Seperti halnya berbagai stimulus yang disadari lainnya, persepsi nyeri
dihantarkan oleh neuron khusus yang bertindak sebagai reseptor, pendeteksi stimulus, penguat dan penghantar menuju sistem saraf pusat. Sensasi tersebut sering didekripsikan sebagai protopatik (noxious) dan epikritik (non-noxious). Sensasi epiritik (sentuhan ringan, tekanan, propriosepsi, dan perbedaan temperatur) ditandai dengan reseptor ambang rendah yang secara umum dihantarkan oleh serabut saraf besar bermielin. Sebaliknya, sensasi protopatik (nyeri) ditandai dengan reseptor ambang tinggi yang dihantarkan oleh serabut saraf bermielin yang lebih kecil (A delta) serta serabut saraf tak bermielin (serabut C).1 Menurut IASP (The International Association for Study of Pain), nyeri adalah “pengalaman dan emosi sensori yang tidak menyenangkan dihubungkan dengan kerusakan jaringan atau potensial rusak”. Definisi ini menggambarkan adanya suatu gabungan antara komponen objektif, aspek psikologis nyeri serta faktor subjektif dan emosi. Respon terhadap nyeri dapat sangat bervariasi antara orang yang satu dengan orang yang lain dan pada orang yang sama dalam waktu yang berbeda.2 Nyeri akut dapat didefinisikan sebagai nyeri yang dihasilkan oleh stimulus noxious karena suatu cidera, proses penyakit, atau abnormalitas struktur otot maupun visera. Nyeri ini hampir selalu bersifat nosiseptif. Nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri yang menetap melebihi rentang waktu suatu proses akut atau melebihi kurun waktu normal tercapainya suatu penyembuhan; periodenya dapat bervariasi dari 1 hingga 6 bulan. Nyeri kronik dapat bersifat nosiseptif, neuropatik, atau gabungan keduanya.1 Nyeri abdomen merupakan keluhan umum yang sering ditemukan pada pasien, termasuk pada wanita yang sedang dalam masa kehamilan. Pada umumnya, keadaan yang dikarakterisasi oleh kondisi ini disebut dengan istilah akut abdomen, yakni penyakit yang disebabkan oleh nyeri yang timbul akibat masalah bedah dan non bedah serta terjadi secara tiba-tiba. Apapun penyebabnya,
1 2
keadaan ini membawa tantangan tersendiri dalam dunia klinis mengingat
diagnosis banding untuk nyeri abdomen selama kehamilan sangatlah ekstensif. Dalam hal ini, nyeri abdomen mungkin saja disebabkan oleh kelainan obstetri atau ginekologi yang berhubungan dengan kehamilan, sebagaimana penyakit intraabdominal juga seringkali berhubungan.2 Dalam terapi nyeri digunakan beberapa jenis analgetik (obat pereda nyeri) yang bisa membantu mengurangi nyeri. Obat ini digolongkan ke dalam 3 kelompok yaitu : analgetik opioid (narkotik), analgetik non-opioid dan analgetik adjuvan. analgetik opioid merupakan pereda nyeri yang paling kuat dan sangat efektif untuk mengatasi nyeri yang hebat.2