Debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur
pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian yang lain
debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt). Sungai dari satu atau beberapa aliran
sumber air yang berada di ketinggian,umpamanya disebuah puncak bukit atau gunung yg
tinggi, dimana air hujan sangat banyak jatuh di daerah itu, kemudian terkumpul dibagian yang
cekung, lama kelamaan dikarenakan sudah terlalu penuh, akhirnya mengalir keluar melalui
bagian bibir cekungan yang paling mudah tergerus air.
Selanjutnya air itu akan mengalir di atas permukaan tanah yang paling rendah, mungkin
mula mula merata, namun karena ada bagian- bagian dipermukaan tanah yg tidak begitu keras,
maka mudahlah terkikis, sehingga menjadi alur alur yang tercipta makin hari makin panjang,
seiring dengan makin deras dan makin seringnya air mengalir di alur itu.
Semakin panjang dan semakin dalam, alur itu akan berbelok, atau bercabang, apabila air yang
mengalir disitu terhalang oleh batu sebesar alur itu, atau batu yang banyak, demikian juga dgn
sungai di bawah permukaan tanah, terjadi dari air yang mengalir dari atas, kemudian
menemukan bagian-bagan yang dapat di tembus ke bawah permukaan tanah dan mengalir ke
arah dataran rendah yg rendah.lama kelamaan sungai itu akan semakin lebar.
Data debit sangat diperlukan dalam studi- studi untuk menentukan volume aliran atau
perubahan – perunahannya yang diakibatkan oleh bangunan –bangunan yang dibangun di
sungai oleh manusia. Karena besarnya debit sama dengan luas penampang basah saluran
dikalikan kecepatan arus maka pengukurannya diarahkan terhadap kedua faktor tersebut.
Untuk melaksanakan pengukuran debit perlu diikuti prosedur pengukuran sebagai
berikut:
A. Penempatan stasiun pengukuran harus memperhatikan 4 kriteria yaitu:
1) Tempat pengukuran harus mudah dicapai,
2) Tempat harus sesuai dengan kondisi lokasi pengukuran,
3) Kedudukan alat harus stabil, dan
4) Alat permanen.
penduduk di hulu maupun di hilir. Pada musim hujan, air hujan yang jatuh di atas lahan
yang gundul akan menggerus tanah yang kemiringannya tinggi. Sebagian besar air hujan
akan menjadi aliran permukaan dan sedikit sekali infiltrasinya. Akibatnya adalah terjadi
tanah longsor dan atau banjir bandang yang membawa kandungan lumpur.
3. Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian
Risiko penebangan hutan untuk dijadikan lahan pertanian sama besarnya dengan
penggundulan hutan. Penurunan debit air sungai dapat terjadi akibat erosi. Selain akan
meningkatnya kandungan zat padat tersuspensi (suspended solid) dalam air sungai
sebagai akibat dari sedimentasi, juga akan diikuti oleh meningkatnya kesuburan air
dengan meningkatnya kandungan hara dalam air sungai.Kebanyakan kawasan hutan yang
diubah menjadi lahan pertanian mempunyai kemiringan diatas 25%, sehingga bila tidak
memperhatikan faktor konservasi tanah, seperti pengaturan pola tanam, pembuatan teras
dan lain-lain.
4. Intersepsi
Adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi diatas permukaan tanah,
tertahan bebereapa saat, untuk diuapkan kembali(”hilang”) ke atmosfer atau diserap oleh
vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi terjadi selama berlangsungnya curah hujan
dan setelah hujan berhenti. Setiap kali hujan jatuh di daerah bervegetasi, ada sebagian air
yang tak pernah mencapai permukaan tanah dan dengan demikian, meskipun intersepsi
dianggap bukan faktor penting dalam penentu faktor debit air, pengelola daerah aliran
sungai harus tetap memperhitungkan besarnya intersepsi karena jumlah air yang hilang
sebagai air intersepsi dapat mempengaruhi neraca air regional. Penggantian dari satu jenis
vegetasi menjadi jenis vegetasi lain yang berbeda, sebagai contoh, dapat mempengaruhi
hasil air di daerah tersebut.
5. Evaporasi dan Transpirasi
Evaporasi transpirasi juga merupakan salah satu komponen atau kelompok yang dapat
menentukan besar kecilnya debit air di suatu kawasan DAS, mengapa dikatakan salah
satu komponen penentu debit air, karena melalu kedua proses ini dapat membuat air baru,
sebab kedua proses ini menguapkan air dari per mukan air, tanah dan permukaan daun,
serta cabang tanaman sehingga membentuk uap air di udara dengan adanya uap air
diudara maka akan terjadi hujan, dengan adanya hujan tadi maka debit air di DAS akan
bertambah juga.
a. Pengukuran Duga Air
Duga air sungai adalah elevasi diatas datum O muka air di pos pengukur duga
air yang ditentukan sembarang. Datum tersebut kadang ditentukan sebagai duga
diatas permukaan air laut, tetapi sering kali ditentukan sedikit dibawah duga debit
nol.Cara Yang paling sederhana untuk mengukur duga air adalah dengan
menggunakan rambu duga air (Staff Guage), yang merupakan skala yang dipasang
sedemikian rupa sehingga ada bagian yang selalu tenggelam dalam air. Rambu
tersebut terdiri atas skala vertikal tunggal yang ditempelkan di konstruksi lain atau
dapat digunakan dengan memasang rambu duga air seksional.
c. Pengukuran Debit
Cara-cara untuk mengukur debit sungai adalah dengan: Mengukur kecepatan
arus dan penampang melintang sungai. Atau menggunakan bangunan pengukur
debit, seperti bendung, ambang tetap dan sebagainya. Berikut penjelasannya:
meskipun muka air sungai itu tinggi. Tempat yang dipilih untuk mengukur
haruslah merupakan bagian sungai yang lurus dengan perubahan lebar,
kedalaman dan gradien sungai yang kecil. Seperti terlihat pada gambar, tiang-
tiang pengamatan dipancangkan di dua titik yang berjarak 50-100 meter.
Pelampung dilepas digaris pelampung yang terletak 20 meter sebelum garis 1.
Waktu tempuh pelampung di antara dua buah garis pengamatan ( 1 dan 2)
diukur dengan stopwatch. Setelah kecepatan arus dihitung,maka diadakan
perhitungan debit, yaitu sam dengan kecepatan dikalikan luas penampang basah
sungai. Biasanya digunakan 3 buah pelampung, dan kecepatannya diambil
kecepatan rata-ratanya. Mengingat arah tempuh pelampung dapat berubah-ubah
akibat adanya pusaran-pusaran air maka nilai yang didapat dari pelampung yang
arahnya sangat menyimpang harus ditiadakan.
V = a + bN
Dimana :
V = kecepatan arus
a = kecepatan permulaan untuk mengatasi gesekan
alat
b = konstanta
N = kecepatan putaran per detik
a dan b ditentukan pada waktu mengkalibrasi alat, yaitu dengan memasang
alat ini di dalam air yang telah diketahui kecepatannya. N ditentukan oleh alat
penghitung putaran.
Q=AxV
Pengambilan data kecepatan air sungai diambil dari kedalaman titik 1/3
kedalaman sungai diukur dari permukaan sungai. Pengambilan ini sebagai
pendekatan sederhana, karena kecepatan air pada permukaan sampai dasar sungai
sebenarnya tidaklah sama. Pengambilan di 1/3 kedalaman menjadi pilihan
sederhana saja.