Anda di halaman 1dari 16

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:

Nama: LISDA ADINAN (1801012)

Kelas: IV- Keperawatan. B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH


MANADO

T.A 2020/2021
SISTEM SARAF

A. Pembagian sistem saraf

Sistem Saraf

Saraf pusat Saraf perifer

Otak Medula spinalis Sel sadar/ somatik Saraf otonom

Simpatis otonom

1. Otak

Otak dibagi 2 yaitu, ota besar (serebrum) dan otak kecil (serebelum). Otak
besar terdiri dari lobus frontalis,lobus parientalis, lobus oksipetalis, dan lobus
temporalis. Permukaan otak bergelombang dan berlekuk-lekuk membentuk seperti
sebuah lekukan yang disebut girus.

Otakl besar merupakan pusat dari:

 Motorik: Implus yang diterima diteruskan oleh sel-sel saraf kemudian


menuju ke pusat kontraksi otot.
 Sensorik: Setiap implus sensorik dihantarkan melalui akson sel-sel saraf
yang selanjutnya akan mencapai otak antara lain ke korteks serebr.
 Refleks: Berbagai kegiatan refleks berpusat diotak dan batang otak
sebagian lain dibagian medula spinalis.
 Kesadaran: Bagian batang otak yang disebut formasio retikularis bersama
bagian lain dari korteks serebri menjadi pusat kesadaran utama.
 Fungsi Luhur: Pusat berfikir, berbicara brhitung dan lain-lain.
2. Medula Spinalis
 Merupakan pusat refleks-refleks yang ada disana
 Penerusan sensorik ke otak sekaligus tempat masuknya saraf sensorik
 Penerus implus motorik dari otak kesaraf motorik
 Pusat pola gerakan sederhana yang telah lama di pelajari contoh:
melangkah

3. Saraf Somatik:

Merupakan saraf tepi berupa saraf sensorik dari perifer kepusat dan
saraf motorik dari pusat ke perifer. Berdasarkan tempat keluarnya dibagi
menjadi saraf otak dan saraf spinal.
 Saraf spinal
Dari medula spinalis keluar pasangan saraf kiri dan kanan
vertebra:
 Saraf servical 8 pasang.
 Saraf trokal 12 pasang
 Saraf lumbal 5 pasang
 Saraf secrum/secral 5 pasang
 Saraf koksigeal 1 pasang

Saraf spinal mengandung saraf sensorik dan motorik, serat


sensorik masuk medulla spinalis mealui akar belakang dan serta
motorik keluar dari medula spinalis melalui akar depan kemudian
bersatu membentuk saraf spinal.

Saraf-saraf ini sebagian berkelompok membentuk pleksus


(anyaman) dan terbentuklah berbagai saraf (nervus) seperti saraf
iskiadikus untuk sensorik dan motorik daerah tungkai bawah.
Daerah torakal tidak membentuk anyaman tetapi masing-masing
lurus diantara tulang kosta (nervus inter kontalis). Umumnya
didalam nervus ini juga berisi serat autonom, terutama serat
simpatis yang menuju ke pembuluh darah untuk daerah yang
sesuai. Serat saraf dari pusat dikorteks serebri sampai ke perifer
terjadi penyebrangan (kontra lateral) yaitu yang berada dikiri
menyebrang kekanan,Begitupula sebaliknya. Jadi apabila terjadi
kerusakan dipusat motorik kiri maka yang mengalami gangguan
anggota gerak yang sebelah kanan.

4. Saraf Otonom

Sistem saraf ini mempunyai kemampuan kerja otonom, seperti jantung,


paru, serta alat pencernaan. Sistem otonom dipengaruhi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis.

Peningkatan aktivitas simpatis memperlihatkan:

 Kesiagaan meningkat
 Denyut jantung meningkat
 Pernafasan meningkat
 Tonus otot-otot meningkat
 Gerakan saluran cerna menurun
 Metabolisme tubuh meningkat

Saraf simpatis ini menyiapkan individu untuk bertempur atau lari, semua
itu tampak pada manusia apabila menghadapi masalah, bekerja,olahraga,cemas
dan lain-lain, pada keadaan ini terjadi peningkatan penggunaan
energi/katabolisme.

Peningkatan aktivitas parasimpatis memperlihatkan:

 Kesiagaan menurun
 Denyut jantung melambat
 Pernafasan tenang
 Tonus otot-otot menurun
 Gerakan saluran cerna meningkat
 Netabolisme tubuh menurun
Hal ini berbeda dengan simpatis, pada saraf parasimpatis ini
terjadi penyimpangan energi(anabolisme) dan terlihat apabila
indivudu sedang istirahat. Pusat saraf simpatis berada di medulla
spinalis bagian torakal dan lumbal sedang pusat parasimpatis berda
dibagian medulla oblongata dan medulla spinalis bagian sacral.
Pusat-pusat ini masih dipengaruhi oleh pusat yang lebih tinggi
yaitu dihipotalumus sebagai pusat emosi.
 Pemeriksaan saraf kranial
Pemeriksaan saraf merupakan salah satu dari rangkaian
pemeriksaan neurologis yang terdiri dari: Status mental, tingkat
kesadaran, fungsi saraf kranial, fungsi motorik, refleks, koordinasi
dan gaya berjalan serta fungsi sensorik.
Agar pemeriksaan saraf kranial dapat memberikan iformasi
yag diperlukan, diusahakan kerja sama yang baik antara pemeriksa
dan penderita selama pemeriksaan.Penderita seringkali diminta
kesediannya untuk melakukan suatu tindakan yang mungkin oleh
penderita dianggap tidak masuk akal atau penggelikan. Sebelum
mulai diperiksa, kegelisaan penderita harus dihitungkan dan
penderita harus diberi penjelasan mengenai pentingnya
pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis. Membrikan
penjelasan mengenai lamanya pemeriksaan, cara yang dilakukan
dan nyeri yang mungkin timbul dapat membantu memupuk
kepercayaan penderita pada pemeriksa.

Saraf-saraf kranial langsung berasal dari otak dan


meninggalkan tengkorak melalu lubang-lubang pada tulang yang
dinamakan poramina, terdapat 12 pasang saraf kranial yang
dinyatakan dengan nama atau dengan angka romawi. Saraf-saraf
tersebut adalah olfaktorius(I), opitikus(II),okulomotoris (III),
troklearis(IV),trigeminum(V),abdusens(VI), fasialis(VII),vestibula
koklearis(VIII), glossofaringeus(IX), vagus(X), asesorius(XI),
hipoglosus(XII).

I. Saraf Olfaktoris (N. I)

Sistem olfakterius dimulai dengan sisi yang menerima


rangsangan olfaktorius. Sistem ini terdiri dari bagian berikut:
Mukosa alfaktorius pada bagian atas cafum nasal,
fillaokfaktoria,bulbussubkalosal pada sisi media lobus orbitalis.
Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabu-
seraburtnya berasal dari membran mukosa hidung dan
menembus area kribriformis dari tulang etmoidal untuk
bersinaps dibulbus olfaktorius, dari sini, traktus olfaktorius
berjalan dibawah lobus frontal dan berakhir dilobus temporal
bagian medial sisi yang sama.

Sistem alfaktoris merupakan satu-satunya sistem sensorik


yang impulsnya mencapai korteks tanpa diriley/ disalurkan
ditalamus. Bau-bauan yang dapat merangsang timbulnya nafsu
makanan dan induksi salivasi serta bau busuk yang dapat
menimbulkan rasa mual dan muntah menunjukan bahwa sistem
ini ada kaitannya dengan emosi.

2. Saraf Optikus (N. II)

Saraf optikus merupakan saraf sensorik murni yang


dimulai diretina. Serabut-serabut saraf ini, ini melewati foramen
optikum didekat arteri oktalmika dan bergabung dengan saraf
dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma
optikum. Orientasi spasial serabut-serabut dari berbagai bagian
fundus masih untuk sehingga serabut-serabut dari bagian bawah
retina ditemukan pada bagian inverior kiasma optikum dan
sebaliknya.
3. Saraf okulomorius (N. III)

Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian didepan


substansia grisea periakuaduktal ( Nukleus motorik) dan
sebagian lagi didalam substansia grisea( nukleus otonom).
Nukleus motorik bertanggungjawab untuk persarafan otak-otak
rektusmedialis, superior, dan inferior, otot oblikus infrior dan
otot lefator palpebra suporior. Dukleus otonom atau nukleus
edinger –westhpal yang bermielin sangat sedikit mempersarafi
otot-otot mata inferior yaitu spingter ada pupil dan otot siliaris.

4. Saraf Toklearis (N. IV)

Nukleus saraf troklearis terletak setinggi kolikuli inferior


didepan substansia grisea periakuaduktal dan berada dibawah
nukleus okulomotorius. Saraf ini merupakan satu-satunya saraf
kranialis yang keluar dari sisi dorsal batang otak. Saraf
troklearis mempersarafi otot oblikus superior untuk
menggerakan mata bawah, kedalam dan abduksi dalam derajat
kecil.

5. Saraf Trigemminus (N.V)

Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari serabut-serabut


motorik dan serabut-serabut sensorik. Serabut motorik
mempersarafi otak masseter dan otot temporalis. Serabut-serabut
sensorik saraf trigeminus dibagi menjadi tiga cabang utama
yaitu saraf oftalmikus, maksilaris,dan mandibularis. Daerah
sensoriknya mencakup daerah kulit, dahi,wajah, mukosa
mulut,hidung,sinuss. Gigi maksilar dan mandibula, dura dalam
fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga luar dan
kanalis auditorius serta bagian membran timpani.
6. Saraf Abdusens (N.VI)

Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing sisi pons


bagian bawah dekat medulla oblongata dan terletak dibawah
vertrikel keempat saraf abdusens mempersarafi otak rektus
lateralis.

7. Saraf Fasialis( N. VII)

Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik,


fungsi motorikberasal dari nukleus motorik yang terletak pada
bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah dekat
medulla oblongata. Fungsih sensorik berasal dari nukleus
sensorik yang muncul bersama nukleus motorik dan saraf
vestibulokoklearis yang berjalan ke lateral ke dalam kanalis
akustikus interna.

8. Saraf Vestibulokoklearis (N.VIII)

Saraf Vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu


serabut-serabut aferen yang mengurusi pendengaran dan
vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang
mengurusi keseimbangan.

Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti


dan berjalanan menuju inti koklea dipons, dari sini terdapat
transmisi bilateral kekorpus genikulatum medial dan kemudian
menuju girus suoerior lobus temporalis .

9. Saraf Glosofaringeus (N. IX)

Sarag glosofaringeus menerima gabungan dari saraf fagus


dan asesorius pada waktu menunggalkan kranium melalui
foramen tersebut, saraf golosofaringeus mempunyai dua
ganglion, yaitu ganglion intrakranialis superior dan
ekstrakranialis inferior. Setelah melewati foramen, saraf
berlanjut antara arteri karotis interna dan vena jugularis interna
keotot stilofaringeus. Diantara otot ini dan otot stiloklosal, satraf
berlanjut ke basis lidah dan mempersarafi mukosa faring, tonsil
dan sepertiga posteriur lidah.

10. Saraf Vagus (N. X)

Saraf vagus juga mempunya dua ganglion yaitu ganglion


superior atau jugulare dan ganglion inferior atau nodosum,
keduanya terletak pada daerah foramen ugularis, saraf vagus
mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan
menghantarkan inmpuls dari dinding usus, jantung dan paru-
paru.

11. Saraf Asesorius (N. XI)

Saraf asesorius mempunyai radikspinalis dan kranialis.


Radiks kranial adalah akson danri neuron dalam nukleus
ambigus yang terletak dekat neuron dari saraf vagus. Saraf
aksesoris adalah saraf motorik yang mempersarafi otot
stemokleudomastoideus dan bagian atas otot trapezius, otot
strenokleidomasktoideus berfungsi memutar kepala kesamping
dan otot trapezius memutar skapila bila lengan diangkat keatas.

12. Saraf Hipoglosus (N. XII)

Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medulla oplungata


padasetiap sisi garis tengah dan depan vetrikel keempat dimana
semua menghasilkan trigonum hipoglosus. Saraf hipoglosus
merupakan saraf motorik untuk lidang dan mempersarafi otot
lidah yaitu otot stiloklosus, hipoglosus dan genioglosus.
 PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS
 Saraf Olfaktorius

Saraf ini tidak diperiksa secara rutin, tetapi harus


dikerjakan jika terdapat riwayat tentang hilangnya rasa
pengecapan dan penciuman, kalau penderita mengalami
cedera kepala sedang atau berat, dan atau dicurigai
adanya penyakit-penyakit yang mengenai bagian basal
lobus frontalis.

 Saraf Optikus (N.II)


Pemeriksaan meliputi penglihatan sentral ( visual
acuity), penglihatan perifer (visual field), refleks pupil,
pemeriksaan fundus okuli serta tes warna.

 Saraf Okulomotoris (N. III)


Pemeriksaan meliputi: Ptosis, gerakan bola mata
dan pupil. Ptosis, pada keadaan normal bila seseorang
melihat kedepan maka batas kelopak mata akan
memotong iris pada titk yang sama secara bilateral.

 Saraf Troklearis (N.IV)


Pemeriksaan meliputi:
1. Gerakan mata kelateral bawah
2. Strabismus konvergen
3. Diplopia

 Saraf Trigeminus (N.V)


Pemeriksaan meliputi: Sensibilitas, motorik dan
refleks.
1. Sensibilitas
Ada tiga cabang sensorik, yaitu oftalmik,maksila,
mandibula.
2. Motorik
Pemeriksaan dimulai dengan menginspeksi
adanya atrofi otot-otot temporalis dan masseter.
3. Refleks
Pemeriksaan refleks mwliputi refleks kornea
langsung dan tidak langsung .
 Saraf Abnuses (N. VI)
Pemeriksaan meliputi gerakan mata ke
lateral,stabismus konvergen dan diplopia tanda-tanda
tersebut maksimal bila memandang kesisi yang terkena
dan bayangan yang akan timbul letaknya horizontal dan
sejajar satu sama lain.

 Saraf Fasialis (N. VII)


Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat pasien
diam dan atas perintah (tes kekuatan otot) saat pasien
diam diperhatikan asimetri wajah.

 Saraf Vestibula Cokhlearis (N. VIII)


Ada dua pemeriksaan yaitu pemeriksaan
pendengaran dan pemeriksaan fungsi vestibuler.
1. Pemeriksaan Pendengaran
Inpeksi meatus akustikus akternus dari pasien
untuk mencari adanya serumen atau obstruksi lainnya
dan membran timpani untuk menentukan adanya
inflamasi atau perforasi kemudian lakukan tes
pwndengaran dengan menggunakan gesekan jari,
detik arloji, dan audiogram.
2. Pemeriksaan fungsi Vastibuler
Pemeriksaan fungsi vestibuler meliputi:
nittagmus tes romberg dan berjalan lurus dengan mata
tertutup,head tilt test( Nylen- Baranny, dixxon-
Hallpike) yaitu tes untuk postural nistagmus.

 Saraf Glosofaringeus (N. IX) Dan Saraf Vagus( N.X)


Pemeriksaan N.IX dan N.X karena secara klinis sulit
dipisahkan maka biasanya dibicarakan secara bersama-
sama, anamnesis meliputi kesedak/keselek(kelumpuhan
palatom), kesulitan menelan dan disatria (khas
bernoda,hidung/bindeng).

 Saraf Asesorius (N. XI)


Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta
pasien mengangkat bahunya dan kemudian rabalah
massa otot trapezius dan usahakan untuk menekan
bahunya ke bawah, kemudian pasien disuruh memutar
kepelanya dengan melawan tahanan( tangan pemeriksa)
dan juga raba massa otot stemokleudo mastoideus.

 Saraf Hipoglosus (N.XII)


Pemeriksaan saraf hipoglosus dengan cara inspeksi
lidak dalam keadaan diam didasar mulut, tentukan
adanya atrofi dan fasikulasi (kontraksi otot yang halus
iregular dan tidak ritmik). Fasikulasi dapat unilateral
atau bilateral.
 KELAINAN YANG DAPAT MENIMBULKAN
GANGGUANG PADA NERVUS CRANIALIS
 Saraf Olfakterius (N.I)
Kelainan padanervus olfakterius dapat menyebabkan
suatu keadaan berapa gangguan penciuman sering dan
disebut ansomnia, dan dapat bersifat unilatral maupun
bilateral.
 Saraf Optikus (N. II)
Kelainan pada nervus optikus dapat menyebabkan
gangguang penglihatan.Gangguan penglihatan dapat
dibagi menjadi gangguan visus dan gangguan lapangan
pandang.

 Saraf Okulomotorius (N.III)


Kelainan berupa paralisis nervus okulomotorius
menyebabkan bola mata tidak bisa bergerak ke medial,
keatas dan lateral,kebawah dan keluar.

 Saraf Troklearis (N.IV)


Kelainan berupa paralisis nervus troklearis
menyebabkan bola mata tidak bisa bergerak kebawah
dari kemedial.

 Saraf Abdunsens (N.V)


Kelainan pada paralisis nervus abdunsens
menyebabkan bola mata tidak bisa bergerak kelateral,
ketika pasien melihat lurus keatas, mata yang sakit
teraduksi dan tidak dapat digerakan ke lateral, ketika
pasien melihat kearah nasal, mata yang paralisis
bergerak ke medial dan keatas karena predominannya
otot oblikus inferior.
 Saraf Trigeminus (N. VI)
Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada
nervus trigeminus antara lain: Tumor pada bagian fosa
posterior dapat menyebabkan kehilangan reflek
kornea,dan rasa baal pada wajah sebagai tanda-tanda
dini.

 Saraf Fasialis (N.VII)


Kelainan yang dapat menyebabkan paralis nervus
fasialis antara lain:
1. Penyebab pada pons: meliputi tumor,dan lesi
vaskuler.
2. Pada fosa posterior
3. Pada pars petrosa os temporalis dapat terjadi Bell`s
palsy, fraktur, sindroma Rumsay hunt,dan otitis media.
 Saraf Vestibolokoklearis (N.VIII)
Kelainan pada vestibolokoklearis dapat
menyebabkan gangguan pendengaran dan
keseimbangan(Vertigo).

 Saraf Glosofaringeus (N. IX) dan Saraf Vagus(N.X)


Gangguan pada komponen sensorik dan motorik dari
N.IX dan N.X dapat mengakibatkan hilangnya refleks
menelan yang beresiko terjadinya aspirasi paru.

 Saraf Asesorius (N.XI)


Gangguan N.XI mengakibatkan kelemahan otot bahu
(otottrapezius) dan otot leher
(ototstemokleidomastoideus).
 Saraf Hypoglesus (N. XII)
Kelainan saraf ini menyebabkan defiriensi miring
kearah yang lemah dari bagian lidah, kelainan saraf ini
juga menunjukan terjadinya disphagia atau kelainan
menelan.
DAFTAR PUSTAKA

Mohamad judha,rizky erwanto,listyana natalia ratnaningsih. Buku rangkuman


sederhana belajar anatomi fisiologi.

Ali, Wendra (1999).Petunjuk praktis Rehabilitasi Penderita Stroke, Bagian


Neurologi FKUI/RSCM,UCB,Pharma Indonesia,Jakarta.

Brunner,Sudart. (1984). Textbook of medical-surgicial Nursing (5th


ed).j.b.Lippincot.Co.

Depkes RI. (1996). Asuhan Keperawatan Pada pasien Denagan Gangguan Sistem
Persarafan. Diknakes, Jakarta.

Engram, Barbara,.(1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah. Volume


3, EGC, Jakarta.

Harsono (2000), Kapita Selekta Neurologi, Gadjha Mada Universitas press,


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai