Anda di halaman 1dari 17

Nama : Sekar Ayu Kinasih

NPM : 1806185563

Kelas : Obat Gangguan Saraf - A

Kasus:

DY (30 tahun) dengan riwayat sakit kepala yang selalu kambuh. Sakit kepala muncul saat
beraktivitas dan selalu diawali dengan gangguan visual dan diakhiri dengan muntah.

1&2. Apa yang terjadi pada DY? Sakit kepala seperti apa dengan keluhan di atas?

Sakit kepala yang secara medis dikenal sebagai cephalalgia adalah suatu kondisi
terdapatnya rasa sakit di dalam kepala, termasuk rasa sakit dibelakang leher atau
punggung bagian atas. Menurut International Headache Society (IHS) sakit kepala
diklasifikasikan menjadi sakit kepala primer yang disebabkan karena tension-type,
migraine, dan cluster headache; dan sakit kepala sekunder yang disebabkan karena
symptomatic of organic disease. Sakit kepala primer yaitu sakit kepala dengan diagnosis
utama, bukan disebabkan karena adanya penyakit lain. Sedangkan sakit kepala sekunder
sakit sebabkan oleh gejala ikutan karena adanya penyakit lain, seperti: sinus, hipertensi,
radang, premenstrual disorder, dll.
Berdasarkan symptoms yang dirasakan oleh DY. DY mengalami sakit kepala migraine
aura. Hal ini dikarenakan, sakit kepala yang dialami oleh DY, selalu diawali dengan
gangguan visual, dimana gangguan visual termasuk dalam salah satu gejala aura (tanda-
tanda yang dirasakan sebelum terjadi migrain). Selain gangguan visual, gejala aura
dapat pula berupa gangguan sensoris, gangguan motorik, dan gangguan bicara/bahasa.
Selain itu, migrain dengan aura juga ditandai dengan pasien yang mengalami muntah.

Tanda-tanda yang mengawali sakit kepala migrain disebut aura. Pada


migrain dengan tipikal aura hanya dibutuhkan minimal
1 gejala yang muncul dan berlangsung selama 5 hingga 60 menit. Dengan adanya
gangguan visual menandakan bahwa pasien mengalami migrain dengan aura.

Migrain dengan aura memiliki tanda tanda seperti :

- Serangan berulang, bertahan dalam menit, sepenuhnya unilateral secara reversible


baik itu visual
- Sensorik atau gejala sistem saraf pusat lainnya yang biasanya berkembang secara
bertahap dan diikuti dengan nyeri kepala dan terkait gejala migrain.
- Adanya masalah penglihatan (kilatan cahaya pada mata)

3. Jelaskan patofisiologi sakit kepala secara umum!


a. Sakit kepala primer  sakit kepala merupakan diagnosis utama, bukan disebabkan
karena adanya penyakit lain
1) Migrain
a. Migrain tanpa aura
b. Migrain dengan aura
c. Migrain komplikasi
d. Migrain kronis
2) Tension-type headache
a. Frequent episodic
b. Infrequent episodic
c. Probable tension-type headache
d. Chronic tension-type headache
3) Trigeminal autonomic cephalgia
a. Cluster headache
b. Paroxysmal hemicrania
c. Short-lasting unilateral neuralgiform headache attacks
d. Hemicrania continual

b. Sakit kepala sekunder  Sakit kepala merupakan gejala ikutan karena adanya
penyakit lain.
a) Migraine

b) Tension-Type Headache
c) Trigeminal autonomic cephalgia
Cluster headache
Chronic Paroxysmal Hemicrania
4. Jelaskan patofisiologi sakit kepala pasien di atas!

 Fase Prodromal
Terjadi perubahan fisik dan mental seperti perubahan mood, kelelahan, leher
yang kaku. Terdapat peningkatan aktivitas korteks oksipital yang berkorelasi
dengan sensitivitas cahaya, juga aktivasi batang otak yang berkorelasi dengan
mual.
 Fase Aura
Gangguan penglihatan, seperti melihat kilatan lampu blits (photopsia) atau
melihat garis zig zag disekitar mata dan hilangnya sebagian penglihatan pada
satu atau kedua mata (scintillating scotoma). Gejala sensoris yang timbul
berupa rasa kesemutan atau tusukan jarum pada lengan.
 Fase Serangan
Serangan sakit kepala seperti berdenyut karena ada aktivasi sistem
trigeminovascular yang merangsang sensitivitas neuron sentral yang
menyebabkan hiperalgesia. biasanya diikuti dengan mual dan muntah
 Fase Postdromal
Pada fase ini nyeri kepala mulai mereda dan akan berakhir dalam waktu 24
jam, pada fase ini pasien akan merasakan lelah, irritable, konsentrasi menurun,
dan nyeri pada ototnya setelah nyeri kepala hilang.
5. Golongan obat apa saja yang dapat digunakan untuk terapi sakit kepala?
 Terapi Akut (Absortif)
Tatalaksana terapi akut/absortif yaitu menggunakan obat-obat penghilang
rasa nyeri dan/atau vasokonstriktor. Golongan obat yang dapat digunakan
antara lain :
1) Analgesics
2) Nonsteroidal anti-inflammatory drugs
3) Alkaloid Ergot dan Derivatnya
4) Serotonin agonist
5) Miscellaneous

 Terapi Profilaksis
Terapi profilaksis dilakukan untuk memperbaiki pengaturan proses
fisiologis yang mengontrol aliran darah dan aktivitas sistem syaraf.
Golongan obat yang dapat digunakan antara lain :

 Terapi profilaksis
Terapi profilaksis dilakukan untuk memperbaiki pengaturan proses fisiologis
yang mengontrol aliran darah dan aktivitas sistem syaraf. Golongan obat
yang dapat digunakan antara lain:
o Antagonis β-Adrenergik
o Antidepressants
o Antikonvulsan
o Methysergide
o NSAID
6. Jelaskan mekanisme kerja dari golongan obat tersebut sehingga dapat digunakan
untuk terapi sakit kepala dan sebutkan contoh obat-obatnya!

a. NSAIDs
NSAID bekerja dengan menghambat COX untuk mensintesis prostaglandin.
Prostaglandin dapat menginduksi timbulnya sakit kepala atau migrain dengan
dilatasi pembuluh darah pada tengkorak.

b. Analgesic
Memblokir sinyal sakit pada otak, mengganggu interpretasi sinyal otak tanpa
menimbulkan anestesi atau hilangnya kesadaran.

c. Triptan
Triptan atau agonis reseptor serotonin (5-HT1 reseptors) digunakan sebagai terapi
lini pertama untuk pasien moderate sampai severe migraine dan sebagai terapi
penyelamatan ketika pengobatan non-selektif tidak efektif.

d. Ergotamine
Egrotamin merupakan agonis reseptor 5-HT1 non-selektif, dengan aksi konstriksi
pembuluh darah intrakranial dan menghambat perkembangan inflamasi
neurogenik pada sistem trigeminovaskular, serta konstriksi arteri dan vena.
Ergotamin bekerja untuk mengatasi migrain bila diberikan pada awal serangan,
berdasarkan efek vasokontriksi pada arteri karotis eksterna yang terdilatasi.

e. Opioids
Secara klinis, sebagian besar opiod yang digunakan relatif selektif dengan
reseptor μ. Opiod bekerja dengan menutup kanal ion Ca2+ pada saraf
prasinaps sehingga menghambat kalsium ke dalam sel sehingga mengurangi
dan menghambat pelepasan neurotransmitter (glutamat), asetilkolin, serotonin,
dan substansi P yang menyebabkan transmisi rangsang nyeri menjadi
terhambat. Opioid juga mendorong hiperpolarisasi neuron postsinaps dengan
cara membuka kanal K+.

f. Antagonis beta adrenergik


Menghambat pengikatan Norepinefrin dan Epinefrin dengan reseptornya
g. Antidepresan
Meningkatkan fungsi nonadrenergik dan serotonergik dengan berbagai
macam mekanisme, yaitu:
- Inhibisi pengangkutan noradrenalin dan serotonin (SSRI dan SNRI),
- Trisiklik antidepresan (TCAs)
- Inhibisi metabolisme noradrenalin dan serotonin (MAOI)

7. Jelaskan efek yang tidak diinginkan dari terapi sakit kepala dan kemungkinan
interaksi yang terjadi diantara obat-obatan yang digunakan dalam terapi sakit
kepala!

a. NSAIDs

Interaksi Obat

1. NSAID dan Angiotensin-Converting Enzyme

ACE akan mencegah pemecahan kinin yang akan menstimulasi produksi


prostaglandin dan menyebabkan bradikardi

2. NSAID dan warfarin

NSAID menekan fungsi normal trombosit dan memungkinkan terjadinya


pendarahan

3. NSAID dan obat hipertensi

NSAID meningkatkan tekanan darah pasien hipertensi

4. NSAID dan kortikosteroid

Meningkatkan keparahan ulkus lambung


b. Ergotamine

Efek samping: mual; selain itu ergotamin dan dihidroergotamin memiliki


kontraindikasi terhadap pasien dengan angina dan penyakit pembuluh darah perifer

- Alkaloid ergot tidak boleh digunakan dalam 24 jam apabila sedang mengonsumsi
triptan dan obat lain yang menyebabkan vasokonstriksi.

- Terjadi vasospasme parah seiring terapi dengan ergotamine dan protease inhibitor.
Hal ini terjadi karena efek inhibisi oleh inhibitor protease pada isoenzim sitokrom
P450 3A4 (CYP3A4) dan meningkatnya kadar ergotamin dalam darah.

c. Opioid

- Sedatif hipnotik: Peningkatan depresi sistem saraf pusat, depresi terutama pernapasan

-Penenang antipsikotik: Peningkatan sedasi. Efek variabel pada depresi pernapasan.


Aksentuasi efek kardiovaskular (tindakan antimuskarinik dan α-blocking).

- Inhibitor monoamine oxidase: Kontraindikasi relatif terhadap semua analgesik opioid


karena tingginya insiden koma hyperpyrexic; hipertensi juga telah dilaporkan.

d. Analgesic

e. Triptan
Efek samping: tekanan darah meningkat

f. Antagonis beta andrenergik


Efek samping: kelelahan, bronkokontriksi, aritmia

References

Charles, A. (2018). The pathophysiology of migraine: implications for clinical management.


The Lancet Neurology, 17(2), 174–182. doi:10.1016/s1474-4422(17)30435-0 

Costa, C., Tozzi, A., Rainero, I., Cupini, L. M., Calabresi, P., Ayata, C., & Sarchielli, P. (2013).
Cortical spreading depression as a target for anti-migraine agents. The Journal of Headache
and Pain, 14(1). doi:10.1186/1129-2377-14-62 

Dipiro.JT., 2009, Pharmacoterapy Handbook 7th edition, Mc Graw Hill, New York

Katzung, B. G., Masters, S. B., & Trevor, A. J. (2012). Basic & clinical pharmacology (12th
ed.). New York ; New Delhi: TataMcGraw-Hill education.

Whalen, Karen. (2015). Lippincott Illuatrated Reviews: Pharmacology Sixth Edition. Florida:
Wolters Kluwer Health.

Anda mungkin juga menyukai