Di dalam suatu organisasi tidak dapat dipungkiri akan terjadi konflik yang dapat
memecah belah pihak-pihak yang ada di dalam suatu organisasi. Untuk itu diperlukannya
pengelolaan konflik yang baik. Namun dalam mengelola konflik tidak sembarang strategi
yang diterapkan untuk meredam konflik, penerapan strategi-strategi yang kurang tepat dapat
memicu konflik lain, yang dapat mengakibatkan kerenggangan hubungan antar individu
maupun kelompok. Untuk itu dalam bab ini akan dibahas mengenai mengelola konflik
kehumasan.
A. Pengertian Konflik
Pengertian konflik sendiri memiliki berbagai macam definisi yang sering kali
memiliki konsep dan persepsi berbeda-beda, berikut definisi konflik menurut pendapat ahli.
Menurut Nawawi, et al., 2006 konflik merupakan suasana batin yang berisi
kegelisahan karena pertentangan dua motif atau lebih, yang mendorong seseorang berbuat
dua atau lebih kegiatan yang saling bertentangan, pada waktu yang bersamaan. Oleh karena
kedua motif itu sama kuatnya, maka orang tersebut menjadi bimbang dan jika tidak cepat
diatasinya maka berkembang rasa kegelisahan yang relatif berat.
Selain itu menurut Hocker & Wilmot, 2013:11 (dalam Wahl, et al., 2016:215)
“Conflict an expressed struggle between at least two interdependent parties who perceive
incompatible goals, scarce, resurces and interference from others in achieving their goals”.
Artinya bahwa konflik merupakan perebutan antara sedikitnya dua pihak yang saling
bergantungan yang memiliki tujuan yang tidak sejalan, kelangkaan sumberdaya dan campur
tangan dari orang lain dalam mencapai tujuan mereka. Pihak yang terlibat dalam konflik
terdiri dari sedikitnya dua orang atau kelompok, merebutkan sumberdaya yang terbatas
dengan makusd untuk memilikinya karena memiliki kepentingan yang dianggap sangat
mendesak dan penting. Karena kebutuhan akan sumberdaya yang terbatas itulah individu atau
pihak yang berkonflik memperebutkannya untuk menggunakannya atas dasar kepentingannya
sendiri dan kadang kala tidak sesuai dengan tujuan yang sebenarnya dari pemanfaatan sumber
daya tersebut.
Seperti yang kita ketahui bahwa konflik tidak dapat dihindarkan. Pandangan ini
merupakan pandangan baru, yang telah dibuktikan dalam penelitian perilaku organisasi.
Sikap terhadap konflik dari waktu ke waktu telah berubah, hal ini di sampaikan dalam
penelitian Stephen P. Robbins yang telah menelusuri perkembangan ini, dengan menekankan
pada perbedaan antara pandangan tradisional mengenai konflik dan pandangan baru yang di
sebut interaksionis pandangan tersebut dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini (Handoko,
2013).
Pandangan Lama Pandangan Baru
Konflik dapat dihindarkan Konflik tidak dapat dihindarkan
Konflik disebabkan oleh kesalahan- Konflik timbul karena banyak sebab,
kesalahan manajemen dalam termasuk struktur organisasi, perbedaan
perancangan dan pengelolaan organisasi
tujuan yang tidak dapat dihindarkan,
perbedaan dalam persepsi dan nilai-nilai
probadi dan sebagainya
Konflik mengganggu organisasi dan Konflik dapat membantu atau
menghalangi pelaksanaan optimal menghambat pelaksanaan kegiatan
organisasi dalam berbagai derajat
Tugas manajemen adalah menghilangkan Tugas manajemen adalah mengelola
konflik tingkat konflik dan penyelesaiannya
Pelaksanaan kegiatan organisasi yang Pelaksanaan kegiatan organisasi yang
optimal membutuhkan penghapusan optimal membutuhkan tingkat konflik
konflik yang moderat
Sumber : Diadaptasi dari Handoko (2012) Pandangan lama dan baru tentang konflik
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa konflik dapat fungsional ataupun berperan
salah (dysfunctional). Secara sederhana hal ini berarti bahwa konflik mempunyai potensi bagi
pengembangan atau pengganggu pelaksanaan kegiatan organisasi tergantung pada bagaimana
konflik tersebut dikelola. Segi fungsional konflik antara lain :
1. Manajer menemukan cara penggunaan dana yang lebih baik,
2. Lebih mempersatukan para anggota organisasi,
3. Manajer mungkin menemukan cara perbaikan prestasi organisasi
4. Mendatangkan kehidupan baru di dalam hal tujuan serta nilai organisasi, atau
5. Pengganti manajer lebih cakap, bersemangat dan bergagasan baru (Handoko,
2012:347).
Di dalam komunikasi tidak jarang dapat memicu terjadinya konflik, hal ini berkenaan
dengan pesan yang diterima komunikan, yang memiliki persepsi berbeda dengan tujuan si
pengirim pesan. Selain itu, penggunaan bahasa yang sulit dimengerti, infomasi yang mendua
atau tidak lengkap kerap kali memicu terjadinya konflik internal dalam organisasi. Mengenai
hal tersebut apakah yang sebenernya menjadi sumber masalah dari konflik?
Setidaknya ada enam kondisi utama yang menyebabkan konflik di dalam organisasi,
Menurut McShane et al (2013) (dalam Amir, 2017:130) meliputi tujuan tidak sejalan,
perbedaan nilai, ketergantungan, sumber daya yang minim, aturan yang ambigu dan masalah
komunikasi.
2. Diferensiasi
Perbedaan antar-organisasi, departemen dan berbagai pihak seperti dalam hal
pelatihan, nilai-nilai keyakinan dan pengalaman menjadikan sumber konflik. Ketika semua
sepakat tentang sebuah tujuan, mungkin orang berbeda dalam penggunaan cara mencapai
tujuan itu. Jika di dalam sebuah organisasi memiliki dua kelompok generasi yang berbeda,
memungkinkan akan timbulnya konflik karena bea ekspektasi, praktik dan preferensi.
3. Interdependence
Saling ketergantungan, di mana satu tim mengandalkan hasil kerja tim lainnya untuk
memulai sebuah pekerjaan, hal ini memicu tejadinya konflik. Semakin tinggi tingkat
ketergantungan tersebut, semakin tinggi juga resiko terjadinya konflik, karena apabila terjadi
sebuah kesalahan akan berdampak pada pihak lain. Pola proses yang lain, pooled
interdependence, di mana semua orang tergantung sumber daya yang sama risiko konflik
lebih kecil.
5. Ambigous Role
Setiap posisi di dalam organisasi mungkin sudah memiliki uraian pekerjaan yang
merefleksikan peran posisi itu, namun dalam praktiknya peran itu bisa mengambang atau
tidak jelas. Dalam perubahan situasi, sehingga direksi diterapkan oleh pemegang posisi atau
atasannya. Ketidakjelasan ini menyebabkan ketidakpastian yang membuat satu pihak bisa
mengintervensi tujuan atau sasaran pihak lain. Dalam situasi seperti merger dan akuisisi,
situasi ini kerap terasa. Adanya perbedaan nilai-nilai praktik dan aturan yang sudah terbiasa
dijalankan oleh satu pihak, nmaun tidak bagi pihak lain.
Di dalam organisasi internal kerap terjadi konflik yang tidak dapat dihindarkan,
konflik sendiri muncul dari berbagai ragam kepentingan individu dalam sebuah organisasi.
Kepentingan yang berbeda dengan prinsip pada diri individu (karyawan) menjadi salah satu
penyebabnya. Dalam hal itu, setiap organisasi harus meminimalisir terjadinya konflik dalam
perusahaan dengan menerapkan manajemen konflik yang baik. Manajemen konflik dikelola
dalam suatu wadah dengan pembentukan tim khusus untuk menyiasati dan meredam konflik
yang ada di dalam organisasi. Manajemen konflik menemukan berbagai jenis konflik yang
biasa terjadi di dalam perusahaan.
Menurut (Handoko, 2012:349) konflik sendiri terdiri dari berbagai jenis, terdapat lima
jenis konflik dalam kehidupan organisasi yaitu sebagai berikut.
1) Konflik dalam diri individu, yang terjadi bila seorang individu menghadapi
ketidakpastian tentang pekerjaan yang dia harapkan untuk melaksanakannya, bila
berbagai permintaan pekerjaan bertentangan, atau bila individu diharapkan untuk
melakukan lebih dari kemampuannya.
2) Konflik antar individu dalam organisasi yang sama, di mana hal ini sering diakibatkan
oleh perbedaan-perbedaan kepribadian. Konflik ini juga berasal dari adanya konflik
antar peranan (seperti antara manajer dan bawahan).
3) Konflik antar individu dan kelompok, yang berhubungan dengan cara individu
menanggapi tekanan untuk keseragaman yang dipaksakan oleh kelompok kerja
mereka. Sebagai contoh, seorang individu mungkin dihukum atau diasingkan oleh
kelompok kerjanya karena melanggar norma-norma kelompok.
4) Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama, karena terjadi pertentangan
kepentingan antar kelompok
5) Konflik antar organisasi, yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi
dalam sistem perekonomian suatu negara. Konflik ini telah mengarahkan timbulnya
pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa, harga-harga lebih rendah, dan
penggunaan sumber daya leih efisien.
Manajemen konflik juga harus cekatan dalam menemukan akar permasalahan dan
meredam konflik yang ada. Sebelum terjadinya konflik, biasanya muncul terlebih dahulu
desas-desus atau isu dari kesenjangan yang terjadi. Tahapan-tahapan terbentuknya konflik
biasanya juga telah terprediksi oleh manajemen konflik dalam mengantisipasi konflik
semakin parah.
Persepsi Konflik
Emosi Konflik
Sumber : Model Proses Konflik (Amir, 2017)
Menurut pendapat ahli pakar seperti Teresa Yencey Crane sebagai salah satu pendiri
Issue Management Council (dalam Prayudi, 2016:34) bahwa, isu dapat dikatakan sebagai
munculnya kesenjangan antara tindakan perusahaan dan harapan publik (stakeholders).
Untuk menutupi kesenjangan tersebut diperlukan manajemen isu sebagai penanganan internal
dalam sebuah perusahaan.
Menurut Pricillia Murphy, Chaos Theory as a Mode for Managing Issue and Conflict,
Public Relation (dalam Morissan, 2008: 25) manajemen isu (issue management) merupakan
upaya organisasi atau perusahaan untuk melihat kecenderungan isu atau opini publik yang
muncul di tengah masyarakat dalam upaya organisasi atau perusahaan untuk memberikan
tanggapan atau respons yang sebaik-baiknya. Tanggapan yang baikdiperlukan agar isu atau
opini publik itu tidak berkembang secara negatif sehingga merugikan perusahaan atau agar
isu tidak berkembang menjadi konflik yang tidak diinginkan.
Howard Chase (1977) (dalam (Morissan, 2008:26) manajemen isu meliputi tindakan
mengidentifikasi isu, menganalisis isu, menetapkan prioritas, menentukan strategi program,
emnetapkan program tindakan dan komunikasi serta melakukan evaluasi efektivitas kerja.
Semua tersebut merupakan proses yang menggabungkn prinsip, kebijakan dan tindakan
perusahaan dengan realita ekonomi politik yang tengah berkembang.
Banyak perdebatan mengenai definisi isu di kalangan para pakar dan praktisi peneliti
di bidang manajemen isu dan konflik. Namun isu sendiri itu timbul akibat adanya harapan
publik dengan perusahaan yang tidak sesuai dengan apa yang publik harapkan dari kinerja
perusahaan (fakta dilapangan) hal ini yang menimbulkan suatu opini publik terhadap
perusahaan yang di mana dapat menimbulkan konflik jika perusahaan tidak terus terang
dalam mengungkapkan fakta yang sebenarnya terjadi.
Dalam hal ini, isu yang telah menyebar di dalam publik telah tercium oleh manajemen
perusahaan, manajemen isu mengambil bagiannya untuk mentuntaskan isu yang tengah
beredar dipublik dengan mengidentifikasi, meneliti, merencanakan dan mengambil keputusan
untuk meredam isu yang berkembang serta mengkomunikasikannya kepada publik dengan
baik agar tidak muncul masalah yang dapat memicu kesenjangan bahkan konflik.
Perlu diketahui bahwa perusahaan tidak boleh sepele terhadap isu sekecil apapun
yang berkembang di tengah publik, yang berpotensi akan semakin besar dan menimbulkan
krisis yang dapat mengancam eksistensi perusahaan. Menurut Prayudi (2016) penerapan
manajemen isu dalam perusahaan harus dilihat sebagai kebijakan proaktif dalam manajemen
perusahaan. Penelitian akademis dan kasus praktis menunjukkan bahwa penggunaan teknik
manajemen isu yang efektif dapat:
Meningkatkan market share
Meningkatkan reputasi perusahaan
Menghemat uang, dan
Membangun hubungan yang penting
Tanggung jawab manajemen isu merupakan bagian dari tanggung jawab manajemen
senior, bukan departemen tertentu. Implementasi proses manajemen isu sesungguhnya
merupakan alat bagi pejabat eksekutif senior, maka manajemen isu harus dibentuk pada level
atas manajemen perushaan. Dengan demikian, kebijakan proaktif dan antisipatif dapat
diambil dengan cepat.
a. Keahlian public relations dalam memonitor opini publik membantu pihak manajemen
dalam mengidentifikasi isu-isu yang beredar di tengah publik dan memiliki potensi
untuk berkembang menjadi krisis yang dapat mengancam aktivitas perusahaan,
sehingga pihak manajemen bisa membuat kebijakan yang mencegah isu berkembang
menjadi krisis.
b. Public relations dapat mewakili kepentingan publik dan memprediksi reaksi publik
terhadap keputusan pihak manajemen yang membawa konsekuensi bagi publik.
c. Dengan keahlian public relations mengumpulkan data dan informasi dari beragam
publik, public relations menjadi sumber informasi bagi pihak manajemen dalam
proses pembuatan kebijakan yang menguntungkan baik bagi perusahaan maupun
publik sehingga krisis dapat dihindari. Keahlian riset baik kualitatif maupun
kuantitatif menjadi kunci sukses proses pengumpulan data (data gathering) dari
publik.
d. Public relations mengkomunikasikan perusahaan pada publik, sehingga komitmen dan
pengertian yang diperoleh dalam proses pembuatan keputusan merupakan aset yang
berharga.
e. Public relations membantu perusahaan melakukan adaptasi terhadap lingkungan.
f. Proses manajemen isu dan krisis pun dapat dianalisis serupa dengan proses
manajemen yang dijalankan oleh public relations, karena tahap pertama dari proses
public relations mengidentifikasi masalah dan pengumpulan fakta atas isu yang
sedang dihadapi oleh pihak manajemen.
Menurut Handoko (2012: 349) sedikitnya ada tiga bentuk manajemen konflik yaitu
sebagai berikut:
Dua metoda dapat digunakan untuk mengurangi konflik. Pendekatan efektif pertama
adalah mengganti tujuan yang menimbulkan persaingan dengan tujuan yang lebih bisa
diterima kedua kelompok. Metoda efektif kedua adalah mempersatukan kedua kelompok
yang bertentangan untuk menghadapi “ancaman” atau “musuh” yang sama.
Gaya
Penangan Sesuai dalam Kondisi Masalah yang Ditimbulkan
Konflik
Pemecahan Kepentingannya tidak terlalu Berbagi informasi yang orang lain
masalah bertentangan (tidak murni menang- mungkin bisa menggunakan untuk
kalah) keuntungannya
Para pihak saling percaya, terbuka
dan memiliki waktu untuk saling
berbagi informasi
Masalahnya cukup kompleks
Memaksa Anda memiliki keyakinan tentang Berisiko paling tinggi untuk konflik
posisi anda (dan keyakinan orang hubungan
lain salah) Berisiko tinggi untuk bila pihak lain juga
Pertikaiannya menuntut solusi yang menggunakan strategi memaksa
cepat Bisa merusak hubungan yang sudah
Pihak lain akan mengambil manfaat lama, mengurasngi kemungkinan
kalau strategi bekerja sama efektifnya pemecahan masalah di masa
mendatang
Pencegahan Konflik menajdi sangat emosional Tidak benar-benar menyelesaikan
Biaya mencoba menyelesaikan konflik
konflik mungin lebih tinggi dari Dapat membuat pihak lain frustasi
manfaat yang diperoleh kalau
berdamai
Yielding Pihak lain secara substansi memiliki Meningkatkan harapan pihak lain dalam
lebih banyak kekuasaan penyelesaian masalah di masa depan
Masalahnya kurang begtiu penting Berisiko tinggi untuk hasil yang tidka
bagi anda ketimbang pihak lain optimal, bila pihak lain jugas
Nilai dan logika dari posisi anda memngambil manfaat
tidak jelas
Berkompromi Para pihak memiliki kekuatan yang Solusi yang tidak nyata ketika masing-
sama masing saling mengambil manfaat.
Ada tekanan dari segi waktu untuk
menyelesaikan
Para pihak kurang memiliki rasa
percaya/terbuka bagi penyelsaian
masalah.
Sumber : Amir (2017) Gaya Penanganan Konflik
Daftar Pustaka