Makalah Fertilisasi Kel 4
Makalah Fertilisasi Kel 4
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah karena berkat
kemurahan-Nya makalah Perkembangan hewan ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan.
Kami menyadari bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik materi
maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami
dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usulan guna
penyempurnaan makalah ini di kemudian hari.
Kami sadari pula, bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua gamet yang dapat
berupanukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan
nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan
nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan
siklus seksualeukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet yang melebur adalah haploid. Bilamana
keduanya motilseperti pada tumbuhan, maka fertilisasi itu disebut isogami, bilamana berbeda
dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan
biasanya lebih besar) dinamakan oogami. Hal ini merupakan cara khas pada beberapa
tumbuhan, hewan, dan sebagian besar jamur. Pada sebagian gimnofita dan semua antofita,
gametnya tidak berflagel, dan polen tube terlibat dalam proses fertilisasi.
B. Rumusan Masalah
Membahas materi mengenai ferilisasi, yang didalamnya akan menjelaskan dan membahas
bersama tentang Perjalanan gamet ke tempat pembuahan,pembentukan zigot,parthenogenesis,
dan pembuahan abnormal.
D. Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini, metode yang kami gunakan adalah pengambilan materi
berdasarkan buku-buku yang diperoleh dari berbagai pihak dan beberapa link/situs yang dapat
membantu dalam penyususnan makalah ini yang diunduh melalui internet.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan makalah ini tentunya dapat menambah wawasan dan pengetahuan
kita tentang proses perjalanan gamet ke tempat pembuahan,proses terbentuknya zigot,mekanisme
parthenogenesis,serta pembuahan abnormal yang akan kita bahas dalam pembelajaran
perkembangan hewan saat ini. Serta dapat membantu kita para pelajar maupun pengajar untuk
memperluas pengetahuan yang ada atau yang kita pelajari dan kita tekuni saat ini.
BAB I
PEMBAHASAN
A . FERTILISASI
Fertilisasi adalah proses penyatuan atau peleburan inti sel telur (ovum) dengan inti Sel
spermatozoa membentuk makhluk hidup baru yang disebut zigot. Meskipun zigot Masih satu sel
tetapi ia disebut makhluk hidup baru, karena zigot adalah bentuk paling awal dari semua
makhluk hidup yang berkembang melalui proses fertilisasi. Dari zigot dari satu sel inilah akan
berkembang menjadi embrio tahap dua sel, empat sel, morula, blastosis dan akan terus
berkembang dan berdiferensiasi membentuk organ-organ tubuh sampai .akhirnya menjadi fetus
dan lahir. Setelah mencapai dewasa kelamin (pubertas), maka aktivitas reproduksi akan dimulai
kembali melalui proses gametogenesis dan fertilisasi sehingga membentuk suatu siklus yang
saling berkaitan.
a) . Macam-macam Fetilisasi
c .Tahap-tahap Fertilisasi
Tahapan-tahapan yang terjadi pada fertilisasi adalah sebagai berikut :
a. Kapasitasi spermatozoa dan pematangan spermatozoa
Kapasitasi spermatozoa merupakan tahapan awal sebelum fertilisasi. Sperma yang
dikeluarkan dalam tubuh (fresh ejaculate) belum dapat dikatakan fertil atau dapat membuahi
ovum apabila belum terjadi proses kapasitasi. Proses ini ditandai pula dengan adanya perubahan
protein pada seminal plasma, reorganisasi lipid dan protein membran plasma, Influx Ca, AMP
meningkat, dan pH intrasel menurun.
b. Perlekatan spermatozoa dengan zona pelucida
Zona pelucida merupakan zona terluar dalam ovum. Syarat agar sperma dapat menempel
pada zona pelucida adalah jumlah kromosom harus sama, baik sperma maupun ovum, karena hal
ini menunjukkan salah satu ciri apabila keduanya adalah individu yang sejenis. Perlekatan
sperma dan ovum dipengaruhi adanya reseptor pada sperma yaitu berupa protein. Sementara itu
suatu glikoprotein pada zona pelucida berfungsi seperti reseptor sperma yaitu menstimulasi fusi
membran plasma dengan membran akrosom (kepala anterior sperma) luar. Sehingga terjadi
interaksi antara reseptor dan ligand. Hal ini terjadi pada spesies yang spesifik.
c. Reaksi akrosom
Setelah reaksi kapasitasi, sperma mengalami reaksi akrosom, terjadi setelah sperma dekat
dengan oosit. Sel sperma yang telah menjalani kapasitasi akan terpengaruh oleh zat – zat dari
korona radiata ovum, sehingga isi akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas dan
berkontak dengan lapisan korona radiata. Pada saat ini dilepaskan hialuronidase yang dapat
melarutkan korona radiata, trypsine – like agent dan lysine – zone yang dapat melarutkan dan
membantu sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum. Reaksi tersebut terjadi
sebelum sperma masuk ke dalam ovum. Reaksi akrosom terjadi pada pangkal akrosom, karena
pada lisosom anterior kepala sperma terdapat enzim digesti yang berfungsi penetrasi zona
pelucida.
d. Penetrasi zona pelucida
Setelah reaksi akrosom, proses selanjutnya adalah penetrasi zona pelucida yaitu proses
dimana sperma menembus zona pelucida. Hal ini ditandai dengan adanya jembatan dan
membentuk protein actin, kemudian inti sperma dapat masuk. Hal yang mempengaruhi
keberhasilan proses ini adalah kekuatan ekor sperma (motilitas), dan kombinasi enzim
akrosomal.
e. Bertemunya sperma dan oosit
Apabila sperma telah berhasil menembus zona pelucida, sperma akan menenempel pada
membran oosit. Penempelan ini terjadi pada bagian posterior (post-acrosomal) di kepala sperma
yang mnegandung actin. Molekul sperma yang berperan dalam proses tersebut adalah berupa
glikoprotein, yang terdiri dari protein fertelin. Protein tersebut berfungsi untuk mengikat
membran plasma oosit (membran fitelin), sehingga akan menginduksi terjadinya fusi.
B . PERJALANAN GAMET KE TEMPAT PEMBUAHAN
Perjalanan Gamet ke tempat pembuahan sperma terbagi menjadi 3 yaitu : Dalam tubuh
jantan,Diluar Tubuh Jantan dan Dalam tubuh betina.
Pertumbuhan dan perkembangan pada hewan terjadi di seluruh bagian tubuh, berbeda dengan
tumbuhan yang terjadi hanya pada bagian tertentu saja, yaitu di daerah meristem. Pertumbuhan
dan perkembangan pada hewan diawali sejak terbentuknya zigot dari proses pembuahan dan
terus terjadi hingga hewan mencapai usia dewasa. Dengan demikian pertumbuhan dan
perkembangan pada hewan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu fase embrionik dan fase
pascaembrionik. Fase embrionik adalah pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari zigot
sampai terbentuknya embrio sebelum lahir atau menetas. Sedangkan fase pascaembrionik
merupakan pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai sejak lahir atau menetas hingga hewan
itu dewasa.
1. Fase Embrionik
Zigot terbentuk dari hasil pertemuan ovum dengan sperma (terjadi pembuahan/fertilisasi).
Kemudian zigot mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam beberapa tahap, yaitu
pembelahan zigot, tahap morula, blastula, gastrula, dan organogenesis.
a. Pembelahan zigot terjadi secara mitosis, yaitu dari satu sel menjadi dua sel, dua sel menjadi
empat sel, empat sel menjadi delapan sel, delapan sel menjadi enam belas sel, dan seterusnya
hingga tiga puluh dua sel. Sekumpulan sel yang terbentuk tersusun seperti buah anggur dan
disebut sebagai morula. Pembelahan terus berlanjut sehingga terbentuk rongga di bagian dalam
yang disebut blastosol. Fase ini disebut fase blastula.
b. Gastrula, merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan blastula yang ditandai dengan
terbentuknya 3 lapisan embrionik, yaitu lapisan bagian luar (ektoderm), lapisan bagian tengah
(mesoderm), dan lapisan bagian dalam (endoderm). Ketiga lapisan ini nantinya akan berkembang
menjadi berbagai organ. Proses pembentukan gastrula ini disebut gastrulasi.
c. Organogenesis, merupakan proses pembentukan berbagai organ tubuh yang berkembang dari
tiga lapisan saat proses gastrulasi.
Organ yang terbentuk dari ketiga lapisan ini adalah sebagai berikut. 1) Lapisan ektoderm,
berkembang menjadi rambut, kulit, sistem saraf, dan indra. 2) Lapisan mesoderm, berkembang
menjadi otot, rangka, alat reproduksi, alat peredaran darah, dan alat ekskresi. 3) Lapisan
endoderm, berkembang menjadi alat pencernaan dan alat pernapasan.
2. Fase Pascaembrionik
Pertumbuhan pascaembrionik dimulai ketika hewan lahir atau menetas. Semua anggota tubuh
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Namun demikian kecepatan pertumbuhan dan
perkembangan antara bagian tubuh yang satu dengan bagian tubuh yang lain tidak sama.
Pertumbuhan ini tidak berlangsung terus-menerus, melainkan berhenti setelah mencapai usia
tertentu. Perkembangan dimulai ketika alat kelamin telah mampu memproduksi sel-sel gamet.
Pada manusia perkembangan ini ditandai dengan munculnya sifat-sifat kelamin sekunder. Tanda
kelamin sekunder pada pria berupa tumbuhnya rambut pada bagian tubuh tertentu, suara besar,
tumbuhnya jakun, dan otot-otot tubuh lebih kekar. Tanda kelamin sekunder pada wanita ditandai
dengan membesarnya payudara, tumbuhnya rambut pada bagian tubuh tertentu, dan
membesarnya pinggul.
Pembelahan zygot terjadi secara mitosis yang berlangsung sangat cepat tidak terjadi
pertumbuhan mulai dari sel tunggal menjadi masa sel yang padat disebut morula, Masing-
masing sel dari pembelahan awal tersebut dikenal sebagai blastomer, Pembelahan terjadi
melalui bidang-bidang pembelahan yaitu :
1. Bidang meridional : bidang tegak melalui polus animalis (PA) dan polus vegetativus
(PV)
2. Bidang ekutorial : bidang datar diantara PA dan PV
3. Bidang sagital : bidang yang membagi bagian kanan dan bagian kiri
4. Bidang latitudinal : bidang datar yang terletak diantara bidang ekuatorial dengan PA dan
PV
5. Bidang transversal : bidang tegak lurus bidang ekuatorial
Pembelahan awal (I) dan II melalui bidang meridional, sedang pembelahan III melalui
bidang ekuatorial.
Jenis-jenis pembelahan:
1. Holoblastik: pembelahan terjadi pada semua bagian yang biasanya terjadi pada telur
yang isolesital atau telolesital sedang contoh pada Amphioxus, Amphibia. Holoblastik ada
yang radial (sea urchin), bilateral (Amphibia), spiral (molusca) rotational (mamal)
2. Meroblastik: pembelahan terjadi hanya pada bioplasma (daerah animalis), bagian
deutoplasma tidak membelah meroblastik ada 2 macam yaitu meroblastik discordal (pada
burung, reptil) dan superfisial (pada serangga). Pembelahan ini umumnya terjadi pada telur
yang
sentrolesital dan telolesital berat (Gambar 1. dan Gambar 2.)
Setelah terjadi pembelahan yang cepat sampai terbentuk morula yang padat, maka
pembelahan selanjutnya akan membentuk rongga disebut blastocoel. Dinding rongga
tersebut terdiri sel-sel (blastomer) yaitu sebagai sel formatif pembentuk badan embrio dan
sel auxilary pembentuk selaput embrio. Blastomer di daerah animal lebih kecil (mikromer)
dan pada di daerah vegetal (makromer). Berdasarkan bentuknya blastula ada yang bulat
(blastosphere), pipih/cakram (discoblastula) dan gelembung (blastocyst). Sedangkan atas
dasar strukturnya maka terdapat blastula berongga (coeloblastula), blastula masif
(stereoblastula), blastula dengan lapisan sel (blastoderm).
Beberapa contoh:
1. Pada ikan: pembelahan terjadi secara holoblastik, meskipun pada daerah vegetal lebih
lambat. Blastema pada polus vegetativus relatif lebih besar sebabyolk lebih banyak,
sedang pada polus animalis lebih kecil dan membentuk blastoderm. Blastula bertipe
discoblastula dengan rongga
yang relatif sempit. Blastoderm ada yang membentuk blastodisc.
Periblast merupakan kelompok sel yang membentuk lapisan sinsitial yang menyelubungi
yolk yang tidak ikut membelah. Periblast berfungsi membantu memobilisasi yolk untuk
pertumbuhan embrio.
2. Pada Amphibia: pembelahan terjadi secara holoblatik, blatomer pada polus animalis
membelah lebih cepat dari pada polus vegetativus karena yolk lebih banyak pada polus
vegetativus. Blastocoel letak eksentrik (mendekati polus animalis). Di daerah ekuatorial
blatomer membentuk “germ ring”.
3. Pada Reptil dan Ayes: pembelahan terjadi secara meroblastik discordal karena yolk
lebih banyak. Blastoderm (disebut juga blastodisc) terpisah dengan yolk. Blastoderm terpisah
dari yolk oleh rongga subgerminal. Blastula bertipe discoblastula, dengan rongga pipih.
Blastomer pada bagian dorsal
blastocoel disebut epiblast, pada bagian lateral disebut periblast dan pada bagian ventral
disebut hypoblast.
4. Pada Mamal: stadium blastula pada mamal disebut blastocyst, dengan rongga bulat.
Blastoderm akan membentuk “inner cell mass” (1CM) yang kemudian akan menjadi
embrio dan diluar yolk akan membentuk tropoblast yang akan menjadi selaput
extraembrional (membran choriovitelus dan
chorioalantois). (Gambar 3.) Pada akhir stadium blastula, daerah-daerah tertentu akan
menjadi calon pembentuk organ tertentu (dikenal sebagai peta nasib). Pada blastula katak
daerah-daerah
tersebut ialah:
- epidermal sebagai calon kulit
- neuroektodermal sebagai calon sistem saraf
- lamina prechordalis sebagai calon kepala
- chorda mesoderm sebagai calon chorda dorsalis
- mesodermal sebagai calon somit
- endodermal sebagai calon sistem pencemaan
- germinal sebagai calon gonade.
D. PARTENOGENESIS
A. Pengertian
Partenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual di mana betina memproduksi sel telur
yang berkembang tanpa melalui proses fertilisasi. Partenogenesis dapat kita lihat pada kutu
daun, lebah, kutu air, dan beberapa invertebrata lainnya, juga pada beberapa
tumbuhan. Komodo dan hiu ternyata juga mampu bereproduksi secara partenogenesis, bersama
dengan beberapa genera ikan, amfibi, dan reptil - yang telah menunjukkan bentuk reproduksi
aseksual yang berbeda.
Dalam sumber lain namun memiliki arti dan tujuan yang sama Parthenogenesis pada
hewan adalah proses dimana hewan betina mampu bertelur & menghasilkan keturunan tanpa
pembuahan dari hewan jantan. Parthenogenesis jarang terjadi pada hewan bertulang belakang
atau vertebrata dan belum pernah terjadi pada spesies Rhacodactylus.
B. Mekanisme Parthenogenesis
Sebagaimana dijelaskan dalam pengertian di atas bahwa parthenogenesi merupakan suatu
peroses perkembangbiakan Aseksual pada suatu mahluk hidup, yang mana individu betina tidak
membutuhkan pembuahan dari pada hewan jantan, akan tetapi parthenogenesis hanya terjadi
pada hewan-hewan tertentu yang biasanya berdasarkan faktor keturunan dan pola hidup.
Sebagaimana terjadi pada seekor Komodo di suatu penakaran di LONDON/INGGRIS.
Komodo tersebut mampu memproduksi 4 butir telur awal tahun kemarin sedangkan
komodo betina tadi ngga pernah ‘berhubungan’ dengan komodo jantan selama kurang lebih 2
tahun. Tapi komodo betina juga bisa menghasilkan telurnya melalui proses perkawinannya
dengan komodo jantan, dalam arti melalui perkawinan yang normal-normal saja. Sekedar info,
masa mengerami komodo berjangka waktu sekitar 7 hingga 9 bulan, Hampir sama kaya manusia
ya?
Berdasarkan riset para ilmuwan, karena hewan-hewan ini di berada di penangkaran
selama bertahun-tahun tanpa mendapat akses untuk berhubungan dengan pejantannya, mereka
jadi bisa ber-reproduksi secara parthenogenetic. Tapi kemampuan untuk mereproduksi
parthenogenetically ini jelas kemampuan turun temurun. Komodo betina mampu memanfaatkan
kemampuannya untuk bereproduksi tanpa hubungan seksual ketika, misalnya aja, dia terdampar
sendirian di sebuah pulau tanpa ada komodo jantan untuk membantunya berkembang biak.
Adapun Yang lebih menarik lagi, karena proses genetika ini, telur-telur komodo
parthenogenetic bisa dipastikan akan selalu menetaskan bayi komodo yang berjenis kelamin
jantan. Ini bisa dibuktikan dengan komodo betina yang memiliki satu kromosom W dan satu
kromosom Z, sedangkan komodo jantan memiliki dua kromosom Z. Telur dari komodo betina
membawa satu kromosom, baik kromosom Z atau W, dan ketika proses partenogenesis terjadi,
baik kromosom Z atau W akan diduplikasi, hal ini menyebabkan telur jadi berkromosom WW
atau ZZ. Telur berkromosom WW ngga bisa hidup, tetapi telur yang memiliki kromosom ZZ
bisa berkembang dan ini berarti menghasilkan bayi komodo jantan.
Setelah melalui proses parthenogenesis, komodo betina yang diberi kesempatan kawin
dengan komodo jantan juga akan bisa kembali menghasilkan telurnya melalui proses perkawinan
yang normal dengan komodo jantan, dan bisa membangun sebuiah koloni baru. Para peneliti
mengatakan untuk memastikan keragaman genetik Komodo yang dipelihara di penangkaran,
kebun binatang mungkin harus menempatkan komodo jantan dan betina untuk menghindari
reproduksi aseksual yang hanya menghasilkan bayi komodo jantan.
Mekanisme Parthenogenesis
F. PEMBUAHAN ABNORMAL
Setiap ovulasi tidak selalu diikuti oleh fertilisasi dan tidak semua fertilisasi meghasilkan
individu normal. Kegagalan fertilisasi dimana proses fertilisasi tidak berlangsung dapat terjadi
pada kasus-kasus intertilitas baik dari induk bet ina maupun pejantan atau asinkronisasi antara
estrus (ovulasi) dengan proses kopulasi (inseminasi). Pada kasus kelainan fertilisasi dimana
fertilisasi berlangsung akan tetapi zigot atau individu yang terbentuk mengalami kelainan dapat
terjadi akibat proses fertilisasi yang normal dari sel gamet yang memiliki kelainan (seperti
kejadian nondisjunction) atau proses fertilisasi itu sendiri berlangsung tidak normal(abnormal).
Contoh kelainan fertilisasi yang mungkin terjadi adalah :
1) Zigot Haploid
Zigot haploid adalah suatu perkembangan yang tidak sempurna dimana hanya salah satu dari sel
gamet yang berperan dalam perkembangan berikutnya. Perkembangan lebih lanjut dari embrio
haploid akan terhenti karena kegagaian in1plantasi.
Androgenesis
Keadaan dimana terjadi fertilisasi, tetapi hanya pronukleus jantan yang berperan pada proses
perkembangan selanjutnya tanpa diikuti oleh perkembangan pronukleus betina. Oleh karena itu,
embrio yang dihasilkan hanya memiliki unsur genetik tetua jantan (embrio jantan haploid).
Ginogenesis
Kejadian fertilisasi dimana embrio yang terbentuk hanya dari pronukleus betinatanpa diikuti oleh
perkembangan pronukleus jantan. Embrio yang dihasilkan dari keadaan tersebut hanya memiliki
unsur genetik dari induk bet ina (embrio betina haploid).
2) Zigot Poliploidi
Poliploid adalah keadaan dimana jumlah kromosom embrio hasil fertiiisasi berjumlah 3n
(Triploid), 4n (Tetraploid) atau lebih. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat kejadian:
Kejadian Polispermia, dimana satu sel telur dibuahi oleh dua atau lebih spermatozoa,
Kejadian kariokinesis (proses pembelahan inti sel) tanpa disertai sitokinesis, (proses pemisahan
sitoplasma) sehingga sel telur memiliki inti lebih dari satu.
3) Embrio Partenogenesis
Perkembangan embrio yang terbemuk tanpa peran sedikitpun dari sperrnstozoa, dimana oosit
dapat berkembang karena aktivasi selain dari pada spermatozoa.
Seperti pada embrio ginogenetik, embrio partenogenetik hanya mempunyai unsur genetik dari
betina (bisa haploid alau diploid). Dalam perkembangan teknologi kultur in vitro, kejadian
embrio partenogenetik dapat diupayakan melalui aktivasi oosit denganmenggunakan bahan
kimia (etanol), aliran lislrik ataupun proses maturasi diperpanjang (over IIIaturation). Untuk
memperoleh embrio parthenogenesis yang diploid maka proses pelepasan benda kutub II
dihambat schingga sel telur yang teraktivasi telap akan memiliki kromosom 2n.
KESIMPULAN
- Fertilisasi adalah proses penyatuan atau peleburan inti sel telur (ovum) dengan inti Sel
spermatozoa membentuk makhluk hidup baru yang disebut zigot.
- Perjalanan Gamet ke tempat pembuahan sperma terbagi menjadi 3 yaitu : Dalam tubuh
jantan,Diluar Tubuh Jantan dan Dalam tubuh betina.
- Partenogenesis adalah bentuk reproduksi aseksual di mana betina memproduksi sel telur yang
berkembang tanpa melalui proses fertilisasi.
- Kegagalan fertilisasi dimana proses fertilisasi tidak berlangsung dapat terjadi pada kasus-kasus
intertilitas baik dari induk bet ina maupun pejantan atau asinkronisasi antara estrus (ovulasi)
dengan proses kopulasi (inseminasi).
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh :
1. Treysia Timbuleng ( NIM ; 12 315 893)
2. Kristin Bidara (NIM :
KELAS E
“KELOMPOK IV”
“DAFTAR ISI”
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Maksud danTujuan Pembahasan
1.4 Metode Penelitian
1.5 Manfaat Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fertilisasi
2.1.1 Macam-macam Fertilisasi
2.1.2 Fungsi Utama Fertilisasi
2.1.3 Tahap-tahap Fertilisasi
2.1.4 Perjalanan Gamet Ke Tempat Pembuahan
2.1.5 Pembentukan Zigot
2.1.6 Partenogenesis
2.1.7 Pembuahan Abnormal
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA