Anda di halaman 1dari 14

Makassar, 5 januari 2015

MAKALAH
TAKUT KE DOKTER GIGI, NO WAY!

DISUSUN OLEH :

NUR HILDA RIZKI - 111 2013 0004


TRIANA AMALIAH JAYANTI - 111 2013 0020
ANDI ULFA AZIZIYAH - 111 2013 0029
FITRIA ARUM - 111 2013 0042
ALVIAN AKBAR - 111 2013 0045
ASRIANI JANUWATI - 111 2013 0054

PEMBIMBING : drg. CHUSNUL CHOTIMAH

BLOK PUBLIC DENTAL HEALT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Berkat dukungan dari berbagai
pihak, kami bersyukur karena kelompok kami dapat menyusun makalah diskusi
ini dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dokter selaku
pembimbing kelompok kami yang telah banyak memberikan dukungan,
bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan makalah ini di sela-sela
kesibukan beliau.
Kami juga juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan banyak batuan dalam menyediakan buku-buku referensi dan
memberikan pinjaman, dan juga teman-teman mahasiswa kedokteran gigi
angkatan 2013 yang telah banyak membantu.
Tiada gading yang tak retak, begitu pula kami sangat menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat di kemudian hari, khususnya dalam
bidang kedokteran gigi di kalangan Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, 5 januari 2015

Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Rasa takut terhadap perawatan gigi merupakan hambatan bagi dokter gigi
dalam usaha peningkatan kesehatan gigi masyarakat. Pada umumnya rasa takut
timbul akibat pengalaman perawatan gigi semasa kanak-kanak, oleh karena itu
perlu diperhatikan bahwa pencegahan timbulnya rasa takut harus dimulai pada
usia dini. Rasa takut merupakan salah satu dari sekian banyak emosi yang
sering diperlihatkan anak pada perawatan gigi yang dapat mempengaruhi
tingkah laku dan menetukan keberhasilan perawatan gigi.
Rasa takut adalah emosi pertama yang diperoleh bayi setelah lahir. Rasa
takut merupakan suatu mekanisme protektif terhadap adanya perasaan bahaya
atau ancaman dari perilaku yang tidak menyenangkan. Sulit untuk
membedakan rasa takut dan kecemasan. Kecemasan termasuk dalam perasaan
was-was, bimbang, ragu-ragu, khawatir, kaget, gelisah dan bingung. Rasa takut
sering dihubungkan dengan objek atau situasi tertentu yang jelas sedangkan
cemas sering dihubungkan dengan objek atau situasi yang tidak jelas.
Misalnya, anak yang takut ke dokter gigi yaitu anak yang sama sekali enggan
pergi ke dokter gigi sedangkan anak yang cemas adalah anak yang mau ke
dokter gigi tetapi merasa cemas memikirkan apa yang akan didapat di praktek
dokter gigi.
Rasa takut sering diekspresikan anak dengan berbagai cara. Beberapa anak
yang penakut, secara terang-terangan akan menolak untuk memasuki ruang
praktek dokter gigi apalagi disuruh untuk membuka mulut di kursi gigi.
Ekspresi lainnya dapat menangis, menjerit atau bahkan meronta-ronta. Ada
pula yang mengekspresikan rasa takutnya hanya dari ekspresi wajahnya saja.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Pengertian Kecemasan
2. Gejala-Gejala Kecemasan
3. Pengertian dental anxiety, dental fear, dan dental phobia.
4. Penyebab rasa cemas dan takut
5. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa cemas dan takut ke
dokter gigi
6. Alasan perlunya mengunjungi dokter gigi

1.3. TUJUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan:
Untuk Mengetahui Tentang
1. Pengertian kecemasan
2. Gejala-gejala kecemasan
3. Pengertian dental anxiety, dental fear, dan dental phobia
4. Penyebab rasa cemas dan takut
5. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa cemas dan takut ke
dokter gigi
6. Alasan perlunya mengunjungi dokter gigi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kecemasan


Kecemasan atau dalam bahasa inggris anxiety berasal dari bahasa latin
angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Kecemasan
adalah suatu keadaan patologis yang ditandai oleh perasaan ketakutan disertai
tanda somatik pertanda sistem saraf otonom yang hiperaktif. Kecemasan
dianggap patologis bilamana mengganggu fungsi sehari-hari, pencapaian
tujuan, dan kepuasan atau kesenangan yang wajar.1
Rasa takut ditimbulkan oleh adanya ancaman, sehingga seseorang akan
menghindar dan sebagainya. Kecemasan dapat ditimbulkan oleh bahaya dari
luar, mungkin juga oleh bahaya dari dalam diri seseorang, dan pada umumnya
ancaman itu samar-samar. Bahaya dari dalam, timbul bila sesuatu hal yang
tidak dapat diterimanya, misalnya pikiran, perasaan, keinginan, dan
dorongan.2

2.2. Gejala-Gejala Kecemasan


Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya
ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong normal kadang
kala mengalami kecemasan yang menampak, sehingga dapat disaksikan pada
penampilan yang berupa gejala-gejala fisik maupun mental. Gejala tersebut
lebih jelas pada individu yang mengalami gangguan mental. Lebih jelas lagi
bagi individu yang mengidap penyakit mental yang parah.
Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin,
detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan
berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. Gejala yang bersifat mental
adalah: ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan
perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Siti Sundari, 2004:62).??
Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005:164) ??
mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala,
diantaranya yaitu :
a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar,
banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa
lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.
b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar,
terguncang, melekat dan dependen.
c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan
akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur
aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi.3

2.3. Pengertian Dental Anxiety, Dental Fear, dan Dental Phobia


1. Dental Anxiety
Dental anxiety adalah rasa cemas dan gugup secara berlebihan setiap akan
menghadapi atau melakukan kunjungan ke dokter gigi.4 Dental anxiety
juga dapat berarti ketakutan terhadap sesuatu yang tidak diketahui. Pasien
merasa cemas oleh karena tidak tahu apa yang akan terjadi atau harus
berbuat apa nanti.5
2. Dental Fear
Dental fear merupakan antisipasi terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh
seseuatu yang diketahui sangat berbahaya. 5
3. Dental Phobia
Dental phobia adalah kondisi dental anxiety yang lebih buruk dimana tidak
hanya sekedar cemas, tapi sampai terlihat panik dan ketakutan. Karena
terlalu takut, penderita dental phobia melakukan apa saja agar tidak
berkunjung ke dokter gigi dan menganggap lebih baik tetap merasakan
sakit gigi.4 dental phobia juga merupakan sinonim dengan rasa takut,
tetapi rasa takut yang berlebihan. Pasien akan cenderung untuk
menghindar melakukan perawatan gigi, dengan hanya mendengar
perkataan ‘dokter gigi’ saja, mereka mulai merasa takut.5

2.4. Penyebab rasa cemas dan takut


1. Pengalaman pribadi yang buruk
Biasanya penyebab dari rasa takut ini bisa berasal dari pengalaman buruk
sebelumnya dengan dokter gigi maupun dokter umum terutama karena
rasa sakit ketika perawatan. Perawatan gigi dahulu masih belum
berkembang. Namun sekarang sudah mulai banyak dokter gigi yang mulai
memanfaatkan teknologi baru untuk mengendalikan rasa sakit. Jadi rasa
sakit bukalah hal yang harus dikhawatirkan lagi ketika akan melakukan
perawatan gigi.4
2. Pengaruh lingkungan
Selain karena pengalaman pribadi, rasa takut terhadap perawatan gigi juga
bisa diakibatkan oleh pengaruh lingkungan misalnya di keluarga. Banyak
orang tua yang suka menakut-nakuti anak mereka apabila malas menyikat
gigi, maka akan dibawa ke dokter gigi untuk disuntik. Alangkah lebih baik
apabila anak diajak ke dokter gigi mulai dari kecil untuk periksa gigi
walaupun giginya belum ada yang berlubang. Dengan begitu anak akan
terbiasa untuk rutin ke dokter gigi sampai dewasa.4

2.5. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa cemas dan
takut ke dokter gigi
1. Bicara dokter gigi???
Coba menceritakan ke dokter gigi tentang rasa takut yang dialami dan
berbagai alternatif pilihan perawatan yang bisa dilakukan. Tanyakan pula
bagaimana langkah-langkah prosedur yang akan dilakukan dan berapa kali
kunjungan harus dilakukan untuk menyelesaikan suatu perawatan.
Dengan memilih sendiri dan mengetahui langkah-langkah perawatan
yang akan dilakukan, maka akan merasa lebih tenang dan tidak akan kaget
karena sudah mengetahui apa yang akan dilakukan oleh dokter gigi
selanjutnya.
Apabila merasakan sakit atau hanya sekedar gugup dan tegang ketika
perawatan sedang berlangsung, mintalah waktu ke dokter gigi untuk
berhenti sejenak. Tenangkan diri, ambil nafas, atau mungkin berkumur-
kumur sebentar agar merasa lebih tenang.4
2. Alihkan perhatian
Rasa stres ketika melakukan perawatan gigi bisa diatasi dengan
mengalihkan perhatian ke sesuatu yang lebih menyenangkan. Pasien bisa
melakukan perawatan sambil mendengarkan MP3 player, menonton TV
yang ada di ruangan dokter gigi, atau sambil SMS-an sama teman.4
3. Pengendalian rasa sakit
Menurut penelitian, rasa sakit merupakan alasan utama orang menghindari
perawatan gigi. Dengan teknologi yang telah berkembang pesat, rasa sakit
ketika perawatan gigi tidak lagi menjadi masalah. Misalnya dengan
penggunaan topikal anestesi yang dioleskan untuk mengurangi rasa sakit
ketika disuntik, anestesi elektronik yang lebih nyaman dibandingkan
anaestesi biasa, dan lain sebagainya. Tanyakan kepada dokter gigi apa saja
yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa
sakit ketika perawatan.4
4. Teknik Relaksasi
Ada berbagai macam teknik relaksasi. Banyak orang yang merasakan
bahwa rasa takut mereka lama-kelamaan berkurang setelah berlatih
menggunakan teknik ini. Beberapa dokter gigi mungkin bisa mengajarkan
cara melakukannya. Beberapa teknik yang paling efektif di antaranya:
- Guided Imagery
Teknik ini dilakukan dengan cara membayangkan bahwa diri kamu
sedang berada di suatu tempat yang menyenangkan ataupun
menenangkan.

- Deep breathing
Disebut juga dengan pernafasan dada. Caranya cukup mudah yaitu
dengan bernafas dalam-dalam dan perlahan-lahan beberapa kali sampai
kamu merasa lebih tenang.
- Progressive relaxation
Dengan teknik ini, secara sadar kamu berusaha membuat rileks semua
otot di tubuh kita dimulai dari ujung jari kaki lalu ke atas sampai
kepala.4 Ditulis diatas
5. Sedasi
Berbeda dengan obat analgesik yang menghalangi rasa sakit, obat sedasi
bekerja dengan cara menengkan sistem saraf pusat agar bisa membantu
kita merasa tenang dan rileks. Tapi biasanya dokter gigi jarang
memberikan obat ini karena obat ini agak lama memperlihatkan kerjanya
dan efek sampingnya, di antaranya rasa kantuk, bisa bertahan sampai
beberapa jam.4

2.6. Alasan Perlunya Mengunjungi Dokter Gigi


Mengunjungi dokter gigi untuk pemeriksaan rutin sangat penting. Pada
umumnya, dua kali setahun. Tapi tergantung pada seberapa baik kondisi
kesehatan mulut. Kunjugan dapat dilakukan setiap tiga bulan atau setahun sekali.
Beberapa alasan seseorang memerlukan pemeriksaan gigi secara rutin adalah:
1. Mencegah lebih baik daripada mengobati
Pemeriksaan gigi secara rutin dapat membantu melihat beberapa tanda-
tanda kondisi mulut yang akan datang sehingga dapat diambil tindakan
pencegahan. Selama pemeriksaan rutin, dokter gigi dapat memeriksa kondisi
mulut yang dapat berisiko mengakibatkan kerusakan gigi, penyakit gusi, dan
lain-lain.
Salah satu faktor risiko tersebut adalah tartar atau kalkulus (plak yang
termineralisasi) yang merugikan bagi kesehatan gigi dan gusi. Hal ini tidak
dapat dengan mudah dihilangkan bahkan setelah mengikuti semua langkah-
langkah pembersihan gigi dan mulut seperti menyikat gigi dan flossing.
Scaling dan pembersihan secara profesional dengan bantuan dokter gigi
merupakan satu-satunya cara untuk membersihkan deposito mineralisasi plak
tersebut.
Faktor risiko lain seperti mulut kering, posisi gigi yang tidak tepat,
tambalan gigi yang rusak dan gigi palsu, gigi yang hilang, dan lain-lain dapat
diidentifikasi dan diperbaiki untuk mencegah gigi berlubang dan / atau
penyakit gusi serta penyakit lainnya. Jika rongga mulut sangat rentan, dokter
gigi mungkin juga dapat memberikan lapisan pelindung seperti sealant atau
gel fluoride pada pit dan fisur gigi untuk mencegah kerusakan gigi.
2. Mencegah komplikasi yang tidak diinginkan
Deteksi dini melalui pemeriksaan gigi secara rutin membantu
menghindari sejumlah komplikasi. Jika gigi membusuk tidak diidentifikasi
dan diperlakukan dengan tepat, dapat menyebabkan abses (nanah) di sekitar
akar gigi yang dapat meninggalkan sakit gigi yang sangat buruk. Infeksi
bakteri dari abses dapat menyebar dan menyebabkan komplikasi seperti kista
gigi (rongga berisi cairan), sinusitis, osteomyelitis (infeksi tulang) atau sepsis
(infeksi ke seluruh tubuh). Terkadang, hal itu dapat menyebabkan kondisi
fatal seperti Ludwig’s angina (pembengkakan dan rasa sakit di bawah lidah
dan di leher) dan trombosis sinus kavernosus (bekuan darah di pembuluh
darah besar di dasar otak).
Penyakit gusi mungkin tidak memiliki gejala sampai telah mencapai
stadium lanjut. Struktur pendukung dalam gusi dapat dihancurkan dan
terlepas dari gigi. Mungkin ada pembentukan nanah dan kerusakan tulang
pendukung gigi dan akhirnya menyebabkan kehilangan gigi. Sebuah
pemeriksaan rutin akan mendeteksi masalah gusi dan membantu menghindari
komplikasi tersebut.
3. Menghemat uang untuk perawatan gigi
Pemeriksaan gigi secara rutin dapat membantu mengurangi uang untuk
biaya perawatan gigi. Pengobatan untuk tahap awal masalah kesehatan mulut
yang sederhana dan tidak mahal. Perawatan masalah gigi dalam stadium
lanjut yang memerlukan prosedur rumit dan akan dikenakan biaya lebih
mahal. Sebuah tumpatan sederhana atau scaling biayanya jauh lebih rendah
daripada perawatan saluran akar atau operasi.
4. Menyelamatkan hidup
Selama pemeriksaan gigi secara rutin, dokter gigi tidak hanya khawatir
tentang menyelamatkan gigi. Dokter gigi mungkin mencari petunjuk penting
dari mulut tentang kesehatan secara keseluruhan seperti kekurangan gizi,
stres, campak, gangguan makan, dan lain-lain. Tanda-tanda tertentu dan
gejala di mulut bisa membantu mendeteksi kondisi tubuh. Kanker di dasar
lidah, di bagian belakang tenggorokan, amandel atau di langit-langit lunak
dapat dihubungkan dengan infeksi HPV. Jaringan abnormal tumbuh di bawah
lapisan dalam mulut dan tenggorokan bisa menjadi tanda sarkoma Kaposi.
Kanker lain yang mungkin dikenali termasuk kanker kulit, kanker tulang
rahang dan kanker tiroid.6
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dental fobia adalah secara asasnya sinonim dengan rasa takut, tetapi rasa
takut yang berlebihan. Pasien akan cenderung untuk menghindar dari melakukan
perawatan gigi. Dengan hanya mendengar perkataan ‘dokter gigi’ sahaja, mereka
mula merasa takut. Fobia terbagi kepada dua yaitu fobia sosial dan fobia spesifik.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSMN), dental
fobia merupakan salah satu fobia spesifik. Antara kriteria untuk pengidap fobia
spesifik adalah adanya rasa takut yang persisten, berlebihan dan tanpa alasan
terhadap objek atau situasi tertentu, adanya respon secara tiba-tiba terhadap
stimulus atau rangsangan yang ditakuti.
Terbentuknya dental fobia ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman sosial
semasa kecil, seperti sikap dokter gigi yang dingin dan tidak berperasaan,
beberapa prosedur kedokteran gigi yang dapat menyebabkan nyeri walaupun
sedikit menyebabkan anak merasa takut, kebanyakan anak yang pernah memiliki
pengalaman buruk dengan dokter gigi cenderung takut terhadap suara terutama
suara bor dan bau ruangan praktek dokter gigi dan ketakutan anak terhadap mati
rasa atau tersedak juga bisa menyebabkan penghindaran ke praktek dokter gigi.
Sedangkan Rasa takut merupakan salah satu dari sekian banyak emosi
yang biasa diperlihatkan anak pada perawatan gigi. Kebanyakan diperoleh pada
masa anak dan remaja. Rasa takut menghantarkan anak-anak pada prosedur yang
mungkin tidak menyenangkan dan selanjutnya memperbesar rasa takut terhadap
prosedur perawatan gigi. Rasa takut mempengaruhi tingkah laku dan keberhasilan
pada perawatan gigi.
Penyebab rasa takut adalah rasa takut terhadap perawatan gigi hingga saat
ini masih merupakan masalah yang penting dan merupakan hambatan bagi dokter
gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi masyarakat dan hal tersebut dapat
memberi pengaruh buruk terhadap pelaksanaan prosedur pengobatannya. Rasa
takut akan mempengaruhi tingkah laku anak dan menentukan keberhasilan
kunjungan ke dokter gigi. Faktor-faktor yang menyebabkan rasa takut terhadap
perawatan gigi dan mulut yaitu rasa takut dari diri sendiri, rasa takut dari orang
tua atau keluarga, dan dokter gigi.
Tipe rasa takut yaitu rasa takut adalah respons emosional dan merupakan
suatu mekanisme protektif untuk melindungi seseorang dari ancaman atau bahaya
dari luar. Rasa takut tidak di wariskan tetapi diperoleh setelah lahir. Rasa takut
anak diperoleh secara objektif atau subjektif.
Rasa takut biasanya lebih banyak pada anak perempuan daripada anak
laki-laki.
Anak yang takut lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan pengalaman
perawatan gigi yang tidak menyenangkan dibandingkan dengan anak yang kurang
takut. Orang tua tidak boleh menggunakan perawatan gigi sebagai ancaman dan
membawa anak ke dokter gigi sebagai hukuman. Anak harus diajarkan bahwa
praktek dokter gigi bukan merupakan tempat untuk ditakuti.
Dalam usaha menunjang keberhasilan perawatan gigi dan mulut maka
dokter gigi harus tahu cara menangani anak terutama yang berusia 3 hingga 6
tahun dengan baik. Perawatan secara non-farmakologi adalah salah satu cara
dalam mengatasi dental fobia tanpa menggunakan obat-obatan.1 Perawatan
tersebut antara lain TSD, komunikasi, mengalihkan perhatian, hipnotis, modeling,
desensitisasi dan HOME. Disamping itu seorang dokter gigi juga diharapkan
untuk lebih memperhatikan segi psikologis berikut penyimpangan perilakunya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Widosari, Yuke W. Skripsi : Perbedaan Dejarat Kecemasan dan Depresi


Mahasiswa Kedokteran Preklinik dan Ko-Asisten di FK UNS Surakarta.
Surakarta : Universitas Sebelas Maret. 2010.
2. Gunarsa, Singgih Prof. Dr. dan Dra. Ny. Y.Singgih D.G. Psikologi
Perawatan. Jakarta : Gunugn Mulia. 2008 : 27.
3. Hardiani, Carina Nagita. Skripsi : Kecemasan Dalam Menghadapi Masa
Bebas Pada Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo.
Yogyakarta : UNY. 2012 : 12-14.
4. Ramadhan, Ardyan Gilang. Serba-Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta:
Bukune. 2010. 42-46.
5. Amran, Nabilah. Dental Fobia Pada Anak Usia 3-6 Tahun Serta
Penanggulangannya. Medan : FKG USU. 2011.
6. 5 reasons why regular visits to the dentist is a good idea. [internet] cite: 1
Januari 2015. Available from:
http://www.thehealthsite.com/oral-health/5-reasons-why-regular-visits-to-the-
dentist-is-a-good-idea/

Anda mungkin juga menyukai