Anda di halaman 1dari 26

SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

SPESIFIKASI TEKNIS

1. URAIAN UMUM 1.1. Keterangan Umum


a. Pekerjaan yang dilaksanakan adalah Penataan Kawasan
Kumuh Kabupaten Sleman
b. Pekerjaan ini terletak di Dusun Mejing Wetan Desa
Ambarketawang Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman
1.2. Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan
dalam uraian dan syarat-syarat tertulis ini, gambar-gambar
kerja serta revisi, ataupun tambahan-tambahan yang telah
mendapat pengesahan dari pemberi tugas, risalah penjelasan
pekerjaan dan keputusan tertulis pemberi tugas.
1.3. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor diwajibkan
mencocokan dahulu ukuran satu sama lain, bila
ketidaksesuaian harus segera memberi tahu pengawas
lapangan.
1.4. Pada akhir kerja, Penyedia Jasa Pemborongan diharuskan
membersihkan sisa bahan dari segala kotoran akibat
kegiatan pembangunan, termasuk sisa-sisa material
bangunan serta gundukan tanah, bekas tanah dan lain
sebagainya.
1.5. Menyediakan ruang kerja Penyedia Jasa Konsultan Pengawas
dan Direksi Teknis dan Los Kerja untuk menyimpan bahan-
bahan bangunan yang akan digunakan.
1.6. Dalam melaksanakan pekerjaan tersebut di atas termasuk
juga mendatangkan bahan-bahan bangunan dan peralatan
dalam jumlah yang cukup untuk pelaksanaan pekerjaan.
1.7. Untuk bahan-bahan yang tidak dan/belum ada peraturannya
di Indonesia dipakai syarat-syarat yang ditentukan oleh
pabrik bahan tersebut.

2. PEKERJAAN 2.1. Menurut Dokumen Pengadaan Barang Jasa, antara lain:


TERSEBUT HARUS a. Dokumen Lelang
DILAKSANAKAN b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat
c. Gambar Kerja (Bestek)
d. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanvoelling)
e. Perubahan-perubahan dalam pelaksanaan (bila ada)
yang telah disyahkan oleh Pemberi Tugas dan instansi
yang berwenang / unsur terkait.
2.2. Menurut syarat dan ketentuan sebagai berikut :
a. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
441/KPTS/1998 tanggal 10 Nopember 1998 tentang
Persyaratan Teknis dan Bangunan.
b. Standar Konstruksi dan Bangunan :
(1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
(2) PUPI (Peraturan Umum Pembebanan Indonesia)
tahun 1987.
(3) PPBBG (Pedoman Perencanaan Bangunan Baja dan
Gedung) tahun 1987.
(4) SNI Nomor : 03-0106-1987 tentang : Penggunaan
ubin lantai keramik manner dan cara uji.
(5) SNI Nomor : 03-0675-1989 tentang : Penggunaan
kosen, pintu dan jendela dari kayu.
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

(6) SNI Nomor : 03-3527-1994 tentang : Mutu Kayu


bangunan.
(7) SNI Nomor : 03-1726-1984 tentang Pedoman
Perencanaan Tahan Gempa untuk Rumah dan
Gedung.
(8) SNI Nomor : 03-17341989 tentang : Pedoman
Perencanaan beton Bertulang dan Struktur
Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung.
(9) SNI Nomor : 03-1736-1989 tentang : Tata Cara
Perencanaan Struktur bangunan untuk
penanggulangan bahaya kebakaran.
(10) SNI Nomor : 03-2996-1991 tentang : Tara cara
dan Perancangan penerangan alami siang hari
untuk Rumah dan Gedung.
(11) SNI Nomor : 03-2407-1991 tentang : Tata cara
pengecatan kayu untuk Rumah dan Gedung.
(12) SNI Nomor : 03-2,410-1991 tentanl; : Tata cara
pengecatan dinding tembok dengan cat Emulsion.
(13) SNI Nomor : 03-2834-1992 tentang : Tata cara
pembuatan rencana Campuran Beton Normal.
(14) SNI Nomor : 0255-1987.D. tentang Persyaratan
Instalasi Listrik.
(15) SNI Nomor : 03-1727-1989 tentang Perencanaan
Pembebanan untuk rumah dan Gedung.
(16) SNI Nomor : 03-2847-1992 tentang : Perhitungan
Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.
(17) Keputusan Menteri PU Nomor : 468/KPTSJ1998
tanggal 1 Maret 1998 tentang : Persyaratan Teknis
Aksesbilitas pada Bangunan Umum dan
Lingkungan.
(18) Keputusan Menteri PU Nomor : 10/KPTSj2000
tentang : Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap
Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungannya.
(19) Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana
Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 tanggal 21
Agustus 2002 Tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
c. Menurut peraturan setempat yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pembangunan dari instansi yang
berwenang.
d. Pekerjaan tersebut harus diserahkan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen dalam keadaan selesai 100 %
(seratus Persen), sesuai dengan Dokumen Pengadaan
Barang/Jasa, Surat Perjanjian Pemborongan (Kontrak)
dan Berita Acara Perubahan Pekerjaan (bila ada) yang
telah disahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

3. KUASA PENYEDIA 3.1. Di lokasi pekerjaan, Penyedia Jasa Pemborongan wajib


SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

JASA menunjuk seorang kuasa Penyedia Jasa Pemborongan atau


PEMBORONGAN biasa disebut Site Manager yang cakap untuk memimpin
DAN KEAMANAN pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa
DILAPANGAN penuh dari Penyedia Jasa Pemborongan dengan kualifikasi
seperti tercantum dalam LDP.
3.2. Meskipun demikian tanggung jawab sepenuhnya tetap pada
Penyedia Jasa Pemborongan
3.3. Apabila pelaksana yang ada kurang mampu atau tidak cukup
cakap dalam memimpin jalannya pelaksanaan pekerjaan,
maka Penyedia Jasa Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis
berhak mengusulkan untuk disediakan penggantinya.
3.4. Penyedia jasa Pemborongan bertanggung jawab penuh atas
keamanan di lokasi pekerjaan yang antara lain kehilangan,
kebakaran, kecelakaan (baik barang maupun jiwa).

4. JAMINAN 4.1. Pekerjaan yang disubkontraktorkan harus mendapat


KUALITAS persetujuan dari Direksi dan Pemborong mengajukan
Subkontraktor untuk mendapatkan persetujuan Direksi /
Pengawas Lapangan.
4.2. Kehadiran subkontraktor harus dilaporkan kepada Direksi /
Pengawas Lapangan.
4.3. Gambar serta Rencana Kerja ini harus tersedia di Ruang
Kontraktor dan mudah diperiksa sewaktu-waktu oleh Direksi
/ Pengawas Lapangan.
4.4. Setiap kemajuan pekerjaan harus dicatat Direksi / Pengawas
Lapangan pada Gambar dan Rencana Kerja tersebut.
4.5. Penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan harus selalu
berada ditempat pekerjaan dan dapat mengambil keputusan
penuh, demi kelancaran pekerjaan.
4.6. Hal-hal yang tidak tercantum dalam Gambar Rancangan,
Gambar Rencana kerja, maupun Spesifikasi, tetapi hal itu
diperlukan untuk kelengkapan dan kesempurnaan sistem
pemasangan atau sistem kerja suatu peralatan atau instalasi,
maka hal itu menjadi tanggung jawab Kontraktor untuk
melengkapinya.

5. JAMINAN 5.1. Penyedia Jasa Pemborongan wajib menyediakan obat-obatan


KESELAMATAN sesuai dengan ketentuan dan syarat Pertolongan Pertama
KERJA DAN KERJA Pada Kecelakaan (P3K) yang selalu dalam keadaan siap
LEMBUR digunakan di lapangan, untuk musibah yang terjadi.
5.2. Pemborongan wajib menyediakan air minum yang bersih
dan memenuhi syarat kesehatan bagi semua petugas dan
pekerja yang ada dibawah tanggung jawabnya.
5.3. Penyedia Jasa Pomborongan wajib mengasuransikan semua
petugas yang terkait dan pekerja pada Asuransi Tenaga
Kerja.
5.4. Jika terpaksa pekerjaan harus dilaksanakan diluar jam kerja
(lembur), maka pelaksana/ pemborong harus mengajukan
permohonan tertulis kepada pemberi tugas dan Konsultan
Pengawas, dengan disebutkan :
a. Alasan penambahan jam kerja (lembur),
b. Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan (lembur),
c. Jumlah Pekerjaannya,
d. Waktu/ jam lembur.
5.5. Segala konsekwensi yang timbul akibat pekerjaan lembur
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

menjadi tanggung jawab pelaksana/ pemborong.

6. CUACA Pekerjaan harus dihentikan sementara apabila cuaca tidak


mengijinkan atau sangat mengganggu yang akan dapat
mengakibatkan penurunan mutu suatu pekerjaan, kecuali
pelaksana/ pemborong sudah mempersiapkan sarana untuk
menanggulanginya.

7. TIMBANGAN 7.1. Timbangan Duga (Peilhootge) ditentukan sesuai gambar


DUGA rencana atau pada saat peninjauan ke lokasi pekerjaan
(PEILHOOTGE ) (dalam rangka uitzet).
7.2. Penyedia Jasa Pemborongan harus membuat patok duga dari
pasangan batu merah ukuran 15 x 15 cm minimal di 2 (dua)
tempat, letak patok ditentukan kemudian.
7.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan
dengan alat waterpass/theodolith yang ketepatannya dapat
dipertanggungjawabkan.
7.4. Penyedia Jasa Pemborongan harus menyediakan alat
theodolith/waterpass beserta petugas yang melayaninya
untuk kepentingan pemeriksaan Pengawas dan Direksi teknis
selama pelaksanaan pekerjaan.

8. UKURAN POKOK 8.1. Ukuran pokok dicantumkan dalam gambar bestek, ukuran
DAN BATAS yang belum tercantum dalam gambar bestek dapat
DAERAH KERJA ditanyakan pada Penyedia Jasa Konsultan Perencana dan
atau Penyedia Jasa Konsultan Pengawas.
8.2. Penyedia Jasa Pemborongan harus memeriksa kecocokan
semua ukuran di dalam gambar, apabila terjadi
ketidakcocokan wajib segera memberitahukan kepada
Penyedia Jasa Konsultan Pengawas atau Penyedia Jasa
Konsultan Perencana untuk minta pertimbangan. Apabila
terjadi kesalahan pelaksanaan di luar ijin atau pertimbangan
Penyedia Jasa Konsultan Pengawas atau Penyedia Jasa
Konsultan Perencana, maka menjadi tanggungjawab
Penyedia Jasa Pemborongan.
8.3. Apabila dalam gambar Bestek terlukis, sedang pada Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS) tidak tertulis, maka gambar
yang mengikat.
8.4. Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
tertulis sedangkan didalam gambar tidak tertulis, maka
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) yang mengikat.
8.5. Jika terdapat perbedaan gambar bestek dan gambar detailnya
maka kontraktor wajib minta dipertimbangkan kepada
Direksi teknis, konsultan pengawas atau perencana.
8.6. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu
tempat bila ada kelainan atau perbedaan seperti tersebut
diatas di tempat itu, sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
8.7. Batas daerah, kerja adalah batas lahan yang ada.

9. PEKERJAAN 9.1. Pembersihan Lokasi


PERSIAPAN Kontraktor harus membersihkan sekitar lokasi pekerjaan dan
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

segala sesuatu yang mungkin akan mengganggu pelaksanaan


pekerjaan dan membuang bongkaran yang tidak terpakai
sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
9.2. Uitzet / Bouplank
Sebelum memulai pekerjaan, Penyedia Jasa Pemborongan
harus mengadakan pengukuran-pengukuran lapangan untuk
dapat menentukan patok utama bagi pelaksanaan pekerjaan.
Biaya pengukuran sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa Pemborongan.
9.3. Kantor Kerja Direksi Pelaksana di Lokasi Proyek
Penyedia Jasa Pemborongan harus menyediakan sebuah
kantor untuk Direksi dengan ukuran sesuai dengan
kebutuhan dan peralatan yang cukup seperti meja, kursi,
white board, file direksi dan air minum untuk digunakan
sebagai tempat kerja konsultan.
Dalam kantor lapangan harus disediakan:
a. Buku DIREKSI
b. Buku Ijin pasang
c. Buku Tamu
d. Buku Konsultasi
e. Buku catatan penerimaan bahan.
f. Buku catatan peralatan dan jumlah tenaga kerja tiap hari
g. Buku catatan keadaan cuaca
h. Lembar backup volume pekerjaan
i. Komputer dan printer
j. Rak contoh material yang digunakan
9.4. Dokumentasi.
Dokumentasi dilakukan terhadap kondisi lokasi sebelum
dibangunan (0%), selama masa pelaksanaan pekerjaan (50%)
dan selesai pembangunan (100%). Pendokumentasian ini
merupakan perekaman bangunan tersebut secara piktoral
(gambar dan foto) dan verbal (uraian tertulis). Tujuannya
untuk mengetahui kondisi lokasi sebelum dibangun, masa
pelaksanaan dan hasil akhir pembangunan.
9.5. Membuat / Mendirikan Papan Nama Proyek
a. Pemborong diwajibkan memasang papan nama proyek di
tempat lokasi pekerjaan dan dipancangkan di tempat
yang mudah terlihat oleh umum pada saat dimulainya
pelaksanaan pekerjaan.
b. Papan nama proyek berukuran 75 x 150 cm, bahan
menggunakan seng rangka kayu kruing 4/6 atau bahan
flexi, dipasang setinggi 2 m dari muka tanah
menggunakan tiang dan rangka kayu kruing 5/7.
c. Permukaan papan nama dicetak atau dicat warna putih,
tulisan menggunakan warna hitam. Materi tulisan akan
ditentukan kemudian oleh pemberi tugas kemudian.

10. PEKERJAAN 10.1. Lingkup Pekerjaan


TANAH Pekerjaan yang tercakup dalam sub bab ini meliputi
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

kelengkapan peralatan konstruksi, tenaga kerja, alat-alat,


bahan material, perlengkapan dan penyelenggaraan yang
berkaitan dengan pekerjaan galian pada permukaan sesuai
dengan gambar rencana.
10.2. Galian Tanah Pondasi
a. Semua kedalaman tanah galian harus sesuai gambar
rencana.
b. Galian tanah untuk pondasi, pemasangan paving,
kansteen, saluran drainase, sumur resapan, septictank
dan bak kontrol harus cukup lebar untuk bekerja dan
sisinya dijaga dari longsoran.
c. Semua pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan baik
serta tidak mengganggu lingkungan sekitar.
d. Semua galian saluran harus selalu dalam keadaan kering,
tidak boleh tergenang air.
e. Galian tanah setelah mencapai kedalaman yang
ditentukan, kemudian dipadatkan dan disiram dengan
air.
f. Tanah hasil galian yang harus disingkirkan dengan lokasi
penempatan sesuai petunjuk dari konsultan pengawas /
direksi teknis.
g. Sisa tanah hasil galian yang tidak digunakan harus sudah
diangkut/dibuang dari lokasi pekerjaan selambat-
lambatnya 1 x 12 jam sejak dilakukan penggalian.
10.3. Urugan tanah kembali
Urugan tanah dilaksanakan pada lubang bekas galian dengan
dipadatkan secara manual maupun mekanis dengan alat
stamper. Semua urugan harus mencapai kerataan atas dengan
disisakan ketinggian yang cukup untuk mengembalikan
kondisi permukaan semula.
10.4. Urugan peninggian peil
a. Pekerjaan urugan dan pemadatan untuk peninggian peil
bangunan harus disesuaikan dengan peil-peil (level) dan
lokasi yang telah ditentukan didalam gambar dan
mendapat persetujuan pengawas.
b. Bahan galian dari daerah pembangunan dapat
dipergunakan, bila memadai untuk urugan dan
penanggulan. Bahan urugan harus bersih dari unsur-
unsur perusak dan harus disetujui konsultan pengawas.
Bila perlu dapat dilakukan penyelidikan laboratorium,
mekanika tanah yang disetujui oleh pengawas dimana
segala biaya penyelidikan tersebut menjadi tanggung
jawab kontraktor. Penggalian melebihi batas yang
ditentukan harus diurug kembali sehingga mencapai
kerataan yang diterapkan dengan bahan urugan yang
dipadatkan Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima
untuk penggalian dan pengurugan adalah ± 100 mm,
terhadap kerataan yang ditentukan. Pengurugan
dilakukan lapis demi lapis (tiap 20 cm padat) yang selalu
diikuti pekerjaan pemadatan.

c. Bahan urugan untuk pelaksanaan pengerasan harus


disebar dalam lapisan-lapisan yang rata dalam ketebalan
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

yang tidak melebihi 300 mm pada kedalaman gembur.


d. Gumpalan-gumpalan tanah yang harus digemburkan
dan bahan tersebut harus dicampur dengan cara
menggaru atau cara sejenisnya sehingga diperoleh
lapisan yang homogen dan kemudian baru dilaksanakan
pemadatannya. Setiap bahan haruslah sama dalam hal
bahannya, kepadatannya dan kelembabannya sebelum
pengerasan dilaksanakan.
e. Urugan tanah dipadatkan secara manual maupun
mekanis dengan alat stamper.
f. Ketinggian (peil) disesuaikan dengan gambar.

10.5. Urugan Pasir


Pekerjaan urugan pasir meliputi urugan pasir dibawah
pondasi , urugan pasir dibawah saluran, serta urugan pasir
dibawah paving .Semua urugan pasir dilaksanakan setelah
pekerjaan sebelumnya telah mendapatkan persetujuan dari
direksi/pengawas lapangan dan dilaksanakan dengan
ketebalan/ketinggian sesuai dengan gambar rencana.
10.6. Urugan Sirtu
Semua urugan Sirtu dilaksanakan setelah pekerjaan
sebelumnya telah mendapatkan persetujuan dari
direksi/pengawas lapangan dan dilaksanakan dengan
ketebalan/ketinggian sesuai dengan gambar rencana.

11. PEKERJAAN 11.1. Lingkup Pekerjaan


PASANGAN DAN Pekerjaan yang tercakup dalam sub bab ini meliputi
PLESTERAN kelengkapan peralatan konstruksi, tenaga kerja, alat-alat,
bahan material, perlengkapan dan penyelenggaraan yang
berkaitan dengan pekerjaan pasangan dan plesteran.
11.2. Pasangan Pondasi Batu kali 1pc : 4 ps
a. Bahan batu adalah sejenis batu yang keras, liat dan
mempunyai muka lebih dari 3 muka.
b. Memenuhi Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan
Bangunan (NI-3 1970).
c. Pasangan pondasi Batu kali dengan perekat 1pc : 4 ps
dilaksanakan sesuai gambar rencana.
d. Celah - celah yang besar diantara batu - batu diisi
dengan batu belah yang sesuai, batu-batu tidak boleh
saling menyinggung dan selalu ada perekat diantaranya
dan batu tidak boleh gundul (mempunyai minimal 3 sisi).
e. Batu yang digunakan adalah batu belah, tidak boleh
berupa batu gundul, dan tidak boleh dipukul / dipecah
dengan bodem didekat alur pondasi.
f. Sebelum dipasang batu - batu harus dibersihkan dari
kotoran / tanah.
g. Finishing pekerjaan pasangan batu kali memakai siar
h. Pemasangan batu tidak boleh dijatuhkan langsung dari
atas, dan harus diatur dengan baik agar tidak berongga.

a. Pasangan Batu bata 1pc : 4 ps Bermutu, matang, keras,


ukuran-ukuran sama rata dan saling tegak lurus, tidak
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

retak-retak, tidak mengandung batu, dan tidak


berlubang-lubang.
b. Ukuran : 22 x 11 x 5 cm atau sesuai ukuran yang ada di
pasaran dengan catatan sejenis ukurannya/sama.
c. Memenuhi syarat-syarat PUBB (NI.3-1956)
Kontraktor harus menyerahkan sample bata yang akan
dipakai untuk mendapatkan persetujuan dari pengawas.
Batu bata yang ternyata tidak memenuhi syarat harus
segera dikeluarkan dari site.
d. Proporsi adukan
(1) Pasangan biasa 1 pc : 4 ps
(2) Pasangan waterproof (kedap air) 1 pc : 3 ps
e. Bata merah sebelum dipasang harus direndam atau
disiram air sampai buihnya habis.
f. Setelah permukaan pondasi dan sloof disiapkan dengan
baik, batu bata dipasang dengan adukan setebal antara
1,5 – 2,5 cm.
g. Bata tidak boleh dipasang pada waktu hujan lama atau
hujan besar. Adukan yang hanyut karena hujan harus
segera disingkirkan.
h. Bata harus dipasang dengan baik, rata, horizontal,
dikerjakan dengan alat-alat pengukur datar ataupun
tegak (“lot”, dsb), sambungan sama rata, sudut persegi
pada tegak tidak segaris (silang), permukaan baik dan
rata, “bergigi” (tiap sambungan saling menutup).
i. Setiap hari hanya diperkenankan memasang setinggi 1 m
kecuali dengan seijin pengawas.
j. Jika setelah pekerjaan pemasangan ternyata ada bata
yang menonjol atau tidak rata, maka bagian-bagian ini
harus dibongkar, dan diperbaiki kembali atas biaya
kontraktor, kecuali bila pengawas mengijinkan
penambalan-penambalan.
k. Bata yang pecah dengan ukuran kurang dari setengah
tidak dibenarkan untuk dipakai. Untuk yang patah dua
tidak boleh melebihi dari 5% (lima persen).
l. Pasangan dinding harus secara kontinyu dibasahi dengan
air.
m. Penguatan untuk pasangan bata dilakukan menurut
kebutuhannya atau atas petunjuk-petunjuk konsultan
pengawas. Kolom-sloof-balok praktis untuk penguat
pasangan bata harus dibuat sedemikian rupa sehingga
maximum setiap luas 12 m2 pasangan bata harus
dikelilingi oleh penguat-penguat (kolom-sloof-balok
praktis) tersebut.
n. Pada sisi lain tegak yang berhubungan dengan
beton/kolom harus dipasang angkur diameter 6 mm,
panjang 30 cm dari muka beton dengan jarak tiap 40 cm
sepanjang sisi tegak.
o. Bila ada pembuatan steiger werk / perancah tidak boleh
menembus tembok / dinding.

11.3. Plesteran 1pc : 4 ps tebal 15 mm finishing acian


a. Pekerjaan yang tercakup dalam sub bab ini meliputi
kelengkapan peralatan konstruksi, tenaga kerja, alat-alat,
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

bahan material, perlengkapan dan penyelenggaraan yang


berkaitan dengan pekerjaan plesteran dan acian camp.
1pc : 3 ps dan 1pc : 5ps.
b. Bahan plesteran harus bersih, tidak boleh tercampur
dengan kotoran-kotoran atau bahan lain yang dapat
mengurangi kerekatan.
c. Semua bidang yang akan diplester harus dibersihkan dari
kotoran yang melekat dan disiram dengan air.
Sebelumnya dibuat kepala plesteran (klabangan) dengan
tebal yang sama dengan ketebalan plesteran yang
direncanakan. Plesteran yang baru saja selesai tidak boleh
langsung difinishing/ diselesaikan. Penyelesaian
plesteran menggunakan pasta semen yang sejenis.
d. Plesteran harus menggunakan jalur-jalur kepala vertikal
selebar ± 15 cm dengan jarak antara paling besar 100
cm satu sama lain, jalur kepala ini harus benar-benar
vertikal dan datar. Jalur kepala ini merupakan
patokan/pedoman untuk plesteran selanjutnya.
e. Bidang-bidang yang telah selesai diplester harus segera
dikontrol dengan mistar yang panjangnya tidak boleh
kurang dari 200 cm.
f. Selama proses plesteran harus disiram dengan air agar
tidak terjadi retak-retak rambut akibat penyusutan yang
diakibatkan oleh pengeringan yang terlalu cepat dan
tidak merata. Pengadukan harus diatas alas atau papan
atau bahan kedap air yang lain.
g. Apabila terdapat cekungan, cembungan, ataupun
plesteran tidak vertikal (tegak) dan tidak siku, maka
harus diperbaiki selambat lambatnya dalam waktu
kurang dari 2 x 24 jam.
h. Sebelum beton diplester harus dibersihkan terlebih
dahulu permukaannya kemudian dikasarkan dengan
kaprotan 1PC:2Psr.
i. Pengacian dilakukan dengan PC setipis mungkin, rata
dan rapi, pengacian dilakukan dengan raskam kayu
sehingga seluruh permukaan rata dan halus.
j. Acian yarg sudah jadi harus dirawat atau dijaga proses
pengeringannya agar tidak mendadak pengeringannya,
dengan cara rnenyiram air sedikit demi sedikit.
k. Kepada Penyedia Jasa Pemborongan, jika terdapat macam
plesteran yang belum tercantum dalam RKS dan gambar
yang dianggap meragukan untuk dimintakan petunjuk
dan penjelasannya kepada Penyedia Jasa Konsultan
Pengawas atau Penyedia jasa Konsultan Perencana atau
tim teknis.
.
11.4. Pasangan Conblock ( Paving block)
a. Pasir yang digunakan sebagai urug di bawah pasangan
conblock adalah pasir urug, dipakai tebal 10 cm.
b. Conblock yang digunakan adalah conblock K.200 t. 6 cm
sekualitas Mutiara/Diamond.

c. Bidang conblock yang terpasang harus benar-benar rata


dengan memperhatikan muka tanah sesuai gambar.
d. Pola pemasangan conblock harus sesuai dengan gambar
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

detail, atau petunjuk direksi teknis / konsultan pengawas.


e. Lebar siar-siar harus sama, membentuk garis lurus,
sesuai dengan gambar dan siar-siar harus diisi dengan
pasir.

12. PEKERJAAN 12.1. Lingkup Pekerjaan


BETON DAN a. Pekerjaan yang tercakup dalam sub bab ini meliputi
BETON kelengkapan peralatan konstruksi, tenaga kerja, alat-alat,
BERTULANG bahan material, perlengkapan dan penyelenggaraan yang
berkaitan dengan pekerjaan beton.
b. Beton terdiri dari campuran semen, air, dan Agregat ( Pasir
dan split). Tidak boleh ada material lain yang diijinkan
kecuali dengan persetujuan Penyedia Jasa Konsultan
Perencana, Pengawas atau Direksi pekerjaan. Setelah
beton mengeras, maka harus diperoleh suatu material
yang rapat, padat dan awet yang akan mempunyai beton
karakteristik sesuai spesifikasi.
12.2. Kode dan Standar
a. PUBI 1970/NI-3 & ASTM untuk air beton
b. PBI 71 NI-2; PUBI 1970/NI-3 & ASTM untuk agregat beton
c. SII 1984 & ASTM C150 untuk bahan semen
d. SII 1984; BS 4449 atau BS 4461 untuk baja tulangan
e. PBI 71; BS 8100 & ASTM untuk Campuran Beton
f. SK SNI T-15-1991-03
12.3. Bahan Beton
a. Semen Portland (PC)
(1) Semen yang dipakai harus memenuhi SII 0013-77
yang tahan terhadap sulfat dan harus ditegaskan
dengan ASTM C-150 tipe IV untuk bangunan
disekitar laut, dan ASTM C 150 tipe I untuk struktur
dan bangunan di darat. Semen harus sampai di
tempat kerja dalam kondisi baik serta dalam
kantong-kantong semen asli dari pabrik.
(2) Semen harus disimpan dalam gudang yang kedap
air, berventilasi baik, di atas lantai setinggi 30 cm.
Kantong-kantong semen tidak boleh ditumpuk lebih
dari 10 lapis.
(3) Semen yang menggumpal tidak boleh dipakai.

b. Agregat (pasir, split atau batu pecah)


(1) Agregat kasar untuk beton dipakai batu pecah split
dengan ukuran max. 25 mm dari jenis batu keras
dan tahan aus. Butiran yang lapuk, lonjong dan pipih
tidak diperkenankan melebihi prosentase yang
disyaratkan dalam standar PBI 1971; PUBI 1982 dan
ASTM.

(2) Agregat halus adalah pasir sungai atau dari sumber


lainnya yang memenuhi syarat kebersihan,
kekerasan dan gradasi butir yang sesuai dengan
standar PBI 1971 dan ASTM. Quarry material harus
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

mendapatkan persetujuan direksi.


(3) Agregat yang tidak memenuhi spesifikasi teknik,
namun bisa dibuktikan dengan uji khusus bahwa
agregat tersebut menghasilkan kekuatan beton yang
dikehendaki, bisa digunakan asal diperoleh ijin dari
direksi. Agregat tidak mengandung alkali reaktif.
Agregat harus diuji dengan standar B 55835/SII
0455-81

c. Besi Tulangan.
(1) Tulangan harus memenuhi standard dan dimensi
yang tertera dalam gambar. Tulangan adalah BJTD
(ulir) harus memenuhi tegangan leleh minimum fy =
320 Mpa dan BJTP (polos) yang mutunya harus
memenuhi tegangan leleh minimum 240 MPa (di
periksa dengan standar SII, BS 4449 atau BS 4461).
(2) BJTP digunakan lebih kecil/sama dengan 12 mm dan
BJTD digunakan lebih besar 12 mm.
(3) Tulangan hendaknya disimpan di rak di atas tanah
dan didukung sepanjang tulangan hingga tidak
bengkok.
(4) Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan
yang digunakan harus dibuktikan dengan sertifikat
pengujian laboratorium, yang pada prinsipnya
menyatakan nilai kuat - leleh dan berat per meter
panjang dari baja tulangan dimaksud.
(5) Tulangan harus terlindungi dari hujan kelembaban
udara dan sebagainya, dan karat-karat harus
dibersihkan dan memenuhi kriteria SII 0136-84.
(6) Tidak diperkenankan tulangan diikat dengan las,
kecuali terdapat petunjuk pada gambar rencana atau
atas ijin direksi. Deformasi las harus memenuhi BS
4483.
d. Bendrat
Bendrat atau kawat pengikat harus berukuran minimal 1
mm, kualitas baik dan tidak berkarat.
e. Air
Air untuk campuran dan untuk pemeliharaan beton
harus dari air bersih dan tidak mengandung zat-zat yang
dapat merusak mutu beton.
f. Semua bahan yang dipergunakan harus mendapat
persetujuan Penyedia Jasa Konsultan Pengawas dan
Direksi Teknis. Dalam keadaan diragukan, maka
Penyedia Jasa Konsultan Pengawas dan Direksi Teknis
berhak minta Pemeriksaan Laboratorium Bahan
Konstruksi Teknik yang sudah terakreditasi atas biaya
Penyedia Jasa Pemborongan.

12.4. Cetakan Beton


a. Begesting harus cukup kuat, menggunakan kayu
kalimantan klas III atau kayu tahun lokal yang baik dan
tidak bocor (kedap air).
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

b. Acuan untuk cor beton disyaratkan menggunakan


multiplek tebal minimum 9 mm dengan rangka pangaku
dari rusuk-rusuk kayu, sedemikian rupa sehingga dapat
dipakai berkali-kali untuk masing-masing lantai.
c. Ukuran tebal multiplek dan rusuk pengaku tersebut harus
mendapat persetujuan pengawas dan harus cukup kuat
menahan gaya tekan beton cor dan tidak boleh berubah
letaknya selama proses pengecoran berlangsung.
d. Kayu steger dengan diameter minimal 7,5 cm, jarak
pemasangan maximal 50 cm, konstruksi cetakan beton
tidak boleh menggunakan bambu.
e. Pemasangan begesting dan steger harus benar dan kokoh,
sehingga dimensi dan peil sesuai dengan dimaksud.
12.5. Pekerjaan Besi Beton
a. Pekerjaan besi beton harus dilaksanakan sesuai ketentuan
gambar bestek dan peraturan yang berlaku.
b. Pembengkokan tulangan harus dilaksanakan pada kondisi
dingin, dengan panjang kait dan panjang penyaluran
tegangan sesuai ketentuan.
c. Hubungan antara besi beton satu dengan harus
dipergunakan kawat beton, diikat dengan teguh, tidak
menggeser selama pengecoran beton dan besi beton
bebas dari tanah (werkvloer) atau tidak melekat dengan
papan acuan.
d. Pengetesan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat
bilamana dipandang perlu oleh pengawas. Semua biaya
percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor.
12.6. Beton Deking
a. Beton deking dari campuran 1pc:3ps
b. Ukuran tebal beton deking, menyesuaikan dengan tebal
selimut beton sedang panjang/lebarnya kurang lebih 5 x
5 cm.
c. Tiap beton deking supaya diberi kawat beton untuk dapat
diikatkan dengan besi tulangan, sehingga posisi beton
deking terjamin ketepatannya.
d. Beton, deking supaya dipasang secukupnya, sehingga
menjamin ketebalan selimut beton.
12.7. Mutu Beton
Mutu beton untuk Pembuatan beton struktur dan pengunci
paving adalah menggunakan beton mutu f'c = 18,68 Mpa (K
225), Slump (12 ± 2) cm, w/c = 0,58.

12.8. Pembuatan Komposisi Beton


a. Penentuan komposisi campuran beton harus melalui
prosedur mix design dan trial mix terhadap beberapa
alternatif perbandingan campuran yang dianggap terbaik
untuk menghasilkan beton K-225 sebagaimana diminta.

b. Pemborong harus membuat benda uji dengan ketentuan


dan jumlah benda uji sekurang-kurangnya mengikuti
ketentuan dalam PBI 71 sub bab 4.6.
c. Kontraktor harus mengajukan rancangan campuran (mix
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

design) tersebut kepada direksi selambat-lambatnya 4


minggu sebelum pekerjaan beton dilakukan untuk
selanjutnya disetujui dibuat percobaan campuran,
pengujian nilai slump, pembuatan benda uji (silinder
diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm) hingga diperoleh
hasil uji kuat tekan umur 7, 14 dan 28 hari.
d. Proposal mix design yang diajukan harus memuat secara
lengkap macam dan sumber bahan-bahan beton yang
akan digunakan disertai hasil pengujian karakteristik
masing-masing bahan.
e. Kekentalan
Banyaknya air untuk campuran beton harus ditentukan
sedemikian rupa sehingga tercapai sifat mudah
dikerjakan sesuai dengan penggunaannya. Untuk
mencegah terjadinya air pada campuran beton
berlebihan atau kurang, nilai slump harus berada dalam
batasan yang disyaratkan PBI1971 seperti tabel di berikut
ini :
Slump = 12 ± 2 cm
Campuran Beton yang tidak memenuhi persyaratan
slump tidak boleh digunakan dalam pekerjaan.
12.9. Perancah dan Begesting
a. Perancah harus memakai bahan kayu yang bermutu baik,
kayu harus memenuhi peraturan konstruksi Kayu
Indonesia ( PKKI - 1961 ) dan disetujui Penyedia Jasa
Konsultan Pengawas / Direksi.
b. Jarak Steger / Perancah maximum 40 cm serta diberi kayu
pengaku antar perancah.
c. Ketinggian perancah / steger sesuai dengan konstruksi
gambar rencana.
d. Pekerjaan begesting memakai kayu yang kuat, rapi dan
kaku, sehingga setelah dibongkar memberikan bidang
yang rata dan hanya memerlukan sedikit penghalus.
e. Untuk pekerjaan kolom, balok, plat papan begesting
dilapisi dengan multiplek agar produk beton menjadi
beton expose.
f. Sebelum pengecoran, sisi dalam dari begesting harus
disiram dengan air dan bebas dari kotoran atau benda -
benda yang tidak diperlukan.
g. Pengawas dan Direksi Teknis harus mengecek perancah
dan begesting sebelum dilaksanakan pengecoran.
12.10. Selimut beton
a. Yang dimaksud dengan selimut beton adalah jarak terkecil
dari permukaan luar beton jadi dengan ujung atau
permukaan logam (besi tulangan, kawat beton atau
logam lainnya yang terdapat dalam struktur beton
tersebut) terdekat.
b. Selimut beton dibuat sesuai kebutuhan yang termuat pada
PBI 71 N.I-2 kecuali ada ditunjukkan dalam gambar.
c. Penggunaan pemisah antara baja beton dengan bekisting
dibuat dengan tahu beton untuk menjamin tebal selimut
tidak berobah saat pengecoran, dan tidak boleh dibuat
dari kayu atau logam lainnya.
12.11. Penyetelan dan Penempatan Tulangan Beton
a. Pemasangan tulangan beton khususnya jarak-jarak antar
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

tulangan, kelurusan, bengkokan dan panjang overlap


sambungan harus mengikuti ketentuan PBI 71 Bab.8.
b. Pembengkokan tulangan harus tenaga ahli dengan
menggunanakan alat tidak boleh menimbulkan cacat,
retak, patah dan sebagainya.
c. Sebelum meletakkan tulangan pada bekisting, hendaknya
bekisting dalam kondisi bersih dari karat, campuran yang
menyebabkan kerusakan pada tulangan. Diletakkan di
atas tahu beton yang menjamin ketepatan posisi dan tebal
selimut.
d. Tebal selimut beton dan pabrikasi tulangan beton
hendaknya mengikuti saran yang termuat di dalam PBI-
71 dan hal-hal lain yang termuat di dalam gambar.
12.12. Pembuatan /Pengecoran Beton
a. Sebelum dilaksanakan pengecoran beton, Pengawas dan
direksi teknis harus mengecek / mengontrol:
(1) Penulangan beton
(2) Begesting dan Steger
(3) Kesiapan pelaksanaan meliputi : Alat pengaduk beton
(molen), Alat pemadat beton (vibrator), Alat
Pengangkut, Tenaga kerja dan kesiapan bahan –
bahan yang digunakan.
b. Sebelum pengecoran kebersihan cetakan beton dan
kebenaran serta ketepatan pemasangan besi beton harus
diperhatikan sebaik-baiknya.
c. Celah-celah antara papan harus cukup rapat sehingga
pada waktu pengecoran tidak ada air adukan yang
keluar.
d. Tinggi jatuh penuangan harus kurang dari 1,5 m.
Penggumpalan yang tebal dihindari agar tidak terjadi
hidrasi pada cuaca panas.
e. Semua beton harus memenuhi CP 110 BS 1881 atau PBI
71. Ketika beton dicor pada kondisi cuaca panas, maka
perlu dilakukan tindakan preventif agar tidak terjadi
retak. Pengecoran pada cuaca panas harus memenuhi CP
110 atau PBI 71.
f. Semua bahan beton hendaknya dicampur secara mekanis
dengan takaran komposisi menggunakan ukuran berat.
g. Kontraktor harus membuat benda uji (silinder diameter 15
cm dengan tinggi 30 cm) pengambilan benda uji
didasarkan pada ASTM C.94 Semua benda uji ditest di
lab.yang telah terakreditasi pemerintah dan disetujui oleh
direksi, hasil pengujian diserahkan ke direksi.
h. Pengambilan benda uji tiap 6 m3 atau setiap kali
pengecoran.
i. Kekentalan campuran beton harus diuji dengan slump test
sebagaimana diatur dalam PBI; SII dan ASTM. Untuk
beton dilaut ditetapkan nilai slump test tidak boleh
melebihi 7 cm.
j. Frekuensi pelaksanaan slump test, pembuatan dan
pengujian serta jumlah benda uji selama pelaksanaan
pengecoran harus mengikuti ketentuan yang tertuang
dalam PBI 71 dan/atau SII 84.
k. Pada pengecoran pada daerah sempit dilakukan dengan
mempertimbangkan kedalaman, jika diarahkan oleh
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

direksi, bisa dilakukan dengan membuka sisi bekisting


sementara dengan lebih dulu memberikan kesempatan
beton untuk mengering dan konsolidasi.
l. Pengecoran beton pada bekisting dengan ujung siku-siku,
tekukan, baut, angkur baja, baut konektor, pipa, celah
lobang, sasis atau segala sesuatu yang akan terpasang
pada saat pengecoran, pengecoran harus sampai selesai
dan tidak boleh ada penghentian pengecoran jika tidak
ada ijin dari direksi secara tertulis.
m. Pada pengecoran baru (sambungan antara beton lama dan
beton baru), maka permukaan beton lama terlebih
dahulu harus dibersihkan dan dikasarkan dengan
menyikat menggunakan sikat kawat baja sampai agregat
kasar tampak, kemudian disiram dengan calbon dan
selanjutnya seperti yang telah dijalankan sebelumnya.
n. Tempat dimana pengecoran akan dihentikan harus
mendapat persetujuan dari pengawas.
o. Pengecoran harus betul-betul padat dengan menggunakan
pemadat mekanis (vibrator) yang disetujui Penyedia Jasa
Konsultan Pengawas/ Direksi pekerjaan.
p. Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan pengecoran
senantiasa menginformasikan jadwal pelaksanaan
pekerjaan.
12.13. Pemadatan Beton
a. Setelah campuran beton dituangkan dalam acuan (
begesting ), harus diikuti dengan pemadatan dengan
memakai alat getar (Vibrator)
b. Vibrator dicelupkan dalam campuran beton yang
dituangkan pada acuan. Vibrator dilarang mengenai
secara langsung penulangan dan pada tenpat - tempat
beton yang telah mengeras. Pada setiap titik (bagian
pemadatan beton), kerja vibrator tidak diperkenankan
lebih dari 20 detik.
c. Vibrator yang digunakan adalah vibrator elektrik atau tipe
hidrolik untuk memadatkan beton dengan frekuensi
minimum 7000 impul per menit untuk menghasilkan
harga slump 25 mm berjarak 50 mm dari vibrator.
12.14. Pembongkaran Acuan dan Perancah
a. Pembongkaran acuan harus dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan PBI 1971 pasal 5 dan SK-SNI 1991.
b. Pembongkaran acuan dan perancah minimal beton
tersebut dapat memikul beban sendiri (selama 28 hari)
c. Pembongkaran begesting harus hati - hati supaya sisi sudut
tajam tidak rusak.
12.15. Standar Mutu (Standard of Acceptance)
a. Kuat tekan benda uji dalam rencana adalah kuat tekan
karakteristik adalah kuat tekan rata-rata yang akan di
dapat dari percobaan tekan benda uji berturut-turut
dikurangi dengan 1,64 Sr.

b. Sr adalah standart deviasi yang diperhitungkan menurut


rumus dalam SKSNI T-15-1991-03. Apabila dalam
melaksanakan nanti kedapatan bahwa mutu beton yang
dibuat seperti yang ditunjuk oleh benda ujianya gagal
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

memenuhi syarat spesifikasi, maka pengawas berhak


meminta kontraktor supaya mengadakan percobaan
coring.
c. Percobaan-percobaan ini harus memenuhi syarat dalam
SKSNI T–15-1991-03.
d. Apabila masih gagal, maka bagian pekerjaan tersebut
harus dibongkar dan dibangun baru sesuai dengan
petunjuk pengawas. Semua biaya untuk percobaan dan
akibat-akibat gagalnya pekerjaan tersebut menjadi beban
biaya dari pihak kontraktor.
e. Kontraktor juga diharuskan mengadakan slump test
menurut Syarat-syarat dalam SKSNI T –15-1991-03
12.16. Perawatan / pemeliharaan Beton
a. Penyedia Jasa Pemborongan harus memahami bahwa
tahapan curing merupakan salah satu aspek yang sangat
menentukan ketahanan/keawetan beton di lingkungan
agresif.
b. Pemeliharaan beton dilakukan setelah dilakukan
pengecoran dalam pengeringannya harus dibasahi air
atau goni yang basah.
c. Mempersiapkan perlindungan dari pengaruh sinar
matahari sehingga tidak terjadi penguapan /
pengeringan yang terlalu cepat.
d. Mempersiapkan perlindungan beton yang baru dicor dari
kemungkinan datangnya hujan.
e. Sekurang-kurangnya metode pemeliharaan yang harus
dilaksanakan adalah dibasahi secara terus menerus
selama 2 minggu antara lain dengan menutupi dengan
karung-karung basah sebagaimana diatur dalam PBI 71
sub bab 6.6. atau direndam dalam air.

13. PEKERJAAN 13.1. Lingkup Pekerjaan


PENUTUP LANTAI Bagian ini meliputi pengadaan bahan – bahan, peralatan,
tenaga untuk penutup lantai seperti yang ditunjukan dalam
gambar pelaksanaan. Meliputi pekerjaan :
a. Pasir urug tebal 5 cm dibawah lantai
b.
13.2. Kode dan Standar
Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan standar-standar yang
diterapkan dalam :
a. NI-2-1971NI-2-1970
b. NI-8-1972SII-0241-1970
c. PUBI : Persyaratan umum bahan bangunan Indonesia
1982(NI-3)
13.3. Persyaratan Umum :
a. Pekerjaan finishing lantai baru boleh dilaksanakan setelah
seluruh penutu atap selesai dan seluruh pemasangan
lapisan – lapisan pada dinding selesai dikerjakan.

b. Sebelum pekerjaan dilakukan. Kontraktor diwajibkan


mengadakan pengecekan terhadap peil lantai dan
kemiringannya.
c. Pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan oleh tenaga /
tukang yang ahli atau oleh sub-kontraktor khusus yang
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

berpengalaman dan mempunyai reputasi hasil pekerjaan


yang baik.
d. Kontraktor harus mengusulkan shopdrawing pemasangan
lantai secara detil , sebelum pemasangan.
13.4. Bahan – bahan
a. .
b. Contoh bahan : Pelaksana harus mengadakan dan harus
menyerahkan contoh – contoh ubin keramik yang
dipakainya kepada Pengawas untuk mendapat
persetujuannya.
c.
13.5. Contoh Bahan
a. Persetujuan, sebelum mulai pemasangan, kontraktor harus
membuat contoh pemasangan ( mock up ) yang
memperlihatkan dengan jelas dengan lantai
b.
14. PEKERJAAN 14.1. Lingkup Pekerjaan
KERANGKA ATAP Pekerjaan yang tercakup dalam sub bab ini meliputi
kelengkapan peralatan konstruksi, tenaga kerja, alat-alat,
bahan material, perlengkapan dan penyelenggaraan yang
berkaitan dengan pekerjaan baja meliputi pemasangan
rangka baja ringan dan rafter baja ringan pengganti usuk dan
reng, Ikatan angin dan aksesori pelengkap lainnya untuk
melengkapi pemasangan.
14.2. Standar/rujukan
a. Australian Standard
1) AS 1163 – Struktural Steel Hollows Sections
2) AS 1170 – Loading code
- Part 1 : Dead and alive loads dan loads
combination,
- Part 2 : Wind loads
3) AS 1538 – Cold Formed Struntures Code
4) AS 1554 – Structural Steel Welding Code
5) AS 4100 – Steel Structures Code
6) AS 1397 – Steel Sheet and Strip – Hot Dipped Zinc
Coated and Alumunium / Zinc coated
7) AS 3566 – Self Drilling Screws for the Buiding and
Constructions industries
8) AS 1650 – Hot Dipped Galvanized Coating on
Ferrous Articles
9) AS 4600 – Cold Formed Code for Structural Steel
b. Japanese Industial Standart (JIS) :
JIS G 3302 – Hot Dipped Zinc Coated Steel Sheets and
Coils
c. American Welding Society
AWS D 1.1. – Structtural Welding Code Steel

14.3. Prosedur Umum


a. Desain
1) Desain sistem rangka atap terdiri dari pasangan usuk
dan reng baja ringan, harus dilaksanakan oleh
perusahaan terdaftar yang berpengalaman dalam
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

pemasangan sistem rangka baja ringan.


2) Desain, fabrikasi dan pemasangan rangka harus
dilaksanakan sedemikian rupa agar rangka baja
ringan mampu menerima beban rencana yang telah
ditentukan.
3) Desain rangka atap harus dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat mengakomodasi gerakan bagian
rangka tanpa kerusakan atau tekanan berlebih,
kegagalan pelapis, kegagalan sambungan,
ketegangan yang tak semestinya pada alat
pengencang dan angkur, atau akibat lainnya yang
merusak ketika mengalami perubahan temperatur
sekitar yang maksimal sekitar 20°.
b. Penyerahan
Kontraktor harus menyerahkan data – data berikut :
1) Data produk untuk setiap rangka baja ringan dan
aksesori.
2) Data analisa struktur yang tertutup dan
ditandatangani engineer profesional yang dipilih dan
bertanggung jawab untuk mempersiapkannya.
3) Sertifikat pabrik yang ditanda tangani oleh pabrik
pembuat rangka baja ringan yang menyatakan
bahwa produk mereka memenuhi persyaratan,
termasuk ketebalan baja tanpa lapisan, tegangan
leleh, tegangan tarik, elongasi total dan ketebalan
lapisan pelapis metal.
4) Sebagai pengganti sertifikat pabrik, kontraktor
menyerahkan laporan pengujian dari agensi
pengujian yang terdaftar yang membuktikan
kesesuaiannya dengan persyaratan-persyaratan.
c. Jaminan Mutu
1) Kontraktor harus memperkerjakan fabrikator dan
pemasang yang telah berpengalaman dengan bahan,
desain rangka baja ringan yang sejenis dan dengan
catatan pengalaman proyek yang berhasil.
2) Standar pengelasan harus memenuhi ketentuan AWS
D1.1 atau AS 1554 edisi terakhir.
d. Pengiriman, penyimpanan dan Penanganan
1) Rangka baja ringan harus dilindungi terhadap karat,
deformasi dan kerusakan lainnya selama pengiriman,
penyimpanan dan penanganan.
2) Rangka baja ringan harus disimpan di ruang yang
memiliki ventilasi cukup untuk mencegah
kondensasi dan dilindungi dengan penutup tahan
air.
14.4. Bahan-bahan
a. Lembaran Metal
1) Lembaran metal lapis seng / galvanized harus
memenuhi ketentuan SNI 07-0132-1987 dengan
tebal lapisan seng minimal 220 g/m² sesuai JIS G
3302-1994.
2) Lembaran metal lapis campuran seng dan
alumunium harus memenuhi ketentuan AS 1397,
dengan mutu baja 5500 kg/cm², sekualitas
Zincalume buatan Blue Scope Steel Indonesia.
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

b. Profil Rangka
Profil rangka yang akan digunakan harus sesuai dengan
standar profil rangka yang dibuat oleh pabrikan pembuat
sistem rangka baja ringan.
c. Manufacture / Pabrikan
Penyedia jasa pemborongan harus menyampaikan
kepada tim direksi tenis, konsultan pengawas dan
konsultan perencana tentang pabrikan rangka atap baja
ringan yang akan digunakan yang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku, untuk mendapatakan
persetujuan.
d. Aksesori rangka
Aksesori rangka baja ringan harus dibuat dari bahan dan
penyelesaian yang sama dengan yang digunakan untuk
bagian-bagian rangka baja ringan, termasuk :
1) Angkur, Klip dan Alat pengencang
 Baja profil dan klip harus dilapisi seng dengan
proses celup panas
 Baut angkur pasang di tempat dan tiang harus
dari baut kepala segi enam dan tiang berbahan
baja karbon, mur berbahan baja karbon, dan
cincin pelat. Semua harus berlapis seng dengan
proses celup panas.
 Angkur ekspansi harus dipabrikasi dari bahan
tahan karat, yang memiliki kemampuan
menumpu, tanpa kegagalan, sebuah beban yang
besarnya 5 (lima) kali lipat beban rencana.
 Angkur type powder actuated harus merupakan
sistem alat pengencang yang sesuai untuk
aplikasi yang ditunjukkan dalam gambar kerja,
difabrikasi dari bahan anti karat, dengan
kemampuan menumpu, tanpa kegagalan, sebuah
beban yang besarnya 10 (sepuluh) kali lipat
beban rencana.
 Alat pengencang mekanikal harus mempunyai
sekrup type self drilling, selft threading steel drill
yang memiliki lapisan anti karat.
2) Bahan – bahan lainnya
 Cat untuk perbaikan lapisan seng harus
memenuhi ketentuan SSPC-paint 20 atau DOD-
P-21035
 Adukan encer harus memenuhi ketentuan
spesifikasi teknis 03600.
14.5. Pelaksanaan pekerjaan
a. Fabrikasi
1) Maksimalkan fabrikasi di pabrik pembuat dan
penyusunan / perakitan bagian sistem rangka baja
ringan.
 Fabrikasi rangka rakitan dalam cetakan / pola
 Potong bagian rangka dengan gergaji atau
gunting besar, bukan dengan api
 Kencangkan bagian rangka baja ringan dengan
baut, rivet atau skrup sesuai rekomendasi
engineer dari pabrik pembuat. Tidak diijinkan
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

melakukan pengencangan dengan kawat.


2) Fabrikasi setiap rakitan rangka metal dengan
toleransi kesikuan maksimal 3 mm.
b. Pemasangan
1) Harus memenuhi persyaratan fabrikasi seperti
disebutkan diatas.
2) Memasang usuk menggunakan profil baja ringan C
pada gording baja profil. Pemasangan usuk harus
rata permukaannya, lurus dengan jarak yang sama.
Sambungan antara usuk baja ringan dengan gording
menggunakan baut dan tidak diperkenankan
disambung dengan menggunakan las.
3) Pasang rangka usuk baja ringan dan aksesori agar
vertikal, tegak lurus empat sisi, sesuai dengan garis
yang telah ditentukan, dan dengan sambungan yang
kencang.
4) Pasang bagian rangka dalam satu bagian panjang
utuh bila memungkinkan.
5) Sambungan muai harus dibuat terpisah dari baja
ringan dengan cara sesuai persyaratan.
6) Pasang rangka baja ringan dalam batas variasi
toleransi maksimal yang diijinkan dari vertikal,
elevasi dan garis yang telah ditentukan, 3 mm dalam
3000 mm (1 : 1000)
7) Memasang reng baja ringan diatas profil C Baja
ringan. Jarak reng disesuaikan dengan panjang
gentengnya dengan ketentuan jarak penutup
memanjang tiap genteng tidak kurang dari 70 mm.
8) Pemasangan reng harus lurus, jaraknya sama, rata
permukaan atasnya, supaya genteng yang dipasang
bisa rapat tidak bergelombang yang akan
mengakibatkan tampias/ kebocoran. Pemasangan
genteng harus rapi, lurus dan rapat. Pada
kemiringan atap yang lebih dari 45 0 pada genteng
harus dipaku pada reng supaya tidak jatuh.
c. Perbaikan dan Perlindungan
Persiapkan dan perbaiki lapisan seng yang rusak pada
rangka baja ringan yang telah difabrikasi dan dipasang
dengan cat perbaikan lapisan seng yang sesuai dengan
rekomendasi dari pabrik.

15. PEKERJAAN 15.1. Lingkup Kegiatan :


PENUTUP ATAP Pekerjaan yang tercakup dalam sub bab ini meliputi
kelengkapan peralatan konstruksi, tenaga kerja, alat-alat,
bahan material, perlengkapan dan penyelenggaraan yang
berkaitan dengan pekerjaan pasang atap galvalum
15.2. Syarat Teknis
a. Penutup atap menggunakan atap galvalum, sebelum
pemasangan kontraktor harus meyampaikan contoh
material yang akan digunakan untuk dimintakan
persetujuan dari direksi.

15.3. Pelaksanaan
a. Atap galvalum dipasang lurus dan rapi.
b. Sebelum dipasang Atap galvalum, pekerjaan konstruksi
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

atap harus lengkap dan kuat benar terlebih dahulu.


c. Pemasangan bubungan dilaksanakan setelah Pengerjaan
pemasangan bubungan harus rapi, lurus, rata/
horizontal dan tidak terjadi retak-retak dan kebocoran.

16. PEKERJAAN 16.1. Lingkup pekerjaan :


ELEKTRIKAL a. Pekerjaan listrik ini meliputi pengadaan, pemasangan
instalasi dan daya, pengujian, pengesahan dari semua
peralatan/material yang disebutkan dalam spesifikasi ini
atau pengadaan dan pemasangan peralatan/material
yang menunjang/mendukung sehingga sistem instalasi
ini akan bekerja dengan baik.
b. Lingkup pekerjaan untuk proyek ini adalah sebagai berikut
:
(1) Pengadaan dan pemasangan panel listrik dan
junction box.
(2) Pengadaan dan pemasangan kabel didalam maupun
diluar bangunan.
(3) Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan
dan stop kontak
(4) Pemasangan lampu penerangan.
(5) Instalasi pentanahan.
16.2. Persyaratan umum
a. Pekerjaan instalasi listrik ini harus dilaksanakan oleh
instalatir yang telah mempunyai surat pengakuan SPI dan
SIKA golongan B dari PLN dan masih berlaku.
b. Gambar spesifikasi dan risalah aanwijzing merupakan
suatu kesatuan yang saling mengikat dan melengkapi.
Kontraktor harus menjalin hubungan yang baik dengan
kontraktor lain dalam pekerjaan lain, sehingga didapat
hubungan yang baik untuk secara bersama-sama
menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan jadual dan
spesifikasi yang ditentukan.

c. Pada dasarnya untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik


ini disamping Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini
berlaku :
(1) AVE,VDE dan PUIL 1987
(2) Peraturan/persyaratan yang dikeluarkan oleh Dinas
Keselamatan Kerja setempat
(3) Ketentuan yang dikeluarkan pabrik yang membuat
mesin peralatan dan material yang digunakan pada
proyek ini.
(4) Peraturan/persyaratan lainnya yang berlaku syah di
Indonesia.
(5) Peraturan PLN setempat
d. Semua gambar-gambar kerja (Shop drawing) yang dibuat
oleh kontraktor/instalatir listrik sebelum dilaksanakan
terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan dari
pengawas dilapangan paling lambat satu minggu
sebelum pekerjaan dilaksanakan.
e. Setelah pekerjaan diselesaikan, kontraktor/instalatir listrik
diharuskan menyerahkan gambar instalasi yang
terpasang dan disahkan oleh PLN setelah diadakan
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

rangkaian tes uji sesuai dengan peraturan yang berlaku


(misal : tes tahanan isolasi kabel/megger test, tes
polaritas phase, test commissioning, dll).
f. Dalam hal pelaksanaan pemasangan instalatir ini akan
dilaksanakan oleh instalatir listrik yang
pertanggungjawabannya tetap menjadi beban kontraktor
utama. Penunjukan instalatir listrik sebelumnya harus
mendapat persetujuan dari pemberi tugas.
g. Dalam perhitungan biaya harus sudah termasuk :
(1) Biaya perijinan pengujian untuk instalasi dan bahan-
bahan serta peralatan yang dipasang.
(2) Biaya pengesahan instalasi ke PLN
(3) Biaya (1) dan (2) dibebankan pada kontraktor
h. Inspeksi
Kontraktor wajib membuat gambar-gambar rencana
kerja untuk semua pekerjaan yang akan dilaksanakan,
serta harus mendapat persetujuan dari pengawas.
Gambar rencana kerja ini harus tersedia diruang
kontraktor dan mudah diperiksa oleh pengawas. Setiap
kemajuan pekerjaan harus di cantumkan pada gambar
dan rencana kerja tersebut.
i. Ijin dan pemeriksaan
Kontraktor bertanggung jawab penuh atas mutu instalasi
dan peralatan yang digunakan. Semua ijin-ijin dan
pemeriksaan dari badan pemerintah yang berwenang
adalah merupakan tanggung jawab kontraktor
sepenuhnya.
j. Koordinasi dengan pekerjaan lain
Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor wajib Cross
Cheking antara gambar instalasi listrik dengan
gambar/spesifikasi dari pekerjaan yang lain yang
berhubungan satu dengan yang lainnya agar didapat
mutu pekerjaan yang baik.

Bila terdapat kelainan dari gambar-gambar maupun


spesifikasi dari pekerjaan lain kontraktor wajib
melaporkan kepada pengawas atau pemberi tugas.
k. Pengawasan
Kontraktor wajib dan bertanggungjawab atas semua
pekerjaannya. Kontraktor wajib menempatkan tenaga
pengawas dan tenaga ahli untuk mengawasi
pekerjaannya sendiri. Penanggung jawab pelaksanaan
pekerjaan harus selalu berada ditempat pekerjaan dan
dapat mengambil keputusan penuh, demi kelancaran
pekerjaan.
16.3. Bahan dan material
a. Semua material/bahan yang digunakan/dipasang harus
dari jenis material berkualitas terbaik dalam keadaan
baru (tidak dalam keadaan rusak atau afkir), sesuai
dengan mutu dan standart yang berlaku, baik standar
nasional maupun internasional. Instalatir dalam hal ini
kontraktor, bertanggung jawab penuh atas mutu dan
kualitas material yang akan dipakai, setelah mendapat
persetujuan dari pengawas atau direksi teknis.
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

b. Sebelum dilakukan pemasangan-pemasangan instalatir


harus menyerahkan contoh-contoh (sample) dari bahan-
bahan yang akan di pasang/digunakan kepada
pengawas.
c. Daftar merk peralatan/material yang akan digunakan,
katalog dan brosur harus dilampirkan dalam dokumen
tender, bila kemudian hari ada kelainan antara daftar
dengan pengadaannya maka kontraktor wajib mengganti
semua peralatan yang telah dipasang. Bila ternyata
peralatan tidak sesuai dengan daftar yang
diajukan/disetujui pengawas atau yang memberi tugas,
semua penggantian merk/jenis dari peralatan yang telah
disetujui dalam daftar akan diadakan perhitungan
pekerjaan tambah kurang dari biaya kontrak.
16.4. Pelaksanaan
a. Pengadaan dan pemasangan kabel didalam maupun diluar
bangunan:
(1) Semua hantaran, baik yang ditarik dalam pipa, kabel,
harus diusahakan tidak tampak dari luar.
(2) Semua tarikan kabel harus tidak ada sambungan
(3) Ukuran dari penghantar disesuaikan dengan gambar
(4) Kabel atau hantaran dengan bahan sekualitas
Supreme, kabel metal atau Kabelindo.
(5) Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan
dan stop kontak baik 3 phase maupun satu phase.
(6) Hantaran ke titik penerangan dan stop kontak dalam
bangunan, menggunakan kabel jenis NYM yang
dilindungi dengan pipa PVC disesuaikan dengan
kebutuhannya. sedangkan ukuran pipa minimal 20
mm dari klas AW merk Wavin.
b. Pemasangan dibagian bawah langit-langit
(1) pemasangan pelindung kabel (conduit) yang berada
dalam kolom, lantai beton dan dinding beton, harus
dilaksanakan sebelum pengecoran.
(2) Pemahatan atau pembobokan harus dilakukan
sebelum dinding yang bersangkutan
diplester/ditalud.
c. Kotak-kotak sambung
(1) Tempat-tempat sambungan/kotak-kotak sambung
dari hantaran sedapat mungkin ditempatkan pada
yang mudah dicapai oleh operator.
(2) Kotak-kotak sambung harus digunakan dari jenis
Doos-doos yang berkwalitas baik cocok untuk
keperluan tersebut (sekualitas EGA, MK, Clipsal).
(3) Pada ujung-ujung hantaran yang akan
disambungkan pada titik penerangan atau yang akan
disambungkan kepada peralatan atau titik
penerangan harus dilengkapi dengan kotak
sambungan dengan ujung yang mempunyai
sambungan klem baut.
(4) Semua sambungan hantaran dengan hantaran harus
dilaksanakan dengan menggunakan klem baut dan
harus terlindung dengan bahan isolasi dari sentuhan
yang mungkin timbul.
(5) Sambungan antar hantaran dengan menggunakan
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

rel-rel dari panel selama tidak menggunakan klem


baut, pada ujung hantaran harus dipasang sepatu-
sepatu hantaran yang berkapasitas sama dengan
hantarannya dan disolder penuh pada hantarannya.
16.5. Saklar dan Stop Kontak
a. Lampu SL 18 W dan SL 8 W
(1) Fitting dari jenis porselin dan menggunakan
armature jenis down light sekualitas Artolite.
(2) Konstruksi : outbow
(3) Warna disesuaikan dengan arsitektur
(4) SL : jenis day light sekualitas Philips
b. Kabel listrik
(1) Kabel NYA 2,5sqmm sekw Supreme
c. Saklar dan stop kontak
(1) Saklar warna putih dari merk “BROCO” standart,
sambungan dalam (inbow)
(2) Tinggi saklar dipasang 1,5 m dari permukaan lantai
(3) Saklar dengan kapasitas 6A/250 Volt.
(4) Stop kontak satu phase maupun tiga phase dengan
jenis putar, sehingga pada keadaan tidak terpakai
bagian yang bertegangan bebas dari sentuhan-
sentuhan yang mungkin timbul, menggunakan merk
Berker standard.
(5) Stop kontak dengan sistem tertanam dalam tembok
(inbow) dan harus diketanahkan.
(6) Tinggi stop kontak minimal 30 cm dari lantai
(7) Letak pasti dari saklar dan stop kontak harus
dikonsultasikan dengan konsultan pengawas/direksi
teknis.
a. Pengujian tahanan sebaran tanah
(1) Pengujian dilakukan oleh kontraktor dengan
disaksikan oleh pengawas
(2) Pengujian untuk tahanan sebaran tanah dapat
digunakan dengan alat uji tahanan sebaran tanah
elektronik.
(3) Tahanan maximum sebaran tanah untuk arde panel
maximum 2 ohm (  )
b. Pengujian dimasuki Tegangan
Setelah pengujian pada 5.1 dan 5.2 dinyatakan baik
instalasi baru dapat diuji dimasuki tegangan.
Dalam pengujian dimasuki tegangan yang perlu
diuji ialah :
(1) Keadaan instalasi lampu-lampu dan peralatan
pengaman selama 3 x 24 jam (uji Nyala 3 x 24 jam).
Penggunaan daya listrik ditanggung oleh kontraktor.
(2) Saklar-saklar dapat berfungsi untuk mematikan dan
menghidupkan serta tidak terjadi panas yang
berlebihan.
(3) MCB dapat bekerja dengan baik dan tidak terjadi
panas yang berlebihan.
(4) Lampu-lampu dapat menyala, stop kontak ada
tegangan listriknya dan grounding berfungsi dengan
baik.
(5) Kotak-kotak sambung melekat dengan erat tidak
terjadi las kontak. Pengujian tersebut harus didata
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

(disusun) dengan baik minimum 24 jam dan


dibuatkan berita acaranya. Bila pengujian tersebut
dimasuki tegangan dan menggunakan listrik dari
PLN/pemilik kegiatan/user, kontraktor wajib
dibebani biaya pengganti pemakaian listrik setelah
ada ijin dari pemilik kegiatan/user.
c. Hasil yang tidak baik
(1) Bila didapat hasil pengujian yang tidak memenuhi
persyaratan, kontraktor harus segera memperbaiki.
(2) Pengawas berhak memerintahkan kepada kontraktor
untuk membongkar pekerjaannya bila hasil uji tidak
memenuhi persyaratan karena kecerobohan pekerja
kontraktor.
(3) Setelah diadakan perbaikan dan dianggap sudah
memenuhi persyaratan oleh pengawas, pengujian
dapat diulangi atas tanggungan biaya kontraktor.
(4) Pengujian harus dilakukan sampai mendapat hasil
sesuai dengan pasal-pasal diatas.

17. PEKERJAAN 17.1. Lingkup Pekerjaan


PAVING BLOCK Pekerjaan yang tercakup dalam sub bab ini meliputi
kelengkapan peralatan konstruksi, tenaga kerja, alat-alat,
bahan material, perlengkapan dan penyelenggaraan yang
berkaitan dengan Pekerjaan pemasangan Paving Block
sesuai dengan gambar rencana.
17.2. Pekerjaan Pasang Paving Block
a. Paving Block harus buatan pabrik dengan mutu beton
K-300, tebal 8 cm sekualitas Mutiara.
b. Ukuran, bentuk dan warna conblok yang digunakan
harus sesuai dengan gambar detail rencana atau sesuai
dengan petunjuk Pengawas Jasa Konstruksi/Konsultan
Pengawas.
c. Bidang Paving Block yang terpasang harus benar-benar
rata dengan memperhatikan muka tanah sesuai
gambar.
d. Pola pemasangan Paving Block harus sesuai dengan
gambar detail, atau petunjuk Pengawas Jasa
Konstruksi/Konsultan Pengawas.
e. Lebar siar-siar harus sama, membentuk garis lurus,
sesuai dengan gambar atau sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas, dan siar-siar harus diisi dengan pasir.
f. Lubang Peresapan harus sesuai dengan gambar detail,
atau petunjuk Pengawas Jasa Konstruksi/Konsultan
Pengawas.

17.3. Pekerjaan Pasang Kanstin


a. Pasangan kanstin menggunakan beton setara K 225
dilaksanakan sesuai gambar rencana.
b. Sebelum dipasang kanstin harus dimintakan
persetujuan dari Konsultan Pengawas / Direksi Teknis
mengenai dimensi.
c. Permukaan tanah sebelum dipasang kanstin harus
benar-benar padat atau stabil.
SPESIFIKASI TEKNIS DUSUN MEJING WETAN DESA AMBARKETAWANG

d. Pemasangan kanstin harus benar-benar lurus dan


elevasi harus sesuai dengan gambar rencana atau
sesuai persetujuan dari Konsultan Pengawas / Direksi
Teknis.

18. PEKERJAAN 24.1 Lingkup Pekerjaan penerangan jalan umum meliputi:


PENERANGAN
JALAN UMUM a. pekerjaan galian tanah untuk pondasi tiang lampu
b. pekerjaan beton kualitas setara K 225 untuk pondasi
tiang lampu
c. pekerjaan pemasangan tiang lampu menggunakan
pipa GIP lengkap dengan ornamen
d. pemasangan lampu dan instalasi
e. Pemasangan penerangan jalan umum harus sesuai
dengan gambar rencana atau sesuai persetujuan dari
Konsultan Pengawas / Direksi Teknis.

19. PENUTUP Segala sesuatu yang belum tercantum dalam Rencana Kerja dan
Syarat – Syarat (RKS) ini akan dibahas kemudian dalam pemberian
penjelasan pekerjaan (aanwijzing).

Menyetujui, Dibuat Oleh :


Pejabat Pembuat Komitmen Konsultan Perencana
CV. Citra Matra Ardhitama

....................................... Akhid Ruswanto, SPd


NIP. .................................................... Direktur

Anda mungkin juga menyukai