MAKALAH
TAKUT KE DOKTER GIGI, NO WAY!
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Berkat dukungan dari berbagai
pihak, kami bersyukur karena kelompok kami dapat menyusun makalah diskusi
ini dengan baik. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dokter selaku
pembimbing kelompok kami yang telah banyak memberikan dukungan,
bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan makalah ini di sela-sela
kesibukan beliau.
Kami juga juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah
memberikan banyak batuan dalam menyediakan buku-buku referensi dan
memberikan pinjaman, dan juga teman-teman mahasiswa kedokteran gigi
angkatan 2013 yang telah banyak membantu.
Tiada gading yang tak retak, begitu pula kami sangat menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat di kemudian hari, khususnya dalam
bidang kedokteran gigi di kalangan Universitas Muslim Indonesia.
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. TUJUAN
Makalah ini disusun dengan tujuan:
Untuk Mengetahui Tentang
1. Pengertian kecemasan
2. Gejala-gejala kecemasan
3. Pengertian dental anxiety, dental fear, dan dental phobia
4. Penyebab rasa cemas dan takut
5. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa cemas dan takut ke
dokter gigi
6. Alasan perlunya mengunjungi dokter gigi
BAB II
PEMBAHASAN
2.5. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa cemas dan
takut ke dokter gigi
1. Bicara dokter gigi???
Coba menceritakan ke dokter gigi tentang rasa takut yang dialami dan
berbagai alternatif pilihan perawatan yang bisa dilakukan. Tanyakan pula
bagaimana langkah-langkah prosedur yang akan dilakukan dan berapa kali
kunjungan harus dilakukan untuk menyelesaikan suatu perawatan.
Dengan memilih sendiri dan mengetahui langkah-langkah perawatan
yang akan dilakukan, maka akan merasa lebih tenang dan tidak akan kaget
karena sudah mengetahui apa yang akan dilakukan oleh dokter gigi
selanjutnya.
Apabila merasakan sakit atau hanya sekedar gugup dan tegang ketika
perawatan sedang berlangsung, mintalah waktu ke dokter gigi untuk
berhenti sejenak. Tenangkan diri, ambil nafas, atau mungkin berkumur-
kumur sebentar agar merasa lebih tenang.4
2. Alihkan perhatian
Rasa stres ketika melakukan perawatan gigi bisa diatasi dengan
mengalihkan perhatian ke sesuatu yang lebih menyenangkan. Pasien bisa
melakukan perawatan sambil mendengarkan MP3 player, menonton TV
yang ada di ruangan dokter gigi, atau sambil SMS-an sama teman.4
3. Pengendalian rasa sakit
Menurut penelitian, rasa sakit merupakan alasan utama orang menghindari
perawatan gigi. Dengan teknologi yang telah berkembang pesat, rasa sakit
ketika perawatan gigi tidak lagi menjadi masalah. Misalnya dengan
penggunaan topikal anestesi yang dioleskan untuk mengurangi rasa sakit
ketika disuntik, anestesi elektronik yang lebih nyaman dibandingkan
anaestesi biasa, dan lain sebagainya. Tanyakan kepada dokter gigi apa saja
yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan rasa
sakit ketika perawatan.4
4. Teknik Relaksasi
Ada berbagai macam teknik relaksasi. Banyak orang yang merasakan
bahwa rasa takut mereka lama-kelamaan berkurang setelah berlatih
menggunakan teknik ini. Beberapa dokter gigi mungkin bisa mengajarkan
cara melakukannya. Beberapa teknik yang paling efektif di antaranya:
- Guided Imagery
Teknik ini dilakukan dengan cara membayangkan bahwa diri kamu
sedang berada di suatu tempat yang menyenangkan ataupun
menenangkan.
- Deep breathing
Disebut juga dengan pernafasan dada. Caranya cukup mudah yaitu
dengan bernafas dalam-dalam dan perlahan-lahan beberapa kali sampai
kamu merasa lebih tenang.
- Progressive relaxation
Dengan teknik ini, secara sadar kamu berusaha membuat rileks semua
otot di tubuh kita dimulai dari ujung jari kaki lalu ke atas sampai
kepala.4 Ditulis diatas
5. Sedasi
Berbeda dengan obat analgesik yang menghalangi rasa sakit, obat sedasi
bekerja dengan cara menengkan sistem saraf pusat agar bisa membantu
kita merasa tenang dan rileks. Tapi biasanya dokter gigi jarang
memberikan obat ini karena obat ini agak lama memperlihatkan kerjanya
dan efek sampingnya, di antaranya rasa kantuk, bisa bertahan sampai
beberapa jam.4
3.1. KESIMPULAN
Dental fobia adalah secara asasnya sinonim dengan rasa takut, tetapi rasa
takut yang berlebihan. Pasien akan cenderung untuk menghindar dari melakukan
perawatan gigi. Dengan hanya mendengar perkataan ‘dokter gigi’ sahaja, mereka
mula merasa takut. Fobia terbagi kepada dua yaitu fobia sosial dan fobia spesifik.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSMN), dental
fobia merupakan salah satu fobia spesifik. Antara kriteria untuk pengidap fobia
spesifik adalah adanya rasa takut yang persisten, berlebihan dan tanpa alasan
terhadap objek atau situasi tertentu, adanya respon secara tiba-tiba terhadap
stimulus atau rangsangan yang ditakuti.
Terbentuknya dental fobia ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman sosial
semasa kecil, seperti sikap dokter gigi yang dingin dan tidak berperasaan,
beberapa prosedur kedokteran gigi yang dapat menyebabkan nyeri walaupun
sedikit menyebabkan anak merasa takut, kebanyakan anak yang pernah memiliki
pengalaman buruk dengan dokter gigi cenderung takut terhadap suara terutama
suara bor dan bau ruangan praktek dokter gigi dan ketakutan anak terhadap mati
rasa atau tersedak juga bisa menyebabkan penghindaran ke praktek dokter gigi.
Sedangkan Rasa takut merupakan salah satu dari sekian banyak emosi
yang biasa diperlihatkan anak pada perawatan gigi. Kebanyakan diperoleh pada
masa anak dan remaja. Rasa takut menghantarkan anak-anak pada prosedur yang
mungkin tidak menyenangkan dan selanjutnya memperbesar rasa takut terhadap
prosedur perawatan gigi. Rasa takut mempengaruhi tingkah laku dan keberhasilan
pada perawatan gigi.
Penyebab rasa takut adalah rasa takut terhadap perawatan gigi hingga saat
ini masih merupakan masalah yang penting dan merupakan hambatan bagi dokter
gigi dalam usaha peningkatan kesehatan gigi masyarakat dan hal tersebut dapat
memberi pengaruh buruk terhadap pelaksanaan prosedur pengobatannya. Rasa
takut akan mempengaruhi tingkah laku anak dan menentukan keberhasilan
kunjungan ke dokter gigi. Faktor-faktor yang menyebabkan rasa takut terhadap
perawatan gigi dan mulut yaitu rasa takut dari diri sendiri, rasa takut dari orang
tua atau keluarga, dan dokter gigi.
Tipe rasa takut yaitu rasa takut adalah respons emosional dan merupakan
suatu mekanisme protektif untuk melindungi seseorang dari ancaman atau bahaya
dari luar. Rasa takut tidak di wariskan tetapi diperoleh setelah lahir. Rasa takut
anak diperoleh secara objektif atau subjektif.
Rasa takut biasanya lebih banyak pada anak perempuan daripada anak
laki-laki.
Anak yang takut lebih besar kemungkinannya untuk mendapatkan pengalaman
perawatan gigi yang tidak menyenangkan dibandingkan dengan anak yang kurang
takut. Orang tua tidak boleh menggunakan perawatan gigi sebagai ancaman dan
membawa anak ke dokter gigi sebagai hukuman. Anak harus diajarkan bahwa
praktek dokter gigi bukan merupakan tempat untuk ditakuti.
Dalam usaha menunjang keberhasilan perawatan gigi dan mulut maka
dokter gigi harus tahu cara menangani anak terutama yang berusia 3 hingga 6
tahun dengan baik. Perawatan secara non-farmakologi adalah salah satu cara
dalam mengatasi dental fobia tanpa menggunakan obat-obatan.1 Perawatan
tersebut antara lain TSD, komunikasi, mengalihkan perhatian, hipnotis, modeling,
desensitisasi dan HOME. Disamping itu seorang dokter gigi juga diharapkan
untuk lebih memperhatikan segi psikologis berikut penyimpangan perilakunya.
DAFTAR PUSTAKA