DENGAN CA PARU
DI SUSUN OLEH :
DANU HARYANTO
2019727040
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
2
g. Apa pemeriksaan diagnostic kanker paru ?
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan,
terutama asap rokok (Suryo, 2016 : 27).
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis atau lesi
primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan bawah bersifat
epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus (Muttaqin, 2018: 198).
Seperti umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti daripada kanker
paru belum diketahui,tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang
bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama di samping adanya faktor
lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain (Sudoyo, 2017 : 105).
4
dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan
beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasif pun akan beresiko terkena
kanker paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia
dewasa akan terkena resiko kanker paru dua kali lipat di bandingkan dengan yang
tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga
terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru dari
bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif. Insiden kanker paru pada
perempuan di USA dalam 10 tahun terakhir ini juga naik menjadi 5% per
tahun,antara lain karena meningkatnya jumlah perempuan perokok atau sebagai
perokok pasif. Efek rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru, tapi dapat juga
menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut, laring dan esofagus (Sudoyo,
2017 : 1005).
Polusi udara. Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang banyak
polusi udaranya dibandingkan yang tinggal di daerah rural.
Teori Onkogenesis. Terjadinya kanker paru didasari dari tampilnya gen supresor
tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor
dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/inS) sebagian
susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan
dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah programmed cell
5
death) Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini
sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang otonom.
Rokok selain sebagai inisiator juga merupakan promotor dan progresor, dan rokok
diketahui sangat berkaitan (terbesar) dengan terjadinya kanker paru. Dengan
demikian kanker merupakan penyakit genetik yang pada permulaan terbatas pada
sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya bahkan mengenai
organ lain.
Beberapa faktor resiko kanker paru menurut Arif Muttaqin (2008: 198-199)
tersebut yaitu :
a. Merokok
b. Polusi udara
6
digunakan pada bangunan. Resiko kanker paru diantara para pekerja yang
berhubungan atau lingkungannya mengandung asbes ±10 kali lebih besar daripada
masyarakat umum. Peningkatan resiko ini juga dialami oleh mereka yang bekerja
dengan uranium, kromat, arsen (misalnya insektisida yang digunakan untuk
pertanian), besi, dan oksida besi. Resiko kanker paru akibat kontak dengan asbes
maupun uranium akan menjadi lebih besar lagi jika orang itu juga perokok.
e. Faktor herediter
Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker paru
memiliki resiko yang lebih besar mengalami penyakit yang sama. Walaupun
demikian masih belum diketahui dengan pasti apakah hal ini benar-benar herediter
atau karena faktor-faktor familial.
7
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
Menurut Tim CancerHelps (2016 : 64) Kanker paru terdiri atas dua jenis
yaitu, Small Cell Lung Cancer (SCLC) dan Non-Small Cell Lung Cancer
(NSCLC). Lebih dari 80% kasus kanker paru merupakan NSCLC dengan
subkategori adenokarsinoma, karsinoma, squamosa dan karsinoma sel besar.
Kanker paru jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
2. Adenokarsinoma merupakan jenis kanker paru yang berkembang dari sel – sel
yang memproduksi lender atau dahak di permukaan saluran udara. jenis ini lebih
umum terjadi.
3. Karsinoma sel besar merupakan salah satu jenis sel kanker paru yang apabila
dilihat di bawah mikroskop bentuk bundar besar. Sering juga di
sebut undiferentiated carcinoma.
8
waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui sebagai gejala kanker paru karena
sering terkecoh dengan gejalah sakit pada umumnya. Berikut gejala kanker paru.
4. Batuk berdarah.
Sudoyo Aru dalam Kusuma 2015 memaparkan bahwa pada fase awal
kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah
menampakkan gejala berarti psien dalam stadium lanjut.
9
m. Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf
simpatis servikalis
c. Hipertrofi : osteoartropati
e. Neuromiopati
10
a. Pembedahan
b. Kemoterapi
c. Radioterapi
11
Radiasi kadang-kadang digunakan sebagai pengobatan utama kanker paru-
paru. Mungkin digunakan untuk orang yang tidak cukup sehat untuk menjalani
operasi. Untuk pasien kanker lainnya, radiasi dilakukan untuk mengecilkan
kankernya (dilakukan sebelum operasi). Pada kasus kanker stadium lanjut, radiasi
juga dapat digunakan untuk meredakan gejala seperti nyeri, perdarahan, dan
kesulitan menelan. Seringkali dilakukan terapi Fotodinamik (PDT) untuk
mengobati kanker paru-paru yang dapat dioperasi. Dan berpotensi untuk
mengobati tumor yang tersembunyi dan tidak terlihat pada pemeriksaan X—ray
dada.
1. Erlotinib (Tarceva)
2. Bevacizumab (Avastin)
Menurut Arif Muttaqin (2008: 202) pemeriksaan diagnostik pada kanker paru
meliputi :
a. Pemeriksaan radiologi
b. Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik dalam
mendiagnosis karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak didaerah sentral
paru. Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering adalah menggunakan
bronkhoskopi serat optik. Tindakan ini bertujuan sebagai tindakan diagnostik,
caranya dengan mengambil sampel langsung ketempat lesi untuk dilakukan
pemeriksaan sitologi.
c. Sitologi
13
menentukan kemapuan klien untuk bertahan terhadap berbagai pengobatan
antitumor.
a. Terapi Oksigen
Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia masker atau nasal
kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas
hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk
memperbaiki dispnea dan kecemasan.
b. Terapi Obat
c. Kemoterapi
d. Imunoterapi
14
f. Terapi Radiasi
j. Terapi Laser
m. Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura viseralis dan parietalis serta
obstruksi kelenjar limfe mediastinal.
n. Tujuan akhir dari terapi ini adalah mengeluarkan dan mencegah akumulasi
cairan.
2. Pembedahan (Surgical Management)
15
b. Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup tiga
criteria berikut:
Prognosis kanker paru tetap sangat buruk. Angka ketahanan hidup 5 tahun
(5 year survival rate ) tetap sangat rendah,yakni masih sekitar ataupun malahan
dapat kurang dari 15%. Sebab kematian ialah akibat metastasis. Ke organ-organ
lain atau akibat komplikasi pulmoner secara langsung (Danusantoso, 2018 : 320).
16
Soal KASUS……….
Seorang bapak usia 40tahun sudah 3 bulan menderita ca paru dan mengeluh
sesak berat, nafas tersenggal – senggal , tidak mau berbicara. Klien merasa
pasrah karena sakitnya, dan mengatakan tidak tahan lagi dengan kondisi
saat ini. Menurut keluarga, beberapa hari ini klien tidak mau minum obat,
menolak makan, selalu marah-marah dengan orang yang mencoba mendekat
untuk membantu.
Tugas :
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Keluhan utama :
3. Nutrisi
Soal KASUS……….
Seorang bapak usia 40tahun sudah 3 bulan menderita ca paru dan mengeluh
sesak berat, nafas tersenggal – senggal , tidak mau berbicara. Klien merasa
18
pasrah karena sakitnya, dan mengatakan tidak tahan lagi dengan kondisi
saat ini. Menurut keluarga, beberapa hari ini klien tidak mau minum obat,
menolak makan, selalu marah-marah dengan orang yang mencoba mendekat
untuk membantu.
Tugas :
19
JAWABAN
A. Pengkajian
Data fokus
Data Sekunder
20
C. Diagnosa Keperawatan
1 Data Subjektif :
-Pasien mengeluh nafas tersenggal Bersihan jalan nafas tidak efektif
senggal
-mengeluh sesak berat
Data Objektif :
tidak mau berbicara
-
2 Data Subjektif : Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) yang
- DPJP mengatakan pasien mengalami berhubungan dengan invasi kanker ke
Nyeri pada dada pleura, atau dinding dada.
Data Objektif :
- klien tidak mau minum obat
- TD : 180/90 mmHg, N : 90x/menit,
S: 37.8 C, RR : 82x/menit
- selalu marah-marah
-
3 Data Subjektif : Defisit Nutrisi
-menolak makan
Data Objektif :
- Klien merasa pasrah karena
sakitnya,
- dan mengatakan tidak tahan lagi
dengan kondisi saat ini
21
D. Intervensi
Kriteria hasil:
Monitor Sputum
Intervensi :
Pertahankan ke patenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin-lift ( Jaw-thurst jika trauma
servikal )
Posisikan semi-fowler atau fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisiotherapy dada, jika perlu
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotracheal
Keluarkan sumbatan benda padatdengan forcep MCGill
Berikan oksigen, Jika perlu
Implementasi
Memasang infus
Memantau tanda vital
Mencegah infeksi
Memberi obat
Merawat selang NGT
Mementau cairan
Memonitor neurologi
Evaluasi
Status koping efektif
Dukungan social terpenuhi
22
Tingkat depresi menurun
Ketahanan personal efektif
Intervensi :
- Berikan tekhnik non farmakologis
- Fasilitas tidur dan istirahat
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakkan nyeri
Implementasi
- Jelaskan penyebabpemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakkan nyeri
- Ajurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Kolab pemberian analgetik
Evaluasi
- Status koping efektif
- Dukungan social terpenuhi
- Tingkat depresi menurun
- Ketahanan personal efektif
23
Dx 3 : Defisit Nutrisi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan nutrisi
terpenuhi.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Implementaasi :
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan ( Mis, pereda nyeri, anti emetik ), jika
perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Evaluasi :
- Dukungan keluarga efektif
- Koping keluarga efektif
- Tingkat depresi menurun
- Penampilan peran kembali normal
24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada
saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat
kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang
tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
25
DAFTAR PUSTAKA
Danusantoso Halim. 2018. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
Sudoyo Aru, dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika.
Tim CancerHelps. 2016. Stop Kanker “KANKER BUKAN LAGI VONIS MATI” Panduan
Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker. Jakarta. Penerbit AgroMedia
Pustaka.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria hasil Keperawatan.
Edisi. 1. Jakarta: DPP PPNI.
26