PENGANTAR PENDIDIKAN
KENDARI
2019
1
Contents
1. Pengertian Kemandirian Peserta Didik..................................................................3
2. Karakteristik Perkembangan Kemandirian Pada Anak dan Remaja.................4
3. Tipe-Tipe Perkembangan Kemandirian Pada Anak dan Remaja........................5
a) Kemandirian Emosional (Emotional Autonomy)...................................................6
b) Kemandirian Behavioral (Behavioral Autonomy)..................................................9
c) Kemandirian Nilai (Values Autonomy)................................................................10
4. Faktor yang Dapat Mempengaruhi Perkembanga Kemandirian Anak dan
Remaja............................................................................................................................12
5. Upaya Pengembangan Kemandirian Remaja dan Implikasinya bagi
Pendidikan......................................................................................................................13
6. Konsep Perkembangan Karir...............................................................................14
7. Orientasi Karier Pada Anak dan Remaja............................................................15
8. Karakteristik Fase Perkembangan Karir Anak dan Remaja Berdasarkan Usia
16
Tahap Fantasi : 0-11 tahun ( Masa Sekolah Dasar)................................16
Tahap Tentatif : 12-18 tahun (Masa Sekolah Menengah).......................16
A. Sub Tahap Minat (11-12 tahun)....................................................................16
B. Sub Tahap Kapasitas Kemampuan (13-14 tahun).......................................16
C. Sub Tahap Nilai (15-16 tahun)......................................................................16
D. Sub Tahap Transisi (17-18 tahun).................................................................16
Tahap Realistis : 19-25 tahun (Masa Perguruan Tinggi).........................16
9. Faktor yang Dapat Mempengaruhi Perkembangan Karier Anak dan Remaja
17
10. Perkembangan Remaja Dalam Berkarir..........................................................19
Realistis...............................................................................................................19
Intelektual...........................................................................................................19
Sosial. ..................................................................................................................19
Konvensional......................................................................................................19
Menguasai (enterprising)...................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20
2
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN
Pembahasan :
1. Pengertian Kemandirian Peserta Didik
A. Suatu kondisi dimana seseorang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi
kebaikan dirinya sendiri
B. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang
dihadapi
C. Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya
D. Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya
3
2. Karakteristik Perkembangan Kemandirian Pada Anak dan Remaja
4
ketidakmandirian individu pada masa kanak-kanak menuju kemandirian yang
lebih bersifat autonomy pada masa dewasa.
5
Steinberg membagi kemandirian dalam tiga tipe, yaitu kemandirian
emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral (behavioral autonomy),
dan kemandirian nilai (values autonomy). Kemandirian emosional (emotional
autonomy) pada remaja ialah dimensi kemandirian yang berhubungan dengan
perubahan keterikatan hubungan emosional remaja dengan orang lain, terutama
dengan orang tua. Oleh karena itu kemandirian emosional didefinisikan sebagai
kemampuan remaja untuk tidak tergantung terhadap dukungan emosional orang
lain, terutama orang tua. Kemandirian behavioral (behavioral autonomy) pada
remaja ialah dimensi kemandirian yang merujuk kepada kemampuan remaja
membuat keputusan secara bebas dan konsekuen atas keputusannya itu.
Kemandirian nilai (values autonomy) pada remaja ialah dimensi kemandirian
yang merujuk kepada kemampuan untuk memaknai seperangkat prinsip tentang
benar dan salah, serta penting dan tidak penting.
Pemudaran ikatan emosional anak dengan orang tua pada masa remaja terjadi
dengan sangat cepat. Percepatan pemudaran hubungan itu terjadi seiring dengan
semakin mandirinya remaja dalam mengurus diri sendiri. Dalam analisis Berk
(1994) konsekuensi dari semakin mampunya remaja mengurus dirinya sendiri
maka waktu yang diluangkan orang tua terhadap anak semakin berkurang dengan
sangat tajam. Proses ini sedikit besarnya memberikan peluang bagi remaja untuk
mengembangkan kemandiriannya terutama kemandirian emosional.
6
pihak lain. Kedua pihak ini lambat laun akan mengendorkan simpul-simpul ikatan
emosional infantil anak dengan orang tua.
7
tua sebagai individu selain sebagai orang tuanya dan berinteraksi dengan orang
tua tidak hanya dalam hubungan orang tua-anak tetapi juga dalam hubungan antar
individu. Menurut Steinberg remaja pada tingkat SMA tampak mengalami
kesulitan dalam memandang orang tua sebagaimana orang lain pada umumnya.
Dalam analisisnya aspek kemandirian emosional ini sulit berkembang dengan baik
pada masa-masa remaja, mungkin bisa sampai dewasa muda.
8
Kemandirian perilaku (behavioral autonomy) merupakan kapasitas
individu dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan. Remaja yang
memiliki kemandirian perilaku (behavioral autonomy) bebas dari pengaruh pihak
lain dalam menentukan pilihan dan keputusan. Tetapi bukan berarti mereka tidak
perlu pendapat orang lain. Bagi remaja yang memiliki kemandirian behavioral
memadai, pendapat/nasehat orang lain yang sesuai dijadikan sebagai dasar
pengembangan alternatif pilihan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan. Melalui pertimbangan diri sendiri dan sugesti orang lain ia mengambil
suatu keputusan yang mandiri bagaimana seharusnya berperilaku/bertindak.
9
tidak mudah terpengaruh tekanan teman sebaya dan orang tua dalam
mengambil keputusan, dan
memasuki kelompok sosial tanpa tekanan.
C. Ketiga, mereka memiliki rasa percaya diri (self reliance) yang ditandai oleh:
merasa mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah dan di sekolah,
merasa mampu memenuhi tanggung jawab di rumah dan di sekolah,
merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya,
berani mengemukakan ide atau gagasan.
10
Kedua, keyakinan akan nilai-nilai semakin mengarah kepada yang bersifat
prisip (principled belief). Perilaku yang dapat dilihat ialah berpikir dan bertindak
sesuai dengan prinsip yang dapat dipertanggungjawabkan dalam bidang nilai.
Ketiga, keyakinan akan niali-nilai semakin terbentuk dalam diri remaja
sendiri dan bukan hanya dalam sistem nilai yang diberikan oleh orang tuanya atau
orang dewasa lainnya (independent belief). Perilaku yang dapat dilihat ialah
remaja mulai mengevaluasi kembali keyakinan dan nilai-nilai yang
diterimanya dari orang lain,
berpikir sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri, dan
bertingkah laku sesuai dengan keyakinan dan nilainya sendiri. Misalnya
remaja menggali kembali nilai-nilai yang selama ini diyakini kebenarannya.
Upaya remaja ini hakekatnya merupakan proses evaluasi akan nilai-nilai yang
diterimanya dari orang lain.
11
untuk melakukan koreksi-koreksi, penegasan kembali, dan menilai ulang terhadap
keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang mereka warisi sejak masih berada dalam
ketergantungan masa kanak-kanaknya pada orang tua.
12
Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan oleh ketiga tokoh tersebut,
dimana dalam paparannya tentang faktor-faktor penghambat kemandirian terdapat
kesamaan antara satu dengan yang lainnya. Dari beberapa pendapat tersebut akan
menjadi lebih baik lagi, jika antara pendapat yang satu dengan yang lainnya saling
mengisi kekurangan diantara berbagai pendapat tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
terhambatnya kemandirian adalahgen atau keturunan oarang tua. Pola asuh orang
tua, jenis kelamin, urutan posisi anak, kebiasaan serba dibantu, sikap orang tua,
kurangnya kegiatan diluar rumah, sistem pendidikan disekolah atau perguruan dan
sisitem kehidupan masyarakat.
13
J. Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak
membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain
K. Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak
14
kesejahteraan, dan ketenagakerjaan serta seluruh kondisi yang mengharuskan
individu untuk berinteraksi.
Mengingat betapa pentingnya masalah karir dalam kehidupan manussia, maka
sejak dini anak perlu disiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang
lebih cerah, dengan cara memberikan pendidikan dan bimbingan karir yang
berkelanjutan
Orientasi karir pada anak dan remaja merupakan tahap dimana anak dan remaja
dikenalkan dengan dunia yang akan digelutinya kelak. Dalam buku edisi revisinya
Ginzberg dkk (1972) menegaskan bahwa proses pilihan karir itu terjadi sepanjang
hidup manusia, artinya bahwa suatu ketika dimungkinkan orang berubah pikiran.
Hal ini berarti bahwa pilihan karir tidaklah terjadi sekali saja dalam hidup
manusia. Disamping itu Ginzberg juga menyadari bahwa faktor
peluang/kesempatan memegang peranan yang amat penting. Meskipun seorang
remaja sudah menentukan pilihan karirnya berdasarkan minat, bakat, dan nilai
yang ia yakini, tetapi kalau peluang/kesempatan untuk bekerja pada bidang itu
tertutup karena ‘’tidak ada lowongan’’, maka karir yang akan dicita-citakan
akhirnya tidak bisa terwujud. Dan pada akhirnya Tuhan-lah yang menentukan
segalanya, manusia hanya berkemampuan untuk berusaha semampunya.
15
melalui media, sperti televisi ataupun internet. Pada tahap ini anak menentukan
karirnya tanpa pertimbangan yang rasional.
Tahap Tentatif : 12-18 tahun (Masa Sekolah Menengah)
Pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan
kemampuan yang berbeda satu sama lain. Tahap tentatif ini dibagi menjadi 4 sub
tahap, yakni:
A. Sub Tahap Minat (11-12 tahun)
Anak cenderung melakukan pekerjaan atau kegiatan hanya yang sesuai dengan
minat dan kesukaan mereka saja.
B. Sub Tahap Kapasitas Kemampuan (13-14 tahun)
Anak mulai melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan kepada kemampuan
masing-masing, disamping minat dan hobinya.
C. Sub Tahap Nilai (15-16 tahun)
Anak sudah bisa membedakan mana kegiatan/pekerjaan yang dihargai oleh
masyarakat dan mana yang kurang dihargai.
D. Sub Tahap Transisi (17-18 tahun)
Anak sudah mampu memikirkan atau merencanakan karir mereka berdasarkan
minat, kemampuan dan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan.
Tahap Realistis : 19-25 tahun (Masa Perguruan Tinggi)
Pada usia perguruan tinggi (usia 18 tahun ke atas) remaja memasuki tahap
realistis, dimana mereka sudah mengenal secara lebih baik minat-minat,
kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar. Lebih lagi mereka juga sudah
lebih menyadari berbagai bidang pekerjaan dengan segala konsekuensi dan
tuntutannya masing-masing. Oleh sebab itu, pada tahap realistisseorang remaja
sudah mampu membuat perencanaan karir secara lebih rasional dan objektif.
Sedangkan menurut Donald Super, perkembangan karir manusia dapat dibagi
menjadi 5 fase yaitu:
Fase pengembangan (Growth) yang meliputi masa kecil sampai usia 15
tahun.
Dalam fase ini anak mengembangkan bakat, minat, kebutuhan, dan potensi
yang akhirnya dipadukan dalam struktur konsep diri (self-concept structure)
16
Fase Eksplorasi (Exploration) antara umur 16-24 tahun, dimana saat ini
remaja mulai memikirkan beberapa alternatif pekerjaan tetapi belum
mengambil keputusan yang menikat.
Fase Pemanta[an (Establishment) antara umur 25-44 tahun.
Pada fase ini remaja sudah memilih karir tertentu dan mendapatkan berbagai
pengalaman positif maupun negatif dari pekerjaan. Dengan pengalaman yang
diperoleh ia lalu bisa menentukan apakah ia kan terus dengan karir yang telah
dijalani atau berubah haluan.
Fase Pembinaan (Maintenance) antara umur 25-44 tahun.
Pada fase ini dimana orang sudah mantab dengan pekerjaannya dan
memeliharanya agar dia bertekun sampai akhir.
Fase Kemunduran (Decline) masa sesudah pensiun atau melepaskan jabatan
tertentu.
Dalam fase ini orang membebaskan dari dunia kerja formal.
17
4. Minat, yaitu kecenderungan yang relatif menetap pada seseorang untuk
merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung
dalam berbagai kegiatan dengan bidang itu.
5. Sifat-sifat, yaitu ciri-ciri kepribadian yang bersama-sama memberikan corak
khas pada seseorang, seperti: periang, ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel,
tertutup, pesimis, atau ceroboh.
6. Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan
dan diri sendiri secara akurat.
7. Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi
badan, tampan, ketajaman pengelihatan dan pendengaran, serta jenis kelamin.
B. Faktor Eksternal
1. Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana individu dibesarkan.
2. Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi
yang lambat atau cepat, sertifikasi masyarakat, serta diversifikasi masyarakat
atas kelompok yang terbuka atau tertutup dari kelompok lain.
3. Status ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua, tinggi rendahnya
pendapatan orangtua, jabatan ayah dan ibu, daerah tempat tinggal dan suku
bangsa.
4. Pengaruh dari seluruh anggota keluarga ini (genogram).
5. Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada
anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai nilai-
nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan
tertentu, dan kesesuaian jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau perempuan.
6. Pergaulan dengan tean sebaya, yaitu beraneka ragam pandangan dan variasi
harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari.
7. Tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap program
studi atau latihan, yang mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan
tertentu dan berhasil didalamnya.
18
Teori Tipe Kepribadian Holland
Disini dijelaskan bahwa perlu dilakukan sesuatu usaha agar pilihan karir
seseorang sesuai dengan kepribadiannya. Bila seseorang menemukan karir yang
sesuai dengan kepribadiannya, maka ia akan lebih menikmati pekerjaan tersebut
dan bekerja di bidang tersebut lebih lama daripada orang yang bekerja di bidang
yang tidak cocok dengan kepribadiannya. Menurut Holland ada 6 tipe kepribadian
yang perlu dipertimbangkan saat mencari kecocokan antara aspek-aspek
psikologis seseorang dengan karir mana yang akan dipilih, yaitu :
Realistis. Orang yang memperlihatkan karakteristik maskulin. Kuat secara
fisik, menyelesaikan masalah dari sisi praktisnya dan memiliki kemampuan
sosial yang rendah. Mereka paling cocok bekerja pada situasi praktis sebagai
buruh, petani, pengemudi bis, dan tukang bangunan.
Intelektual. Orang-orang ini memiliki orientasi konseptual dan teoretis.
Mereka lebih tepat menjadi pemikir daripada pekerja. Mereka seringkali
menghindari hubungan interpersonal dan paling cocok untuk pekerjaan yang
berhubungan dengan matematika atau keilmuan.
Sosial. Orang-orang ini sering memperlihatkan trait feminin, khususnya yang
berhubungan dengan kemampuan verbal dan interpersonal. Mereka paling
mungkin dipersiapkan untuk masuk profesi yang berhubungan dengan orang
banyak seperti mengajar, menjadi pekerja sosial, konseling.
Konvensional. Orang-orang ini memperlihatkan ketidaksenangannya terhadap
kegiatan yang tidak teratur dengan rapi. Mereka paling cocok menjadi
bawahan, seperti sekretaris, teller bank, atau pekerjaan administratif lainnya.
Menguasai (enterprising). Orang-orang ini menggunakan kata-katanya untuk
memimpin orang lain, mendominasi orang lain, dan menjual berita tau produk.
Mereka paling cocok memiliki karir yang berhubungan dengan penjualan,
sales, politikus, atau manajemen.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sumber :http://reksaalantap.blogspot.com/2013/07/perkembangan-kemandirian-dan-
karir.html diambil pada 7 desember 2019
Sumber : https://khatarina702.blogspot.com/2016/12/karakteristik-perkembangan-
kemandirian.html diambil pada 7 desember 2019
20