diingatkan akan biaya kehamilan akan 3
terlambat, yaitu terlambat mengenai tanda bahaya / di yawa, terlambat sampai RS dan
terlambat mendapat pertolongan bidan / dokter.
Juga bahaya 4 terlalu yaitu : terlalu sering, terlalu muda, terlalu tua,terlalu banyak. Yang
merupakan faktor resiko terjadinya komplikasi persalinan. (www.dradio.or.id).
Sebelum ada desa siaga sudah dimulai dengan tabungan Ibu bersalin (Tabulin). Jadi kita
menerangkan ke Ibu hamil dan keluarganya, meskipun kaya. Justru orang kaya tersebut
memberikan contoh kepada orang-orang yang tidak mampu untuk menabung. Dan Ibu hamil di
berikan buku yang dibawa setiap pemeriksaan.

Mekanisme Tabulin
Tabungan itu terbentuk berdasarkan Rw. atau Posyandu. Bila posyandunya empat, maka
tabungannya ada empat didesa itu. Sedankan Dasolin (Dana Sosial / Bersalin) mekanismenya
yaitu, masyarakatyg pasang usia subur juga Ibu yang mempunyai balita dianjurkan menabung,
yang kegunaannya untuk membantu ibu saat hamil lagi.
Adapun manfaat dari tabulin antara lain :
1. Sebagai tabungan / simpanan itu yang digunakan untuk biaya persalinan atau sesudah
persalinan
2. Ibu dan keluarga tidak merasa terbebani terhadap biaya persalinan.
6. Donor Darah Berjalan
Donor darah berjalan adalah donor yang dilakukan tiap hari. Donor darah berjalan ini adalah
program PMI untuk memenuhi pasokan darah d PMI karena PMI sering mengalami kekurangan
pasokan darah sedangkan yang membutuhkan donor darah sangat banyak.

7. Ambulan Desa

Anda mungkin juga menyukai