Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI FILSAFAT

Diajukan Untuk Dipresentasikan dalam


Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Oleh

RIZKA WAHYUNI SIR (3518004)

Dosen Pembimbing :

Zulfikri, MA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


PARIWISATA SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2019 /2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Bila kita membicarakan filsafat maka
pandangan kita akan tertuju jauh ke masa lampau di zaman Yunani Kuno. Pada masa itu semua
ilmu dinamakan filsafat. Dari Yunanilah kata filsafat ini berasal, yaitu dari kata philos dan
sophia. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan Sophia artinya kebijakan atau kearifan.
Istilah filsafat sering dipergunakan secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar
maupun tidak sadar. Dalam penggunaan populer, filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian
hidup (individu) dan dapat juga disebut sebagai pandangan masyarakat (masyarakat).
Selain itu, masyarakat juga mempunyai filsafat yang bersifat kelompok. Oleh karena manusia
itu makhluk sosial, maka dalam hidupnya ia akan hidup bermasyarakat dengan berpedoman pada
snilai-nilai hidup yang diyakini bersama. Inilah yang disebut filsafat atau pandangan hidup. Bagi
bangsa Indonesia, Pancasila merupakan filsafat bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Filsafat,Ilmu, Filsafat Ilmu,Ilmu Pengetahuan Dan Agama
2. Hubungan Abtara Filsafat, Ilmu dan Agama
3. Perbedaan Antara Filsafat,Ilmu Dan Agama

C. Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahui dan menjelaskan Tentang :
1. Pengertian Filsafat
2. Mengetahui Hubungan Filsafat Dengan yang lainnya
BAB II
KONSEP DASAR FILSAFAT
A. Pengertian Filsafat
Perkataan filsafat berasal dari dua patah kaa bahasa Yunani, yaitu“philos”dan “sophia”.
Secara etimologis. Philos berarti cinta (lovin dalam bahasa Inggris), sedang sophia berarti
kebijaksanaan (wisdom)dalam bahasa Inggris), atau kepahaman yang mendalam.
Pemikiran terhadap hukum Islam telah lahir sejak awal sejarah umat Islam, disebabkan
oleh adanya dorongan al-Qur’an dan al-Sunnah agar manusia menggunakan pikirannya dalam
menghadapi persoalan-persoalan hidup, terlebih menghadapi persoalan yang sangat fundamental,
menyangkut aqidah atau keyakinan agama.
Sebagaimana Firman Allah SWT. (QS 17:36)

ٰۤ ُ
‫ ُۡٔواًل‬FG‫ك َكانَ ع َۡنهُ َم ۡسٔـ‬
َ FS‫ول ِٕٕٮ‬ ‫ص َر َو ۡالفُؤَا َد ُكلُّ ا‬
َ َ‫ك بِ ٖه ِع ۡل ٌ‌م ؕ اِ َّن السَّمۡ َع َو ۡالب‬ َ ‫َواَل ت َۡقفُ َما لَ ۡـي‬
َ ‫س لَـ‬

”dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya”.36

Ayat di atas menjelaskan kepada manusia untuk menerapkan pengetahuannya dari segala apa
yang telah didapat melalui pendengaran,penglihatan dan hatinya. Kesemuanya itu merupakan
dasar memperoleh ilmu pengetahuan, dan mereka mesti mempertanggungjawabkannya dari
segala bentuk hasil yang diupayakannya itu.
Firman Allah SWT. (QS An-Nisa :82)

ْ ‫أَفَاَل يَتَ َدبَّرُونَ ْالقُرْ آنَ ۚ َولَوْ َكانَ ِم ْن ِع ْن ِد َغي ِْر هَّللا ِ لَ َو َجدُوا فِي ِه‬
‫اختِاَل فًا َكثِيرًا‬

“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari
sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”.37
Ayat ini menjelaskan bahwa al-Qur’an telah mendorong kepada manusia untuk
menggunakan akalnya dalam mengkaji segala bentuk persoalan yang ada pada dirinya, yang
dipengaruhi pula oleh lingkungan di seklilingnya. Al-Qur’an merupakan pedoman
bagi manusia yang berfi kir dan segala tempat untuk memperoleh kebenaran yang hakiki.
Pengertian filsafat menurut bahasa aslinya adalah “cinta terhadap kebijaksanaan”.
Selanjutnya dalam pengertian yang lebih luas Harold Titu mengemukakan lima pengertian
mengenai falsafat. Mungkin dengan pengertian ini dimaksudkannya untuk menunjukkan betapa
sulitnya untuk merangkum pengertian falsafat itu dalam sebuah definisi yang lengkap. Ia
mengemukakan pengertian falsafat sebagai berikut :
1. Falsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara kritis.
2. Falsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat kita junjung tinggi.
3. Falsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
4. Falsafat adalah analisa logis dari bahasan serta penjelasan tentang arti kata dan konsep.
5. Falsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian dari
manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli falsafat.

B. Pengertian Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab, yaitu alima yang berarti pengetahuan. Pemakaian
kata ilmu dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata science dalam bahasa
inggris. Science  sendiri berasal dari bahasa Latin: Scio, Scire yang artinya juga pengetahuan.
Ilmu adalah pengetahuan, namun ada berbagai macam pengetahuan, seperti: pengetahuan
biasa dan pengetahuan ilmu. Pengetahuan biasa adalah pengetahuan keseharian yang kita
dapatkan dari berbagai sumber bebas dan belum tentu benar atau berdasarkan kenyataan.
Sementara pengetahuan ilmu adalah pengetahuan yang pasti, eksak, berdasarkan kenyataan dan
terorganisir.
Ilmu harus disusun secara sistematis dan berdasarkan metodologi untuk berusaha
mencapai suatu kesimpulan atau generalisasi. Ilmu terbagi menjadi tiga kategori pembentuknya,
yaitu: hipotesis, teori, dalil hukum. Dalam kajian ilmiah untuk membangun ilmu, jika data
faktual yang terkumpul masih belum banyak atau belum cukup, maka peneliti baru membentuk
hipotesis.
C . Pengertian Filsafat Ilmu
Ismaun (2001) merangkum beberapa pengertian filsafat ilmu menurut beberapa ahli,
pendapat-pendapat para ahli tersebut adalah
 Robert Ackerman
Filsafat ilmu dalam satu sisi adalah suatu tinjauan kritis mengenai pendapat-pendapat
ilmiah, dewasa ini, melalui perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan
dari pendapat-pendapat tertentu, tetapi filsafat ilmu juga jelas bukan suatu kemandirian
cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
 Lewis White Beck
Beck berpendapat bahwa filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode
pemikiran  ilmiah serta upaya untuk mencoba menemukan ilmu dan pentingnya upaya
ilmiah ilmu secara keseluruhan.
 Cornelius Benjamin
Filsafat ilmu adalah cabang pengetahuan  filsafat yang merupakan telaah sistematis
mengenai ilmu,   khususnya: metode, konsep dan praanggapannya, serta letaknya dalam
kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.
 Michael V. Berry
Michael V. Berry berpendapat bahwa filsafat ilmu merupakan penelaahan tentang logika
interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yaitu:
metode ilmiah.
 Peter Caws
Caws mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah salah satu bagian filsafat yang mencoba
berupaya dan melakukan pencarian terhadap ilmu.
 Psillos dan Curd (2008)
Psillos dan Curd berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah filsafat yang berhubungan
dengan masalah-masalah filosofis dan fundamental yang terdapat di dalam ilmu.
C. Pengertian Ilmu Pegetahuan
Pengetahuan berasal dari bahasa Inggris yaitu: knowledge. Dalam encyclopedia of
philosophy, definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar. Sementara secara terminologi
akan dikemukakan salah satu pendapat ahli mengenai definisi tentang pengetahuan dibawah ini:
Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut
adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik
atau isi pikiran. Dengan demikian, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia
untuk tahu (Gazalba, 1973).
Pengetahuan adalah suatu proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari
kesadarannya sendiri. Orang pragmatis, terutama John Dewey tidak membedakan pengetahuan
dengan kebenaran (antara knowledge dengan truth). Jadi, menurut Dewey pengetahuan itu harus
benar, kalau tidak benar maka hal tersebut bukanlah pengetahuan.
Jenis pengetahuan
Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan maka di
dalam kehidupan manusia dapat memiliki pengetahuan dan kebenaran. Burhanuddin Salam
mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat, yaitu:
Pengetahuan biasa. Yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah
common sense atau nalar wajar; sesuatu yang masuk akal. Terkadang disebut sebagai good sense
pula yang berarti pengetahuan yang diterima secara baik. Contohnya: semua orang menyebutnya
sesuatu itu merah karena itu memang merah, benda itu panas karena memang dirasakan panas
dan sebagainya. Terkadang terdapat beberapa pengetahuan biasa yang sebetulnya kurang tepat
hingga tidak benar, namun sudah diterima apa adanya oleh masyarakat.
Pengetahuan ilmu. Merupakan ilmu sebagai terjemahan dari science yang pada prinsipnya
adalah usaha untuk mengorganisasikan, mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan
yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari atau dugaan lain
yang belum dibuktikan. Untuk kemudian dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan
teliti menggunakan berbagai metode. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara
objektif (objective thinking), tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap
dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi,
eksperimen, dan klasifikasi. Analisis ilmu itu objektif dan menyampingkan unsur pribadi atau
subjektif, pemikiran logika diutamakan, netral dan menjunjung fakta.
D. Pengertian Agama
Kata “agama” berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti tidak dan “gam” yang berarti
pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun dalam kehidupan manusia.Ternyata agama
memang mempunyai sifat seperti itu. Agama, selain bagi orang-orang tertentu, selalu menjadi
pola hidup manusia. Dick Hartoko menyebut agama itu dengan religi, yaitu ilmu yang meneliti
hubungan antara manusia dengan “Yang Kudus” dan hubungan itu direalisasikan dalam ibadat-
ibadat. Kata religi berasal dari bahasa Latin” rele-gere “yang berarti mengumpulkan, membaca.
Agama memang merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan dan semua cara itu
terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Di sisi lain kata religi berasal dari religare yang
berarti mengikat. Ajaran-ajaan agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia.
Seorang yang beragama tetap terikat dengan hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan
oleh agama.
Agama erat kaitannya dengan kehidupan. Pada dasarnya agama merupakan suatu
kepercayaan terhadap keyakinan yang mempengaruhi kehidupan manusia. Agama dijadikan
sesuatu kepercayaan yang dapat menimbulkan perilaku seperti beribadah, berdoa, serta adanya
rasa takut, rasa optimis, pasrah bagi pemeluknya.
Dalam agama terkandung ikatan-ikatan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap
manusia, dan ikatan itu mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Ikatan itu
bukan muncul dari sesuatu yang umum, tetapi berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari
manusia.
Harun Nasution mengemukakan delapan definisi untuk agama, yaitu:
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus
dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang me-nguasai manusia.
3. Mengikatkan diri kepada suatu bentuk hidup yang me-ngandung pengakuan pada suatu
sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbu-atan-perbuatan
manusia.
4. Kepercayaan kepada sesuatu ikatan gaib yang menim-bulkan cara hidup tertentu.
5. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini berasal dari suatu
kekuatan gaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut
terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.

Setelah diketahui pengertian masing-masing dari agama dan filsafat, perlu diketahui apa
sebenarnya pengertian filsafat agama. Harun Nasution mengemukakan bahwa filsafat agama
adalah berfikir tentang dasar-dasar agama menurut logika yang bebas.
Pemikiran ini terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:
Pertama, membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis tanpa terikat kepada ajaran
agama, dan tanpa tujuan untuk menyatakan kebenaran suatu agama.
Kedua, membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis dengan maksud untuk
menyatakan kebenaran suatu ajaran agama atau sekurang-kurangnya untuk menjelaskan bahwa
apa yang diajarkan agama tidaklah mustahil dan tidak bertentangan dengan logika. Dasar-dasar
agama yang dibahas antara lain pengiriman rasul, ketuhanan, roh manusia, keabadian hidup,
hubungan manusia dengan Tuhan, soal kejahatan, dan hidup sesudah mati dan lain-lain. Oleh
sebab itu pengertian filsafat agama adalah berfikir secara kritis dan analitis menurut aturan
logika tentang agama secara mendalam sampai kepada setiap dasar-dasar agama itu.

E. Perbedaan dan Hubungan Antara Filsafat,Ilmu,Ilmu Filsafat, Ilmu Pengetahuan dan


Agama
1. Persamaan Dan Perbedaan Antara Filsafat, Ilmu dan Agama
Persamaan antara ilmu, filsafat, dan agama adalah sama-sama untuk mencari kebenaran. Ilmu
melalui metode ilmiahnya mencari kebenaran dengan cara mengadakan riset dan penyelidikan
untuk mencari kebenaran tersebut. Filsafat dengan caranya menempuh hakikat sesuatu baik
tentang alam, manusia maupun tentang Tuhan. Agama dengan caranya sendiri memberikan
jawaban atas segala persoalan asasi perihal alam, manusia, dan Tuhan.
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama adalah bertujuan setidak- tidaknya berurusan dengan
hal-hal yang sama, yaitu kebenaran dan bertindak atas dasar rumusan mengenai suatu kebenaran
tersebut. Seperti filsafat berusaha untuk mencari kebenaran dengan jalan menggunakan akal,
pikiran dan logika, ilmu pengetahuan berusaha mencari kebenaran dengan menggunakan metode
ilmiah melalui penelitian-penelitian, sementara itu agama berusaha untuk menjelaskan kebenaran
itu melalui wahyu dari Tuhan.
Perbedaan antara ilmu, filsafat, dan agama dimana ilmu dan filsafat bersumber dari akal
budi atau rasio manusia, sedangkan agama bersumber dari wahyu Tuhan. Ilmu pengetahuan
mencari kebenaran dengan cara penyelidikan (riset), pengalaman (empiris), dan percobaan
(eksperimen). Fislafat menemukan kebenaran atau kebijakan dengan cara penggunaan akal budi
atau rasio yang dilakukan secara mendalam, menyeluruh, dan universal. Kebenaran yang
diperoleh atau ditemukan oleh filsafat adalah murni hasil pemikiran (logika) manusia, dengan
cara perenungan (berpikir) yang mendalam (logika) tentang hakikat sesuatu (metafisika).
Agama mengajarkan kebenaran atau memberi jawaban berbagai masalah asasi melalui
wahyu atau kitab suci yang berupa firman Tuhan. Kebenaran yang diperoleh melalui ilmu
pengetahuan, dengan cara penyelidikan tersebut adalah kebenaran positif, yaitu kebenaran atau
teori yang lebih kuat dalil atau alasannya. Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif, berupa
dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimen. Baik kebenaran ilmu
maupun kebenaran filsafat, keduanya nisbi (relatif), sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak
(absolut), karena ajaran agama adalah wahyu yang maha benar, yang maha mutlak.
2. Perbedaan Filsafat dan Agama
ilmuwan-ilmuwan barat berpandangan perbedaan antara agama dan filsafat adalah sebagai
berikut:
1. Filsafat dianut manusia kelas elit, yaitu orang-orang yang mempunyai akal atau
kemampuan berpikir cemerlang. Sementara agama dianut oleh kelas rendah(grassroot),
masyarakat kebanyakan. Mereka mengatakan bahwa tidak heran jika pertumbuhan
agama, kehidupan pembawa agama dan kondisi-kondisi ketika buku-buku agama
dituliskan, tidak terlepas dari catatan-catatan suram. Filsafat tidak mengalami ini, malah
kebalikannya.
2. Agama diwarisi oleh manusia dari pendahulunya, sementara filsafat diperoleh dari
kegiatan berpikir dan perenungan, yang terkadang bertentangan dengan keyakinan yang
diwariskan.
3. Falsafah selalu berevolusi, sementara agama cenderung kepada stagnan, tidak
berkembang. Hal ini wajar karena penganut agama tidak akan mau mengubah
keyakinannya setiap hari atau “mempertanyakan” ulang imannya, lebih-lebih penganut
agama yang mempunyai kitab suci yang diyakini sebagai wahyu Tuhan.
4. Agama tidak terlepas dari manifestasi sosial, berupa perayaan-perayaan, sebagai tanda
keterikatan penganutnya. Ide-ide agama juga butuh kepada bentuk ritual tertentu, atau
lambang-lambang tertentu, sebagai jalan bagi penganut untuk merenew “perjanjian”
keberagamaannya, yang selalu berpotensi untuk “terlupa” karena kesibukan kehidupan
duniawi. Sementera, filsafat tidak berhajat kepada ritual atau perayaan seperti ini. Karena
akidah filsafat selalu hadir dalam diri seorang filosuf di hampir semua waktu dalam
hidupnya. Filsafat juga tidak butuh kepada simbol tertentu, karena akal tidak mewajibkan
itu, dan kalau ternyata ditemui ada, maka itu adalah sebuah penyimpangan dalam berfikir
filsafat.
5. .Agama hidup dan berkembang dengan naungan kekuatan atau kekuasaan, seperti
negara/kerajaan. Filsafat hidup dalam alam bebas(tidak terikat).

Kesimpulan seperti ini didapat karena perbandingan antara agama dan filsafat tidak
menyentuh seluruh fase-fase yang dilaluinya. Mereka, hanya membandingkan perjalanan agama
dan filsafat dalam skala Eropa saja. Sehingga, wajar kalau agama terkesan mempunyai catatan
suram, dan sebaliknya filsafat sebagai sebuah terobosan baru yang membawa pencerahan.
Kesimpulan lainnya bahwa agama adalah agama adalah tercipta oleh kesepakatan sebuah
kelompok masyarakat(kecil atau besar) terbantahkan jika kita melihat kepada sejarah agama-
agama di awal kemunculannya. Kita mendapati agama-agama dibawa dan dikembangkan Oleh
beberapa Orang atau Para Sahabat yang mengajarkan dan menyebarluaskan Agama.
Dari sini jelaslah perbedaan antara agama dan filsafat. Tujuan filsafat adalah memikirkan,
mengetahui. Tujuan agama adalah iman. Filsafat lebih kepada teori, bahkan dalam tema-tema
yang praktikal. Sementara agama mengharuskan juga praktik.Paling jauh, filsafat ingin
mengenalkan kita arti kebenaran dan kebaikan, dan di mana ia berada. Filsafat kemudian tidak
mempertanyakan bagaimana sikap kita terhadap kebenaran atau kebaikan yang telah diketahui
tadi. Sementara agama menunjukkan nilai-nilai, dan mengharuskan penganutnya untuk
mengimani, mencintai dan mengamalkan nilai-nilai tersebut.
Agama sebagai pembawa nilai mempunyai karakteristik bahwa ia menghendaki penuntutnya
untuk menyebarkan nilai-nilai tersebut kepada orang lain, sehingga agama memiliki banyak
pengikut. Lain halnya dengan filsafat, ia bersifat eksklusif. Jika seorang filosuf mengajak orang
lain untuk mengikuti pemikirannya maka pemikirannya tidak lagi sebagai filsafat, tetapi menjadi
sebuah iman, dan ia secara serta merta telah menukar jubah filosufnya dengan jubah Nabi.
Wallahu’alam.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perbedaan antara ilmu, filsafat, dan agama dimana ilmu dan filsafat bersumber dari akal
budi atau rasio manusia, sedangkan agama bersumber dari wahyu Tuhan. Ilmu pengetahuan
mencari kebenaran dengan cara penyelidikan (riset), pengalaman (empiris), dan percobaan
(eksperimen). Fislafat menemukan kebenaran atau kebijakan dengan cara penggunaan akal budi
atau rasio yang dilakukan secara mendalam, menyeluruh, dan universal. Kebenaran yang
diperoleh atau ditemukan oleh filsafat adalah murni hasil pemikiran (logika) manusia, dengan
cara perenungan (berpikir) yang mendalam (logika) tentang hakikat sesuatu (metafisika).
Agama mengajarkan kebenaran atau memberi jawaban berbagai masalah asasi melalui
wahyu atau kitab suci yang berupa firman Tuhan. Kebenaran yang diperoleh melalui ilmu
pengetahuan, dengan cara penyelidikan tersebut adalah kebenaran positif, yaitu kebenaran atau
teori yang lebih kuat dalil atau alasannya. Kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif, berupa
dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimen. Baik kebenaran ilmu
maupun kebenaran filsafat, keduanya nisbi (relatif), sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak
(absolut), karena ajaran agama adalah wahyu yang maha benar, yang maha mutlak.
B. Saran
Berdasarkan Kesimpulan Diatas, Disarankan kepada Pembaca agar bisa mengetahui apa
yang itu filsafat,ilmu,ilmu pengetahuan,filsafat ilmu dan Agama. Serta bagaimana kaitan dari
filsafat itu sendiri dengan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Achmad Gholib, MA, Filsafat Islam , Jakarta, Faza Media, 2009
Suparman Usman, Itang, Filsafat Hukum Islam, Kelapa Gading, Laksita Indonesia,
2015
https;// www.Kompasiana.com/erinanovanti0878, “IlmuFilsafat Dan Agama”
https;// www.kompasiana.com/miftahul71450, ”Ilmu Filsafat Dan Agama dan
Hubugan Ilmu Filsafat Dan agama”

Anda mungkin juga menyukai