Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecamatan Tegalombo termasuk salah satu wilayah di kabupaten
Pacitan yang rawan mengalami bencana alam. Faktor topografi, jenis tanah
dan geologi memberikan pengaruh besar terhadap tingkat erosi yang tinggi.
Kondisi tanahnya berupa pegunungan gamping dengan tingkat kesuburan
tanah yang marginal dan mempunyai kecenderungan menjadi tanah kritis.
Daerah ini menjadi rawan longsor dan gempa bumi tektonik, karena tanahnya
yang tidak begitu mampat, lapisan tanahnya tebal dengan kelerengan yang
curam dan terletak di atas struktur sesar dan patahan. Pada musim penghujan
sering terjadi bencana tanah longsor yang berdampak pada putusnya jalur lalu
lintas dan rusaknya rumah warga termasuk diantaranya rumah siswa SMPN 1
Tegalombo.
Kondisi alam yang demikian membawa pada sebuah renungan bahwa
masyarakat Tegalombo harus memiliki ketangguhan dalam menghadapi
ancaman bencana yang dirasakan semakin meningkat. Seiring dengan
berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan
lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya
jumlah kejadian dan intensitas bencana alam. Oleh karena itu tindakan
pencegahan bencana atau mitigasi sangat diperlukan. Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana. Dalam rangka mitigasi bencana,
diperlukan kesadaran semua pihak dan juga aksi yang bersifat holistik dalam
rangka meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh bencana.
Mitigasi bencana menuntut adanya upaya preventif berupa pendidikan
kebencanaan sejak dini. Pendidikan kebencanaan merupakan salah satu upaya
langsung dalam pengurangan risiko bencana. Harapannya, pada saat terjadi

1
bencana, kita dapat meminimalkan jumlah korban dan kerusakan. Pendidikan
kebencanaan diharapkan juga menyiapkan generasi bangsa yang tangguh
untuk mengembalikan kehidupan menjadi lebih baik pasca bencana. Hal ini
bisa juga diartikan bahwa sekolah atau institusi pendidikan berperan dalam
mendukung program mitigasi bencana nasional. Sekolah dianggap sebagai
lembaga yang efektif dalam mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat,
yaitu melalui penyediaan edukasi mengenai mitigasi bencana (Rahma, 2018:
3). Dengan demikian, diharapkan ketika terjadi bencana, masyarakat tidak
bingung dan panik karena telah memahami bagaimana cara mengurangi risiko
bencana.
Sekolah merupakan wahana efektif untuk membangun budaya
kesiagaan bencana bagi warga negara khususnya pada usia sekolah, pendidik
dan tenaga kependidikan serta para pemangku kepentingan lainnya termasuk
masyarakat luas. Kesiapan sekolah dalam menghadapi bencana juga
merupakan bagian dari upaya pengurangan resiko bencana untuk bersama-
sama membangun budaya keselamatan (safety) dan ketangguhan (resillience).
Pengetahuan pengurangan risiko bencana dipandang penting untuk masuk
dalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah. Pendidikan siaga
bencana adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kecakapan hidup dalam mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian dan langkah-langkah yang tepat guna dan
berdaya guna. Mitigasi bencana pada pendidikan formal salah satunya
dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dalam upaya mengurangi risiko bencana. Melalui sektor pendidikan,
maka pengetahuan tentang mitigasi bencana dapat diberikan secara intensif
oleh pendidik (Rizaldy, 2018: 481). Mitigasi bencana yang dilakukan dalam
tataran pendidikan di sekolah meliputi kegiatan edukasi mengenai
kebencanaan serta melakukan pelatihan gladi (simulasi) secara
berkesinambungan.

2
Dalam upaya mewujudkan pendidikan kebencanaan di sekolah, maka
di SMPN 1 Tegalombo dikembangkan sebuah model yaitu SETIA yang
merupakan kepanjangan dari Siaga bencana, Empati, Tanggap, Integritas
dan Aktif. Model ini merupakan modifikasi antara prinsip-prinsip pendidikan
kebencanaan dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), yaitu program
pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi
olah hati , olah karsa, olah pikir, dan olah raga dengan dukungan pelibatan
publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang
merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)
(https://www.websitependidikan.com/2017/01/pengertian-konsep-dasar-dan-
manfaat-penguatan-pendidikan-karakter-serta-hal-penting-terkait-ppk.html).
Dalam PPK terdapat nilai-nilai karakter yang dikembangkan. Beberapa
karakter yang selaras dengan pendidikan kebencanaan adalah karakter empati,
tanggap, integritas dan aktif. Model SETIA bertujuan untuk (1) Membangun
budaya siaga dan budaya aman disekolah dengan mengembangkan
jejaringbersama para pemangkukepentingan di bidangpenanganan bencana;
(2) Meningkatkan kapasitas institusi sekolah danindividu dalam mewujudkan
tempat belajar yang lebih aman bagi siswa, guru, anggota komunitassekolah
serta komunitas di sekeliling sekolah; (3) Menyebarluaskan dan
mengembangkan pengetahuan kebencanaan ke masyarakat luas melalui jalur
pendidikan sekolah; (4) Mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat
bencana; dan (5) Mengembangkan PPK melalui kegiatan kebencanaan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan model pendidikan kebencanaan SETIA di
SMPN 1 Tegalombo pada tahun pelajaran 2019/2020?

3
2. Bagaimanakah peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa
terhadap kebencanaan melalui penerapan model pendidikan kebencanaan
SETIA di SMPN 1 Tegalombo pada tahun pelajaran 2019/2020?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan best practice ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui gambaran penerapan model pendidikan kebencanaan SETIA
di SMPN 1 Tegalombo pada tahun pelajaran 2019/2020.
2. Mengetahui peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa terhadap
kebencanaan melalui penerapan model pendidikan kebencanaan SETIA
di SMPN 1 Tegalombo pada tahun pelajaran 2019/2020.

D. Manfaat
Best practice ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
Dapat membantu sekolah dalam mengembangkan dan menciptakan
lembaga pendidikan yang berkualitas dan menjadi kepercayaan orang tua,
masyarakat, serta pemerintah.
2. Bagi guru
Dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan kebencanaan dalam rangka menuju
sekolah siaga bencana .
3. Bagi siswa
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa terkait
kebencanaan dan terbentuknya komunitas relawan yang mau mengabdi di
lingkungan sekolah dan masyarakat

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Rawan Bencana (PRB)


1. Pengertian
2. Tujuan
Tujuan pendidikan rawan bencana ini adalah untuk:
a. Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan;
b. Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana;
c. Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman
tentang kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta
kerentanan prilaku dan motivasi;
d. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk pencegahan dan
pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko
bencana;
e. Mengembangkan upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas, baik
secara individu maupun kolektif;
f. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siaga bencana;
g. Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana
h. Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali
komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang
disebabkan karena terjadinya bencana;
i. Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar
dan mendadak.

3. Strategi Integrasi PRB dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

5
Strategi yang dapat dilakukan sekolah adalah:
a. Mengintegrasikan materi PRB kedalam bahan belajar
b. Mengintegrasikan materi PRB kedalam mata pelajaran pokok dan
muatan lokal
c. Mengintegrasikan materi PRB ke dalam program pengembangan diri
d. Menyelenggarakan mata pelajaran Pendidikan PRB

B. Rintisan Sekolah Siaga Bencana (SSB)


1. Pengertian
Sekolah Siaga Bencana (SSB) sebagai upaya kesiagaan sekolah
dikembangkan untuk menggugah kesadaran seluruh pemangku
kepentingan dalam bidang pendidikan baik individu maupun kolektif di
sekolah dan lingkungan sekolah dalam hal kesiagaan bencana
(http://p2mb.geografi.upi.edu/Sekolah_Siaga.html) . SSB adalah sekolah
yang memiliki kemampuan untuk mengelola risiko bencana di
lingkungannya. Kemampuan tersebut diukur dengan dimilikinya
perencanaan penanggulangan bencana oleh sekolah (pada waktu sebelum,
saat dan sesudah bencana). Hal ini didukung ketersediaan logistik,
keamanan dan kenyamanan di lingkungan pendidikan, infrastruktur, serta
sistem kedaruratan. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu adanya
pengetahuan dan kemampuan kesiapsiagaan, prosedur tetap (standard
operational procedure), dan sistem peringatan dini (KPB, 2011). Sebagai
penciri, sekaligus tahap telah tuntasnya kegiatan, pada kegiatan SSB
adalah adanya penyelenggaraan simulasi menghadapai kejadian bencana.
Hal ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan sekolah dan dapat pula
bersama
berbagai pihak terkait yang dilembagakan dalam kebijakan lembaga
pendidikan tersebut untuk mentransformasikan pengetahuan dan praktik
penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana (Sunarhadi,
dkk., 2018: 641).

6
Langkah-langkah yang dilakukan oleh SMPN 1 Tegalombo dalam
rangka menuju sekolah rintisan SSB adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Rencana Aksi Rintisan SSB


Aksi Target Bukti Fisik
1. Membuat komitmen bersama 1. Pakta Integritas
antara Kepala Sekolah dan 2. SK Tim Rintisan SSB
Komite terkait pendidikan 3. Hasil Analisis SWOT dan RTL
kebencanaan. 4. Revisi Dokumen 1 Kurikulum
2. Membentuk tim rintisan SSB dan RPP
3. Melakukan analisis SWOT 5. Desain model pendidikan
dan rencana tindak lanjut kebencanaan SETIA
4. Melakukan integrasi 6. SK dan KD Kebencanaan
pendidikan kebencanaan 7. Jadwal Kegiatan
pada KTSP dan mata 8. MoU dengan dinas terkait
pelajaran dibuktikan dengan 9. Daftar anggota komunitas
adanya Revisi Dokumen 1 relawan
KTSP dan RPP 10. Laporan dan dokumentasi
5. Menyusun model kegiatan
pendidikan kebencanaan
SETIA
6. Menyusun standar
kompetensi dan kompetensi
dasar baik pengetahuan dan
keterampilan terkait
kebencanaan serta pedoman
penilaian, terintegrasi pada
ekstrakurikuler Pramuka dan
PMR
7. Menyusun jadwal kegiatan
antara lain sosialisasi,
pelatihan dan simulasi
8. Menjalin kerjasama dengan
lembaga/dinas terkait
9. Membentuk komunitas
relawan tingkat sekolah
10. Melakukan aksi sosial

2. Tujuan
Tujuan pembentukan rintisan SSB di SMPN 1 Tegalombo adalah :

7
a. Membangun budaya siaga dan budaya aman di sekolah dengan
mengembangkan jejaring bersama para pemangku kepentingan di
bidang penanganan bencana;
b. Meningkatkan kapasitas institusi sekolah dan individu dalam
mewujudkan tempat belajar yang lebih aman bagi siswa, guru, anggota
komunitas sekolah serta komunitas di sekeliling sekolah;
c. Menyebarluaskan dan mengembangkan pengetahuan kebencanaan ke
masyarakat luas melalui sekolah.
d. Mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat bencana
e. Mengembangkan PPK melalui kegiatan kebencanaan

3. Indikator Pengetahuan dan Keterampilan


Indikatornya meliputi:
a. Pengetahuan mengenai jenis bahaya, sumber bahaya, besaran bahaya
dan dampak bahaya serta tanda-tanda bahaya yang ada di lingkungan
sekolah
b. Akses bagi seluruh komponen sekolah untuk meningkatkan kapasitas
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan kesiagaan (materi acuan,
ikut serta dalam pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa,
jambore siswa, dsb.).
c. Pengetahuan sejarah bencana yang pernah terjadi di lingkungan
sekolah atau daerahnya
d. Pengetahuan mengenai kerentanan dan kapasitas yang dimiliki di
sekolah dan lingkungan sekitarnya.
e. Pengetahuan upaya yang bisa dilakukan untuk meminimalkan risiko
bencana di sekolah.
f. Keterampilan seluruh komponen sekolah dalam menjalankan rencana
tanggap darurat
g. Adanya kegiatan simulasi regular.
h. Sosialisasi dan pelatihan kesiagaan kepada warga sekolah dan
pemangku kepentingan sekolah.

8
4. Kriteria minimal SSB:
Kriterianya adalah:
a. Ada komitmen dari Kepala Sekolah dan komunitas sekolah.
b. Ada dukungan dari Dinas Pendidikan di wilayahnya.
c. Ada dukungan dari organisasi terkait pengurangan risiko bencana.
d. Melakukan penguatan kapasitas pengetahuan dan keterampilan bagi
guru dan siswa sekolah.
e. Melakukan latihan berkala yang jelas dan terukur.
f. Adanya keterlibatan dukungan menerus dari
g. Dinas Pendidikan dan organisasi terkait PRB, termasuk dalam proses
pemantauan dan evaluasi sekolah.

C. Model Pendidikan Kebencanaan SETIA


1. Pengertian

Pendidikan
Kebencanaan

Model
SETIA
Penguatan
Pendidikan
Karakter

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Model SETIA

Model Pendidikan Kebencanaan SETIA adalah model pendidikan


yang dikembangkan di lingkup SMPN 1 Tegalombo sebagai rintisan
Sekolah Siaga Bencana. Model ini merupakan modifikasi antara
pendidikan kebencanaan dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
SETIA adalah kepanjangan dari Siaga bencana, Empati, Tangkas,

9
Integritas dan Aktif. Sikap siaga bencana merupakan bagian dari prinsip
pendidikan kebencanaan dan sikap empati, tanggap, integritas dan aktif
adalah beberapa nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam PPK,
dimana karakter tersebut dipandang selaras dengan prinsip pendidikan
kebencanaan.

Siaga
Bencana

Aktif Empati

SETIA

Integritas Tanggap

Gambar 2.2 Model Pendidikan Kebencanaan SETIA

a. Siaga Bencana
Menurut KBBI, siaga artinya siap sedia
(https://kbbi.web.id/siaga). Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari
jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan berubahnya tata
kehidupan masyarakat (Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana). Bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga

10
mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa siaga bencana adalah sikap siap sedia dalam mengantisipasi,
menghadapi, dan mengatasi bencana.
Terdapat 3 jenis bencana yaitu bencana alam, non alam dan
sosial (Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Nomor 8 Tahun 2011 tentang Standardisasi Data Kebencanaan).
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan
dan tanah longsor. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa non alam antara lain berupa
gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan
teror.
Mengingat wilayah kecamatan Tegalombo berpotensi
mengalami bencana gempa bumi dan tanah longsor, maka program
SETIA fokus pada penanganan bencana alam. Gempa bumi adalah
getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas
gunung api atau runtuhan batuan. Sedangkan tanah longsor merupakan
salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran
keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan
tanah atau batuan penyusun lereng.

b. Empati
Empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa
atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang
sama dengan orang atau kelompok lain (https://kbbi.web.id/empati).

11
Menurut Umar dan Ali (1992: 68) empati adalah suatu kecenderungan
yang dirasakan seseorang untuk merasakan sesuatu yang dilakukan
orang lain andaikan ia berada dalam situasi orang lain. Sedangkan
Goleman (2007: 78) menyatakan bahwa empati adalah kemampuan
untuk memahami perasaan dan masalah orang lain, berfikir dengan
sudut pandang mereka, serta menghargai perbedaan perasaan orang lain
tentang berbagai hal. Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan
bahwa empati adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan
merasakan perasaan orang lain seolah-olah seperti merasakannya
sendiri.
Menurut Goleman (1996: 158) ada 3 ciri-ciri kemampuan
empati pada seseorang yaitu:
a) Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dengan cara
mendengarkan dan memperhatikan permasalahan yang
disampaikan orang lain kepadanya
b) Menerima sudut pandang orang lain, mempu memandang
permasalahan dari titik pandang orang lain sehingga akan
menimbulkan sikap toleransi dan menerima perbedaan
c) Peka terhadap perasaan orang lain yaitu mampu membaca perasaan
orang lain berdasarkan isyarat baik verbal maupun non verbal.
Terkait dengan bencana, maka ciri-ciri empati yang dimaksud
adalah dapat merasakan penderitaan dan kesusahan orang lain korban
dari bencana dan terdorong untuk menunjukkan sikap toleransi dan
tergugah untuk memberikan bantuan yang diperlukan sesuai dengan
kemampuannya.

3. Tanggap
Tanggap artinya segera mengetahui (keadaan) dan
memperhatikan sungguh-sungguh serta cepat dapat mengetahui dan
menyadari gejala yang timbul (https://kbbi.web.id/tanggap). Seeorang

12
yang tanggap, ia mampu memahami gejala-gejala atas sebuah fenomena
dan segera memberikan reaksi untuk mengatasinya.
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan
dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana (http://bpbd.pringsewukab.go.id/pengertian-
bencana-dan-jenis-bencana/). Dalam hal ini siswa diharapkan bersikap
tanggap, berarti mampu memahami fenomena yang terjadi berdasarkan
gejala-gejala yang tampak, tidak panik dan memberikan respon positif
yang diperlukan.

4. Integritas
Integritas berarti mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan
kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang
memancarkan kewibawaan; kejujuran (https://kbbi.web.id/integritas).
Adapun nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari
perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan,
memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan
moral. Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga
negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi
tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Seseorang yang
berintegritas juga menghargai martabat individu (terutama penyandang
disabilitas), serta mampu menunjukkan keteladanan
(https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/07/penguatan-pendidikan-
karakter-jadi-pintu-masuk-pembenahan-pendidikan-nasional ).
Terkait dengan bencana, siswa yang berintegritas diharapkan
memiliki komitmen terhadap nilai-nilai moral kemanusiaan dan
menjadi teladan bagi siswa yang lain agar termotivasi. Siswa menjadi

13
peduli terhadap sesama dengan tergabung dalam kegiatan sosial seperti
bakti sosial, penggalangan bantuan dan sebagainya.

5. Aktif
Aktif berarti giat (bekerja, berusaha), dinamis atau bertenaga,
mampu beraksi dan bereaksi (https://kbbi.web.id/aktif). Terkait dengan
kebencanaan, maka aktif adalah beraksi cepat dalam penanganan
kebencanaan. Misalnya menghubungi nomor telefon penting saat terjadi
bencana, segera memberikan pertolongan pertama pada korban dsb.

2. Strategi Pelaksanaan SETIA


Model penerapan SETIA dilakukan dengan integrasi pada
ekstrakurikuler pramuka. Tujuannya adalah untuk menguatkan
pengetahuan dan keterampilan siswa tentang kebencanaan. Karena ektra
pramuka bersifat wajib, maka diikuti oleh semua siswa. Penyampaian
materi kebencanaan dilaksanakan pada minggu ke-2 dan ke-4 dengan
keseimbangan antara pengetahuan dan keterampilan yang terbagi dalam 5
karakter SETIA. Skema kegiatannya sebagai berikut:

14
Gambar 2.3 Skema Kegiatan SETIA pada Ekstrakurikuler Pramuka

Skema tersebut berlangsung terus menerus dan berkesinambungan melalui


serangkaian kegiatan dan dilakukan monitoring dan evaluasi setiap bulan
sekali

D. Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Ruang Lingkup


Materi Kebencanaan di SMPN 1 Tegalombo
SK : Mengetahui tindakan pencegahan, mitigasi, penanganan bencana dan
rehabilitasi
KD : 1-4
1. Memahami Siklus Bencana
a. Pra Bencana
1) Kesiapsiagaan

15
Adalah upaya penggunaan kemampuan untuk secara tepat dan
cepat merespon bencana.
Meliputi :
• Penyusunan rencana tanggap darurat bencana
• Pengembangan sistem peringatan dini
• Peningkatan kemampuan diri, dll
2) Mitigasi
a) Pengertian
adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1
ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana)
b) Tujuan mitigasi bencana
 Mengurangi dampak yang ditimbulkan, khususnya bagi
penduduk
 Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan
pembangunan
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi
serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga
masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman
c) Contoh kegiatan mitigasi bencana di antaranya:
 pengenalan dan pemantauan risiko bencana;
 perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;
 pengembangan budaya sadar bencana;
 penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan
penanggulangan bencana;
 identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau
ancaman bencana;
 pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam;

16
 pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi;
 pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan
lingkungan hidup
 melakukan upaya-upaya untuk mengurangi akibat ancaman
bencana, misalnya pengelolaan air bersih, pembangunan
tanggul banjir dan tempat evakuasi, penghijauan lereng yang
rawan longsor, dll.
b. Saat Terjadi Bencana
1) Pemberian bantuan
2) Rehabilitasi
c. Setelah Bencana
• Rekonstruksi

Gambar 2.4 Siklus Bencana

Keterangan Gambar 2.3:


1. Tahap prabencana dapat dibagi menjadi kegiatan mitigasi dan
preparedness (kesiapsiagaan). Selanjutnya, pada tahap tanggap

17
darurat adalah respon sesaat setelah terjadi bencana. Pada tahap
pascabencana, manajemen yang digunakan adalah rehabilitasi dan
rekonstruksi.
2. Tahap prabencana meliputi mitigasi dan kesiapsiagaan. Upaya
tersebut sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di daerah
rawan bencana sebagai persiapan menghadapi bencana.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian.
3. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan.
4. Tahap pascabencana meliputi usaha rehabilitasi dan rekonstruksi
sebagai upaya mengembalikan keadaan masyarakat pada situasi
yang kondusif, sehat, dan layak sehingga masyarakat dapat hidup
seperti sedia kala sebelum bencana terjadi, baik secara fisik dan
psikologis (http://bpbd.karanganyarkab.go.id/?p=603)
Berdasarkan review di atas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
siklus waktunya, kegiatan penanganan bencana dapat dibagi 4 kategori:
(1) kegiatan sebelum bencana terjadi (mitigasi), (2) kegiatan saat bencana
terjadi (perlindungan dan evakuasi), (3) kegiatan tepat setelah bencana
terjadi (pencarian dan penyelamatan), dan (4) kegiatan pasca bencana
(pemulihan atau penyembuhan dan perbaikan atau rehabilitasi).
(https://mytriaryanti.wordpress.com/ayo-siaga-bencana/)

2. Memahami fenomena tanah longsor


 Penyebab utamanya adalah grafitasi, tetapi volumenya yang besar
dipengaruhi oleh :
a) Faktor Alam
• Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan tanah, unsur / jenis
lapisan tanah, gempa bumi, gunung api, dll
• Kondisi iklim : curah hujan yang tinggi

18
• Kondisi topografi : kemiringan permukaan tanah, seperti : lembah,
lereng, dan bukit
• Kondisi tata air : akumulasi volume atau massa air, pelarutan dan
tekanan hidrostatitika, dll
b) Faktor Manusia
o Pemotongan tebing pada penambangan di lereng yang terjal
o Penimunan tanah urugan di daerah lereng
o Kegagalan struktur dinding penahan tanah
o Penggunduan hutan
o Budidaya ikan di atas lereng
o Ssistem pertanian yang tidak memperhatikan irigasi yang aman
o Pengembangan wilayah melanggar aturan tata ruang
o Sistem drainase yang buruk, dll

 Jenis-jenis tanah longsor, sangat dipengaruhi oleh kemiringan lereng,


bidang gelincir dan kondisi lokasinya.
1) Longsoran Translasi
Terjadi jika tanah dan batuan bergerak pada permukaan landai yang
rata atau bergelombang. Bidang bergeraknya tanah atau batuan
disebut bidang gelincir.
2) Longsoran Rotasi
Terjadi jika tanah dan batuan bergerak pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
3) Longsoran Translasi Batu (Pergerakan blok)
Terjadi jika batuan berpindah pada bidang gelincir yang landai.
4) Longsoran Rayapan Tanah
Terjadi jika butiran tanah kasar dan halus yang bergerak lambat
atau merayap. Longsor rayapan ini ditandai dengan rumah, pohon,
atau tiang yang miring ke bawah. Kadang rayapan bergerak cepat
bahkan tidak terkendali.

19
5) Longsoran Runtuhan
Terjadi jika batuan, tanah atau material lainnya jatuh bebas ke bawah.
Biasanya terjadi di lereng yang terjal dan menggantung di daerah
pantai.
6) Longsoran Aliran
Terjadi jika tanah terdorong oleh air, sehingga material yang ada
diatasnya bergerak di sepanjang lereng dan meluas pada daerah yang
landai.

3. Mengetahui dan Menguasai Sikap/tindakan terhadap bencana gempa


bumi
a. Sebelum Gempa terjadi
• Kenalilah daerah sekiat tempat tinggalmu
• Kenali jalure evakuasi. Ketika masuk ke sebuah gedung atau
bangunan, perhatikan dimana leta pintu keluar, tangga darurat atau
cara-cara keluar jika sewaktu-waktu harus menyelamatkan diri
• Perhatikan tempat-tempat yang aman untuk berlindung ketika
gempa
• Perhatikan juga tempat-tempat berbahaya pada saat gempa terjadi.
Contohnya : di dekat atau di bawah candela kaca, di dekat pilar
atau tiang
• Catat dan simpan nomor-nomor telepon penting yang harus
dihubungi pada saat gempa terjadi
• Matikan kran air, kompor, gas dan listrik setelah selesai digunakan
• Mendirikan bangunan sesuai aturan baku (tahan gempa)
• Kenali lokasi bangunan tempat Anda tinggal
• Tempatkan perabotan pada tempat yang proporsional
• Siapkan peralatan seperti senter, P3K, makanan instan, dll
• Periksa penggunaan listrik dan gas
• Ikuti kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa

20
b. Ketika Gempa Terjadi
Sikap kita saat terjadi gempa adalah:
• Tetap tenang
• Hindari sesuatu yang kemungkinan akan roboh, kalau bisa ke
tanah lapang
• Perhatikan tempat Anda berdiri, kemungkinan ada retakan
tanah
• Turun dari kendaraan dan jauhi pantai.
• Cepat keluar dari bangunan. Gunakan tangga biasa
• Periksa sekitar Anda. Jika ada yang terluka, lakukan
pertolongan pertama.
• Hindari bangunan yang berpotensi roboh.
1) Di rumah
 Berusahalah menyelamatkan diri dan keluarga
 Berlindung di bawah meja
 Agar tidak terkena benda yang jatuh
 Lindungi kepala dengan apa saja
 Misalnya : papan, bantal atau kedua tangan dengan posisi
telungkup
2) Di luar rumah
 Merunduk dan lindungi kepala
 Bergeraklah menjauh dari gedung dan tiang
 Menuju daerah terbuka
 Jangan lakukan apapun sampai keadaan menjadi tenang
3) Di mal atau tempat umum
 Tetap tenang
 Ikuti petunjuk dari satpam atau petugas penyeamat
 Jangan menggunakan lift
 Gunakan tangga darurat
 Bergeraklah ke tempat terbuka

21
4) Di dalam kendaraan
 Berpeganglah dengan erat pada tiang atau apapun yang dekat
 Tetap tenang
 Ikuti perintah atau petunjuk petugas
 Minta pngemudi untuk mngehentikan kendaraan
 Bergeraklah e tempat terbuka
5) Di gunung atau pantai
 Jika di gunung, bergeraklah ke daerah yang aman yaitu
lapangan terbuka yang jauh dari daerah lereng
 Jika di pantai, bergeraklah ke daerah yang lebih tinggi atau
perbukitan

c. Setelah Gempa Terjadi


 Bila masih berada di dalam gedung ata ruangan, segeralah keluar
 Periksa keadaan diri sendiri, apakah ada bagian tubuh yang terluka
atau tertimpa benda-benda
 Mintalah orang dewasa untuk mematikan listrik dan gas
 Jangan menyalakan api
 Beri pertolongan pertama kepada orang lain bila mampu
 Dengarkan informasi dari sumber-sumber yang terpercaya dan
bertindaklah sesuai himbauan

4. Mengetahui dan Menguasai Sikap/tindakan terhadap bencana tanah


longsor
a) Sebelum terjadi longsor
 Hindari daerah rawan bencana untuk membangun pemukiman
 Mengurangi tingkat keterjalan lereng
 Terasering dengan sistem drainase yang tepat
 Penghijauan dengan tanaman berakar dalam
 Mendirikan bangunan berpondasi kuat

22
 Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air cepat masuk
 Relokasi (dalam beberapa kasus)
 Petakan daerah yang rawan longsor
 Tandai lokasi yang berpotensi longsor dan jalur longsorannya
 Gerakan penanaman pohon di lereng yang rawan longsor
 Pelajari tanda-tanda longsor
 Waspadai warna air sungai yang berubah keruh
 Waspadai bila tiba-tiba muncul mata air, rembesan atau retakan yang
memanjang di tanah
 Lakukan patroli secara bergantian

b) Sedang Terjadi Bencana


Kegiatan yang dapat dilakukan ketika sedang terjadi longsor, yaitu
sebagai berikut:
 Segera menyelamatkan diri dengan keluar rumah jika terjadi
hujan besar
 Jika ada suara gemuruh setelah hujan besar, segera menghindar
c) Setelah Terjadi Longsor
 Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang ditujukan agar
kehidupan masyarakat kembali normal.
 Menyelamatkan korban secepatnya ke daerah yang lebih aman
 Menyelamatkan harta benda yang masih dapat diselamatkan
 Menyiapkan tempat penampungan sementara seperti tenda-
tenda
 Menyediakan dapur umum
 Menyediakan air bersih dan sarana kesehatan
 Mengerahkan tim penyelamat jika ada yang masih tertimbun
longsor
 Memberikan obat-obatan kepada korban yang luka

23
 Segera menggali timbunan longsor seperti yang menimbun
rumah dan jalan raya
 Memperbaiki infrastruktur
 Merelokasi warga ke tempat yang lebih aman
 Melaporkan kerusakan dan kerugian harta benda kepada pihak
berwenang
 Tanami kembali daerah yang bekas longsor atau daerah di
sekitarnya untuk menghindari erosi yang telah merusak lapisan
tanah
 Perhatikan terjadinya longsor susulan
 Mematuhi instrksi dari pemerintah
 Mendengarkan informasi dari radio dan televisi mengenai
informasi terkini
(https://luciafebriarlita17.wordpress.com/2014/02/27/mitigasi-
bencana-longsor/)

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Metode dan Pelaksanaan


1. Subyek dan tempat
Uji coba Model Pendidikan Kebencanaan SETIA dilaksanakan pada
siswa kelas VII SMPN 1 Tegalombo pada tahun pelajaran 2019/2020
pada bulan Agustus-Oktober 2019. SMPN 1 Tegalombo terletak di Jl
Raya Pacitan Ponorogo Km 32 Desa Kemuning Kec Tegalombo.
Populasinya adalah siswa kelas VII yang terdiri dari 102 orang. Sampel
dipilih secara acak yaitu kelas VII B yang terdiri dari 25 orang.
` 2. Tehnik Pengumpulan Data
a. Angket/kuesioner

24
Pemberian angket bertujuan untuk menilai aspek 5 sikap yang
dikembangkan dalam model pendidikan kebencanaan SETIA, terdiri
dari 25 nomor.
b. Tes Pengetahuan dan Keterampilan
Tes pengetahuan kebencanaan meliputi materi pra-saat-pasca bencana
sebanyak 20 nomor. Tes keterampilan berupa praktik kegiatan. Tes
dilaksanakan setiap 3 bulan sekali.
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dibuat oleh guru narasumber sosialisasi dan simulasi
sebagai bahan masukan bagi sekolah.
d. Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto digunakan untuk mengamati pelaksanaan
sosialisasi dan simulasi kebencanaan.
4. Tehnik Analisis Data
Tehnik analisis data menggunakan statistik deskriptif
a. Analisis Angket/kuesioner
Tahap penyekoran dilakukan untuk mempermudah dalam
menganalisis data dengan cara memberikan skor terhadap jawaban
responden dengan kriteria pemberian skor sebagai berikut:
SS =3 KS =1
S =2 TS =0
Menentukan kriteria parameter tiap butir sub sikap dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
 Skor maksimum = Σ jumlah sampel x skor maks
= 25 x 3 = 75
 Skor minimum = Σ jumlah sampel x skor min
= 25 x 0 x 5 = 0
 Rentang skor = skor maksimum – skor minimum
= 75 – 0 = 75
 Interval skor = rentang : banyaknya kriteria
= 75 : 4 = 18,75

25
 Menentukan rata-rata:

Rata-rata tiap aspek sikap = Jumlah total skor : jumlah butir soal

Tabel 3.1 Kriteria Pengembangan Sikap Siswa


Terhadap Kebencanaan
No Interval Skor Kriteria
1. 0 – 18,75 Sangat rendah
2. 18,76 – 37,50 Rendah
3. 37,51 – 56,25 Sedang
4. 56,26 – 75 Tinggi

b. Analisis Nilai Pengetahuan dan Keterampilan


Pedoman analisis nilai pengetahuan sebagai berikut:
 Score = gain score/max score x 100
 Kriteria minimum = 70
 Prosentase ketuntasan = 75%

B. Hasil dan Pembahasan Masalah


Sebagai sekolah rintisan SSB, di SMPN 1 Tegalombo menemui
banyak kendala salah satunya belum memiliki sarana prasarana yang
memadai. Namun mengingat kondisi geografis yang rawan bencana
khususnya gempa bumi dan tanah longsor, maka pembentukan rintisan SSB
sangatlah penting. Kekuatan yang dimiliki sekolah diantaranya terdapat 2
(dua) orang guru yang aktif dalam TAGANA (Taruna Siaga Bencana) dan
MDMC (Muhamadiyah Disaster Management Center). TAGANA adalah
suatu organisasi sosial yang berbasiskan masyarakat sebagai upaya untuk
memberdayakan dan mendayagunakan generasi muda dalam berbagai aspek
penanggulangan bencana, khususnya yang berbasis masyarakat. Sedangkan
MDMC adalah lembaga Muhamadiyah yang bertugas untuk
mengkoordinasikan mobilisaasi sumberdaya dalam Tanggap Darurat
Bencana, Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana dan Rehabilitasi Pasca

26
Bencana. Selain itu salah satu peluang (opportunities) adalah sekolah
mengembangkan model pendidikan kebencanaan SETIA yang diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa sekaligus
mengembangkan karakter sehingga dapat membantu upaya mengurangi
resiko dan menanggulangi dampak bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi.

Tabel 3.2 Analisis SWOT Rintisan SSB SMPN 1 Tegalombo


Strengths Weakness Opportunities Threats
Adanya Belum memiliki Semakin Bila musim hujan,
dukungan dari sarpras terkait meningkatnya bencana tanah
pemangku kebencanaan pemahaman dan longsor meningkat
kebijakan yang memadai kepedulian warga
daerah dan sekolah dan
BPBD setempat masyarakat
terhadap ancaman
bencana
Adanya Belum semua Terintegrasinya Birokrasi yang
komitmen dari guru dan staf TU pendidikan panjang untuk
kepala sekolah, memahami kebencanaan di menuju SSB
komite dan tentang kurikulum sekolah
komunitas kebencanaan
sekolah
Terdapat 2 (dua) Belum memiliki Terbentuknya Adanya
orang guru sistem komunitas ketidakpercayaan
aktivis peringatan dini relawan sekolah masyarakat
TAGANA dan bencana (alarm
MDMC kebakaran dll)
Memiliki hutan Kurangnya Adanya model Terbatasnya dana
lindung sekolah pelatihan dan pendidikan yang dimiliki
sosialisasi kebencanaan sekolah
tentang tingkat sekolah
kebencanaan yaitu SETIA

Model pendidikan Kebencanaan SETIA yang terintegrasi pada


ekstrakurikuler pramuka melalui serangkaian kegiatan yaitu sosialisasi,
simulasi, field trip dan out bond. Setiap 3 (tiga) bulan sekali dilaksanakan
monitoring dan evaluasi agar pelaksanaannya dapat tepat sasaran dan berhasil
seperti yang diharapkan.

Tabel 3.3 Program Kegiatan Model Pendidikan Kebencanaan SETIA


di SMPN 1 Tegalombo Tahun Pelajaran 2019/2020
No Kegiatan Waktu Fasilitator Keterangan

27
1 Sosialisasi Terjadwal  Guru aktivis Penyampaian
rutin setiap TAGANA dan materi
minggu dan MDMC kebencanaan
banyak  Relawan BPBD sesuai SK dan KD
dilakukan di Pacitan (eksidental) yang telah disusun
lingkungan
sekolah
2 Simulasi 1 bulan  Guru aktivis Simulasi gempa
sekali, jadwal TAGANA dan bumi
menyesuaikan MDMC
 Relawan BPBD
Pacitan (eksidental)
3 Field trip 1 tahun Narasumber Taman Praktik
sekali, keluar Teknologi Pertanian pencegahan tanah
sekolah Pacitan longsor melalui
(semester 2) budidaya tanaman
4 Out bond 1 tahun Relawan kebencanaan Materi kontekstual
sekali, di luar dan
ruangan disesuaikan
lingkup sumberdaya
sekolah
(semester 2)
5 Monitoring 3 bulan sekali Tim SETIA (pembina Angket/kuesioner,
dan pramuka) tes pengetahuan
evaluasi dan keterampilan,
catatan lapangan

Model pendidikan setia telah dilaksanakan selama 3 bulan pertama


(Agustus-Oktober 2019). Kegiatan sosialisasi, simulasi, dan monitoring dan
evaluasi telah dilakukan. Untuk kegiatan field trip dan out bond dilaksanakan
pada semester 2.

Tabel 3.4 Hasil Angket Pengembangan Aspek Sikap


Periode Agustus-Oktober 2019
Aspek No Rata-
Kriteria
No Sikap rata
1 2 3 4 5
1 Siaga bencana 59 51 66 56 54 57,2 Tinggi
2 Empati 61 54 61 57 46 55,8 Sedang
3 Tanggap 37 46 44 26 33 37,2 Rendah
4 Integritas 60 56 48 65 53 56,4 Tinggi
5 Aktif 45 53 47 55 37 47,4 Sedang

28
Tabel di atas menunjukkan bahwa sikap siaga bencana dan integritas bernilai
tinggi sedangkan empati dan aktif bernilai sedang. Sikap tanggap masih perlu
perhatian lebih. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain kurangnya frekuensi simulasi, informasi kebencanaan dan dukungan
orangtua. Diharapkan agar semua aspek dapat bernilai tinggi pada periode
selanjutnya.

Tabel 3.5 Hasil Tes Pengetahuan Kebencanaan


Periode Agustus-Oktober 2019
No Aspek Skor
1 Rata-rata 80,96
2 % Ketuntasan 72%
3 Nilai tertinggi 92
4 Nilai terendah 68

Berdasarkan analisis tes pengetahuan di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-
rata sudah di atas KKM 70, namun prosentase ketuntasan masih di bawah 75%
atau belum tuntas. Diharapkan pada beriode selanjutnya terdapat peningkatan
pengetahuan kebencanaan.
Tabel 3.6 Rekap Catatan Lapangan
No Aspek Catatan Kasus Alternatif Solusi
1 Siswa Beberapa siswa kurang Mendatangkan
antusias bila materi narasumber tamu, disisipi
disampaikan oleh game/permainan terkait,
narasumber sekolah penggunaan media yang
variatif
2 Narasumber Jumlah narasumber Pembentukan kader guru
sekolah yang terbatas dan siswa untuk
merasa kewalahan saat membantu (pembina dan
melatih pengurus pramuka),
melibatkan alumni
pramuka
3 Kegiatan Karena keterbatasan waktu Tes praktik untuk aspek
dan bertabrakan dengan keterampilan
kegiatan lain, aspek dilaksanakan pada
keterampilan belum periode 3 bulan
sempat diujikan berikutnya.

29
Berdasarkan catatan lapangan dapat diketahui potret kejadian dilihat dari 3
(tiga) sudut pandang yaitu siswa, narasumber, dan pelaksanaan kegiatan.
Catatan tersebut dibahas dalam tim SETIA dan ditentukan alternatif solusi
untuk diterapkan pada periode selanjutnya yaitu November-Januari-Pebruari.
Pada bulan Desember kegiatan ini libur karena ada kegiatan Penilaian Akhir
Semester dan Liburan akhir semester 1.
Bencana dapat datang kapan saja, apalagi daerah kita termasuk rawan
bencana. Yang sebaiknya dilakukan adalah menjadi pribadi yang siaga bencana
yang tahu bagaimana mengantisipasi, menghadapi dan bangkit dari bencana,
memiliki empati agar dapat merasakan penderitaan para korban bencana,
tanggap terhadap gejala-gejala alam yang sering tidak kita sadari, berintegritas
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan aktif ambil bagian
dalam menyebarluaskan informasi kebencanaan.
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi dapat diketahui gambaran
pelaksanaan model pendidikan kebencanaan SETIA di SMPN 1 Tegalombo
sebagai berikut:
1. Terdapat perubahan sikap siswa terhadap kebencanaan.
Sebelumnya saat ada gempa bumi siswa langsung panik lari berhamburan.
Namun setelah mengikuti program tersebut, menjadi lebih siaga. Integritas
siswa juga meningkat dengan adanya kesadaran untuk menjunjung tinggi
nilai moral kemanusiaan.
2. Membantu siswa dalam menanggapi resiko terjadi bencana.
Siswa yang semula acuh terhadap bencana menjadi sadar bahwa bencana
dapat datang sewaktu-waktu, namun dapat dihindari resiko dan dampak
yang ditimbulkan
3. Meningkatnya pengetahuan siswa terhadap kebencanaan.

30
Sebelumnya siswa belum mengetahui secara detail seluk beluk
kebencanaan khususnya gempa bumi dan tanah longsor, namun setelah
mengikuti program, wawasan siswa menjadi terbuka dan luas.
4. Siswa mendapat life skill kebencanaan
Melalui serangkaian kegiatan simulasi, siswa dapat dilatih keterampilan
menyikapi, menghadapi, dan bangkit dari bencana sesuai SOP (standar
operasional prosedur).

B. Rekomendasi
Penerapan model pendidikan kebencanaan SETIA membawa beberapa
implikasi sebagai berikut:
1. Adanya bantuan saranan prasarana terkait kebencanaan dari pemerintah
daerah dan pusat
2. Siswa diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan
perilaku kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tanah longsor dan
gempa yang sering melanda tempat tinggal siswa
3. Sekolah diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
berkaitan dengan pengurangan risiko bencana secara rutin, misalnya
melalui mading, yang kemudian diiplementasikan dalam bentuk sekolah
siaga bencana (SSB)
4. Adanya partisipasi aktif dari seluruh warga sekolah, orangtua dan
masyarakat sekitar

31
DAFTAR PUSTAKA

D. Goleman. (1996). Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

D. Goleman. (2007). Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Konsorsium Pendidikan bencana (KPB). 2011. Kerangka Kerja Sekolah Siaga


Bencana

M Umar dan Ahmad Ali. (1992). Psikologi Umum. Surabaya: Bina Ilmu

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 8 Tahun 2011


tentang Standardisasi Data Kebencanaan.

Rahma, Aldila. (2018). ”Implementasi Program Pengurangan Risiko Bencana


(PRB) Melalui Pendidikan Formal“. Jurnal Varia Pendidikan, Vol. 30,
No. 1, hlm. 1-11

Rizaldy, David. “Implementasi Pendidikan Mitigasi Bencana di Sekolah-Sekolah


di Indonesia Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Siswa Siap Siaga”,
Prosiding PIT Ke-5 Riset Kebencanaan IABI Universitas Andalas,
Padang 2-4 Mei 2018, hlm. 479-487.

32
Sunarhadi, R. Muh. Amin., Suharjo., M. Musiyam., Miftahul Arozaq, Budi
Santoso dan Harun Joko Prayitno. (2018). Model Pendidikan
Kebencanaan di Kabupaten Klaten. Prosiding PERTEMUAN ILMIAH
TAHUNAN- RISET KEBENCANAAN KE-5 TAHUN 2018 IKATAN AHLI
KEBENCANAAN INDONESIA (IABI) Universitas Andalas Padang, 02-
04 Mei 2018. https://www.researchgate.net/publication/324909184

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/07/penguatan-pendidikan-karakter-jadi-
pintu-masuk-pembenahan-pendidikan-nasional

https://luciafebriarlita17.wordpress.com/2014/02/27/mitigasi-bencana-longsor/

https://mytriaryanti.wordpress.com/ayo-siaga-bencana/

https://www.websitependidikan.com/2017/01/pengertian-konsep-dasar-dan-
manfaat-penguatan-pendidikan-karakter-serta-hal-penting-terkait-ppk.html

Lampiran 1.

FOTO-FOTO KEGIATAN PADA MODEL PENDIDIKAN


KEBENCANAAN SETIA DI SMPN 1 TEGALOMBO

33
Foto 1. Sosialisasi Pencegahan Bencana Tanah Longsor

Foto 2. “Game Siaga Bencana” saat sosialisasi

Foto 3. Simulasi Gempa Bumi


“berlindung di bawah meja”

34
Foto 4. Simulasi Gempa Bumi
“Melindungi kepala dan keluar dari gedung”

Foto 5. Simulasi Gempa Bumi


“menuju titik kumpul”

35
Foto 6. Simulasi Gempa Bumi
“berkumpul di halaman di titik kumpul (halaman depan sekolah)”

Foto 7. Kerja bakti membersihkan hutan jati sekolah

36
Foto 8. Simulasi dapur umum
Lampiran 2
INSTRUMEN ANGKET “SETIA”
(Siaga bencana, Empati, Tanggap, Integritas, Aktif)

Petujuk Pengisian
Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat kalian mengenai
pernyataan di bawah ini, dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom yang
tersedia!

Keterangan Pilihan Jawaban:


SS : Sangat setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
TS : Tidak setuju

Alternatif Jawaban
NO Pernyataan
SS S KS TS
A Siaga Bencana
1 Untuk mengurangi resiko bencana, kita
harus menjaga fungsi sumberdaya alam
dan tidak merusak alam
2 Kita harus mengetahui peta evakuasi dan
daerah tempat mengungsi

37
3 Saat ini kita berada di daerah rawan
bencana
4 Kita sebaiknya tidak panik saat bencana
terjadi
5 Setiap keluarga sebaiknya menyiapkan
peralatan penyelamatan sebagai antisipasi
bencana
B Empati
1 Saya memberi support teman ketika
menghadapi bencana
2 Saya ikut prihatin atas masalah yang
dialami teman saya
3 Saya menjadi pendengar yang baik ketika
teman sedang curhat
4 Saya menjenguk teman yang sakit
5 Saya merasakan kesedihan/penderitaan
teman
C Tanggap
1 Saya memperhatikan dan mengetahui
fenomena alam sekitar
2 Saya menghubungi nomor penting bila
terjadi bencana
3 Saya memperhatikan tanda bahaya di
sekolah
4 Saya memperhatikan berita peringatan
bencana dari TV atau radio
5 Saya tidak panik saat gempa
D Integritas
1 Saya suka menolong teman yang
kesusahan
2 Saya bersedia menjadi relawan bencana di
sekolah/lingkungan tempat tinggal
3 Saya mengikuti kegiatan donasi
kemanusiaan
4 Saya menyumbangkan baju/seragam layak
pakai kepada yang membutuhkan
5 Saya patuh pada petujuk/instruksi saat
simulasi bencana
E Aktif
1 Saya menggali informasi terkait
kebencanaan di perpustakaan atau media
sosial
2 Saya mengikuti kerja bakti dan
penghijauan di sekolah / lingkungan

38
tempat tinggal
3 Saya menyebarluaskan informasi terkait
kebencanaan kepada keluarga dan
masyarakat
4 Saya berpartisipasi pada sesi tanya jawab
saat kegiatan sosialisasi kebencanaan
5 Saya mengikuti kegiatan simulasi bencana
di sekolah

Lmpiran 3
INSTRUMEN TES PENGETAHUAN KEBENCANAAN

1. Serangkaian peristiwa baik yang disebabkan oleh manusia, alam maupun


perpaduan keduanya yang dapat menimbulkan korban jiwa, kerugian harta
benda, dan kerusakan lingkungan di sebut dengan…….
a. Bencana
b. Malapetaka
c. Takdir

2. Bencana alam adalah bencana yang disebabkan oleh………


a. Peristiwa alam,
b. Perilaku manusia
c. kerusakan osial/politik

3. Dibawah ini yang termasuk bencana alam adalah


a. Banjir, angin rebut, gempa bumi
b. Pesawat jatuh, angin rebut, tsunami
c. Tawuran, banjir, gempa bumi

4. Penyebab timbulnya gempa bumi adalah ......


a. Pergerakan lempeng/kerak bumi, dan gunung meletus
b. Badai dan angin topan
c. Pengoboran minyak

5. Bencana apa yang berpotensi di sekolahmu adalah .....

39
a. Banjir, gempa bumi
b. Longsor, gempa bumi
c. Angin rebut, gempa bumi

6. Tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi gempa bumi…….


a. Berlari menuju ruangan /lapangan terbuka sambil melindungi kepala
b. Merapat di tembok.
c. Tiarap dilantai

7. Sebagai siswa apa yang perlu kamu siapkan untuk menghadapi bencana
yang bisa datang kapan saja….
a. Menambah pengetahuan dan mengikuti pelatihan kebencanaan.
b. Mencatat nomer telepon temen akrab
c. Mencatat alamat guru

8. Barang dan perlengkapan yang perlu diselamatkan jika terjadi banjir adalah ...
a. Ijasah dan surat-surat penting lainnya
b. Barang kesayangan
c. Tas sekolah

9. Yang akan kamu lakukan jika mendengar bunyi/tanda bahaya gempa


bumi di sekolah adalah ...
a. Berteriak minta pertolongan
b. Berdiam di dalam ruangan
c. Keluar ruangan dan lari menuju tempat evakuasi/lapangan

10. Apabila terjadi gempa bumi pada saat kamu berada di dalam kelas dan
tidak ada waktu untuk keluar, yang akan kamu lakukan adalah ....
a. Berlindung dibawah meja yang kokoh sambil perpegangan pada kaki meja
b. Berlindung di samping jendela sambil jongkok
c. Tiarap di lantai

11. Kejadian akibat fenomena alam yang luar biasa dan/atau disebabkan ulah
manusia yang menimbulkan korban jiwa, kerugian material, dan kerusakan
lingkungan, di mana masyarakat setempat tidak dapat mengatasinya , sehingga
membutuhkan bantuan dari luar, merupakan definisi dari ...
a. bencana
b. bahaya
c. hazard

12. Berdasarkan waktu kejadiannya, bencana dikelompokkan menjadi ...


a. bencana alam dan bencana yang disebabkan manusia
b. bencana yang sudah terjadi dan akan terjadi
c. bencana yang terencana dan tidak terencana

40
13. Upaya-upaya penggunaan kemampuan untuk secara tepat dan cepat merespon
bencana disebut...
a. kesiapsiagaan
b. mengatasi
c. mitigasi

14. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi akibat ancaman bencana


disebut ...
a. mengatasi
b. mitigasi
c. menangani

15. Disebut apakah gempa yang disebabkan oleh pergeseran kulit bumi?
a. tektonik
b. vulkanik
c. induksi

16. Pusat gempa yang biasanya terletak jauh di bawah permukaan bumi disebut ...
a. hiposentrum
b. episentrum
c. sentrum

17. Alat pengukur gempa disebut ...


a. seismogram
b. seismograf
c. seismometer

18. Tindakan mitigasi bencana dilakaukan ...


a. sebelum terjadinya bencana
b. saat terjadinya bencana
c. pasca terjadinya bencana

19. Apabila seseorang berada di dalam gedung kemudian terjadi gem[pa, upaya
penyelamatannya adalah ...
a. mencari jalan keluar bangunan
b. berteriak minta tolong
c. berlindung di bawah meja

20. Pada saat bencana longsor datang, maka kita melakukan evakuasi ke ...
a. atap rumah
b. pantai
c. menjauhi bukit

21. Salah satu kegiatan tanggap bencana adalah ...


a. membuang sampah pada tempatnya
b. menanami hutan yang gundul

41
c. melakukan evakuasi dan penyelamatan

22. Peralatan perolongan pertama untuk menghadapi bencana adalah ...


a. obat dalam kotak P3K
b. tas berisi baju
c. alat transportasi

23. Yang dilakukan saat bencana tiba-tiba terjadi adalah ...


a. mencari perlindngan
b. membereskan barang
c. diam saja

24. Bencana yang beresiko tinggi dapat mengakibatkan ...


a. kerugian fisik dan mental
b. konflik di masyarakat
c. pendapatan bertambah

25.Rehabilitasi pasca bencana adalah...


a. pencarian bantuan agar semua dapat hidup sejahtera
b. pendataan dan pencarian korban dan barang hilang
c. perbaikan dan pemulihan semua aspek agar normal kembali

42
Lampiran 4

ANALISIS ANGKET

Contoh perhitungan:
1. Aspek siaga bencana butir soal no 1
 SS
Responden = 12
Poin = 3
Jumlah poin = 12 x 3 = 36
 S
Responden = 10
Poin = 2
Jumlah poin = 10 x 2 = 20
 KS
Responden =3
Poin =1
Jumlah poin =3x1=3
 TS
Responden =0
Poin =1
Jumlah poin = 0 x 1=0
 Total = 36 + 20 + 3 + 0 = 59

43

Anda mungkin juga menyukai