Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN CA PARU

DI SUSUN OLEH :

DANU HARYANTO
2019727040

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan


prognosis yang sering kali buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan
penyembuhan hanya mungkin dilakukan dengan jalan pembedahan, di mana
sekitar 13% dari klien yang menjalani pembedahan mampu bertahan selama 5
tahun. Metastasis penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien yang
penyebaran penyakitnya dapat dilokalisasi pada saat diagnosis. Dikarenakan
terjadinya metastasis, penatalaksanaan kanker paru sering kali hanya berupa
tindakan paliatif (mengatasi gejala) di bandingkan dengan kuratif (penyembuhan).
Di perkirakan 85% dari kanker paru terjadi akibat merokok. Oleh karena itu
pencegahan yang paling baik adalah”jangan memulai untuk merokok”(Somantri,
2016 : 112).

Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran


pernapasan itu sendiri dari jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari saluran
pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel bronkus, alveolus, atau dari sel-sel
yang memproduksi mucus yang mengalami degenerasi maligna. Karena
pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat dan bersifat infasif, proses
kanker tersebut selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-sel penghasil
mucus, maupun jaringan ikat (Danusantoso, 2018 : 311).  

B.     Rumusan Masalah

a.       Apa definisi kanker paru ?

b.      Apa etiologi dan factor resiko kanker paru ?

c.       Bagaimana patofisiologi kanker paru ?

d.      Apa klasifikasi kanker paru ?

e.       Bagaimana manifestasi kanker paru ?

f.       Bagaimana pengobatan kanker paru ?

2
g.      Apa pemeriksaan diagnostic kanker paru ?

h.      Bagaimana penatalaksaan kanker paru ?

i.        Bagaimana prognosis kanker paru ?

C.    Tujuan Penulisan

a.       Untuk mengetahui definisi kanker paru.

b.      Untuk mengetahui etiologi dan factor resiko kanker paru.

c.       Untuk mengetahui patofisiologi kanker paru.

d.      Untuk mengetahui klasifikasi kanker paru.

e.       Untuk mengetahui manifestasi kanker paru.

f.       Untuk mengetahui pengobatan kanker paru.

g.      Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic kanker paru.

h.      Untuk mengetahui penatalaksaan kanker paru.

i.        Untuk mengetahui prognosis kanker paru.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi Kanker Paru

Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan,
terutama asap rokok (Suryo, 2016 : 27).

Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru merupakan


penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita.
Sebagaian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru, tetapi
bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lain yang menyebar ke paru-
paru(Suryo, 2017 : 27).

Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi
primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat
epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus  (Muttaqin, 2018: 198).

B.     Etiologi Dan Faktor Resiko Kanker Paru

Sebagaimana diketahui bahwa asap rokok merupakan penyebab utama


kanker paru tipe karsinoma. Didalam asap rokok terkandung lebih dari 4.000 zat
kimia, 50 jenis di antaranya bersifat karsinogen dan beracun. Data statistic
membuktikan bahwa sekitar 90% penderita kanker paru adalah perokok aktif atau
mantan perokok. (Tim CancerHelps, 2015 : 64)

Seperti umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti daripada kanker
paru belum diketahui,tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang
bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor
lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain (Sudoyo, 2017 : 105).

Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru


sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombard dan Doering (1928),
telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada perokok dibandingkan
dengan yang tidak merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok
yang dihisap perhari dengan tingginya insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1

4
dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan
beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasif pun akan beresiko terkena
kanker paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia
dewasa akan terkena resiko kanker paru dua kali lipat di bandingkan dengan yang
tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga
terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru dari
bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif. Insiden kanker paru pada
perempuan di USA dalam 10 tahun terakhir ini juga naik menjadi 5% per
tahun,antara lain karena meningkatnya jumlah perempuan perokok atau sebagai
perokok pasif. Efek rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru, tapi dapat juga
menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut, laring dan esofagus (Sudoyo,
2017 : 1005).

Laporan dari NCl (National Cancer Institute) di USA tahun 1992


menyatakan kanker pada organ lain seperti ginjal, vesika urinaria,ovarium, uterus,
kolon, rektum, hati, penis dan lain-lain lebih tinggi pada pasien yang merokok
daripada yang bukan perokok. (Sudoyo, 2017 : 1005).

Etiologi lain dari kanker paru yang pernah di laporkan adalah:

Yang berhubungan dengan paparan zat karsinogen,seperti:

a. Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma


b. Radiasi ion pada pekerja tambang uranium
c. Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida

Polusi udara. Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak
polusi udaranya dibandingkan yang tinggal di daerah rural.

Genetik. Terdapat perubahan /mutasi beberapa gen yang berperanan dalam


kanker paru, yakni: proto oncogen, Tumor supressor gene, Gene encoding enzyme

Teori Onkogenesis. Terjadinya kanker paru didasari dari tampilnya gen supresor
tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor
dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/inS) sebagian
susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan
dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah programmed cell
5
death) Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini
sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang otonom.

Rokok selain sebagai inisiator juga merupakan promotor dan progresor, dan rokok
diketahui sangat berkaitan (terbesar) dengan terjadinya kanker paru. Dengan
demikian kanker merupakan penyakit genetik yang pada permulaan terbatas pada
sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya bahkan mengenai
organ lain.

Diet. Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap


betakarotene, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena
kanker paru. (Sudoyo, 2007 : 1006).

Beberapa faktor resiko kanker paru menurut Arif Muttaqin (2008: 198-199)
tersebut yaitu :

a.       Merokok

Kanker paru beresiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat


dibandingkan dengan bukan perokok. Peningkatan faktor resiko ini berkaitan
dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang
digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok) serta faktor saat mulai
merokok (semakin muda individu mulai merokok, semakin besar resiko terjadinya
kanker paru). Faktor lain yang juga dipertimbangkan termasuk didalamnya jenis
rokok yang diisap (kandungan tar, rokok filter, dan kretek).

b.      Polusi udara

Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk didalamnya adalah


sulfur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-
bukti menunjukkan bahwa insiden kanker paru lebih besar didaerah perkotaan
sebagai akibat penumpukan polutan dan emisi kendaraan.

c.       Polusi lingkungan kerja

Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik tampaknya merupakan


suatu penyakit akibat polusi di lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya industri,
yang paling berbahaya adalah asbes yang kini banyak sekali diproduksi dan

6
digunakan pada bangunan. Resiko kanker paru diantara para pekerja yang
berhubungan atau lingkungannya mengandung asbes ±10 kali lebih besar daripada
masyarakat umum. Peningkatan resiko ini juga dialami oleh mereka yang bekerja
dengan uranium, kromat, arsen (misalnya insektisida yang digunakan untuk
pertanian), besi, dan oksida besi. Resiko kanker paru akibat kontak dengan asbes
maupun uranium akan menjadi lebih besar lagi jika orang itu juga perokok.

d.      Rendahnya asupan vitamin A

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya


rendah vitamin A dapat memperbesar resiko terjadinya kanker paru. Hipotesis ini
didapat dari berbagai penelitian yang menyimpulkan bahwa vitamin A dapat
menurunkan resiko peningkatan jumlah sel-sel kanker. Hal ini berkaitan dengan
fungsi utama vitamin A yang turut berperan dalam pengaturan diferensiasi sel.

e.       Faktor herediter

Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker paru
memiliki resiko yang lebih besar mengalami penyakit yang sama. Walaupun
demikian masih belum diketahui dengan pasti apakah hal ini benar-benar herediter
atau karena faktor-faktor familial. 

C.    Patofisiologi Kanker Paru

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus


menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan
supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan
pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat

7
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

D.    Klasifikasi Kanker Paru

Menurut  Tim CancerHelps (2016 : 64) Kanker paru terdiri atas dua jenis
yaitu, Small Cell Lung Cancer (SCLC) dan Non-Small Cell Lung Cancer
(NSCLC). Lebih dari 80% kasus kanker paru merupakan NSCLC dengan
subkategori adenokarsinoma, karsinoma, squamosa dan karsinoma sel besar.

a.      Non-Small Cell Lung ( NSCLC)

Kanker paru jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

1.         Karsinoma squamosa merupakan jenis kanker yang paling umum


terjadi.proses ini berkembang di dalam sel yang menggarisi saluran udara.
NSCLC merupakan jenis kanker yang sering terjadi. Penyebab utamanya adalah
rokok.

2.         Adenokarsinoma merupakan jenis kanker paru yang berkembang dari sel – sel
yang memproduksi lender atau dahak di permukaan saluran udara. jenis ini lebih
umum terjadi.

3.         Karsinoma sel besar merupakan salah satu jenis sel kanker paru yang apabila
dilihat di bawah mikroskop bentuk bundar besar. Sering juga di
sebut undiferentiated carcinoma.

b.      Small Cell Lung (SCLC)

Lebih dari 80% kasus kanker paru merupakan golongan NSCLC.

E.     Manifestasi Klinis Kanker Paru

Seseorang yang termasuk ke dalam golongan risiko tinggi jika mempunyai


keluhan napas, seperti batuk, sesak napas, atau nyeri dada sebaiknya segera
memeriksakan diri ke dokter spesialis paru. Gejala-gejala tersebut membutuhkan

8
waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui sebagai gejala kanker paru karena
sering terkecoh dengan gejalah sakit pada umumnya. Berikut gejala kanker paru.

1.      Terjadi sesak napas.

2.      Batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu).

3.      Bunyi menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan penderita asma.

4.      Batuk berdarah.

5.      Perubahan pada warna dahak dan peningkatan jumlah dahak.

6.      Perubahan suara,menjadi serak atau kasar saat bernafas.

7.      Kelelahan kronis dan penururnan bobot badan secara drastis.

8.      Bengkak di bagian leher dan wajah. (Tim CancerHelps, 2016 : 64)

Sudoyo Aru dalam Kusuma 2015 memaparkan bahwa pada fase awal
kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah
menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut.

Gejala-gejala dapat bersifat :

a. Lokal (tumor setempat) :


a. /Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
e. Aelektasis
f. Invasi local :
g. Nyeri dada
h. Dispnea karena efusi pleura
i. Invasi ke pericardium terjadi temponade atau aritmia
j. Sindrom vena cava superior
k. Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
l. Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent

9
m. Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf
simpatis servikalis

b. Gejala penyakit metastasis :

a. Pada otak, tulang, hati, adrenal

b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai


metastasis

c. Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala :

a. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

b. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi

c. Hipertrofi : osteoartropati

d. Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer

e. Neuromiopati

f. Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)

g. Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh

h. Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)

d. Asimtomatik dengan kelainan radiologist :

a. Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi


secara radiologis

b. Kelainan berupa nodul soliter

F.     Pengobatan Kanker Paru

Pengobatan pasien kanker paru-paru biasanya mempertimbangkan aspek


riwayat pasien, stadium kanker, dan kondisi kesehatan umum pasien. Berikut ini
akan dijelaskan beberapa pengobatan yang umumnya dilakukan pada penderita
kanker paru-paru.

10
a.         Pembedahan

Pembedahan dalam kanker paru-paru adalah tindakan pengangkatan


jaringan tumor dan kelenjar getah bening disekitarnya. Tindakan pembedahan
biasanya dilakukan untuk kanker yang belum menyebar hingga ke jaringan lain
diluar paru-paru. Pembedahan biasanya hanya merupakan salah satu pilihan
tindakan pengobatan pada NSCLC dan dibatasi pada satu bagian paru-paru hingga
stadium IIIA.

Berikut beberapa jenis pembedahan yang mungkin dilakukan untuk mengobati


NSCLC.

1.    Reseksi baji, yaitu pengangkatan sebagian kecil lobus dari paru-paru.

2.    Lobektomi, yaitu pengangkatan beberapa lobus dari paru-paru.

3.    Pneumonectomi, yaitu pengangkatan seluruh bagian paru-paru.

b.         Kemoterapi

Penderita SCLC terutama diobati dengan kemoterapi dan radiasi karena


tindakan pembedahan biasanya tidak terpengaruh
besar  terhadap survival (kelangsungan hidup). Kemoterapi primer biasanya juga
diberikan paada kasus NSCLC yang sudah bermetastasis atau menyebar.

Penggunaan kombinasi obat-obatan kemoterapi pada jenis tumor yang


diderita. Pada penderita NSCLC biasanya diobati dengan cisplatin atau
carboplatin yang dikombinasikan dengan gemcitabine, paclitaxel, docetaxel,
etoposide, atau vinorelbine. Sedangkan pada penderita SCLC, sering digunakan
obat cisplatin dan etoposide. Ataupun dikombinasikan dengan carboplatin,
gemcitabine, paclitaxel, vinorelbine, topotecan, dan irinotecan juga digunakan.

c.          Radioterapi

11
Radiasi kadang-kadang digunakan sebagai pengobatan utama kanker paru-
paru. Mungkin digunakan untuk orang yang tidak cukup sehat untuk menjalani
operasi. Untuk pasien kanker lainnya, radiasi dilakukan untuk mengecilkan
kankernya (dilakukan sebelum operasi). Pada kasus kanker stadium lanjut, radiasi
juga dapat digunakan untuk meredakan gejala seperti nyeri, perdarahan, dan
kesulitan menelan. Seringkali dilakukan terapi Fotodinamik (PDT) untuk
mengobati kanker paru-paru yang dapat dioperasi. Dan berpotensi untuk
mengobati tumor yang tersembunyi dan tidak terlihat pada pemeriksaan X—ray
dada.

Efek samping radiasi, termasuk diantaranya: problem kulit, mual, muntah,


dan kelelahan. Radiasi pada dada dapat juga menyebabkan kerusakan paru-paru
dan kesulitan bernapas atau menelan. Efek samping dari terapi radiasi pada
(kanker paru yang telah menyebar ke) otak biasanya menjadi serius setelah1 atau
2 tahun pengobatan, yang mencakup: kehilangan memori, sakit kepala, masalah
dengan pemikiran, dan kurang gairah seksual.

d.         Target Terapi

Target terapi biasanya dilakuka untuk pengobatan kanker paru-paru pada


stadium III dan IV yang tidak merespon pengobatan lain. Ada dua macam target
terapi yang paling umum digunakan, sebagai berikut :

1.      Erlotinib (Tarceva)

Sel-sel kanker ditutupi oleh protein yang disebut EGFR (Epidermal


Growth Factor Receptor) yang membantu sel-sel kanker untuk membelah.
Tarceva bekerja dengan tidak mengizinkan EGFR untuk menginstruksikan sel-sel
kanker untuk tumbuh. Tarceva dapat diberikan pada pasien NSCLC untuk
memperpanjang harapan hidupnya. Tarceva bekerja lebih baik pada pasien bukan
perokok atau wanita usia lebih muda (sebelum menopause). Dan mudah
dikonsumsi setiap hari karena berbentuk pil.

2.      Bevacizumab (Avastin)

Bevacizumad merupakan antibodi yang ditujukan untuk melawan protein


untuk membantu sel tumor membentuk pembuluh darah baru. Obat ini mampu
12
memperpanjang kelangsungan hidup pasien NSCLC stadium lanjut, dan biasanya
diberikan sebagai kombinasi dengan kemoterapi kombinasi carboplatin &
paclitaxel. Bevacizumab biasa diberikan melalui intravena infus dan umumnya
memiliki efek samping berupa perdarahan pada paru-paru.

G.    Pemeriksaan Diagnostik Kanker Paru

Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru
meliputi :

a.       Pemeriksaan radiologi

Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada


sangat penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk mendeteksi adanya
karsinoma bronkogenik meskipun dapat juga ditemukan pada banyak keadaan
lainnya. Penggunaan CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut
dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai.

b.      Bronkhoskopi

Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam
mendiagnosis karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak didaerah sentral
paru. Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering adalah menggunakan
bronkhoskopi serat optik. Tindakan ini bertujuan sebagai tindakan diagnostik,
caranya dengan mengambil sampel langsung ketempat lesi untuk dilakukan
pemeriksaan sitologi.

c.       Sitologi

Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis sel-sel


kanker yang tidak terjangkau oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan sitologi sputum,
bilasan bronkhus, dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan peranan penting
dalam rangka menegakkan diagnosis kanker paru. Pemeriksaan histology maupun
penetapan stadium penyakit sangat penting untuk menentukan prognosis dan
rencana pengobatan. Penetuan stadium kanker paru terbagi dua, yakni pembagian
stadium dari segi anatomis untuk menentukan luasnya penyebaran tumor dan
kemungkinannya untuk dioperasi; dan stadium dari segi fisiologis untuk

13
menentukan kemapuan klien untuk bertahan terhadap berbagai pengobatan
antitumor.

H.    Penatalaksanaan Kanker Paru

1.      Penatalaksanaan Non-bedah (Nonsurgical Management)

a.       Terapi Oksigen

Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal
kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas
hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk
memperbaiki dispnea dan kecemasan.

b.      Terapi Obat

Jika klien mengalami bronkospasme, dokter dapat memberikan obat golongan


bronkodilator (seperti pada klien asma) dan kortikosteroid untuk
mengurangi  bronkospasme, inflamasi, dan edema.

c.       Kemoterapi

Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker, terutama


pada small-cell lung cancer karena metastasis. Kemoterapi dapat juga digunakan
bersamaan dengan terapi bedah. Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan
untuk menangani kanker, termasuk kombinasi dari obat berikut :

a. Cyclophosphamide, Deoxorubicin, Methotrexate, dan Procarbazine.

b. Etoposide dan Cisplatin

c. Mitomycin, Vinblastine dan Cisplatin.

d. Imunoterapi

e. Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat


imunoterapi (Cytokin) biasa diberikan.

14
f. Terapi Radiasi

d. Terapi radiasi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut ini:

a. Klien tumor paru yang operable tetapi resiko jika dilakukan pembedahan.

b. Klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami


pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.

c. Klien kanker bronkhus dengan oat cell.

d. Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumoektomi.

e. Dosis umum 5.000-6.000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu.

f. Pengobatan dilakukan dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200


rad/hari.

g. Komplikasi yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :

h. Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.

i. Pneumonitis, pada rontgent terlihat bayangan eksudat di daerah


penyinaran.

j. Terapi Laser

k. Torakosentesis dan Pleurodesis

l. Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi klien kanker paru.

m. Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura viseralis dan parietalis serta
obstruksi kelenjar limfe mediastinal.

n. Tujuan akhir dari terapi ini adalah mengeluarkan dan mencegah akumulasi
cairan.

2.      Pembedahan (Surgical Management)

a. Dilakukan pada tumor stadium I, stadium II jenis karsinoma, adenokarsinoma,


dan karsinoma sel besar undifferentiated.

15
b. Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup tiga
criteria berikut:

3. Karakteristik biologis tumor :

a. Hasil baik : tumor dari sel skoamosa dan epidermoid.


b. Hasil cukup baik : Aenokarsinoma dan karsinoma sel besar undifferentiated.
c. Hasil buruk : oat cell.
d. Letak tumor dan pembagian stadium klinik
e. Untuk menentukan reseksi terbaik.
f. Keadaan fungsional penderita. (Somantri, 2017: 119-120).

I.       Prognosis Kanker Paru

Prognosis kanker paru tetap sangat buruk. Angka ketahanan hidup 5 tahun
(5 year survival rate ) tetap sangat rendah,yakni masih sekitar ataupun malahan
dapat kurang dari 15%. Sebab kematian ialah akibat metastasis. Ke organ-organ
lain atau akibat komplikasi pulmoner secara langsung (Danusantoso, 2018 : 320). 

16
Soal KASUS……….

Seorang bapak usia 40tahun sudah 3 bulan menderita ca paru dan mengeluh
sesak berat, nafas tersenggal – senggal , tidak mau berbicara. Klien merasa
pasrah karena sakitnya, dan mengatakan tidak tahan lagi dengan kondisi
saat ini. Menurut keluarga, beberapa hari ini klien tidak mau minum obat,
menolak makan, selalu marah-marah dengan orang yang mencoba mendekat
untuk membantu.

Tugas :

a. Berikan data tambahan yang mendukung untuk menegakkan diagnose


keperawatan

b. Buat diagnose keperawatan 3 buah pada kasus diatas

c. Buat rencana intervensi, implementasi dan evluasi

17
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Keluhan utama :

Sesak Berat , nafas Tersenggal – senggal, tidak mau bicara

a. Berikan data tambahan yang mendukung untuk menegakkan diagnose


keperawatan

1.       Gangguan pola nafas

2.       Kenyamanan dan nyeri

3.      Nutrisi

b. Buat diagnose keperawatan 3 buah pada kasus diatas

1.        Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi


paru

2.        Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) yang berhubungan dengan invasi


kanker ke pleura, atau dinding dada.

3.        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan


Anoreksia

Soal KASUS……….

Seorang bapak usia 40tahun sudah 3 bulan menderita ca paru dan mengeluh
sesak berat, nafas tersenggal – senggal , tidak mau berbicara. Klien merasa

18
pasrah karena sakitnya, dan mengatakan tidak tahan lagi dengan kondisi
saat ini. Menurut keluarga, beberapa hari ini klien tidak mau minum obat,
menolak makan, selalu marah-marah dengan orang yang mencoba mendekat
untuk membantu.

Tugas :

a. Berikan data tambahan yang mendukung untuk menegakkan diagnose


keperawatan

b. Buat diagnose keperawatan 3 buah pada kasus diatas

c. Buat rencana intervensi, implementasi dan evluasi

1.       Bersihan jalan nafas tidak efektif

2.       Kenyamanan dan nyeri

3.      Defisit Nutrisi

19
JAWABAN

A. Pengkajian
Data fokus

Data Subjektif Data Objektif

 -pasien mengatakan pasrah karena sakitnya - Pasien mengeluh sesak berat


 - keluarga mengatakan tidak mau minum
 - Pasien mengeluh nafas tersenggal senggal
 - Pasien tidak mau bicara
obat, menolak makan, dan selalu marah-
marah

B. Data Tambahan Untuk menegakkan Diagnosa

Data Sekunder

- Nyeri pada dada


- Menolak makan
- Bernafas tidak nyaman
- Ttv : TD : 180/90 mmHg, N : 90x/menit, S: 37.8 C, RR : 82x/menit
- Ada batuk

20
C. Diagnosa Keperawatan

No Analisa Data Diagnosa keperawatan

1 Data Subjektif :
 -Pasien mengeluh nafas tersenggal Bersihan jalan nafas tidak efektif
senggal
 -mengeluh sesak berat
Data Objektif :
tidak mau berbicara

-
2 Data Subjektif : Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) yang
- DPJP mengatakan pasien mengalami berhubungan dengan invasi kanker ke
Nyeri pada dada pleura, atau dinding dada.
Data Objektif :
- klien tidak mau minum obat
- TD : 180/90 mmHg, N : 90x/menit,
S: 37.8 C, RR : 82x/menit
- selalu marah-marah
-
3 Data Subjektif : Defisit Nutrisi

-menolak makan

-tidak mau minum obat

Data Objektif :
- Klien merasa pasrah karena
sakitnya,
- dan mengatakan tidak tahan lagi
dengan kondisi saat ini

21
D. Intervensi

1. Dx 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan jalan nafas
bisa efektif

Kriteria hasil:

Monitor pola nafas

Monitor bunyi nafas tambahan

Monitor Sputum

Intervensi :

 Pertahankan ke patenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin-lift ( Jaw-thurst jika trauma
servikal )
 Posisikan semi-fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisiotherapy dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotracheal
 Keluarkan sumbatan benda padatdengan forcep MCGill
 Berikan oksigen, Jika perlu

Implementasi
 Memasang infus
 Memantau tanda vital
 Mencegah infeksi
 Memberi obat
 Merawat selang NGT
 Mementau cairan
 Memonitor neurologi
Evaluasi
 Status koping efektif
 Dukungan social terpenuhi

22
 Tingkat depresi menurun
 Ketahanan personal efektif

2. Dx 2 : kenyamanan dan nyeri


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan nyeri bisa
berkurang
Kriteria hasil :
- Identifikasi lokasi nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi repon nyeri non verbal

Intervensi :
- Berikan tekhnik non farmakologis
- Fasilitas tidur dan istirahat
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakkan nyeri

Implementasi
- Jelaskan penyebabpemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakkan nyeri
- Ajurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Kolab pemberian analgetik

Evaluasi
- Status koping efektif
- Dukungan social terpenuhi
- Tingkat depresi menurun
- Ketahanan personal efektif

23
Dx 3 : Defisit Nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nutrisi
terpenuhi.

Kriteria hasil :

 Identifikasi status nutrisi


 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang di sukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan

Intervensi :

 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu


 Fasilitasi menentukan pedoman diet( Mis, Piramida makanan )
 Sajikan makan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat di toleransi

Implementaasi :
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang di programkan
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan ( Mis, pereda nyeri, anti emetik ), jika
perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

Evaluasi :
- Dukungan keluarga efektif
- Koping keluarga efektif
- Tingkat depresi menurun
- Penampilan peran kembali normal

24
BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini yaitu :

1) Kanker  paru (Ca  Paru) merupakan  penyebab  kematian  utama  akibat  kanker


pada  pria  dan  wanita. Kanker  paru  ini  meningkat  dengan  angka  yang  lebih  besar
pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai
penyebab  paling  umum  kematian  akibat  kanker  pada  wanita.
2) Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru-
paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan, terutama asap rokok.
3) Asap rokok merupakan penyebab utama terjadinya Ca. paru.
4) Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui pada
penderita kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak
berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit
kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan selara makan
atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
5) Kemoterapi, pembedahan dan radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan
sebagai bentuk pengendalian dari Ca. Paru

B.     Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat
kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang
tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.

Wabillah Taufik Walhidayah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

25
DAFTAR PUSTAKA

Somantri Irman. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

Danusantoso Halim. 2018. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran

Sudoyo Aru, dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta

Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.

Tim CancerHelps. 2016. Stop Kanker “KANKER BUKAN LAGI VONIS MATI” Panduan
Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker. Jakarta. Penerbit AgroMedia
Pustaka.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil Keperawatan.
Edisi. 1. Jakarta: DPP PPNI.

26

Anda mungkin juga menyukai