Anda di halaman 1dari 10

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TA 2019/2000

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


Metodologi Program : Pendidikan
MATA UJIAN (sks) :
Penelitian (2) Studi Biologi
Trianik
DOSEN : KELAS/SEM : A dan C / VI
Widyaningrum,M.Si
HARI/TANGGAL : Jumat, 24 Juli 2020 Ruang : online

WAKTU : 75 menit SIFAT UJIAN : Tutup Buku

Jawablah Pertanyaan Berikut pada Lembar Jawab yang anda punyai!

1. Buatlah abstrak dari jurnal berikut (terlampir), sesuai ketentuan abstrak pada
jurnal yang berlaku! (Skor 30)
2. Tuliskan satu judul Penelitian beserta Latar Belakang dari Penelitian itu!
(30)
3. Berikan contoh pembuatan tabel dan gambar sesuai ketentuan yang berlaku
! (Skor 20)
4. Berikan contoh judul penelitian jenis: (Skor 20)
a. R & D
b. Kuantitatif

Selamat mengerjakan, semoga sukses, aamiin!

Diverifikasi oleh: Disusun oleh:


Ketua Program Studi Penanggung Jawab Keilmuan Dosen Pengampu

Novi Febrianti, M.Si


Trianik Widyaningrum,M.Si Trianik Widyaningrum,M.Si
LAMPIRAN SOAL

Pengembangan Modul Perubahan Lingkungan dan Daur Ulang Limbah


Melalui Vermicomposting dengan Pendekatan Scientific Skill untuk
Sekolah Adiwiyata

Luluk Hamidah, Eka Sulistyowati


UIN SUKA Yogyakarta,
Jalan Marsda Adisucipto, DIY 55281
Email: hizkilalulu91@yahoo.com, esulis@gmail.com

I. PENDAHULUAN
Perubahan lingkungan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Perubahan yang
terjadi pada lingkungan hidup manusia menyebabkan gangguan keseimbangan, karena
sebagian dari komponen lingkungan menjadi berkurang fungsinya. Perubahan lingkungan
yang dapat terjadi karena campur tangan manusia contohnya penumpukan limbah dan sampah
secara masif yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan (Mangunjaya, 2008).
Sesuai konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran sampah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengolahan sampah yang bertujuan untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah
yang berkaitan dengan lingkungan (Azwar, 1990). Metode daur ulang sampah dengan
vermicomposting menjadi salah satu alternatif pengolahan sampah organik yang efektif dan
memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan kompos lain (Purwanto, 2009; BPPP, 2001).

Vermicomposting dapat diartikan sebagai pembuatan pupuk kompos dari sampah


biodegradable menjadi pupuk bermutu tinggi menggunakan cacing tanah (Wahyono, 2001;
Kuruparan et al., 2005;). Vermikompos merupakan kompos yang diperoleh dari hasil
perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan cacing tanah pada temperature mesofilik
(21-30ºC) (Nasution et al, 2013, Yuliprianto, 2010, Gandhi et al., 1997). Kegiatan
vermicomposting dapat menjadi salah satu cara untuk menerapkan pendidikan lingkungan
hidup (PLH) yang dikembangkan oleh Kementrian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) sejak
tahun 2006 melalui program Adiwiyata (Wahyuningtyas et al., 2013). Tujuan yang ingin
dicapai adalah memberikan pendidikan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
(PLH) melalui tata kelola sekolah baik bagi warga sekolah yang terintegrasi dengan
permasalahan di sekolah (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012). Pengintegrasian tersebut
sesuai dengan pembelajaran biologi karena produk dari pembelajaran biologi tidak hanya
meliputi pengetahuan, namun juga keterampilan dan nilai (Sawitri et al., 2014).
Tujuan dari program adiwiyata juga sesuai dengan penerapan kurikulum 2013.
Pengembangan kurikulum biologi SMA dapat dioptimalkan dengan pendekatan berbasis
keterampilan ilmiah (scientific skill). Istilah Scientific skill digunakan sebagai pengganti
istilah keterampilan proses sains, untuk menegaskan bahwa keterampilan ini bukan semata-
mata merupakan keterampilan-keterampilan yang otomatis, tetapi lebih merupakan proses-
proses yang diperlukan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sains dan menyelesaikan
persoalan-persoalan eksperimental (Mulyono et al., 2012).
Menurut Susiwi et al., (2009), scientific skill merupakan komponen penting dalam suatu
penyelidikan meliputi keterampilan merumuskan hipotesis, dan keterampilan mengendalikan
variabel, dalam proses pembelajarannya mengikuti langkah-langkah kerja pada petunjuk
praktikum. Dalam penelitian ini, scientific skill yang digunakan adalah melibatkan siswa
dalam berbagai keaktifan yang tepat dan menemukan cara-cara yang tepat untuk menilai
performa siswa dalam keaktifan tersebut, serta memberikan umpan balik yang sesuai. Bekerja
sama dalam melakukan proses ilmiah, mendorong siswa membangun pemahaman sendiri dari
konsep-konsep ilmu pengetahuan dengan menciptakan suatu lingkungan untuk
mengembangkan pemikiran, penalaran, diskusi, dan keterampilan ilmiah (Carolyn, 2006).
Scientific skill sangat penting dan bukan hanya penekanan pengajaran dan pembelajaran di
sekolah saja, namun berpusat pada fenomena-fenomena alam (Jegede & Okebukola, 2007).
Pengembangan keterampilan ilmiah siswa dapat ditunjang dengan panduan belajar
mandiri berupa modul, khususnya modul yang mengangkat permasalahan lingkungan sehari-
hari. Hal ini penting dilakukan mengingat pembelajaran di kelas masih difokuskan pada aspek
kognitif, sedangkan aspek psikomotorik dan aspek afektif belum dimaksimalkan secara
seimbang. Faktanya siswa lebih mudah mengerjakan soal yang bersifat teoritis atau hafalan,
dan kesulitan ketika menghadapi soal yang mengungkapkan aspek tingkat tinggi, yaitu soal
yang memerlukan penerapan dan penalaran.
Modul memiliki beberapa keunggulan, yaitu siswa dapat belajar sesuai dengan waktu
dan kecepatan belajarnya, dan siswa dapat mengetahui kelemahan dan kelebuhan dalam
pencapaian kompetensi yang terdapat dalam modul (Depdiknas, 2003; Prastowo, 2013).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa modul yang digunakan panduan belajar
mandiri dapat membantu pemahaman konsep dan penggunaan modul memberikan dampak
yang positif kaitannya dengan hasil belajar siswa (Setiarini, 2013; Setyowati, 2013; Wibowo,
2012).
Berdasarkan pemaparan keunggulan modul di atas, penelitian ini bertujuan untuk
menyusun dan mengemas panduan belajar berupa modul perubahan lingkungan dan daur
ulang limbah melalui vermicomposting dengan pendekatan scientific skill yang layak secara
teoritis berdasarkan validasi dan layak secara empiric berdasarkan minat siswa dan respon
siswa setelah mempelajari modul.

II. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and
Development/R&D) (Sugiyono, 2011) yang menggunakan model pengembangan 4-D (four-D
model), yang terdiri dari empat tahap, yaitu define, design, develop, dan disseminate yang
dikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1974) dalam Trianto (2011). Namun,
pada penelitian ini disseminate tidak dilakukan. Produk akhir penelitian adalah modul
perubahan lingkungan dan daur ulang limbah melalui vermicomposting dengan pendekatan
scientific skill yang diujicobakan pada 15 siswa di salah satu SMA N di Yogyakarta.
Teknik pengumpulan data menggunakan lembar penilaian modul ini dilakukan oleh ahli
materi, ahli vermicomposting, ahli media, tiga peer reviewer dan tiga guru biologi, observasi
berdasarkan lembar observasi minat siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan
scientific skill, dan lembar angket berbentuk checklist berdasarkan respon siswa seletah
mempelajari modul. Modul dinyatakan layak secara teoritis jika memperoleh skor ≥75%,
sebagai berikut:
Tabel 1. Skala Persentase Penilaian Kualitas Produk (Mardapi, 2012).
No Rentang skor (i) Kuantitatif Kategori
1. 𝑃 ≥ 75% Sangat Setuju
2. 62,5% ≤ 𝑃 < 75% Setuju
3. 50% ≤ 𝑃 < 62,5% Tidak Setuju
4. 𝑃 < 50% Sangat Tidak Setuju

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil kelayakan teoritis modul perubahan lingkungan dan daur ulang limbah
dengan pendekatan scientific skill berdasarkan hasil validasi memperoleh kategori sangat
setuju dengan persentase 78,12% dan 87,99% menurut ahli dan peer reviewer atau
dikategorikan sangat baik (SB), serta 72,55% atau berkategori baik (B) menurut guru
biologi (Tabel 2).

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Validasi Modul Perubahan Lingkungan dan Daur Ulang
Limbah melalui Vermicomposting

No Komponen Penilaian Skor Tertinggi Skor Rata- Persentase


Ideal rata Penilaian (%)
A. Validasi Ahli Materi, Ahli Vermicomposting, Ahli Media
1. Kelayakan Materi biologi 80 67 83,75
2. Kelayakan materi 60 45 75
vermicomposting
3. Kebahasaan 24 17 70,83
4. Penyajian 32 25 78,12
5. Kegrafikaan 28 21 75
Nilai Modul 224 175 78,12
Interpretasi Sangat baik
B. Validasi Peer
Reviewer
1. Kelayakan 72 63,66 88,42
Isi/Materi
2. Kebahasaan 16 13,66 85,41
3. Penyajian 32 27,66 86,45
4. Kegrafikan 16 14,66 91,66
Nilai Modul 136 119,66 87,99
Interpretasi Sangat baik
C. Validasi Guru Biologi
1. Kelayakan 72 53,67 74,53
Isi/Materi
2. Kebahasaan 16 9,67 60,41
3. Penyajian 32 23 71,87
4. Kegrafikaan 16 12,33 77,08
Nilai Modul 136 98,67 72,55
Interpretasi Baik

Tabel 2 menunjukkan bahwa para ahli menilai komponen modul sesuai dengan
kriteria sangat setuju dengan presentase kelayakan tertinggi komponen materi yaitu
83,75%, sedangkan penilaian terendah terletak pada komponen kebahasaan sebesar
70,83%. Berdasarkan peer reviewer interpretasi tertinggi terletak pada komponen
kegrafikaan dengan persentase sebesar 91,66%. Penilaian modul tertinggi menurut guru
biologi terletak pada komponen kegrafikaan sebesar 77,07%, serta penilaian terendah
pada komponen kebahasaan sebesar 60,41%.
Kelayakan empiris modul berdasarkan lembar observasi minat siswa termasuk
kategori sangat setuju dengan persentase sebesar 79,82% (Tabel.3).
Tabel 3. Rekapitulasi lembar observasi minat siswa terhadap pembelajaran dengan
pendekatan scientific skill.

No. Aspek Minat Kepuasan Jumlah Butir


Instrumen
1. Mengamati, mengidentifikasi, dan
2
mengkomunikasikan permasalahan
2. Bertanya, membuat dugaan, merancang
4
percobaan, mengumpulkan data.
3. Menganalisis, menyimpulkan 2
4. Memprediksi, mendefinisikan operasional 2
Jumlah istrumen 10
Skor tertinggi 5
Jumlah siswa 25
Jumlah skor pernyataan 898
Rata-rata 3,99
Persentase skor rata-rata 79,82%
Interpretasi Sangat Setuju
Tabel di atas menunjukkan bahwa minat kepuasan siswa terhadap pembelajaran
berbasis saintific skill melalui angket diperoleh persentase rata-rata sebesar 79,82%
dengan interpretasi ketertarikan dalam kategori sangat setuju.
Kelayakan empiris modul berdasarkan respon siswa juga termasuk dalam kategori
sangat setuju dengan persentase 75,05% (Tabel 4).
Tabel 4. Persentase respon siswa kelas X terhadapa modul Perubahan
Lingkungan dan
Daur Ulang Limbah melalui Vermicomposting
Skor
Komponen Skor Rata- Persentase
No. Tertinggi
rata Penilaian (%)
Penilaian Ideal
1. Kelayakan Isi 60 46,47 77,45
2. Kebahasaan 16 11,30 70,63
3. Penyajian 32 24,00 75,00
4. Kegrafikan 24 17,30 72,08
Nilai Modul 132 96,87 75,05
Interpetasi Sangat Setuju

Modul ini terdiri dari beberapa komponen yang mencakup sampul (cover), halaman
judul, kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan modul, pendahuluan, kompetensi
inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), peta konsep, kegiatan belajar, penilaian diri (self
assessment), rangkuman, teka-teki silang, uji kompetensi, umpan balik, glosarium, dan
daftar pustaka. Modul yang telah dirancang kemudian diujicobakan secara terbatas
kepada siswa, dalam hal ini penilaian siswa diberikan ketika setelah membaca dan
mempelajari konten modul. Observasi sebelumnya telah dilakukan untuk mengetahui
minat siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan scientific skill.
Produk modul dibuat menggunakan pendekatan scientific skill yang
mengintegrasikan isu lokal lingkungan (dalam hal ini sampah) dalam proses
pembelajaran di lingkungan sekolah. Keterampilan ilmiah (scientific skill) diberikan
sesuai dengan perkembangan siswa. Hal ini sesuai pendapat Piaget dalam teori
perkembangan kognitif, remaja dengan usia 11 hingga 15 tahun mulai masuk pada tahap
berpikir operasional formal, dan pemikiran operasional baru akan tercapai sepenuhnya
diakhir masa remaja, sekitar usia 15-20 tahun (Suparno, 2002). Pada tahap ini remaja
telah mampu menyelesaikan masalah abstrak dengan logis, mampu menafsirkan dan
mengembangkan hipotesis, menarik kesimpulan, serta mulai memikirkan permasalahan
sosial dan identitas (Santrock, 2003; Syaodih, 1998).
Kelayakan modul ditinjau berdasarkan validasi yang dilakukan oleh beberapa pakar
di bidang yang berpengalaman meliputi ahli materi, ahli vermicompos, dan ahli media.
Tujuan dari validasi untuk mendapatkan masukan dan penilaian produk baru yang telah
dirancang (Sugiyono, 2011). Komponen kelayakan materi atau isi mendapatkan penilaian
tertinggi dari ahli materi sebesar 83,75%, diikuti dengan komponen penyajian dengan
persentase 78,12% dari ahli media. Komponen isi modul memuat kebenaran konsep,
dapat digunakan sebagai pedoman, disajikan untuk mendorong siswa terlibat aktif dalam
kegiatan belajar yang termuat dalam tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan
pendapat Mulyasa (2013), agar tujuan pembelajaran dapat dilakukan secara optimal,
maka diperlukan pengembangan panduan belajar mandiri yang mengikuti kaidah dan
elemen yang mensyaratkannya. Penyajian materi diberikan sesuai taraf berpikir siswa
(Parmin, dan Peniati, 2012). Teknik penyajian berkaitan dengan konsistensi sistematika
penyajian dalam setiap kegiatan belajar, sistematika konsep dari yang mudah ke yang
sukar, serta pendukung penyajian materi yang jelas (Prastowo, 2013). Komponen
kebahasaan diperlukan perhatian yang khusus terutama kesesuaian dengan kaidah bahasa
Indonesia yang Benar.
Menurut peer reviewer, komponen penilaian tertinggi terdapat pada kegrafikaan
sebesar 91,66%. Penyusunan modul berdasarkan aspek kegrafikaan berkaitan dengan
pembuatan ilustrasi berupa gambar, dan sistematika penyusunan. Gambar yang disajikan
secara proporsinal dan menarik dapat mendukung tampilan modul (Sutrisno, 2008).
Sejalan dengan pernyataan tersebut, validasi menurut guru biologi komponen kegrafikaan
juga mendapatkan hasil tertinggi sebesar 77,08%. Komponen kegrafikaan menurut guru
berkaitan dengan tampilan fisik modul; aspek keterbacaan berhubungan dengan
penggunaan kata yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Menurut Prastowo
(2013), modul dikatakan memiliki gaya kepenulisan yang baik yaitu mengandung tulisan
kata-kata yang seolah-olah sedang berbicara langsung dengan pembaca. Akan tetapi
manajemen waktu harus diperhatikan kaitannya dengan kompleksitas materi. Materi yang
kompleks membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mempelajarimya. Oleh karena itu,
diperlukan pengalaman mengetahui jumlah kata yang sesuai untuk menyampaikan materi
dalam modul tertentu.
Hasil observasi lembar angket minat siswa terhadap penerapan pendekatan
scientific skill didalam proses belajar-mengajar menunjukkan persentase rata-rata skor
kepuasan siswa sebesar 79,82% yang berarti bahwa siswa merasa tertarik dengan model
pembelajaran berbasis keterampilan ilmiah (mengamati, mengidentifikasi masalah,
mengklasifikasi, bertanya, membuat dugaan, merancang percobaan, menalar,
menyimpulkan dan memprediksi). Oleh karena itu, penyusunan modul berbasis
permasalahan lingkungan ini disesuaikan dengan kompetensi inti (KI) dan kompetensi
dasar (KD) dalam kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013). Respon siswa setelah membaca
dan mempelajari modul sebanyak 75,05% dengan persentase tertinggi pada komponen
kelayakan isi 77,45% dan komponen kebahasaan mendapatkan persentase lebih rendah
sebesar 70,63%. Hal ini secara keseluruhan tanggapan siswa sangat baik karena dengan
adanya modul ini dapat menambah wawasan keilmuan secara terintegrasi pemanfaatan
sampah dalam pendidikan lingkungan hidup untuk diaplikasikan dimasa mendatang.
Akan tetapi perlu diperhatikan format ukuran dan bentuk huruf agar mudah dibaca dan
pola interaksi yang dialogis.
Berdasarkan Sidiknas (2014), tujuan utama penilaian buku nonteks pelajaran ini
adalah agar siswa dapat memperoleh buku nonteks pelajaran yang layak digunakan dari
segi materi, penyajian, bahasa, dan kegrafikaan pada jenjang menengah. Oleh karena itu,
modul disusun dengan mengacu kepada kriteria modul yang baik yaitu self instructional;
mampu membelajarkan diri secara mandiri, self contained; seluruh materi dari satu unit
kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari terdapat dalam satu modul utuh, self
contained; modul yang dikembangkan tidak tergantung bahan ajar lain atau tidak harus
digunakan bersama bahan ajar lain, adaptive; mampu menyesuaikan perkembangan ilmu
FM-UAD-PBM-04-16/R0

pengetahuan dan teknologi, dan user friendly; memberi kemudahan bagi pengguna dalam
merespon serta mengakses informasi yang ditampilkan (Depdiknas, 2003; Widodo dan
Jasmadi, 2008).
Dengan demikian, secara garis besar modul perubahan lingkungan dan daur ulang
limbah melalui vermicomosting dengan pendekatan scientific skill termasuk relevan untuk
diterapkan di sekolah kaitannya dengan sekolah adiwiyata berbasis lingkungan.
Penyusunan modul ini dapat menjadi salah satu sumber belajar mandiri siswa untuk
memperluas dan memperdalam suatu materi pembelajaran, dan disesuaikan dengan
kebutuhan sekolah masing-masing.

IV. KESIMPULAN

Modul perubahan lingkungan dan daur ulang limbah melalui vermicomosting yang
dikembangkan sangat layak digunakan dalam pembelajaran dengan kategori Baik (B) dan
Sangat Baik (SB) berdasarkan hasil validasi oleh reviewer yang berkompeten dengan
mengacu pada komponen kelayakan isi, komponen penyajian, komponen kebahasaan, dan
komponen kegrafikaan. Kelayakan secara empiris ditinjau berdasarkan aktivitas siswa selama
membaca dan mempelajari modul dengan terlebih dahulu dilakukan observasi terhadap minat
siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan ilmiah (scientific skill).

Saran

Pengembangan modul perubahan lingkungan dan daur ulang limbah melalui


vermicomosting dapat disebarluaskan (diseminasi) kepada para guru dan siswa dalam
kapasitas yang besar. Disamping itu, perlu dikembangkan penelitian sejenis mengambil
konsep lain materi daur ulang limbah. Harapannya terdapat berbagai produk sejenis yang
memberikan inovasi secara berkesinambungan.

V. DAFTAR PUSTAKA

Azwar. Azrul, 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Yayasan Mutiara.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPPP). 2001. Vermikompos (Kompos
Cacing
Tanah) Pupuk Berkualitas dan Ramah Lingkungan, (Online),
(http://pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/ntbr0102.pdf), diakses 20 Maret 2014.
Carolyn, 2006. The development of scientific reasoning skills in conjunction with
collaborative writing assignments: An interpretive research of six ninth-grade students.
Journal of Research in Science Teaching, 31(9): 1003–1022.
Depdiknas, 2003. Buku Pedoman Penulisan Modul. Jakarta: Direktorat Tenaga Kerja
Kependidikan Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Departemen Pendidikan Nasional.
Gandhi M, Sangwan V, Kapoor KK and Dilbaghi N. 1997. Composting of household wastes
with and without earthworms: Environment and Ecology 15(2):432–434.
Jegede, O. J. dan Okebukola, P. A. 2007. The relationship between African traditional
cosmology and
students’ acquisition of a science process skill. International Journal of Science
Education.
13(1): 37-47.
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). 2013. Desain Induk Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemendikbud.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). 2013. Kerangka Dasar Perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta: Balitbang Kemendikbud.
Mangunjaya, Fachruddin M. 2008. Bertahan di Bumi: Gaya Hidup Menghadapi Perubahan
Iklim.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha
medika. Mulyasa, Enco. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyono, Yatin, Siti Harnia B., dan Enni Suwarsi R. 2012. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific Skill Teknologi Fermentasi Berbasih
Masalah Lingkungan, Jurnal Lembaran Ilmu Kependidikan UNNES Semarang. 41 (1):
20-26.
Nasution, Chandri Lidya P. et al. 2013. Pengaruh Pertumbuhan Vegetatif Beberapa Varietas
Kedelai Hitam dengan Pemberian Vermikompos pada Tanah Masam. Jurnal Online
Agroekoteknologi USU Medan. 2 (1): 2337-6597.
Parmin, E. Peniati, Pengembagan Modul Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar IPA Berbasis
Hasil
Penelitian Pembelajaran, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia UNNES. 1 (1):8-15
Prastowo, Andi. 2013. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva
Press. Purwanto, 2009. Penerapan Teknologi Produksi Bersih untuk Meningkatkan Efisiensi
dan Mencegah
Pencemaran Industri. Pidato Pengukuhan, Semarang: Universitas Diponegoro.
Santrock, John W. Adolescence. 2003. Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga. Sawitri, Dewi, Asep Agus Sulaeman, et al. 2014. Kreativitas Guru Biologi
dalam Memetakan
Komoditas Hayati Unggulan Lokasi Ke dalam Pembelajaran Biologi SMA. EDUSAINS
1 (4):
98-108
Setiarini, Dini Agus, 2013. Potensi Vermicomposting Sampah Organik TPA Piyungan sebagai
Alternatif Media Pembelajaran dalam Bentuk Modul Materi Limbah dan Daur Ulang
untuk Siswa SMA Kelas X Semester 2. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta:
Universitas Negeri Malang.
Setyowati, Wulan Retno. 2013. Pengembangan Modul Biologi Berbasis Inkuiri Terbimbing
Materi Ekosistem Semester 2 Kelas X SMS/MA. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga.
Sidiknas, 2014, Penilaian Buku Nonteks Pelajaran, (Online),
(http.kemendikbud.go.id/kemdikbud/node/2681), diakses 23 Juni 2014.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta. Suparno, Paul. 2002. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget,
Yogyakarta: Kanisius.
Susiwi, Achmad A. Hindun, Liliasari, Sajidah Ahmad. 2009. Analisis Keterampilan Proses
Sains
Siswa SMA pada Model Pembelajaran Praktikum D-Ei-Hd, Jurnal Pengajaran
MIPA. 14: 2
Sutrisno, Joko. 2008. Teknik Penyusunan Modul. Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan
Dirjen
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Syaodih, Ernawulan. 1998. Perkembangan Kognitif Anak Prasekolah, (Online),
(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022ERNAWULAN_SYAO
DIH/p erk_kognitif_anak.pdf), diakses diakses 23 Juni 2014.
Trianto, 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada
Media Grup.
Wahyono, Sri. 2001. Daur Ulang Sampah Organik dengan Teknologi Vermicomposting.
Jurnal
Teknologi Lingkungan. 2 (1): 87-92.
Wahyuningtyas, Desi et al.. 2013. Evaluasi Program Adiwiyata di SMAN 11 Semarang.
Jurnal Ilmu
Pemerintahan, (Online), (http://www.fisipundip,ac,id), diakses tanggal 16
November 2014.

Wibowo, Setyo Ardian. 2012. Pengembangan Modul Kimia Berbasis Keunggulan Lokal
Kraton Yogyakarta Pada Materi Pokok Kimia Unsur Dan Elektrolisis Sebagai Sumber
Belajar Mandiri Peserta Didik SMA/MA Kelas XII. Skripsi tidak diterbitkan.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Widodo, S. Chomin, dan Jasmadi, 2008, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis
Kompetensi, Elex
Media Komputindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai