Anda di halaman 1dari 39

TUGAS BESAR HIDROLOGI 2020/2021

ISTILAH-ISTILAH DALAM HIDROLOGI

A. SIKLUS HIDROLOGI
Siklus Hidrologi adalah proses perputaran dan perubahan bentuk air di bumi yang
dapat berupa zat cair, zat padat maupun gas yang terjadi secara berulang-ulang. Atau
dapat didefinisikan seperti gerakan air laut ke udara/atmosfer yang kemudian jatuh ke
permukaan tanah sebagai hujan atau bentuk presipitasi lain dimana air tersebut
berkumpul dalam aliran-aliran dan akhirnya mengalir ke laut lagi.
Meskipun konsep daur hidrologi itu telah disederhanakan, namun masih dapat
membantu memberikan gambaran mengenai proses-proses penting dalam daur
tersebut yang harus dimengerti oleh ahli hidrologi.

Penjelasan dari gambar siklus:


Air laut menguap karena adanya radiasi matahari dan awan yang terjadi oleh uap
air, bergerak di atas daratan berhubung didesak oleh angin. Presipitasi terjadi sebagai
salju, hujan es batu, dan hujan karena adanya tabrakan antara butir-butir uap air akibat
desakan angin.Presipitasi ini jatuh ke tanah dengan berbentuk limpasan yang mengalir
ke hilir menuju laut.

DICKY KURNIAWAN / 175060107111023 1


Salju, es, dan hujan di atas permukaan tanah merupakan air dalam simpanan
sementara.Air yang merembes ke dalam tanah (infiltrasi) dan bergerak di dalam
tanah (perkolasi) ke dalam zona tanah jenuh di bawah bidang batas air jenuh (water
table) atau permukaan freatik yang kemudian memberi hidup kepada tumbuh-
tumbuhan dan beberapa diantaranya naik lewat akar dan batangnya, sehingga terjadi
Transpirasi yaitu Evaporasi (penguapan) lewat tumbuh-tumbuhan melalui bagian
bawah daun (stomata).
Permukaan sungai dan danau juga mengalami penguapan (evaporasi), sehingga
masih ada air yang dipindahkan menjadi uap. Akhirnya sisa air yang tidak
diinfiltrasikan atau diuapkan kembali ke palung-palung sungai.Air tanah lebih lambat
bergeraknya, baik yang bergerak masuk ke palung sungai atau yang merembes ke
pantai dan masuk ke laut. Dengan demikian seluruh daur yang telah dijalani akan
berulang kembali secara terus-menerus.

Komponen Siklus Hidrologi

Precipitation
Evaporation
Evaporation Evapo-
transpiration

Discharge treated water

Soil
moisture

Soil moisture Water


Supply Ocean
Infiltration
Rechargerunoff

Extraction
Aquifer
Salt Water Intrusion Precipitation
Evaporation/ET
Soil moisture Surface Water
Infiltration (Art) Return flow Groundwater
Extraction Treated Aquifer
water intrusion
Ada 4 (empat) macam proses dalam siklus hidrologi yang harus dipelajari oleh
para hidrologian teknisi bangunan air, yaitu:
 Presipitasi
 Evaporasi
 Infiltrasi
 Limpasan Permukaan (Surface Run-off) dan Limpasan Tanah (Sub-surface Run-
off)

B. PRESIPITASI
Presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkodensasi dan jatuh ke tanah
dalam rangkaian proses daur hidrologi baik berupa hujan, salju, hujan es, maupun
bentuk –bentuk lainnya. Atau arti lainnya adalah kondisi dimana air yang terdapat di
udara baik dalam bentuk gas atau uap air bahkan dalam bentuk awan, akan mengalami
suatu keadaan jenuh atau kondensasi, sehingga berubah berbentuk hujan, salju, embun
di pagi hari, atau kabut.Pesipitasi juga terjadi karena adanya tabrakan antar butir-butir
uap air akibat desakan angin. Prestipitasi dapat berupa hujan atau salju yang jatuh
kepermukaan tanah kemudian membentuk limpasan yang mengalir ke laut.
Presipitasi yang ada di bumi ini berupa :
 Hujan, merupakan bentuk yang paling penting.
Jika kita membicarakan data hujan, ada 5 buah unsur yang harus ditinjau,
yaitu:
 Intensitas (i), adalah laju curah hujan = tinggi air per satuan waktu,
misalnya mm/menit, mm/jam, mm/hari.
 Lama waktu atau durasi(t), adalah lamanya curah hujan terjadi dalam
menit atau jam.
 Tinggi hujan (d), adalah banyaknya atau jumlah hujan yang
dinyatakan dalam ketebalan air di atas permukaan datar, dalam mm.
 Frekuensi, adalah frekuensi kejadian terjadinya hujan, biasanya
dinyatakan dengan waktu ulang (return period) T, misalnya sekali
dalam T tahun.
 Luas, adalah luas geografis curah hujan A, dalam km2
Hubungan antara intensitas, durasi dan tinggi hujan dinyatakan sebagai
berikut.
t t
d  idt  i.t
0 0

Intensitas rata-rata i dirumuskan sebagai berikut :

d
i
t

 Embun, merupakan hasil kondensasi di permukaan tanah atau tumbuh-


tumbuhan dan kondensasi dalam tanah. Sejumlah air yang mengembun di
malam hari akan diuapkan di pagi harinya. Ini sangat penting bagi
tanaman, tetapi tidak memegang peranan penting bagi daur hidrologi,
karena jumlahnya tidak besar, dan penguapannya di pagi buta.
 Kondensasi, di atas lapisan es terjadi jika ada massa udara panas yang
bergerak di atas lapisan es. Kondensasi dalam tanah pada umumnya terjadi
beberapa sentimeter saja di bawah permukaan tanah.
 Kabut, pada saat terjadi kabut, partikel-partikel air diendapkan di atas
permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan. Kabut beku atau rime merupakan
presipitasi kabut beku. Kabut sangat penting bagi pertumbuhan hutan, yang
menurut penelitian di Jerman dapat menaikkan hujan tahunan (30% - 40%
di tengah hutan dan 100% di tepinya).
C. EVAPORASI DAN EVATRANSPIRASI
1) Evaporasi
Evaporasi merupakan faktor penting dalam studi tentang pengembangan
sumber daya air. Evaporasi juga berpengaruh pada debit sungai, besarnya
kapasitas waduk, besarnya kapasitas untuk pompa irigasi, penggunaan konsumtif
(consumtive use) untuk tanaman, dan lain-lain.
Sehingga pengertian penguapan (evaporation) adalah proses perubahan dari
molekul air dalam bentuk zat cair menjadi molekul uap air (gas) di atmosfer

Pada saat yang sama terjadi pula perubahan molekul air dari bentuk gas ke
bentuk zat cair yang disebut dengan pengembunan (condensation). Sehingga
sebenarnya laju penguapan adalah laju neto, yaitu selisih antara laju evaporasi
dikurangi laju kondensasi.
Besarnya faktor meteorologi yang mempengaruhi besarnya evaporasi adalah
yang tersebut di bawah ini, yaitu :
o Radiasi Matahari
Evaporasi merupakan konversi air ke dalam uap air. Proses ini terjadi
hampir tanpa henti di siang hari dan kadang malam hari. Perubahan dari
keadaan cair menjadi gas memerlukan input energi yang berupa panas latent
untuk evaporasi. Proses tersebut akan sangat aktif jika ada penyinaran
langsung dari matahari. Awan merupakan penghalang radiasi matahari dan
akan mengurangi input energi, jadi akan menghambat proses evaporasi.
o Angin
Jika air menguap ke atmosfer maka lapisan batas antara tanah dengan
udara menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses evaporasi berhenti. Agar
proses tersebut dapat berjalan terus maka lapisan jenuh harus diganti dengan
udara kering. Pergantian itu dapat dimungkinkan hanya ada angin, jadi
kecepatan angin memegang peranan dalam proses evaporasi.
o Kelembaban Relatif
Kelembaban relatif udara juga mempengaruhi proses evaporasi. Jika
kelembaban relatif ini naik, kemampuannya untuk menyerap uap air akan
berkurang sehingga laju evaporasinya akan menurun. Penggantian lapisan
udara pada batas tanah dan udara dengan udara yang mempunyai
kelembaban relatif sama tidak akan menolong untuk memperbesar laju
evaporasi. Hal ini hanya dimungkinkan jika diganti dengan udara yang lebih
kering.
o Suhu
Seperti yang disebutkan di atas bahwa suhu input energi sangat
diperlukan agar evaporasi dapat berjalan terus. Jika suhu udara dan tanah
cukup tinggi, proses evaporasi akan berjalan lebih cepat dibandingkan jika
suhu udara dan tanah rendah, karena adanya energi panas yang tersedia.
Karena kemampuan udara untuk menyerap uap air akan naik jika suhunya

naik, maka suhu udara mempunyai efek ganda terhadap besarnya evaporasi,
sedangkan suhu tanah dan air mempunyai efek tunggal.
Proses penguapan sebenarnya terdiri dari dua kejadian yang berkelanjutan,
yaitu (Wieringa, 1978 dalam Sri Harto, 1991):
o Interface Evaporation, yaitu proses transformasi dari air menjadi uap air di
permukaan yang tergantung dari besarnya tenaga yang tersimpan.
o Vertical Vapor Transfer, yaitu pemindahan (removal) lapisan udara yang
kenyang uap air dari “interface” sehingga proses penguapan berjalan terus.
Transfer ini dipengaruhi oleh kecepatan angin, stabilitas topografi, dan iklim
lokal di sekitarnya.

Penguapan bervariasi harian dan musiman. Penguapan di siang hari lebih


besar dibanding penguapan di malam hari. Demikian pula penguapan pada
musim kemarau dan musim hujan akan berbeda. Penguapan adalah unsur
hidrologi yang sangat penting dalam keseluruhan proses hidrologi. Meskipun
dalam beberapa analisis untuk kepentingan tertentu seperti analisis banjir,
penguapan bukan merupakan unsur yang dominan. Namun untuk kepentingan
lain, seperti analisis irigasi dan analisis bendungan, penguapan merupakan unsur
yang sangat penting.
Berbagai macam alat yang digunakan dalam pengukuran Evaporasi adalah
sebagai berikut:
a. Atmometer adalah suatu alat untuk mengukur evaporasi dari permukaan
basah. Alat ini digunakan untuk tujuan klimatologis guna mengetahui
kemampuan mengering udara. Macam-macam atmometer antara lain:
 Atmometer Piche
Atmometer ini terdiri dari gelas yang diberi skala,
bagian bawahnya diberi air. Diantara gelas
berskala dan bagian bawahnya diberi sehelai
kertas filter yang ditekan terhadap suatu piringan
(disk). Kehilangan air (dalam cm3 per
hari)merupakan suatu ukuran laju evaporasi.

 Atmometer Livingstone
Atmometer ini berupa bola porselin berpori
yang diisi dengan air, untuk memberikan
permukaan evaporasi.Bola tersebut dapat
diberi warna putih atau hitam.Perbedaan
evaporasi antara bola putih dan bola hitam
dikorelasikan dengan radiasi sinar matahari.
 Atmometer Black Bellani
Atmometer ini terbuat dari porselin yang mempunyai permukaan datar
berpori dan berwarna hitam, berdiameter 7,5 cm. Permukaannya
dihadapkan ke angkasa dalam posisi horisontal.Pembacaan yang
didapatkan dari atmometer Black Bellani merupakan evaporasi laten
yang dinyatakan dalam cm3 kehilangan air per hari atau dalam mm/hari.
Karena kondisi permukaannya sangat berbeda dengan permukaan air
bebas atau permukaan tanah yang ditutup oleh tanaman, maka angka-
angka yang diperoleh dari alat ini hanya dapat dipakai untuk maksud-
maksud korelasi.

b. Panci Evaporasi(Evaporation Pan)


Panci evaporasi dibuat untuk meniru kondisi evaporasi permukaan air
bebas. Panci evaporasi ini dapat dipasang dalam tiga posisi, yaitu:
 Di Permukaan Tanah
Dalam hal ini ada dua panci yang
sangat dianjurkan untuk
digunakan yaitu, U.S. Weather
Bureau Class A Pan (dari AS)
dan G.G.I. – 3000 pan dari Uni
Soviet (USSR)
 Di Dalam Tanah
Panci pengukuran jenis ini
dikemukakan oleh Colorado
Sunken Pan.

 Mengambang diatas Air


Pada jenis panci yang diapungkan di atas
air diperlukan perlengkapan di sekeliling
panci untuk mencegah percikan air
danau masuk ke dalam panci.
Penggunaan panci ini dimaksudkan untuk meniru kondisi yang
sebenarnya, tapi dalam kenyataannya masih mempunyai
perbedaan dengan tubuh air yang besar (danau, waduk, dsb), karena:
 Daya penyimpanan panas pada danau berbeda dengan panci.
Pada panci tidak ada gelombang, oleh karenanya turbulensi udara di
atas air panci lebih kecil dari di danau atau waduk.
 Ada pertukaran panas antara panci dengan atmosfer, tanah dan air di
sekelilingnya.Karena luas permukaan air di dalam panci sangat
kecil, pengaruh suhu dan kelembaban udara tidak dapat sama
dengan permukaan yang luas, seperti danau dan waduk (efek oase).

Untuk mengestimasi besarnya evaporasi dapat dilakukan dengan cara:


 Budget Air (Water Budget Method)
Cara ini didasarkan neraca air (water balance) dalam DAS. Selisih
air yang masuk dan keluar das hanya dapat dianalisis dengan cara
menghitung perubahan penampungan (storage change).
Persamaan penampungan (storeage equation) yang digunakan adalah

E = P + I ± U – O ± ΔS
E : evapotranspirasi
P : curah hujan
I : aliran permukaan masuk
U : aliran air tanah masuk/keluar
O : aliran permukaan yang keluar
ΔS : perubahanpenampungan

 Budget Energi (Energy Budget Method)


Cara ini memasukkan semua
sumber dan kehilangan energi panas
dan evaporasi sebagai variabel yang
dicari serta memerlukan insrumentasi
dan pengembangan yang intensif

 Rumus Empiris (Empirical Formula)


Merupakan rumus-rumus yang didasarkan atas korelasi antara
evaporasi dan faktor meteorologi.Rumus-rumus tersebut antara
lain:Thornth-Waite, Blaney-Criddle, Penman, dan Turc-Langbein-
Wundt.
 Pendekatan Keseimbangan Energi (Energy Balance Approach) H =
E’0 + K + A + S
Radiasi gelombang pendek yang
melewati atmosfer (Ra), diteruskan ke
bumi (Rc)
 Rc = Ra(a + b.n/D)
 RI = Rc(1-r)
 Energi yang tersisa: H = RI-Rb
2) Evapotranspirasi
Pada suatu daerah aliran sungai dengan tanaman-tanaman yang tumbuh di
dalamnya akan mengalami transpirasi dan juga evaporasi dari permukaan tanah.
Sehingga penguapan yang terjadi tercakup dalam pengertian evapotranspirasi.
Evapotranspirasi mempunyai beberapa komponen seperti pada gambar berikut.

Evapotranspirasi adalah penguapan dari suatu daerah aliran sungai akibat


pertumbuhan tanaman di dalamnya (Schulz, 1976 dalam Sri Harto, 1991).
Evapotranspirasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Evapotranspirasi potensial (PET / Consumtive Use)
Adalah evapotranspirasi maksimum yang terjadi apabila tersedia cukup
air. PET sangat penting dalam memperkirakan kebutuhan air irigasi.
Evapotranspirasi yang terjadi sebenarnya (actual evapotranspiration) akan
menurun apabila jumlah air yang tersedia untuk tanaman kurang sehingga
nilainya akan lebih kecil dari PET.
 Evapotranspirasi sesungguhnya (AET)
Adalah evaporasi yang terjadi sesungguhnya dengan kondisi pemberian
air yang ada. Sehingga AET  PET.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan evapotranspirasi:
 Suhu (suhu air dan udara)
 Kelembaban
 Sinar matahari
 Tekanan udara
 Kecepatan angin
D. INFILTRASI DAN PERKOLASI
1) Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah
melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi terlihat jelas bahwa air hujan yang
jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam permukaan tanah,
sebagian lagi akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan
‘overland flow’. Kebalikan dari infiltrasi adalah rembesan.
Yang dimaksud dengan daya infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum yang
dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi permukaan termasuk lapisan atas dari
tanah. Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari.Untuk
lebih memperjelas makna daya infiltrasi, dapat dilihat dari gambar di bawah ini.

A B

Pada Gambar A di atas akan menghasilkan daya infiltrasi yang besar, tetapi
daya perkolasinya kecil, karena lapisan atasnya terdiri dari lapisan kerikil yang
mempunyai permeabilitas tinggi dan lapisan bawahnya terdiri dari lapisan tanah
liat yang relatif kedap air. Demikian juga sebaliknya pada Gambar B akan
menghasilkan daya infiltrasi yang kecil, tetapi daya perkolasinya besar, karena
lapisan atasnya terdiri dari lapisan kedap air dan lapisan bawahnya tiris.

Pada proses infiltrasi dikenal


Saturation Zone Transition
adanya zona-zona infiltrasi. Zona
Zone
infiltrasi dapat dilihat pada gambar
disamping.
Transmission Zone

Wetting

depth
Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap:
o Proses Limpasan
Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke
dalam tanah. Sekali air hujan tersebut masuk ke dalam tanah ia dapat
diuapkan kembali atau mengalir sebagai air tanah. Aliran air tanah sangat
lambat .Makin besar daya infiltrasi, maka perbedaan antara intensitas
curah dengan daya infiltrasi menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan
permukaannya makin kecil sehingga debit puncaknya juga akan lebih
kecil.
o Pengisian Lengas Tanah (Soil Moisture) dan Air Tanah
Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah penting untuk tujuan
pertanian.Akar tanaman menembus daerah tidak jenuh dan menyerap air
yang diperlukan untuk evapotranspirasi dari daerahtidak jenuh
tadi.Pengisian kembali lengas tanah sama dengan selisih antara infiltrasi
dan perkolasi (jika ada). Pada permukaan air tanah yang dangkal dalam
lapisan tanah yang berbutir tidak begitu kasar, pengisian kembali lengas
tanah ini dapat pula diperoleh dari kenaikan kapiler air tanah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi adalah:


 Karakteristik hujan
 Kondisi-kondisi permukaan tanah
 Tetesan hujan, hewan maupun mesin mungkin memadatkan
permukaan tanah dan mengurangi infiltrasi.

 Pencucian partikel yang halus dapat menyumbat pori-pori pada


permukaan tanah dan mengurangi laju inflasi.
 Laju infiltrasi awal dapat ditingkatkan dengan jeluk detensi
permukaan.
 Kepastian infiltrasi ditingkatkan dengan celah matahari.
 Kemiringan tanah secara tidak langsung mempengaruhi laju infiltrasi
selama tahapan awal hujan berikutnya.
 Penggolongan tanah (dengan terasering, pembajakan kontur dll)
dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi karena kenaikan atau
penurunan cadangan permukaan.
 Kondisi-kondisi penutup permukaan
 Dengan melindungi tanah dari dampak tetesan hujan dan dengan
melindungi pori-pori tanah dari penyumbatan, seresah mendorong
laju infiltrasi yang tinggi
 Salju mempengaruhi infiltrasi dengan cara yang sama seperti yang
dilakukan seresah.
 Urbanisasi (bangunan, jalan, sistem drainase bawah permukaan)
mengurangi infiltrasi.
 Transmibilitas tanah
 Banyaknya pori yang besar, yang menentukan sebagian dari
setruktur tanah, merupakan salah satu faktor penting yang mengatur
laju transmisi air yang turun melalui tanah.
 Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tanah.
 Karakteristik-karakteristik air yang berinfiltrasi
 Suhu air mempunyai banyak pengaruh, tetapi penyebabnya dan
sifatnya belum pasti.
 Kualitas air merupakan faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi.
Laju infiltrasi ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu jenis permukaan
tanah, kadar air, tumbuh-tumbuhan, dan cara pengolahan tanah. Faktor-faktor
tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok (Musgrave dan Holtan,
1964 dalam Sri Harto, 1984), yaitu sifat-sifat permukaan tanah, kepadatan
tanah, sifat dan jenis tanaman.
 Sifat-sifat permukaan tanah
Proses infiltrasi diawali dengan meresapnya air melalui permukaan
tanah, maka sifat-sifat permukaan tanah memegang peranan penting
bahkan untuk menentukan batas infiltrasi dengan tidak mengabaikan
peranan dari lapisan tanah di bawahnya. Diantara sifat-sifat yang penting
adalah kepadatan tanah, sifat dan jenis tanaman, dan cara bercocok
tanam.
 Kepadatan tanah
Makin meningkatnya kepadatan tanah maka infiltrasi makin kecil.
Akibat adanya impak butir-butir air hujan pada waktu terjadi hujan maka
kepadatan tanah akan bertambah.
 Sifat dan jenis tanaman
Dengan adanya tanaman akan memberikan keuntungan karena akan
memperbesar infiltrasi. Hal ini disebabkan oleh:
 Akar tanaman yang menyebabkan struktur tanah makin gembur yang
berarti memperbesar permeabilitas tanah.
 Tanaman di permukaan yang dapat mengurangi kecepatan “run-off”
sehingga memperbesar waktu tinggal air di permukaan.
 Pemadatan yang diakibatkan oleh impak butir-butir air hujan di
permukaan sangat berkurang. Sebenarnya yang memberikan
pengaruh lebih besar adalah kerapatan tanaman daripada jenis
tanaman.
 Cara pengerjaan tanah
Cara pengerjaan tanah dengan tersering yang benar akan
memperbesar infiltrasi pula.
 Sifat transmisi lapisan tanah
Sifat perlapisan tanah juga akan sangat menentukan besarnya laju
infiltrasi, misalnya :
 Formasi tanah dengan kapasitas perkolasi besar tetapi kapasitas
infiltrasi kecil.

 Formasi tanah dengan kapasitas infiltrasi besar tetapi kapasitas


perkolasi kecil.
 Pengaturan dari kapasitas penampungan (depletion of storage capacity)
Kapasitas penampungan menentukan penampungan untuk air
infiltrasi tetapi dapat juga menyebabkan tahanan terhadap aliran air. Pada
menit pertama infiltrasi cukup besar, tetapi apabila pori-pori tanah telah
terisi air maka infiltrasi sepenuhnya ditentukan oleh laju transmisi
lapisan tanah. Kadar air awal (initial moisture content) berpengaruh
paling besar pada 10- 20 menit pertama. Pengembalian kadar air pada
“field capacity” atau pengisian kembali ke “soil moisture deficiency”
akan terjadi kira-kira sesuai skema berikut.

 Misal, pada saat


t=t 0 , kadar air tanah w 0 lebih kecil dari

kapasitas lapang (field capacity) = (


wd )

 Hujan turun sampai t=t1 . Akibat infiltrasi selama t 0−t 1 maka

“soil moisture content” pada lapisan tanah atas menjadi w 1


 Selanjutnya pada waktu
t 2 ,t 3 ,t 4 ,t 5 ,t6 terjadi gerakan air ke bawah,
kadar air pada masing-masing waktu diperlihatkan pada gambar di
atas

 Akhirnya, pada saat


t=t 6 kadar air tanah sudah mencapai “field
capacity” pada seluruh kedalaman dan muka air tanah menjadi naik
 Waktu yang diperlukan untuk proses ini tergantung dari jenis tanah
dan kedalaman muka air tanah.
2) Perkolasi
Perkolasi adalah pergerakan air di dalam tanah melalui “soil moisture
zone” pada lapisan tidak kenyang air (tak jenuh/unsaturated) sampai
mencapai muka air tanah/ke dalam lapisan jenuh (CD.Soemarto, 1999).
Perkolasi tidak akan terjadi sebelum daerah tak jenuh mencapai kapasitas
lapang (field capacity).
Untuk mempermudah uraian selanjutnya perlu dijelaskan pengertian
beberapa istilah yang digunakan, antara lain :
 Kapasitas lapang (field capacity) adalah jumlah kandungan air
maksimum yang dapat ditahan oleh tanah terhadap pengaruh gaya
gravitasi.
 Soil moisture deficiency (smd) adalah jumlah kandungan yang masih
diperlukan untuk membawa tanah pada “field capacity”.
 Abstraksi awal (initial abstraction) adalah jumlah intersepsi dan
tampungan permukaan (depression storage) yang harus dipenuhi sebelum
terjadi limpasan (overland flow).
 Intersepsi adalah air hujan yang langsung diserap oleh tanaman
 Kapasitas infiltrasi (fp) adalah laju infiltrasi maksimum yang bisa terjadi
jika ada cukup air. Kapasitas ini tergantung dari kondisi permukaan,
termasuk lapisan tanah yang paling atas. Satuan yang biasa digunakan
adalah mm/jam.
 Laju infiltrasi (fa) adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yang
dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi.
 Kapasitas perkolasi (Pp) adalah laju perkolasi maksimum. Kapasitas
perkolasi dipengaruhi oleh kondisi tanah di bawah permukaan pada
daerah tak jenuh.
E. MENGANALISIS BATAS DAS
Daerah Aliran Sungai (disingkat DAS, bahasa Inggris: drainage basin) ialah
suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air yang berasal dari air
hujan yang jatuh, terkumpul dalam kawasan tersebut. Guna dari DAS adalah
menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya
melalui sungai.

Air Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah air yang mengalir pada suatu kawasan
yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal dari air hujan yang
jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Batas wilayah DAS diukur dengan cara
menghubungkan titik-titik tertinggi di antara wilayah aliran sungai yang satu dengan
yang lain.
Untuk mengukur serta menghitung daerah aliran sungai (DAS), terdapat beberapa
cara dan metode yang bisa digunakan. Keakuratan dari hasil pengukuran ini
dipengaruhi oleh metode yang digunakan, dimana setiap metode tentu mempunyai
nilai positif ataupun negatif dibandingkan dengan yang lainnya.

Berikut beberapa metode atau cara yang bisa digunakan :

1) Aplikasi Global Mapper dan WMS (Watershed Modelling System)


Metode ini yang kita gunakan dalam penentuan DAS sungai pada makalah ini,
dimana Global Mapper dapat menampilkan suatu koordinat lokasi dan mengubahnya
menjadi gambar pada peta untuk bisa ditentukan letak kira-kira dari DAS nya.
Setelah gambar peta ini didapatkan, file kemudian di-export ke dalam format file
yang bisa dibuka oleh aplikasi WMS. Dengan menggunakan WMS, gambar peta yang
sebelumnya sudah didapatkan bisa diubah menjadi suatu peta yang menggambarkan
aliran-aliran sungai yang sebenarnya. Setelah menentukan suatu outlet, maka besarnya
DAS bisa didapatkan.

2) Metoda Segi Empat (Square Method)


Pengukuran luas dengan metode segi empat ini dilakukan dengan cara membuat
petak-petak atau kotak-kotak bujur sangkar pada daerah yang akan dihitung luasnya.
Pada batas tepi yang luasnya setengah kotak atau lebih dibulatkan menjadi satu
kotak sedangkan kotak yang luasnya kurang dari setengah dihilangkan (tidak
dihitung). Hal yang perlu diperhatikan adalah pertimbangan keseimbangan. Harus ada
penyesuaian antara kotak yang akan dibulatkan dengan yang dihilangkan.

Untuk menghitung luas akhirnya dapat digunakan rumus berikut:

Luas DAS = jumlah kotak × (luas tiap kotak × skala)

3) Metoda Jalur (Stripped Method)


Pengukuran luas dengan metode jalur ini dilakukan dengan membuat jalur atau garis
horisontal yang sejajar dan berinterval sama, kemudian pada bagian tepi jalur ditarik
garis keseimbangan.
Untuk menghitung luas akhirnya dapat digunakan rumus berikut:

Luas DAS = jumlah luas segiempat (jalur) × skala

4) Metoda Segitiga (Triangle Method)


Pengukuran luas dengan metode segitiga ini dilakukan dengan membuat segitiga-
segitiga diseluruh daerah yang akan diukur luasnya pada peta dan pada sisa daerah
diluar segitiga ditambahkn garis-garis yaang tegak lurus dengan base line (sisi
segitiga) yang disebut offset.
Untuk menghitung luas akhirnya dapat digunakan rumus berikut:

Luas DAS = (jumlah luas segitiga + jumlah luas offset) × skala

5) Planimeter
Metode ini merupakan metode pengukuran luas dengan menggunakan alat planimeter.
Daerah yang diukur harus merupakan polygon atau area tertutup.
Cara pengukuran luas sebagai berikut:

 Kaca pengamat planimeter diletakkan pda titik awal area yang akan diukur luasnya.

 Kemudian alat pengamat digerakkan searah jarum jam mengikuti batas areal yang
diukur sampai alat pengamat kembali ke titik awal.
 Luas area atau daerah yang akan dihitung langsung dapat dibaca pada planimeter

Batas DAS ditentukan berdasarkan peta kontur. Batas DAS yang dimaksud adalah
batas DAS secara topografik (Topographic Drainase Boundary) (Seyhan, 1979).

F. LIMPASAN PERMUKAAN (RUNOFF)


Surface Run-Off adalah suatu aliran yang mengalir di atas permukaan
tanah menuju sungai, danau, atau laut yang disebabkan karena besar curah hujan
melebihi laju infiltrasi tanah. Ketika ada aliran air yang mengalami infiltrasi
terlebih dahulu dan kemudian akan keluar pada permukaan tanah yang posisinya
lebih rendah disebut Interflow. Gabungan dari kedua macam aliran ini disebut
Direct Run-Off.
Limpasan permukaan merupakan sebagian dari air hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah. Jumlah air yang menjadi limpasan sangat bergantung kepada jumlah
air hujan per satuan waktu (intensitas), keadaan penutupan tanah, topografi (terutama
kemiringan lereng), jenis tanah, dan ada atau tidaknya hujan yang terjadi sebelumnya
(kadar air tanah sebelum terjadinya hujan). Sedangkan jumlah dan kecepatan limpasan
permukaan bergantung kepada luas areal tangkapan, koefisien run off dan intensitas
hujan maksimum.
sebelum mancapai saluran disebut sumber tidak langsung. Ketika limpasan
mengalir ditanah, limpasan tersebut dapat mengambil kontaminan tanah seperti
minyak bumi, pestisida, atau pupuk. Bila sumber tidak langsung mengandung
kontaminan semacam itu, limpasan tersebut disebut polusi sumber tidak langsung.
Nilai limpasan permukaan yang penting untuk keperluan evaluasi DAS adalah
kondisi volume limpasan permukaan yang terjadi sebelum selama dan setelah adanya
suatu kegiatan/proyek. Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi lama hujan
melebihi lama waktu konsentrasi, maka laju pengaliran didalam sungai akan kurang
daripa lama waktu hujannya sama dengan lama waktu konsentrasi. Sebaliknya, apabila
lama waktu hujan lebih pendek daripada lama waktu konsentrasi, intensitas hujannya
meningkat menjadi lebih tinggi, akan tetapi hanya sebagian dari areal daerah aliran
ikut berperanan pada pengaliran sungai.Dengan demikian maka laju pengaliran
maksimum terjadi kalau lama waktu hujan sama dengan lama waktu konsentrasi
daerah alirannya.

PROSES TERJADINYA RUNOFF (LIMPASAN PERMUKAAN)


Pada saat hujan turun, tetesan pertama air hujan ditangkap oleh daun dan tajuk
vegetasi. Ini biasanya disebut sebagai simpanan intersepsi.  Kalau hujan berlangsung
terus, air hujan yang mencapai permukaan tanah akan meresap ke dalam tanah
(infiltrasi) sampai mencapai suatu taraf dimana intensitas hujan melebihi kapasitas
infiltrasi tanah. Setelah itu, celah-celah dan cekungan di permukaan tanah, parit-parit,
dan cekungan lainnya (simpanan permukaan) semua dipenuhi air, dan setelah itu
barulah terjadi runoff.
Kapasitas infiltrasi tanah tergantung pada tekstur dan struktur tanah, dan
dipengaruhi pula oleh kondisi lengas tanah sebelum hujan. Kapasitas awal (tanah yang
kering) biasanya tinggi, tetapi kalau hujan turun terus, kapasitas ini menurun hingga
mencapai nilai keseimbangan yang disebut sebagai laju infiltrasi akhir.
Proses runoff akan berlangsung terus selama intensitas hujan lebih besar dari
kapasitas infiltrasi aktual, tetapi runoff segera berhenti pada saat intensitas hujan
menurun hingga kurang dari laju infiltrasi aktual.

A. Klasifikasi limpasan permukaan


Limpasan terdiri dari air yang berasal dari tiga sumber :
1) Aliran permukaan
2) Aliran antara
3) Aliran air tanah

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Limpasan permukaan


1. Elemen-elemen meteorologi
a) Jenis presipitasi
b) Intensitas curah hujan
c) Lamanya curah hujan
d) Distribusi curah hujan dalam daerah pengaliran
e) Arah pergerakan curah hujan
f) Curah hujan terdahulu dan kelembaban tanah
g) Kondisi – kondisi meteorology.
2. Elemen daerah pengaliran
a) Kondisi penggunaan tanah
b) Daerah pengaliran
c) Kondisi topografi dalam daerah pengaliran
d) Jenis tanah
e) Faktor – faktor yang memberikan pengaruh

G. SEKILAS AIR TANAH


Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah
permukaan tanah. Sebenarnya di bawah permukaan tanah terdapat kumpulan air yang
mempersatukan kumpulan air yang ada di permukaan. Kumpulan air inilah yang disebut
air tanah. Jadi benar jika kamu mengatakan bahwa air yang kita minum serta kita
gunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari adalah air tanah. Pengambilan air tanah
dapat dilakukan dengan menimba, memompa atau mengalirkan air dari sebuah mata air.
Air tanah mempunyai kandungan zat-zat kimia yang bervariasi, tergantung
keadaan tanah dan kondisi geografis daerahnya. Air tanah pegunungan berkapur
umumnya mempunyai derajat kesadahan yang tinggi (>18°), karena terlarutnya garam-
garam kalsium dan magnesium didalamnya. Air pegunungan mempunyai kadar iod
yang sangat rendah, jika dikonsumsi terus-menerus sebagai air minum dapat
menimbulkan terjadinya penyakit gondok dan kretin.Air tanah dari daratan rendah
pantai menjadi asin rasanya pada musim kemarau.
Perbedaan jenis tanah mempengaruhi kedalaman permukaan air tanah. Contohnya
di daerah gurun kedalamannya bisa mencapai 50 meter atau lebih, sehingga jarang
tumbuh-tumbuhan yang hidup di situ karena akar tumbuhan tidak mampu menjangkau
permukaan air. Penyebab lainnya adalah faktor musim. Pada musim kemarau
permukaan air tanah akan lebih dalam jika dibandingkan pada musim penghujan.
Air tanah pada dasarnya mempunyai bermacam-macam jenis seperti artesis,
sungai bawah tanah, air kapiler, dan geiser. Artesis adalah air yang terjebak didalam
suatu lubang tertutup, air tersebut terjebak diantara batuan dan dapat memancar ke
permukaan tanah apabila terjadi perbedaan energi potensial. Sumber air artesis muncul
ke permukaan bumi dengan dua cara :
 Dengan cara ilmiah, yaitu air memancar kepermukaan bumi karena tekanan
hidraulis tanpa campur tangan manusia misalnya air mancur . Hal ini dapat terjadi
jika sumber air artesis terletak dekat permukaan bumi.
 Dengan cara pengeboran (penggalian ) , yaitu sumber air artesis muncul
kepermukaan bumi dengan cara pengeboran (penggalian ) yang disebut sumur
artesis.

Sungai bawah tanah adalah aliran air yang mempunyai alur mengikuti rongga-
rongga yang berhubungan dengan struktur gua atau antiklin. Pada umumnya sungai ini
terdapat di daerah pegunungan kapur.
Air kapiler adalah air yang masuk ke adalam tanah melalui pori-pori batuan tanpa
kandungan udara. Sedangkan geiser adalah aliran atau semburan air panas yang berasal
dari sumber panas di gunung berapi. Geiser memancar keluar akibat tekanan yang
dihasilkan oleh panas bumi.
Air tanah merupakan salah satu sumber daya air Selain air sungai dan air hujan,
air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga
keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga
(domestik) maupun untuk kepentingan industri. Dibeberapa daerah, ketergantungan
pasokan air bersih dan air tanah telah mencapai ± 70%
H. LENGKUNG MASSA DAN LENGKUNG PENGOSONGAN
1) Lengkung Massa
Lengkung Massa adalah penyajian grafis suatu aliran kumulatif atau
volume air dari t = 0 sampai t = t sebagai fungsi waktu. Debit sungai berubah-
ubah menurut waktu. Angka sekian m3/detik menunjukkan debit sesaat pada
suatu pos pengukuran debit. Hidrograf adalah penyajian secara grafis variasi
debit menurut waktu. Dari hidrograf tersebut kita dapat mengetahui berapa
besar volume air yang melewati pos pengukur debit dalam suatu waktu
tertentu.
Lengkung massa yang paling sederhana didapat dari suatu debit konstan
Q0 selama selang waktu T. Volume air yang terkumpul selama waktu
tersebut sama dengan Q0T (m3).

Secara umum:
t t
V =∫ Qdt V =∫ Qo dt
0 dan Q = dV/dt.Jika Q = Q0 = konstan, maka 0 =
Q0t.
untuk t = T, makanya volume totalnya QoT.
Jika variasi debit berbentuk segitiga, lengkung massanya berbentuk huruf S
dengan dua buah segmen parabolis. Volume selam T adalah sebagai berikut :
V = 1/2 Qmaks T
Garis singgung terhadap lengkung V di A’ dan C’ pada gambar di bawah
ini, horizontal karena pada saat itu debitnya sama dengan nol.
Qmaks
Q Debit rata - rata

Qmaks =tg α m
V Qrata-rata=tg
α r

B’

A
T
½T ½T
Dalam penggunaan lengkung massa residual lebih menghemat kertas
dan mudah penggambarannya dibandingkan dengan lengkung massa biasa.
Lengkung massa dapat digunakan untuk menentukan kapasitas waduk
yang diperlukan untuk memenuhi fungsi tertentu berdasarkan seperangkat
syarat/kondisi tertentu. Meskipun pada dewasa ini telah diciptakan cara-cara
yang lebih baik, tetapi cara lengkung massa ini masih banyak dipakai sebagai
pendekatan pertama.

2) Lengkung Pengosongan
Lengkung pengosongan adalah hidrograf sungai yang terjadi selama
waktu tidak ada hujan, dimana debitnya didapat dari aliran (outflow) air tanah
lewat akuifer.Aliran semacam ini disebut aliran dasar.Lengkung pengosongan
ini digunakan untuk memperkirakan aliran dasar, jika diketahui debit pada t =
0 maka dapat diperkirakan besarnya debit pada saat t = 10, 20, 30, hari
pada saat tidak hujan. Selain itu lengkung pengosongan juga dapat digunakan
dalam analisa hidrograf banjir, untuk menentukan berapa bagian dari
limpasan total yang berasal dari limpasan air tanah. Lengkung pengosongan
merupakan suatu penghubung antara limpasan permukaan dan air tanah,
memberikan informasi terhadap pengisian (recharge) dan karakteristik
akuifer.Lengkung pengosongan juga merupakan aliran keluar air tanah.
Proses ini diuraikan dengan teori aliran air tanah tidak lunak (non steady
flow).Model yang sederhana untuk menghitung aliran ke luar air tanah
dibentuk oleh akwifer bebas (unconfined aquifer) dengan lebar l yang
berbatasan dengan air bebas (open water) dikedua sisinya dengan elevasi
yang konstan.
Jika tidak ada pengisian, permukaan air tanah yang semula tinggi lambat
laun akan menurun.
Pada pendekatan pertama Q dianggap merupakan fungsi eksponensial
yang menurun menurut waktu dengan rumus sebagai berikut.

Q=Q 0⋅e−αt
 = parameter geoteknik yang besarnya tergantung dari ukuran dan
karakteristik akuifer.
dimana: kD = trasmivitas akuifer
  kD
 
l 2


= porositas efektif mempunyai dimensi [ T-1 ]
Qo = debit keluar pada t = 0
Ada hubungannya antara debit pada saat t = t dengan volume air yang
tertampung di atas streambed level, sebesar V.
Volume tersebut sama dengan debit selama waktu antara t = t sampai t
=  jika  berdimensi hari-1 maka Qt harus dinyatakan dalam m3/detik.

I. PENELUSURAN BANJIR
Penelusuran banjir adalah merupakan prakiraan hidrograf di suatu titik pada
suatu aliran atau bagian sungai yang didasarkan atas pengamatan hidrograf di titik
lain. Hidrograf banjir dapat ditelusuri lewat palung sungai atau lewat waduk.
Tujuan penelusuran banjir adalah untuk:
 Perkiraan banjir jangka pendek
 Perhitungan hidrograf satuan untuk berbagai titik sepanjang sungai dari
hidrograf satuan di suatu titik di sugai tersebut.
 Prakiraan terhadap kelakuan sungai setelah terjadi perubahan dalam palung
sungai (misalnya karena adanya pembangunan bendungan atau pembuatan
tanggul)
 Derivasi hidrograf sintetik

Pada dasarnya penelusuran banjir lewat palung sungai merupakan aliran tidak
lunak (non steady flow), maka dapat dicari penyelesaiannya. Karena pengaruh
gesekan tidak dapat diabaikan, maka penyelesaian persamaan dasar alirannya akan
sangat sulit. Dengan menggunakan karakteristik atau finite differenceakan dapat
diperoleh penyelesaian yang memadai, tetapi masih memerlukan usaha yang sangat
besar.
Cara penelusuran banjir lewat palung sungai yang akan diuraikan, pertama-
tama adalah yang tidak didasarkan atas hukum-hukum hidrolika, sedangkan yang
kedua merupakan penyelesaian yang didasarkan atas hukum-hukum hidrolika. Pada
cara pertama, yang ditinjau hanyalah hukum-hukum kontinuitas, sedangkan
persamaan keduanya didapatkan secara empiric dari pengamatan banjir. Oleh
karena berlakunya cara ini sangat terbatas maka harus diperiksa untuk setiap kasus
khusus.
Pada cara kedua, merupakan aliran tidak lunak yang berubahsecara ruang
(spatially varied unsteady flow), yang penelusurannya dilaksanakan secara simultan
dari ekspresi-ekspresi kontinuitas dan momentum. Penelusuran lewat waduk, yang
penampungnya merupakan fungsi langsung dari aliran keluar (outflow), cara
penyelesaiannya dapat ditempuh dengan cara yang lebih eksak.
Cara Penelusuran Banjir :
a. Penelusuran banjir lewat palung sungai
 Cara MUSKINGUM
Cara ini hanya berlaku dalam kondisi sebagai berikut.
 Tidak ada anak sungai yang masuk ke dalam bagian memanjang
palung sungai yang ditinjau.
 Penambahan dan kehilangan air oleh curah hujan, aliran masuk
atau keluar air tanah dan evaporasi, kesemuanya ini diabaikan.
Persamaan kontinuitas yang umum dipakai dalam penelusuran
banjir adalah sebagai berikut.
dS
I−Q =
dt ..............(1)

I = debit yang masuk ke dalam permulaan bagian memanjang


palung sungai yang ditinjau (m³/detik)
Q = debit yang keluar dari akhir bagian memanjang palung
sungai yang ditinjau (m³/detik)
dS = besarnya tampungan (storage) dalam bagian memanjang
pa;ung sungai yang ditinjau.
dt = periode penelusuran (detik, jam atau hari)
Jika periode penelusurannya diubah dari dt menjadi Δt maka:
I1 + I 2 Q1 + Q 2
I= Q= dS = S 2 − S 1
2 2

sehingga rumus (1) dapat diubah menjadi


I 1 + I2 Q + Q2
Δt + 1 Δt = S 2 − S1
2 2 ................(2)
dengan indeks 1 merupakan keadaan mula periode
penelusuran, dan indeks 2 merupakan keadaan akhir periode
penelusuran.
Dari persdamaan (2) :
 I1 dan I2 dapat diketahui dari hidrograf debit masuk yang diukur
besarnya
 Q1 dan S1 diketahui dari periode sebelumnya
 Q2 dan S2 tidak diketahui
Kesulitan terbesar dalam penelusuran banjir lewat palung
sungai terletak pada mendapatkan persamaan kedua ini. Pada
penelusuran banjir lewat waduk, persamaan tersebut lebih
sederhana, yaitu Q2=f(S2). Tetapi pada penelusuran lewat palung
sungai besarnya tampungan tergantung kepada debit masuk dan
debit keluar. Persamaan yang menyangkut kepada debit masuk dan
debit keluar.Persamaan yang menyangkut hubungan S dan Q pada
palung sungai hanya berlaku untuk hal-hal yang khusus, yang
bentuknya adalah sebagai berikut :
S 1 = k { x I + (1−x ) Q1 } .................(3)
k dan x ditentukan oleh hidrograf debit masuk dan debit keluar
yang masing-masing diamati pada saat yang bersamaan, sehingga
hanya berlaku untuk bagian memanjang palung sungai yang
ditinjau.
Faktor x merupakan faktor penimbang (weight) yang besarnya
berkisar antara 0 dan 1, biasanya lebih kecil dari 0.5 dan dalam
banyak hal besarnya kira-kira sama dengan 0.3 serta tidak
berdemensi.
Karena S mempunyai dimensi volume, sedangkan I dan Q
berdimensi debit, maka k harus dinyatakan dengan dimensi waktu
(jam atau hari).
Dari persamaan (2) dan (3) dapat dibuat persamaan sebagai
berikut
S 1 = k { x I + (1−x ) Q1 } ................(4)
S 2 = k { x I + (1−x ) Q2 } ................(5)
Dari persaaan (2), (4) dan (5) didapat
Q2 = c 0 I 2 + c 1 I 1 + c 2 Q 1 ................(6)
k x − 0,5 Δt
C0 =
k − k x + 0,5 Δt ................(7)
k x − 0,5 Δt
C1 =
k − k x + 0,5 Δt ................(8)
k x − 0,5 Δt
C2 =
k − k x + 0,5 Δt ................(9)
C0 + C 1 + C2 = 1 ................(10)
Konstanta-konstanta penelusuran k dan x harus ditentukan
secara empiris dari pengamatan debit masuk dan debit keluar
dalam waktu yang bersamaan. Dengan demikian pada Gambar 1
dapat diperlihatkan hidrograf I dan Q serta lengkung S
( tampungan ) seperti berikut :
Lengkung S (Gambar 1.c) merupakan lengkung massa dari
lengkung ) I-Q, sehingga untuk setiap saat dapat dihitung S. Dari
gambar 1.b. dan c dapat dilihat bahwa S akan maksimum bila I – Q
sama dengan 0. Besarnya S pada saat t adalah:
S t = ( I − Q )t Δt ................(11)

Sebagai langkah lebih lanjut untuk mendapatkan x dan k, kita


harus menggambarkan grafik yang menyatakan hubungan antara S
dengan xI + (1 – x) Q, yaitu dengan memasukkan berbagai harga x
sedemikian rupa sehingga didapat garis yang mendekati garis lurus.
Kalau untuk mendapatkan garis lurus tersebut dilakukan secara
analitis (atau kalau akan menyiapkan program komputer untuk
maksud tertentu), maka sambil memberikan berbagai harga x
(sebaiknya dimulai dari x = 0.20), diperiksa pula koefisien korelasi r
antara S dengan xI + (1 – x) Q, sampai didapatkan r yang terbesar.
Bila r terbesar mempunyai harga lebih kecil dari 0.7 berarti tidak
ada korelasi antara kedua faktor tersebut di atas, sehingga tidak
mungkin diketemukan hubungan garis lurus. Rumus untuk
mendapatkan koefisien korelasi r tersebut adalah sebagai berikut.
n ( XY ) − x ΣY
r=
√{ n ( X )2 − ( X )2} {n (Y )2 − (Y )2}
X=S
Y = x I + (1-x)
n = banyaknya titik untuk menghitung nilai S dan x I + (1-x) Q nya.

Dari kemiringan garis tersebut didapat nilai k, yaitu


S
k = tg ϕ =
x I + (1−x) Q
Jika dimasukkan nilai x yang tidak betul akan didapat suatu
loop, seperti yang terlihat pada Gambar 2. a dan b, yaitu pada x = x 1
dan x = x2. Konstanta-konstanta k dan x yang telah didapat tersebut
hanyalah berlaku untuk bagian memanjang alur sungai yang ditinjau
saja. Sekali harga x dan k didapat untuk alur tersebut, jika diketahui
hidrograf debit masuknya, maka dapat diramalkan bentuk hidrograf
keluarnya.

 Penelusuran Hidrolik di Palung Sungai


Dalam penelusuran hidrolik digunakan persamaan kontinuitas dan
persamaan gerak. Penyelesaian dalam bentuk tertutup (closed form
solution) terhadap persamaan-persamaan penelusuran hidrolik yang
lengkap tidak ada. Jadi, penerapan teknisnya memerlukan opersai
computer.Telah ada berbagai pendekatan untuk pengintegralan numeric
terhadap persamaan-persamaan tersebut.
Teknik penelusuran hidrolik banyak menolong dalam penyelesaian
penelusuran lewat palung sungai, overland flow atau aliran lempeng

(sheet flow) dan dalam simulasi sistem dari daerah pengaliran komposit.
Kerugian utama pendekatan penelusuran hidrolik adalah kebutuhan akan
computer digital berkecepatan tinggi. Secara umum kerugian tersebut
tidaklah parah, selama sebagian besar keperluan akan kecanggihan
penelusuran ini dilakukan dalam hubungannya dengan studi lain yang
memerlukan komputer.
Penelusuran hidrolik dilaksanakan dari penyelesaian simultan
terhadap ekspresi-ekspresi kontinuitas dan momentum.Bentuk umum
statement-statementnya dinamakan persamaan tidak lunak yang berubah
secara ruang (spatially varied unsteady flow equation), persamaan
tersebut dapat diterapkan pada over land flow atau aliran lempeng (sheet
flow) dengan memasukkan curah hujan secara lateral.Persamaan-
persamaan tersebut dapat disederhanakan dan digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah penelusuran lewat palung sungai.

b. Penelusuran banjir lewat waduk


Rumus (2) dapat ditulis sedemikian rupa, sehingga factor-faktor
yang diketahui ditempatkan di ruas kiri seperti berikut ini
I 1+ I 2 Q Q I 1 + I2 S 1 Q1 S Q
2 ( 2)( )
Δt + S1 − 1 Δt = S 2 + 2 Δt
2 atau 2 ( + −
Δt 2 )(
= 2+ 2
Δt 2 )
S1 Q 1 S2 Q 2
− = ϕ1 + = ϕ2
Jika Δt 2 dan Δt 2
I 1 + I2
+ ϕ1 = ϕ 2
Maka rumus (2) dapat ditulis: 2
I1 dan I2 diketahui dari hidrograf debit masuk ke waduk jika periode
penelusuran (routing period) Δt telah ditentukan. (Lihat Grafik 1)
Grafik 1

S1 merupakan tampungan waduk pada permulaan periode


penelusuran yang diukur dari datum fasilitas pengeluaran (puncak
bangunan pelimpah atau spillway, atau sumbu terowongan outlet).
Supayalebih jelas lihat Grafik2 dan 3.

Grafik 3

Grafik 2

Q1 adalah debit keluar pada permulaan periode penelusuran. Kalau


fasilitan pengeluarannya berupa bangunan pelimpah (spillway), maka
digunakan rumus berikut :
3/2
Q=C B H
C = koefisien debit bangunan pelimpah (1,7 – 2,2 m1/2/det)
B = panjang ambang bangunan pelimpah (m)

α v2
h+
H = tinggi energi di atas ambang bangunan pelimpah = 2g
h = tinggi air di atas ambang bangunan pelimpah (m)
α = koefisien pembagian kecepatan arus
v = kecepatan rata-rata arus di depan ambang bangunan pelimpah
(m/s)
g= percepatan gravitasi (= 9,81 m/detik²)
Pada umumnya kecepatan air waduk di depan ambnag bangunan
pelimpah sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. Oleh karenanya dapat
dianggap bahwa H=h.
Dengan demikian dapat dibuat lengkung debit (rating curve)
bangunan pelimpah seperti terlihat pada Grafik 4.

Grafik 4

Kalau fasilitas pengeluarannya berupa terowongan, maka harus


diperhitungkan terhadap dua macam keadaan yaitu:
 Pada saat seluruh panjang terowongan belum terisi penuh oleh air
sehingga masih berupa aliran alur terbuka (open channel flow).
Dalam hal ini digunakan rumus:
1 2/3 1/2
v= R S
Q=v A .................(12) n
v = kecepatan air dalam terowongan (m/s) dengan rumus
Manning
n = faktor tahanan terhadap aliran
A = penampang melintang aliran aliran (m²)
S = lereng garis energi

 Pada saat seluruh panjang terowongan penampang atau profil


alirannya terisi penuh oleh air, sehingga terjadi aliran tekanan
atau aliran pipa pressure flow atau pipe flow.
Dalam hal demikian kecepatan airnya ditentukan oleh perbedaan
tinggi tekanan (head) di permulaan ujung terowongan.
Perbedaan tinggi tekanan tersebut yang merupakan
penjumlahan kehilangan-kehilangan energi, dipengaruhi oleh
bentuk inlet terowongan, kekasaran dinding terowongan, adanya
penyempitan atau pelebaran terowongan, adayna belokan-belokan
di dalam terowongan dan bentuk outlet terowongan (Lihat Gambar
A)

v2 L v2 v2 v2 v2
H = fe +f + fc + fb + f0
2g D 2g 2g 2g 2g
(1) (2 ) (3 ) (4 ) (5 )
2
L v
(
= f e +f + f c +f b + f 0
D )2g
v2
Jadi :
=Σ f ( )
2g ..........
(13)
Keterangan :
(1) = kehilangan energi pada saat masuk inlet (m), v adalah
kecepatan air dalam terowongan (m/detik), feadalah
koefisien kehilangan energi yang besarnya tergantung pada
bentuk inlet.
(2) = kehilangan energi akibat adanya gesekan (m), dengan:
f = koefisien gesekan, yang dapat dihitung dengan rumus
Darcy - Weisbach atau Poligon Thiessen
L = Panjang terowongan (m)
D = diameter terowongan (m)
(3) = kehilangan energi akibat adanya perubahan penampang di
dalam terowongan (m), fc adalah koefisien kehilangan energi
karena adanya perubahan penampang.
(4) = kehilangan energi akibat adanya belokan (m), fb adalah
koefisien kehilangan energi akibat adanya belokan, yang
besarnya dipengaruhi oleh sudut belokan dan jari-jari
belokan.
(5) = kehilangan energi pada saat keluar dari outlet (m), f0 adalah
koefisien energi yang besarnya tergantung pada bentuk
outlet.
Dari rumus (13) didapat :

2gH 2gH
v=
√ Σf dan
Q= A
Σf

Gambar A

Anda mungkin juga menyukai