Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur. Pada
meningitis bakterial didapatkan polimorf onuklear leukositosis. Meningitis
yang disebabkan oleh TBC akan ditemukan peningkatan LED. Pada kasus
imuno supresi dapat ditemukan keukopenia
2) Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Diagnosis pasti meningitis adalah pemeriksaan cairan serebrospinal
melalui pungsi lumbal. Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa
jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak
ditemukan adanya peningkatan tekanan intracranial
a. Pada Meningitis Serosa (meningitis Tuberkulosa) terdapat tekanan
yang bervariasi, cairan jernih, sel darah putih PMN meningkat,
glukosa dan protein normal, kultur (-)
b. Pada Meningitis Purulenta (meningitis karena Haemophilus
influenzae b, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitidies)
terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah sel darah putih
dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa jenis
bakteri
3) Pemeriksaan Radiologis
pemeriksaan foto X ray thoraks, fotokepala (sinus/ mastoid), dapat
diusulkan untuk mengidentifikasi fokus primer infeksi
4) Pemeriksaan EEG
Pada pemeriksaan EEG dijumpai gelombang lambat yang difus di kedua
hemisfer, penurunan voltase karena efusi subdural atau aktivitas delta fokal
bila bersamaan dengan abses otak
5) CT SCAN dan MRI
Dapat mengetahui adanya edema otak, hidrosefalus atau massa otak
yang menyertai meningitis.
Diagnosis banding:
1) Perdarahan subarachnoid
Keduanya memiliki tanda rangsang meningeal positif
2) Meningismus
Dapat terjadi iritasi meningeal, nyeri kepala, kejang dan koma.
Meningismussering terjadi pada bayi dan anak yang lebih besar dengan
gejala tiba tiba panas,terdapat tonsillitis, pneumonia. Tetapi pada pungsi
lumbal, CSS tidakditemukan kuman, sedangkan kadar glukosa normal.
((buku ajar system syaraf fk unimus 2015)
2. Tatalaksana meningitis TB
a) Perawatan umum
Istirahat mutlak diperlukan , jika infeksi cukup berat dibutuhkan perawatan
diruang isolasi. Fungsi respirasi harus dikontrol ketat, pipa endotrakeal atautrakeostomi
diperlukan jika terjadi distress respirasi. Keseimbangan cairandan elektrolit perlu
penanganan khusus. Penyulit lain yang perlu dipantauadalah adanya kejang,
hiperpireksia,edema otak, serta kekurangan gizi. (buku ajar system syaraf fk unimus
2015)
b) Tatalaksana
Tuberkulosis paru dan ekstraparu ditatalaksana dengan regimen
antituberkulosis yang sama, yaiturifampisin, isoniazid, pirazinamid, etambutol selama 2
bulan fase intensif dan rifampisin, isoniazid selama 4 bulan fase lanjutan(2RHZE/4RH).
Para ahli merekomendasikan pemberian terapi obat anti tuberkulosispada meningitis
tuberkulosis selama minimal 9 hingga 12 bulan. WHO dan PDPI mengklasifikasikan
meningitis tuberkulosis (tuberkulosis ekstra paru, kasus berat) ke dalam kategori I terapi
tuberkulosis. Pemberian rifampisin dan isoniazid pada fase lanjutan dalam kasus
meningitis tuberkulosis umumnya diperpanjang hingga 7 atau 10 bulan.
Pemberian kortikosteroid dapat menekanrespons inflamasi dalamruang
subaraknoid sehingga mengurangirisiko edema serebral, peningkatan tekanan
intrakranial, gangguanaliran darah otak, vaskulitis, dan cedera neuron. Selain itu,
pemberian kortikosteroid terbukti memperbaikioutcomedengan penurunan tingkat
mortalitas dan keparahan dari komplikasi neurologis. Deksametason dengan dosis 0,6
mg/kg/hari (anak) dan 0,4 mg/kg/hari (dewasa) ekuivalen dengan prednisolon dosis 2-4
mg/kg/hari (anak) dan 2,5 mg/kg/hari (dewasa). Keduanya merupakan kortikosteroid
injeksi pilihan untuk diberikan pada kasus meningitis tuberkulosis. Durasi pemberian
selama 4 minggu dengan tapering2-4 minggu setelahnya
5. AIK
"Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika
terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari)