Anda di halaman 1dari 4

1. Apakah ada hubungan dari situasi keluarga pasien dengan keluhan?

Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga dari broken home,


kesalahan atau kehilangan masa kanak kanaknya merupakan individu yang beresiko
mengalami gangguan obsesif kompulsif. Salah satu penyebab dari OCD adalah konflik.
Mereka yang mengaalami gangguan ini biasanya menghadapi konflik jiwa yang berasal
dari masalah hidup contohnya hubungan antar keluarga. (Oltmanns, T.F. And Emery,
R.E. Abnormal Psychology. 2012)

2. Apa saja faktor risiko yang dapat menyebabkan keluhan seperti pada pasien di
scenario?
Individu yang beresiko mengalami gangguan obsesif kompulsif adalah
a. Individu yang mengalami permasalahan dalam keluarga dari broken home,
kesalahan atau kehilangan masa kanak kanaknya
b. Faktor neurobiology dapat berupa kerusakan pada lobus frontalis, ganglia basalis
dan singulum
c. Individu yang memiliki intensitas stress yang tinggi
d. Riwayat gangguan kecemasan
e. Depresi
f. Individu yang mengalami kekerasan seksual
(Oltmanns, T.F. And Emery, R.E. Abnormal Psychology. 2012)

3. Apa kemungkinan yang terjadi pada pasien?


Kemungkinan pasien mengalami gangguan obsessive kompulsif (OCD).
Obsessive Compulsive Disorder adalah sebuah gangguan kejiwaan yang merupakan
kumpulan dari 2 sikap utama yakni obsesif dan kompulsif. Obsesif adalah sikap dan
pemikiran yang berulang menguasai individu tanpa dapat terkendalikan, sedangkan
kompulsif adalah dorongan yang tidak tertahankan bagi individu untuk melakukan
sesuatu (Meyer, Robert G, L. kevin Chapman, Christoprt M. Weaver. Case Study in
Abnormal behavior. 2009)
Kriteria obsesif menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) harus memenuhi 4 kriteria dibawah ini.
a. Pikiran berulang dan terus-menerus, impuls, atau gambaran yang dialami di
beberapa waktu selama gangguan yang bersifat mengganggu dan tidak sesuai dan
menyebabkan kecemasan dan penderitaan. Orang dengan gangguan ini menyadari
kualitas patologis dari pikiran-pikiran yang tidak diinginkan ini (seperti ketakutan
untuk menyakiti anak-anak mereka) dan tidak akan terjadi pada mereka, tetapi
pikiran ini sangat mengganggu dan sulit untuk berdiskusi dengan orang lain.
b. Pikiran, impuls, atau gambar tidak hanya kekhawatiran yang berlebihan tentang
masalah kehidupan nyata.
c. Pasien mencoba untuk menekan atau mengabaikan pikiran seperti itu atau untuk
menetralisirnya dengan beberapa pemikiran lain atau tindakan.
d. Orang tersebut mengakui bahwa pikiran obsesional, impuls, atau gambaran adalah
produk dari pikiran sendiri (tidak dipaksakan dari luar, seperti dalam penyisipan
pikiran).

Kriteria Kompulsif menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM-IV-TR) harus memenuhi 2 kriteria
dibawah ini.

a. Individu melakukan perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, pemesanan,


memeriksa) atau tindakan mental (misalnya, berdoa, menghitung, mengulang
kata-kata diam-diam) dalam menanggapi sebuah obsesi atau menurut aturan yang
harus diterapkan secara kaku. Perilaku tersebut bukan akibat efek fisiologis
langsung dari suatu zat atau kondisi medis umum.
b. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi
gangguan atau mencegah suatu peristiwa atau situasi yang dicemaskan. Namun,
perilaku atau tindakan mental yang dilakukan baik tidak terhubung pada cara
yang realistis dengan apa yang mereka buat untuk mentralisir atau cegah atau
jelas berlebihan. (America Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revision, DSM-IV-TR.
Arlington, VA : American Psychiatric Association. 2000)
4. Bagaimana pandangan islam tentang scenario diatas?
Alaydrus (2013) yang membahas tentang OCD namun menamakannya dengan
was was mengutip perkataan Ibnu Abbas RA, yakni “was was adalah penyakit orang
mukmin”. Sehingga menurutnya, perkataan tersebut dapat disimpulkan dalam 2 hal,
yakni yang pertama, orang yang mengalami penyakit ini adalah mukmin, karena orang
yang tidak beriman tidak akan peduli mengenai keabsahan dan kesempurnaan ibadahnya.
Kedua, was was itu adalah penyakit dan sudah seharusnya diobati, karena dapat merusak
ibadah jika terus dibiarkan

DAFTAR PUSTAKA

1. America Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders


Fourth Edition Text Revision, DSM-IV-TR. Arlington, VA : American Psychiatric
Association. 2000
2. Barlow, H. D. & Durand, M.V. Psikologi abnormal. 2007
3. Codd, M. Perfectionism and Gifted Adolescent: Recognizing and helping Gifted
Adolescent Deal with their Perfectionism Tendencies. 2001
4. Nevid, J. Psikologi Abnormal. 2005
5. Oltmanns, T.F. And Emery, R.E. Abnormal Psychology. 2012
6. Meyer, Robert G, L. kevin Chapman, Christoprt M. Weaver. Case Study in Abnormal
behavior. 2009

Anda mungkin juga menyukai