BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penuaan
al. (2010) menyatakan bahwa penuaan adalah hasil dari akumulasi perubahan
progresif dalam tubuh yang terjadi seiring berlalunya waktu dan yang menyebabkan
definisi penuaan maka terdapat korelasi antara usia dengan penuaan. Perkembangan
manusia dapat hidup dengan kualitas prima meskipun usia bertambah. Hal ini
karena penuaan merupakan sebuah proses yang dapat diperlambat, ditunda atau
dihambat, dan bahkan proses penuaan dianggap sebagai penyakit yang dapat
dicegah dan diobati. Oleh karena itu, saat ini dikenal istilah usia kronologis dan usia
fisiologis. Usia kronologis yaitu usia sebenarnya sesuai dengan tahun kelahiran,
sedangkan usia fisiologis yaitu usia sesuai dengan fungsi organ tubuh yang tidak
secara pasti karena penuaan sangat luas dan mempengaruhi banyak sistem dan
10
jaringan yang berbeda dan penuaan adalah proses jangka panjang (Goldsmith,
penuaan, pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu teori wear and
tear theory (teori pakai dan rusak) dan teori program (Pangkahila, 2011; Goldsmith,
2012).
Teori wear and tear pada prinsipnya menyatakan bahwa tubuh menjadi
lemah dan akhirnya meninggal sebagai akibat dari penggunaan dan kerusakan
yang terjadi secara terus menerus. Tubuh tidak memberikan pertahanan yang
Artinya secara alami, apabila organ tubuh terus digunakan meskipun tidak
menggunakan organ tubuh biasa saja maka pada akhirnya organ tubuh akan
menjadi lebih cepat. Teori ini meyakini bahwa pemberian suplemen yang tepat
melakukan perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel. Teori pakai
11
dan rusak meliputi kerusakan DNA, glikosilasi dan radikal bebas yang
a. Kerusakan DNA
dapat terjadi karena faktor ekternal seperti radiasi, polutan, asap rokok, dan
mutagen kimia, dan faktor internal seperti radikal bebas dan proses
organisme.
b. Glikosilasi
mengalami proses patologik, yang pada nondiabetes terjadi pada usia jauh
lebih lanjut . oleh karena itu, usia harapan hidup pada orang dengan
c. Radikal Bebas
12
2. Teori program
terdapat jam biologik, mulai dari proses konsepsi sampai ke kematian dalam
suatu model terprogram. Teori ini terdiri dari teori terbatasnya replikasi sel,
b. Proses imun
13
c. Teori hormon
Teori ini berdasarkan peran hormon bagi fungsi organ tubuh. Hormon
bekerja dengan baik mengendalikan berbagai fungsi tubuh. Pada usia tua,
yang menurun dan gen, dan faktor eksternal seperti gaya hidup tidak sehat, diet
tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres dan kemiskinan (Pangkahila,
2011) .
hormon prolaktin dan menyebabkan apoptosis; paparan sinar matahari yang dapat
penuaan pada kulit), faktor diet/makanan (zat pengawet dan pewarna makanan
menimbulkan kerusakan organ tubuh terutama hati), faktor genetik (infeksi virus,
radiasi serta racun yang diserap oleh tubuh dapat mempengaruhi faktor genetik),
14
faktor psikis (menyebabkan proses apoptosis pada tubuh), faktor organik (obesitas,
tingkat kebugaran tubuh yang rendah, konsumsi makanan yang kurang sehat,
berupa menurunnya 8 fungsi tubuh antara lain menurunnya sistem endokrin, sistem
sistem gastrointestinal, sistem otot dan sistem saraf tepi dan saraf pusat. Proses
tubuh. Akibat penurunan fungsi itu, maka muncul berbagai tanda dan gejala proses
penuaan, yang pada dasarnya dibagi dua bagian, yaitu tanda fisik dan tanda psikis,
dimana tanda fisik, seperti massa otot berkurang, lemak meningkat, kulit berkerut,
daya ingat berkurang, fungsi seksual dan reproduksi terganggu, kemampuan kerja
Tetapi, proses penuaan tidak terjadi begitu saja dengan langsung menampakkan
perubahan fisik dan psikis. Proses penuaan berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut.
Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu
radikal bebas, yang dapat merusak sel dan DNA, mulai mempengaruhi tubuh.
15
Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar. Oleh karena itu pada tahap ini
orang merasa dan tampak normal, tidak mengalami gejala dan tanda penuaan.
Pada umumnya, rentang usia ini dianggap normal, padahal sebenarnya sudah
Selama tahap ini level hormon menurun sampai 25 persen. Massa otot
jantung pembuluh darah dan obesitas. Pada tahap ini gejala mulai muncul, yaitu
menurun. Pada tahap ini orang mulai merasa tidak muda lagi dan tampak lebih
tua. Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak ekspresi genetic, yang dapat
Pada tahap ini penurunan level hormon terus berlanjut, yaitu meliputi DHEA,
makanan, vitamin dan mineral. Densitas tulang menurun, massa otot berkurang
membakar kalori, meningkatkan lemak tubuh dan berat badan. Penyakit kronis
16
Dengan melihat ketiga tahap ini, ternyata proses penuaan tidak selalu harus
dinyatakan dengan gejala atau keluhan. Ini menunjukkan bahwa orang yang tidak
mengalami gejala atau keluhan, bukan tidak mengalami proses penuaan. Lebih
jauh, ini dapat menjadi pegangan bahwa untuk mengatasi proses penuaan jangan
termasuk
kelenjar reproduksi, pada laki-laki disebut andropause dan pada wanita disebut
merupakan salah satu dampak proses penuaan yang terjadi pada wanita. Seiring
serta hormon yang lain juga mengalami penurunan termasuk growth hormone dan
hormon testosterone, seperti yang terjadi pada pria. Menopause berarti berhentinya
siklus menstruasi untuk selamanya. Ini sebuah masa perubahan hidup bagi
Tetapi sebagian ada yang mengalaminya pada usia lebih awal (menopause dini)
reproduksi kepada tahap tidak berproduksi. Pada manusia, masa ini dibagi menjadi
empat tahap. Tahap pertama adalah premenopause, yaitu masa dimana fungsi
haid normal atau terkadang terjadi perpanjangan siklus haid, dianggap sedang
pola haid dalam masa klimakterik sebagai akibat dari berkurangnya fungsi ovarium.
Perimenopause dimulai sejak haid mulai tidak teratur dan adanya keluhan-keluhan.
Pada masa ini produksi estrogen berkurang dan fungsi ovarium menurun. Tahap
ketiga yaitu menopause, dimana terjadi perdarahan surut terakhir yang berkaitan
hormone estrogen. Datang haid terakhir baru diketahui setelah mengalami 12 bulan
menopause selama 3-5 tahun, yang ditandai dengan kadar LH dan FSH yg tinggi
serta kadar estrogen dan progesterone yang rendah. Gejala-gejala dan keluhan-
keluhan klimakterik bisa terjadi, dan produksi estrogen dari ovarium akhirnya
18
berhenti. Biasanya tidak ada batas yang sangat jelas, akan tetapi secara perlahan-
lahan memasuki senium. Senium ialah masa setelah postmenopause yaitu setelah
usia 65 tahun ketika telah tercapai keseimbangan baru dalam kehidupan perempuan,
sehingga tidak ada lagi gangguan vegetatif maupun psikis (Ghani, 2009).
merupakan sebuah tahapan yang akan dilalui oleh perempuan yang terjadi melalui
sebuah proses yang bertahap. Deteksi lebih dini masalah reproduksi wanita
merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
menopause dini. Hal ini karena pada dasarnya penuaan merupakan proses yang
dapat dicegah, diatasi dan bahkan dapat dikembalikan pada keadaan semula
(Pangkahila, 2011). Oleh karena itu, dengan mendeteksi dini dalam tahap
2.3 Premenopause
proses penuaan yang ditandai dengan menurunnya kadar hormon estrogen yang
sangat berperan dalam hal sexualitas dan reproduksi (Mulya et al., 2016).
lebih dini yang merupakan penyebab umum infertilitas pada wanita usia produktif
dan mempengaruhi sekitar satu persen wanita muda (Proverawati, 2010). Sekitar
40-60% wanita fase premenopause memiliki keluhan baik fisik maupun psikologis
19
Panjang dari siklus menstruasi yang tidak normal terdiri dari gejala
klinis yang paling umum yang menandakan kepada wanita bahwa adanya
mungkin terjadi pada menstruasi biasa namun lebih sering dikaitkan secara
konsepsi sehingga ovulasi yang jarang terjadi atau fase luteal yang tidak
adalah 40% lebih besar pada wanita usia 35-44 tahun dan sampai 74.7%
adalah gejala premenopause yang dini namun tidak konsisten karena gejala
hormonal serum, kadar AMH, jumlah folikel antral, dan ultrasonografi ovarium.
peningkatan kadar FSH fase awal dan menurunnya kadar AMH dan jumlah folikel
antral (AFC). Indikator kadar AMH, yang tingkat serumnya dapat membantu
menilai keadaan penuaan folikular, yang merupakan prediktor risiko yang mungkin
untuk menentukan kapan terjadi menopause. Tingkat hormonal serum, AMH, AFC
2016).
Infertilitas yang terjadi pada wanita dengan usia subur merupakan masalah
yang penting untuk diatasi dan dicegah agar para wanita dapat mengalami
kehamilan dan mempunyai anak pada masa usia subur serhingga perlu mendeteksi
secara dini masalah infertilitas wanita pada usia subur. Salah satu biomarker
mullerian pada embrio pria, terutama untuk peran pengaturnya dalam diferensiasi
jenis kelamin namun, setelah lahir pola expresi sex dimorfik hilang dan juga telah
terbukti dapat menjadi marker yang sangat baik dalam menilai cadangan ovarium
pada wanita (Kruszynska et al., 2017). AMH adalah peptida yang termasuk dalam
utama AMH penting untuk diagnostik didalam sistem endokrin dan sistem
reproduksi. AMH terdapat dalam serum darah laki-laki maupun wanita. Pada laki-
laki, AMH disintesis pada sel Sertoli dari testis sejak minggu ke 5 perkembangan
embrio dan kemudian terdapat selama seumur hidup. Pada periode ini hipothalamus
dan FSH. LH didalam sel Leydig pada fetal testis menghasilkan testosteron, pada
Sertoli melalui androgen reseptor disisi lain, FSH melalui reseptornya pada
membran sel Sertoli merangsang AMH (Hampl et al., 2011). AMH pada wanita
cairan folikuler dan pembuluh darah. Dalam praktek klinis, kadarnya diukur di
dalam darah perifer (Kruszynska et al., 2017). AMH pada wanita muncul sejak
cadangan sel telur dan secara erat berhubungan dengan sejumlah folikel yang matur
(Aboulghar, 2014). AMH tidak terlibat dalam mekanisme umpan balik dari
hipotalamus hipofisis gonadal axis, ini yang menjadi alasan bahwa kadar AMH
tidak bergantung pada fase siklus menstruasi sehingga dengan pengukuran AMH
saja sudah cukup untuk menentukan cadangan sel telur. AMH dikenal sebagai
menopause dan juga memiliki manfaat yang lebih luas (Hampl et al., 2011).
signaling utama AMH adalah melalui reseptor AMH tipe II (AMHRII). Awalnya,
Mullerian (paramesonephric). Pada laki-laki, sel Sertoli dari testis yang sedang
Pada wanita, karena tidak adanya kromosom Y, sekresi AMH kurang, dan saluran
wanita: saluran tuba, Rahim dan bagian atas vagina (Koskela, 2013).
Gambar 2.1
Peran AMH pada proses diferensiasi seksual (Koskela, 2013)
AMH termasuk dalam kelompok TGF- β yang terdiri lebih dari 35 struktur
peptida, termasuk aktivin, inhibins, bone morphogenic proteins (BMPs) dan faktor
reproduktif pada kedua jenis kelamin. Hormon ini merupakan glikoprotein disulfida
24
homodimer dengan berat molekul 140 kDA (Hampl et al., 2011), sedangkan
glikoprotein dengan berat molekul 140 kDa yang terbuat dari dua homodimer 70
kDA, yang termasuk dalam faktor superfamili pertumbuhan TGF-β. Reseptor untuk
AMH adalah protein heteromer transmembran, yang terdiri dari dua subunit,
dilambangkan dengan Tipe I dan II. Karena semua reseptor untuk faktor
aktivitas kinase intrinsik. Tipe II (subunit yang lebih baik) mengikat secara khusus
ligan yang mengarah ke aktivasi Tipe I, bagian intraselular yang bertindak sebagai
threonin kinase. Aktivasi yang terakhir memulai kaskade sinyal yang menghasilkan
Perkembangan normal dari genitalia interna dan eksterna pada pria selama
AMH disekresikan oleh sel- sel Sertoli dan bekerja pada reseptornya yang terdapat
disekresikan oleh sel-sel Leydig testikular, bekerja pada reseptor androgen pada
maskulinisasi. Perkembangan organ genitalia interna wanita pada pria bisa terjadi
AMH, atau akibat gangguan pada reseptor tipe II (Andersona et al., 2012). Kadar
25
jumlah folikel dapat diikuti dengan pengurangan sirkulasi AMH (Aboulghar, 2014).
Dalam studi manusia dan hewan, ekspresi AMH telah diamati pada folikel sel
granulosit (GCs) yang tumbuh dari tahap primer sampai tahap antral. Ekspresi
AMH di folikel dimulai dari saat rekrutmen dan berlangsung sampai tahap
perkembangan antral. Tingkat tertinggi sintesis hormon diamati pada sel granulosa
folikel anterior preantral dan antral kecil (≤4 mm). Pada folikel antral yang lebih
besar (> 8 mm), sintesis AMH perlahan menurun sampai menjadi tidak terdeteksi.
Dengan mengurangi efek FSH pada pertumbuhan folikel preantral dan antral, AMH
vesikel germinal (Rzeszowska et al., 2016). Hal serupa juga dinyatakan oleh Bala
et al. (2014) bahwa peran AHM dalam folikulogenesis terjadi karena AMH
berlebihan oleh FSH. Proses tersebut merupakan ukuran aspek fungsi ovarium
tertentu yang berguna untuk menilai kondisi seperti sindrom ovarium polikistik dan
menggunakan tikus tanpa AMH (tipe null). Ovarium tikus null berusia empat bulan
26
dua kali lebih besar dari tikus tipe liar, dan tikus null mengandung jumlah vesikel
germinal yang lebih rendah dan peningkatan tiga kali lipat pada vesikula
dan transformasinya menjadi folikel preantral dan antral. Tikus null dengan jumlah
folikel yang lebih banyak juga menunjukkan tingkat FSH yang lebih rendah, yang
memungkinkan terjadinya hipotesis bahwa, jika tidak ada AMH, folikel lebih
sensitif terhadap pengaruh FSH. Pada studi tikus in vitro, penambahan AMH
menghasilkan diameter folikel yang lebih kecil. Selanjutnya, sebuah studi in vivo
dimana kadar FSH dimodulasi menunjukan bahwa dengan adanya konsentrasi FSH
serum rendah dan tinggi, folikel yang tumbuh lebih banyak ditemukan pada tikus
tanpa AMH dari pada tikus liar. Efek penghambatan AMH terhadap sensitivitas
folikel FSH ini dapat berperan dalam proses seleksi. Diperkirakan setiap folikel
estradiol dalam cairan sejumlah folikel antral kecil. Hubungan antara polimorfisme
gen AMH atau reseptor AMH tipe II dan tingkat estradiol dalam fase folikuler,
manusia. AMH terdeteksi dalam serum, meskipun peran utamanya adalah tindakan
auto dan parakrin pada perkembangan folikel. Folikel antral menjadi sumber utama
AMH dalam serum karena jumlah sel granulosa yang lebih besar. Kadar AMH
27
dalam aliran darah telah menjadi subyek banyak penelitian yang berfokus pada
AMH dapat dideteksi pada subjek wanita sejak tahap perinatal sampai
menopause. Dimana peningkatan kadar AMH secara bertahap diamati pada anak
perempuan dari hari pertama kehidupan, dengan tingkat maksimum yang diamati
pada wanita berusia sekitar 25 tahun. Setelah pubertas AMH diproduksi oleh sel
Granulosa antral primer, dimana tingkat AMH tertinggi dilaporkan. Ekspresi AMH
tidak ditemukan pada folikel atretik. Pada tingkat AMH wanita dewasa secara
bertahap menurun sampai mencapai nilai dibawah batas yang tidak dapat terdeteksi
berkorelasi kuat dengan sejumlah folikel dewasa (AFC), seperti yang dinilai oleh
konsentrasi AMH yang diukur dalam cairan folikular (Kaya et al., 2010).
Peran AMH dalam fisiologi ovarium AMH secara khusus diekspresikan dalam
sel granulosa folikel preantral dan antral . Pada tikus, ekspresi dimulai segera
setelah folikel primordial direkrut untuk tumbuh, dan ekspresi tertinggi diamati
pada folikel antral dan antral anterior. AMH juga telah memberikan efek fisiologis
pada folikel antral di ovarium manusia sebelum seleksi akhir, Ada keseimbangan
28
yang baik antara produksi estradiol dan inhibin oleh folikel preovulasi dan sekresi
gonadotropin oleh hipofisis untuk memastikan bahwa ovulasi dipicu tepat pada
waktu yang tepat (Aboulghar, 2014). AMH dapat menggunakan peran fisiologis
dalam menurunkan kapasitas aromatisasi dari sel granulosa sampai saat seleksi
dengan penurunan jumlah folikel primer dan preantral seiring bertambahnya usia.
Tingkat AMH yang rendah dan juga penurunannya yang cepat dalam periode waktu
AMH dinyatakan sebagai biomarker yang lebih unggul dari FSH basal dan AFC,
ovarium telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Yarde et al. (2013) mengkaji peran
AMH sebagai prediktor hasil reproduksi pada wanita subfertile dengan FSH basal
yang tinggi memberi hasil bahwa penentuan AMH dapat digunakan sebagai
penanda fertilitas pada wanita subfertile dengan tingkat FSH basal yang tinggi.
kehamilan pada wanita yang menjalani stimulasi ovarium. Rigg et al. (2008)
Kadar AMH stabil selama periode perubahan hormon, namun menurun seiring
axis yang menyebabkan tingkat AMH hampir tidak bergantung pada fase siklus
haid, dan pada umumnya satu pengukuran saja cukup dalam mengukur cadangan
(Hampl et al. 2011), menjadikannya alat praktis dalam menilai cadangan ovarium
(Weghofen et al., 2011) dan merupakan penanda ovarium yang dapat diandalkan
yang dapat diukur secara independen pada hari siklus menstruasi (Marca et al.,
2007).
Selama hidup seorang wanita ,kadar serum AMH mulai muncul pada minggu
menunjukkan tingkat yang rendah pada usia anak-anak, kemudian meningkat pada
usia pubertas dan mencapai puncak pada usia 20 tahun sampai 25 tahun diikuti
AMH menjadi penanda yang baik dalam penilaian cadangan ovarium. Pada
Interpretasi kadar AMH bervariasi. Batas kadar yang dianggap normal masih
belum diklarifikasi dan disetujui. Berbgai kit tes AMH yang ada juga belum
ekuivalen. Secara umum kadar AMH 1.2-4.6 ng/ml dianggap normal, 1-1,2 ng/ml
dianggap normal rendah, 0,3-1 ng/ml dianggap rendah, kurang dari 0,3 ng/ml
dianggap sangat rendah , pada kondisi postmenopause kadar AMH kurang dari 0,16
AMH merupakan penanda cadangan ovarium yang sangat sensitif karena itu
yang ada. Keuntungan lain pengukuran AMH terhadap parameter ovarium adalah
Selama satu siklus haid, kadar hormon tidak terpengaruh secara signifikan. Tidak
seperti hormon ovarium lain yang diproduksi seperti estrogen dan progesteron,
kadar AMH relatif stabil sepanjang siklus menstruasi, sehingga pengukuran kadar
perkembangan tingkat AMH darah pada wanita normal yang hasilnya dipaparkan
Gambar 2.2
Kadar serum AHM pada wanita normal berdasarkan usia
(garis merah = mean AMH, garis hijau = mean AMH ditambah dan
dikurangi standar deviasi pada prediksi 68%,garis biru = mean AMH
ditambah dan dikurangi standar deviasi pada prediksi 95%)
Sumber: Kelsey et al. (2011)
Konsentrasi AMH serum mengalami penurunan kembali antara usia delapan
dan dua belas tahun, sebelum naik ke puncak pada pertengahan dua puluhan tahun
yaitu rata-rata usia 24,5 tahun yang kemudian mengalami penurunan sampai
menopause. Oleh karena itu, kadar AMH hanya dapat digunakan untuk menilai
penuaan ovarium pada wanita diatas usia 25 tahun. Peningkatan awal konsentrasi
gonadotropin pada pubertas awal dapat mengubah proporsi folikel pada tahap
antral. Serum AMH diproduksi oleh folikel pertumbuhan awal pada semua tahap
sampai tahap antral awal, namun tidak diketahui kelas folikel mana yang paling
32
banyak berkontribusi terhadap konsentrasi yang ada pada sirkulasi (Kelsey et al.,
2011).
Kadar AMH dapat mengalami perubahan akibat berbagai faktor selain faktor
usia. Berbagai faktor telah dilaporkan mempengaruhi perubahan kadar AMH darah.
Rzeszowska et al. (2016) melaporkan bahwa kadar AMH darah dapat menurun
karena berbagai sebab seperti merokok, tingkat vitamin D, dan obesitas. Pada
perokok, kadar AMH menurun lebih cepat, dan wanita ini mencapai usia
menopause lebih awal dibandingkan dengan wanita bukan perokok (Sowers et al.,
2010). De Kat et al. (2016) menyatakan bahwa rendahnya konsentrasi AMH dapat
disebabkan oleh faktor genetik, faktor lingkungan, gaya hidup yang tidak sehat, dan
Penyakit Crohn (CD) dapat menurunkan kadar AMH darah yang merupakan
pembengkakan di tuba falopi dan ovarium, dan secara tidak langsung, melalui
intervensi bedah dan adhesi tuba yang terkait dengan perawatan penyakit (Şenateş
et al., 2013). Honda et al. (2016) menyatakan bahwa penurunan kadar AMH serum
yang lebih tinggi menyebabkan terjadinya penurunan tingkat AMH pada wanita
33
tidak subur dan tekanan psikologis dinyatakan dapat dapat mempengaruhi cadangan
Spanyol dinyatakan memiliki nilai AMH lebih rendah daripada wanita Caucasian.
Perubahan kadar AMH serum terjadi relatif dini pada urutan kejadian yang
berhubungan dengan penuaan ovarium. Tingkat FSH serum yang meningkat secara
substansial tidak ditemukan sampai siklus menjadi tidak teratur. Oleh karena itu
penanda yang sudah menunjukan perubahan yang cukup besar saat siklisitas masih
Usia 50 tahun adalah waktu rata-rata menopause yang didefinisikan sebagai periode
dapat terjadi antara usia 40 dan 60 tahun, namun penurunan kesuburan alami wanita
biokimia dan hormonal, yang akan memudahkan penentuan masa subur dan masa
semakin penting karena penuaan masyarakat dan nantinya akan menjadi ibu.
Masalah lain yang ditangani adalah profilaksis yang lebih baik sehubungan dengan
34
penyakit yang terjadi secara signifikan lebih sering setelah menopause. Keadaan ini
hormon, seperti kanker payudara dan kanker endometrium. Parameter yang secara
jumlah folikel antral yang berkorelasi dengan tingkat AMH (Rzeszowska et al.,
2016).
baik untuk menilai usia reproduktif wanita dibanding usia kronologis. Karena
variasi usia menopause antara usia 40-55 tahun sehingga usia kronologis bukan
merupakan indikator yang bagus untuk menilai cadangan ovarium. Oleh karena itu
AMH dapat digunakan secara klinis sebagai penanda penuaan ovarium dan
memprediksi usia akhir masa produktif dengan tepat dibandingkan penanda lain,
seperti inhibin, estradiol dan FSH yang dependen terhadap siklus menstruasi.
Freeman et al. (2012) melaporkan bahwa kadar AMH <0,2 ng/ml terjadi rata-
rata 5,99 tahun sebelum menopause pada wanita berusia 45-48 tahun dan 9,94 tahun
pada wanita berusia 35-39 tahun. Mengenai nilai AMH lebih dari 1,5 ng/ml,
menopause terjadi rata-rata setelah 6,23 tahun pada kelompok yang lebih tua dan
setelah lebih dari 13 tahun pada kelompok yang lebih muda. Hal itu menunjukan
bahwa masa menopause dapat ditentukan secara tepat berdasarkan tingkat AMH
diferensiasi sel somatik dan sel germinal (Do dan Robinson, 2015). Folikulogenesis
diatur oleh GnRH, hormon metabolik dan faktor lokal seperti sistem IGF-1. Folikel
awal dan awal pertumbuhan folikel primordial tidak dipengaruhi oleh GnRH
preovulasi.
ovarium manusia dijelaskan melalui empat tahapan yaiu tahap awal, tahap
pertumbuhan folikuler basal, tahap pertumbuhan oosit dan tahap seleksi folikel
2.3.
36
Gambar 2.3
Skema tahap folikulogenesis (Klotz dan Gougeon, 2010)
mencapai tahap preantral (0,15 mm), kemudian 70 hari kemudian mencapai ukuran
2 mm. Pertumbuhan folikel tumbuh awal diatur oleh interaksi antara FSH dan faktor
lokal yang diproduksi oleh sel theca dan granulosa (GCs), serta oosit. Dari saat
mereka memasuki tahap yang dapat dipilih selama fase luteal yang terlambat,
folikel menjadi sensitif terhadap perubahan siklik FSH dalam hal proliferasi sel
granulosa. Selama fase folikuler awal, folikel awal yang dipilih tumbuh dengan
sangat cepat dan estradiol ada dalam cairan folikular, namun, total produksi steroid
siklus, folikel preovulasi mensintesis progesteron dalam jumlah sangat besar. Pada
maksimal, terutama pada hormon luteinizing (LH) yang memicu disosiasi dinding
granulosa dan ekspansi kumulus serta pematangan oosit. Dengan demikian, seiring
bawah kendali faktor lokal yang bekerja secara autokrin / parakrin (Klotz dan
Gougeon, 2010).
37
karbohidrat dan lipid serta menurunkan glucose tolerance dan timbunan lemak. GH
merangsang produksi IGF-1 dalam dua cara yaitu bekerja pada sel hepar sebagai
sumber utama IGF-1 dan melalui mekanisme paracrine atau autocrine secara lokal
makanan tinggi protein dan kondisi tidur. IGF-I adalah hormon polipeptida yang
namun juga disekresikan oleh beberapa jaringan untuk keperluan autokrin atau
parakrin.
sitoprotektif. IGF-I adalah hormon yang diatur secara ketat sehingga aplikasi
Defisiensi IGF-I dapat menyebabkan sirosis hati, pada orang dewasa, penuaan
sirkulasi GH dan IGF-I maksimal selama pertumbuhan peripubertal dan awal masa
Berkurangnya sekresi GH/IGF-I pada orang tua dipercaya bertanggung jawab atau
tingkat energi, disertai dengan perubahan indikator psikologis dari kualitas hidup
fisiologis yang luas yang penting terhadap umur panjang manusia seperti stabilitas
sebelumnya telah dinyatakan bahwa spesies dengan tingkat metabolisme yang lebih
tinggi memiliki umur maksimum yang lebih pendek karena akumulasi radikal
39
peroxidase) dan parameter kerusakan oksidatif (MDA dan PCC) (Puche et al.,
Teori kedua, IGF-I telah diusulkan sebagai indeks penuaan yang sehat, karena
vaskular, gangguan metabolisme, dan fenotip terkait usia lainnya (Fitzpatrick et al.,
2007).
mamalia, dan sekarang ditetapkan bahwa indung telur adalah tempat ekspresi dan
40
penerimaan gen IGF-I. Pada primata, IGF-I diekspresikan dalam folikel primordial,
folikel primer, folikel sekunder dan folikel antral yang tumbuh (oosit dan theca),
namun tidak pada folikel preovulasi (mural granulose dan theca) (Puche and
Castilla-Cortázar, 2012).
granulosa dan meningkatkan efek biologis FSH dan LH pada sel granulosa dan
theca. Secara khusus, IGF-1 adalah stimulator kuat steroidogenesis oleh sel
selama tahap terakhir folikulogenesis pada folikel antral yang tumbuh besar.
preovulasi, karena penurunan protein pengikat IGF dengan berat molekul rendah
(IGFBPs), yaitu IGFBP2 dan IGFBP4. Perubahan tingkat IGFBP ini disebabkan
Gambar 2.4
Peran IGF-1 (Puche and Castilla-Cortázar, 2012)
GH berada dalam keadaan bebas dan terikat oleh GHBP (domain sekunder
reseptor GH). Selain itu, aktivasi reseptor GH hati, mendorong sintesis IGF-1 yang
namun terutama terikat pada IGFBP (keseluruhan IGFBP-3, yang mengikat 90%
dilepaskan sebagai hasil dari GH sebagai peptida bebas. GH dan nutrisi adalah
faktor utama yang mengatur ekspresi IGF-1 hati, juga pada organ lain. Namun, di
beberapa jaringan lain, ekspresi IGF-1 diatur oleh faktor trofik spesifik jaringan,
seperti misalnya di rahim, di mana estrogen (dan bukan GH) merangsang ekspresi
IGF-1 memainkan peran pada tahap perkembangan folikel yang berbeda yaitu
2. Pada tahap folikel sekunder, IGF-1 mungkin terlibat dalam induksi ekspresi
FSH-R pada sel granulosa dan diferensiasinya, kelangsungan hidup sel theca
steroidogeniknya.
vaskular oleh sel granulosa (Stanek et al., 2007). Mekanisme yang tepat yang
kebanyakan spesies mamalia yang diteliti, GH dan IGF-1 tidak diperlukan untuk
Berbagai hormon metabolik, seperti leptin, insulin dan IGF-1, juga dapat
adiposa, yang melakukan peran penting dalam mengendalikan asupan makanan dan
berat badan. Selain itu, leptin dianggap sebagai mediator yang responsif terhadap
stres nutrisi selama kehidupan janin mamalia, namun folikulogenesis awal dan awal
perkembangan ovarium melalui sistem hati. Dawuda et al. (dalam Do dan Taylor-
pembersihan hepar dari hormon steroid dan akibatnya tingkat sirkulasi hormon
insulin dan IGF-1 menekan atau merangsang perkembangan folikel dengan cara
pengurangan insulin dan IGF-1 menunda siklus estrus dan mengganggu kualitas
fungsi oosit dan korpus luteum. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Cavestany et
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena
zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai
zat pembangun dan zat pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang
mengandung unsur-unsur C,H,O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang dan ada jenis
protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga. Sebagai zat
selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan, proses pembentukan jaringan
terjadi secara besar- besaran termasuk pertumbuhan sel-sel otak untuk kecerdasan.
Pada masa kehamilan, proteinlah yang membentuk jaringan janin dan pertumbuhan
embrio. Protein juga mengganti jaringan tubuh yang rusak dan yang perlu
dirombak. Fungsi utama protein bagi tubuh adalah untuk membentuk jaringan baru
dan mempertahankan jaringan yang telah ada. Protein ikut pula mengatur berbagai
proses tubuh, baik langsung maupun tidak langsung dengan membentuk zat- zat
pengatur proses dalam tubuh. Protein juga berperan dalam mengatur keseimbangan
asam-basa dalam tubuh. Ada dua macam protein yang biasa dikonsumsi manusia,
yaitu protein nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan protein hewani yang
berasal dari hasil ternak dan hasil perikanan. Berdasarkan kualitas dan keragaman
dibanding protein nabati karena protein hewani mengandung asam amino esensial
Fontana dan Torre (2013) menyatakan bahwa sebagian besar penelitian yang
dilakukan pada ruminansia betina menunjukkan bahwa asupan protein yang lebih
tinggi meningkatkan aktivitas ovarium oleh jalur yang dimediasi oleh LH, namun
hubungan perbedaan efek diferensial protein hewani dan nabati adalah pada tingkat
sirkulasi IGF-I (Fontana dan Torre, 2013). Hal serupa dinyatakan oleh Holmes et
al. (dalam Hosseini dan Eslamian, 2014) bahwa asupan protein hewani pada wanita
berhubungan positif dengan kadar IGF-I sedangkan asupan protein nabati tidak
Telur ayam merupakan sumber protein diet yang berharga. Selain nilai gizi,
protein telur juga merupakan sumber peptida dengan berbagai sifat bioaktif
(Jahandideh, 2017). Telur ayam merupakan salah satu sumber protein utama dari
makanan. Putih telur menyumbang sekitar 58% dari keseluruhan massa telur,
dimana berat telur ayam kampung memiliki berat kurang lebih 50 gram dengan
Tabel 2.1
Komposisi zat gizi dalam 100 gram berat telur ayam
46
Komposisi zat gizi telur ayam pada Tabel 2.1 menunjukkan bahwa tinggi
protein dan fosfor dan tidak mengandung lemak, sedangkan pada kuning telur lebih
banyak mengandung lemak daripada protein. Pada bagian putih telur atau albumen
terdiri dari 4 lapisan yang berbeda kekentalannya, yaitu lapisan encer luar (outer
thin white), lapisan encer dalam (firm/thick white), lapisan kental (inner thin white),
ini disebabkan oleh perbedaan dalam kandungan airnya. Bagian albumin banyak
mengandung air sehingga selama penyimpanan bagian ini pula yang mudah rusak.
Kerusakkan terjadi terutama disebabkan oleh keluarnya air dari jala-jala ovomucin
yang berfungsi sebagai pembentuk struktur albumin (Kurtini dan Riyanti., 2011).
Persentase total albumin dari setiap ayam bervariasi, tergantung dari kondisi
lingkungan, umur ayam, umur telur (lama penyimpanan), dan ukuran telur.
47
Albumin mengandung total bahan padat sekitar 11-13% dan kadar protein
menempati porsi yang paling besar (92%) (Kurtini dan Riyanti., 2011).
Putih telur menyumbang sekitar 58% dari keseluruhan massa telur dan
ovotransferrin, ovomucoid, globulin dan lisozim (Miguel et al., 2005). Telur putih
merupakan salah satu protein utama yang memiliki potensi tinggi untuk aplikasi
utama dan diamati pada semua spesies, dengan beberapa perbedaan. Protein yang
terpisah dapat digunakan dalam industri makanan dan farmasi seperti atau setelah
dan ovomucin sebagai agen penekan tumor. Ovomucoid adalah alergen telur utama
stres oksidatif dan peradangan in vitro dan in vivo dan hidrolisat putih telur (EWH)
dapat mengurangi tekanan darah pada tikus hipertensi. Hidrolisat putih telur secara
insulin serta tindakan anti-inflamasi hidrolisat putih telur pada adiposit yang
masuk ke dalam telur agar tidak mengganggu pertumbuhan embrio ayam. Ukuran
dan komponen telur ayam setiap strain berbeda-beda, sehingga jumlah albumin
antara telur ayam yang satu dengan yang lainnya juga berbeda. Telur ayam yang
sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia selain telur ayam ras ialah telur ayam
kampung dan telur ayam kate. Ukuran kedua macam telur ayam tersebut berbeda,
demikian juga berat antara telur ayam kampung dan ayam kate berbeda pula.
Kandungan albumin telur ayam kate sebesar ± 40% dari berat total telur, sedangkan
kandungan albumin telur ayam kampung ialah sebesar ± 55% dari berat total telur
(Volk dan Wheeler dalam Wijaya, 2013). Bakhtra et al. (2016) melakukan
penelitian untuk mengetahui kadar protein yang terkandung di dalam berbagai telur
unggas. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah telur ayam ras, telur ayam
kampung, telur itik, dan telur puyuh. Hasil menunjukkan bahwa sampel telur yang
diperiksa mengandung protein dengan kadar yang berbeda secara signifikan dimana
telur ayam kampung lebih tinggi kadar proteinnya dari pada sampel telur yang lain
dan kadar protein yang paling rendah terdapat pada telur ayam ras. Mawaddah
(2010) melakukan penelitian untuk mengetahui kadar protein dan kolesteral telur
kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam ras dan telur
49
itik. Telur yang mempunyai kandungan kolesterol paling tinggi adalah telur itik.
Proses memasak dengan direbus dan dikukus mempengaruhi kadar protein dimana
˚C selama minimum satu menit. Telur sebaiknya tidak dikonsumsi dalam keadaan
(Kemenkes RI, 2010). Hal ini karena telur mentah berisiko tercemar mikroba
berbahaya seperti Salmonella yang berasal dari kotoran ayam. Risiko penyakit yang
telur mentah dan produk pangan asal ternak lainnya dalam keadaan mentah yaitu
Selain itu, telur mentah juga lebih sulit dicerna tubuh daripada telur matang (Afifah,
2013).
Salah satu tahap penelitian sebelum diujikan kepada manusia terlebih dulu
diujikan pada hewan coba dan diperoleh kesan yang cukup aman. Hewan coba yang
cukup aman digunakan adalah mencit dan tikus putih (rattus norvegicus). Alasan
menggunakan hewan coba ini karena mudah diperoleh dalam jumlah banyak,
mempunyai respon yang cepat, memberikan gambaran ilmiah yang mungkin terjadi
darah, tikus putih lebih menguntungkan daripada mencit. Tikus putih sebagai
hewan percobaan relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih
tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk
berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar. Aktivitasnya tidak terganggu oleh
adanya manusia di sekitarnya sehingga pemeliharaan mudah. Ada dua sifat yang
membedakan tikus putih dari hewan percobaan yang lain, yaitu bahwa tikus putih
tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus
empedu.Tikus putih berasal dari Asia Tengah dan penggunaannya telah menyebar
berikut :
Kingdom : Animal
Filum : Chordata
Classis : Mamalia
Subclassis : Placentalia
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Genus : Rattus
Gambar 2.5
TikusWistar (Rattus norvegicus)
Terdapat beberapa galur tikus yang memiliki kekhususan tertentu antara lain
galur Wistar yang albino dengan kepala besar, telinga panjang dan ekor pendek,
galur Sprague Dawley yang albino putih berkepala kecil dan ekor panjang, dan
galur Long Evans yang memiliki badan berwarna putih, sedangkan kepala dan
ekstremitas bewarna hitam. Galur Sprague Dawley dan Long Evans berasal dari
Kandang tikus harus berlokasi pada tempat yang bebas dari suara ribut dan terjaga
dari asap industri atau polutan lainnya. Kandang harus cukup kuat, tidak mudah
rusak, terbuat dari bahan yang mudah dibongkar, mudah dibersihkan dan mudah
dipasang kembali. Kandang harus tahan gigitan, hewan tidak mudah lepas, tetapi
hewan harus tampak jelas dari luar. Alas kandang selalu kering dan tidak berbau
52
untuk mencegah gangguan respirasi, serta alat-alat dalam kandang dibersihkan 1-2
kali/minggu. Suhu kandang yang ideal berkisar antar 18-270 C dan kelembaban
berkisar antara 40-70%. Cahaya harus diusahakan agar terdapat keadaan 12 jam
terang dan 12 jam gelap. Untuk tikus dengan berat badan 200-300 gram. Jumlah
maksimal tikus per kandang adalah 3 ekor. Transportasi jarak jauh sebaiknya
Tabel 2.2
Data Biologis Tikus Wistar
Lama hidup 2-3 tahun,dapat sampai 4 tahun
Betina: 220-300gram
terpengaruh bila teknik ini dilakukan dengan benar. Hewan dipegang dengan ibu
jari dan operator memberi tekanan pada vena jugularis di bagian caudal mandibula.
Cara ini dapat membendung aliran kembali darah vena dari sinus orbitalis.
Selanjutnya jari telunjuk operator tersebut menarik bagian dorsal kelopak mata
53
dibutuhkan biasanya tabung kapiler kaca untuk penetrasi conjunctiva orbitalis dan
kejadian epistaxis ataupun trauma. Bila sinus atau plexus telah ruptur maka darah
akan mengalir melalui tabung. Aliran darah akan berhenti bila tabung dilepaskan
yang memasuki umur 14-18 bulan, yang setara dengan konversi 35-45 tahun usia
manusia (Sengupta, 2013), pada umur tikus 14-18 bulan mulai terjadi penurunan
siklus etrus akibat menurunnya hormon estrogen. Seiring bertambahnya usia fungsi
organ reproduksi tikus akan menurun sehingga jarang terjadi kehamilan, jumlah