KONSEP MEDIS
A. Definisi PJK
American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung
koroner adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat
menyebabkan serangan jantung.penumpukan plak pada arteri koroner ini disebut
dengan aterosklerosis. (AHA, 2012 hal:14).
B. Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot
jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak sistem
pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian.
(Hermawatirisa,2014:hal 2)
Awalnya penyakit jantung di monopoli oleh orang tua. Namun, saat ini ada
1
kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal
ini biasa terjadi karena adanya pergeseran gaya hidup, kondisi lingkungan dan
profesi masyarakat yang memunculkan “tren penyakit”baru yang bersifat
degnaratif. Sejumlah prilaku dan gaya hidup yang ditemui pada masyarakat
perkotaan antara lain mengonsumsi makanan siap saji yang mengandung kadar
lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan,
kurang berolahraga, dan stress. (Hermawatirisa, 2014:hal 2)
C. Manifestasi Klinis
Menurut, Hermawatirisa 2014 : hal 3,Gejala penyakit jantung koroner
D. Patofisiologi
Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun,
termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit
2
ke area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poten yang
kemudian memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan
trombosit ke area lesi, menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan
B, dan melepaskan senyawa kimia yang berperan sebagai chemoattractant
(penarik kimia) yang mengaktifkan siklus inflamasi, pembekuan dan fibrosis.
Pada saat ditarik ke area cedera, sal darah putih akan menempel disana oleh
aktivasi faktor adhesif endotelial yang bekerja seperti velcro sehingga endotel
lengket terutama terhadap sel darah putih, pada saat menempel di lapisan
endotelial, monosit dan neutrofil mulai berimigrasi di antara sel-sel endotel
keruang interstisial. Di ruang interstisial, monosit yang matang menjadi makrofag
dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus
inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsan ploriferasi sel otot polos yang
mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intima. (Ariesty, 2011:hal 6).
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima
karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini
kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi terus
berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah
(tombus), sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan parut sehingga
mengubah struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan
kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan parut, pembentukan bekuan
yang berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh
mengalami kekakuan dan menyempit. Apabila kekakuan ini dialami oleh arteri-
arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon
terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi iskemia
(kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel miokardium sehingga
menggunakan glikolisis anerob untuk memenuhi kebutuhan energinya. Proses
pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan menyebabkan terbentuknya asam
laktat sehinga menurunkan pH miokardium dan menyebabkan nyeri yang
berkaitan dengan angina pectoris. Ketika kekurangan oksigen pada jantung dan
sel-sel otot jantung berkepanjangan dan iskemia miokard yang tidak tertasi maka
terjadilah kematian otot jantung yang di kenal sebagai miokard infark.
Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner zat masuk arteri Arteri Proinflamatori
Permeabelitas Reaksi inflamasi Cedera sel endotel Sel darah putih menempel di
arteri imigrasi keruang interstisial pembuluh kaku & sempit Aliran darah
Pembentukan Trombus monosit makrofag Lapisan lemak sel otot polos tumbuh
Nyeri Asam laktat terbentuk MCI Kematian. (Ariesty, 2011:hal 6).
E. Klasifikasi
3
Faktor risiko terjadinya penyakit jantung antara lain ;
Hiperlipidemi
Hipertensi
Merokok
Diabetes mellitus
kurang aktifitas fisik
Stress
Jenis Kelamin
Obesitas
Genetik
b. Sudah parah dan onset baru (dalam 4-6 minggu sebelumnya), dan
4
otot jantung (Iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa penyakit arteri koroner
yang signifikan, Namun dua pertiga dari orang dengan Angina Varian
mempunyai penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh, dan
kekejangan terjadi pada tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak umum
dan hampir selalu terjadi bila seorang beristirahat - sewaktu tidur. Anda
mempunyai risiko meningkat untuk kejang koroner jika anda mempunyai :
penyakit arteri koroner yang mendasari, merokok, atau menggunakan obat
perangsang atau obat terlarang (seperti kokain). Jika kejang arteri menjadi
parah dan terjadi untuk jangka waktu panjang, serangan jantung bisa terjadi.
F. Prognosis
Prognosis penyakit jantung koroner akan sangat tergantung pada jumlah
plak koroner, keparahan obstruksi, fungsi ventrikel kiri, dan adanya aritmia
kompleks. Buruk jik penderita penyakit jantung koroner telah mengalami gejala
klinis berupa infark micard hingga terjadi mati mendadak akibat aritmia ventrikel.
Penderita dikatakan beresiko tinggi jika sudah terjadi kerusakan pada pangkal
arteri koroner kiri. Tetapi baik jika fungsi ventrikel masih normal.
G. Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiografi (EKG)
EKG bertujuan merekam aktivitas listrik jantung pasien. Melalui
EKG, dokter dapat mengetahui apakah pasien pernah atau sedang
mengalami serangan jantung. EKG juga dapat membantu dokter
mengetahui detak dan irama jantung pasien tergolong normal atau tidak.
Pada sejumlah kasus, dokter akan menyarankan pasien menjalani
Holter monitoring. Sama seperti EKG, pemeriksaan ini bertujuan merekam
aktivitas listrik jantung. Bedanya, pasien akan memakai perangkat kecil
yang disebut monitor Holter. Alat tersebut akan dikalungkan di dada
pasien, selama pasien beraktivitas dalam 24 jam.
Foto Rontgen
Foto Rontgen di bagian dada dapat dilakukan guna melihat kondisi
jantung, paru-paru, dan pembuluh darah. Melalui foto Rontgen dada,
5
dokter dapat mengetahui bila ukuran jantung membesar atau terdapat
gangguan pada paru-paru.
CT scan dan MRI scan
Dua tes pencitraan ini dapat dilakukan untuk melihat kondisi jantung
dengan lebih detail, yang tidak dapat terlihat pada pemeriksaan foto
Rontgen. Pemeriksaan ini juga bisa memperlihatkan bila ada penumpukan
kalsium di pembuluh darah, yang dapat memicu penyakit jantung koroner.
Uji tekanan (stress test)
Bila gejala yang dialami pasien lebih sering muncul saat sedang
beraktivitas, dokter akan menyarankan uji tekanan. Tes ini bertujuan
mengukur kerja jantung pasien ketika beraktivitas.
Dalam uji tekanan, pasien akan diminta berjalan di treadmill, atau
mengayuh sepeda statis, sambil menjalani pemeriksaan EKG di saat yang
bersamaan. Pada saat pasien tidak dapat beraktivitas, dokter akan memberi
obat untuk meningkatkan detak jantung sambil menjalankan tes MRI.
Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah pemeriksaan dengan menggunakan
gelombang suara (seperti USG), untuk menampilkan gambaran jantung
pasien di monitor. Selama ekokardiografi dilakukan, dokter dapat
memeriksa, apakah semua bagian dinding jantung berfungsi baik dalam
memompa darah.
Dinding jantung yang bergerak lemah, bisa disebabkan oleh
kekurangan oksigen, atau adanya kerusakan akibat serangan jantung. Hal
tersebut bisa menjadi tanda PJK.
Pemeriksaan enzim jantung
Pemeriksaan enzim jantung dilakukan dengan mengambil sampel
darah pasien, untuk diperiksa di laboratorium. Melalui pemeriksaan ini,
dokter dapat mengetahui kadar troponin T dalam darah pasien.
Troponin adalah protein yang dihasilkan sel jantung yang mengalami
kerusakan. Pada seseorang yang terkena serangan jantung, kadar troponin
akan meningkat dalam 3-12 jam setelahnya. Kadar troponin akan
mencapai puncaknya dalam 1-2 hari, dan kembali normal setelah 5-14
hari.
Kadar troponin terkait secara langsung dengan tingkat kerusakan otot
jantung. Dengan kata lain, makin tinggi kadar troponin dalam darah,
makin parah pula kerusakan jantung yang dialami.
Pemeriksaan radionuklir
Pemeriksaan radionuklir digunakan untuk membantu mengukur
6
aliran darah ke otot jantung, saat beristirahat dan saat beraktivitas. Tes ini
hampir sama seperti uji tekanan, yaitu dengan meminta pasien berjalan di
treadmill atau mengayuh sepeda statis. Bedanya, tes ini dapat
menunjukkan informasi yang lebih lengkap dengan menampilkan gambar
jantung pasien.
Sebelum tes dilakukan, pasien akan disuntikkan zat radioaktif yang
disebut isotop. Bila pasien tidak dapat berjalan di treadmill atau
menggunakan sepeda statis, dokter akan memberikan obat untuk
meningkatkan detak jantung pasien. Kemudian, kamera akan diarahkan ke
dada pasien, dan menangkap gambar saat isotop mengalir ke jantung.
Kateterisasi jantung dan angiografi koroner
Katerisasi jantung bertujuan untuk melihat kondisi jantung, dengan
memasukkan kateter melalui pembuluh darah di lengan atau paha untuk
diarahkan ke jantung. Kemudian, dokter akan menjalankan prosedur
angiografi koroner. Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan cairan
kontras, dan menggunakan foto Rontgen untuk melihat aliran darah
menuju jantung. Melalui angiografi koroner, dokter dapat mengetahui bila
ada penyumbatan di pembuluh darah.
H. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan pasien sebaiknya dilihat secara keseluruhan
(holistic)dan diperlakukan individual mengingat PJK adalah penyakit multifaktor
denganmanifestasi yang bermacam-macam, secara umum pasien perlu diberikan
penjelasan mengenai penyakitnya, penjelasan terkait hal-hal yang mempengaruhi
keseimbangan oksigen miokardium, pengendalian faktor risiko, pemberian
pencegah aterosklerosis pada pembuluh darah lainnya biasanya diberikan Aspirin
375 mg, pemberian oksigen. Terapi medikamentosa difokuskan pada penanganan
angina pektoris yaitu, nitrat diberikan secara parenteral, sublingual, buccal, oral
preparatnya ada gliserin trinitrat, isosorbid dinitrat, dan isosorbid mononitrat
(Wijaya dkk: 4, 2013)
Untuk mengurangi kebutuhan oksigen ada pindolol dan propanolol yang
bekerja cepat, sotalol dan nadalol yang bekerja lambat. Obat-obatan golongan
antagonis kalsium digunakan untuk mengurangi kebutuhan oksigen dan dilatasi
koroner contohnya, verapamil, dilitiazem, nifedipin, dan amlodipin.Prosedur
yang dapat dijadikan opsi nonoperatif atau invasive dan opsi operasi.Pada non
operatif ada Percutaneus Transluminal Coronary Angiosplasty (PTCA) dengan
menggunakan balon untuk pelebaran arteri koronaria. Opsi operasi atau sering
disebut Coronary Artery Surgery (CAS) juga bisa dibagi menjadi operasi pintas
koroner, Transmyocordial recanalization, dan transpaltasi jantung (Wijaya dkk: 4,
7
2013)
I. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan EKG 12 lead yang
dikerjakan waktu istirahat pemeriksaan radiologis, pemeriksaan laboratorium
terutama untuk menemukan faktor risiko, pemeriksaan ekocardiografi dan radio
nuclide miokardial imaging (RNMI) waktu isitirahat dan stress fisis ataupun obat-
obatan, sampai ateriografi koroner dan angiografi ventrikel kiri (Wijaya dkk: 4,
2013). Pemeriksaan penunjang yang dilakukan selama terjadinya episode nyeri
adalah, pantau takikardi atau disritmia dengan saturasi, rekam EKG lengkap T
inverted, ST elevasi atau depresi dan Q patologis, pemeriksaan laboratorium
kadar enzim jantung Creatinin kinase(CK), Creatinin kinase M-B(CKMB), Laktat
dehidrogenase (LDH), fungsi hati serum glutamic oxaloacetic transaminase
(SGOT) dan serum glutamic pyruvate transaminase (SGPT), profil lipid Low
desinty lipoprotein (LDL) dan High desinty lipoprotrein (HDL), foto thorax,
echocardiografi, kateterisasi jantung. (Padila, 2013).
Fokus perawat adalah pain management atau mengontrol nyeri,
melakukan pengkajian terus-menerus, melaporkan gejala, serta memberikan
pasien dan keluarga penyuluhan (Hudak, 2012).
J. Komplikasi
Menurut, (Karikaturijo, 2010: hal 11 ) Komplikasi PJK Adapun
komplikasi PJK adalah:
1. Disfungsi ventricular
3. Gangguan hemodinamik
6. Syok kardiogenik
8. Perikarditis
8
K. Pencegahan
Hindari penyakit jantung dengan rutin berolahraga dan menjaga pola
hidup sehat. Hampir semua kasus penyakit jantung berawal dari minimnya
kesadaran dan pengetahuan akan gaya hidup sehat penderita. Oleh karena itu,
penting melakukan gaya hidup sehat sebagai berikut:
Tidak merokok dan minum minuman keras/beralkohol
Jalani pola makan sehat dengan konsumsi buah-buahan serta sayuran,
dan kurangi makanan berlemak
Mengontrol kadar gula dan tekanan darah dalam batas normal
Olahraga teratu
9
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. 1. Pengkajian
I. Identitas klien
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku Bangsa :
Tanggal masuk :
Tanggal Keluar :
No. Registrasi :
Diagnosa Medis : Penyakit Jantung Koroner
II. Identitas Penganggung Jawab
Nama :
Umur :
Hubungan dengan Pasien :
Pekerjaan :
Alamat :
III. Keluhan Utama
IV. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
2) Riwayat kesehatan terdahulu
3) Riwayat kesehatan keluarga
V. Pola Kebutuhan Dasar
1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan : tidak terkaji
2) Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum sakit : tidak terkaji
Sesudah sakit : tidak terkaji
3) Pola Eliminasi
10
BAB
Sebelum sakit : tidak terkaji
Sesudah sakit : tidak terkaji
BAK
Sebelum sakit :tidak terkaji
Sesudah sakit :tidak terkaji
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit :tidak terkaji
Sesudah sakit : tidak terkaji
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda Tanda Vital
Suhu badan :
Nadi :
RR :
TD :
d. Keadaan Fisik
1) Kepala : Bentuk kepala mesocepal, tidak ada nyeri tekan
2) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
3) Dada
Pemeriksaan Paru : Tidak terkaji
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
Inspeksi :
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
4) Abdomen :
Inspeksi :
11
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
5) Integument : Tampak bersih dan elastic
6) Genetalia : Tidak ada gangguan
7) Ekstremitas : Terpasang infus pada ekstremitas atas dan reflek normal
pada ekstremitas bawah
a) Pola Persepsi dan Konsep Diri:
b) Pola Tidur dan istirahat
Sebelum Sakit :
Sesudah sakit :
12
aritmia atau
gangguan konduksi
2. Perubahan preload
1) Edema
2) Distensi vena
jugularis
3) Central venous
pressure (CVP)
meningkat/menurun
3. Perubahan afterload
1) Tekanan darah
meningkat/menurun
2) Nadi perifer teraba
lemah
3) Capillary refill time
>3 detik
4) Oliguria
5) Warna kulit pucat
dan/atau sianosis
4. Perubahan kontraktilitas
1) Terdengar suara
jantung S3 dan/atau S4
2) Ejection fraction
(FF) menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif:
1. Perubahan Preload
(tidak tersedia)
2. Perubahan Afterload
(tidak tersedia)
13
3. Perubahan kontraktilitas
(tidak tersedia)
4. Perilaku/emosional
1) Cemas
2) Gelisah
Objektif:
1. Perubahan Preload
1) Murmur jantung
2) Berat badan
bertambah
3) Pulmonary artery
wedge pressure
(PAWP) menurun
2. Perubahan Afterload
1) Pulmonary vascular
resistance (PVR)
meningkat/menurun
2) Systemic vascular
resistance (SVR)
meningkat/menurun
3) Hepatomegali
3. Perubahan
kontraktilitas
1) Cardiac index (CI)
menurun
2) Left ventricular
stroke work index
(LVSWI) menurun
3) Stroke volume index
(SVI) menurun
14
Perilaku /emosional (tidak
tersedia)
Gejala Tanda Mayor Faktor Resiko (meroko, Intoleransi Aktivitas
hiperlipidemia, ras, usia,
Data Subjektif dll)
1. Mengeluh lelah
15
4. Frekuensi nadi
meningkat
5. Sulit tidur Iskemi
16
B. Pathway PJK
Aterosklerosis
Iskemi
Kontraktilitas menurun
Intoleransi Aktivitas
C. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung Penurunan curah jantung
2. Nyeri Akut
3. Intoleransi Aktivitas
D. Intervensi dan Rasional
E. Implementasi
Hari/tgl No. NDx. Jam Implementasi Evaluasi
Penurunan Curah - Mengidentifikasi tanda/gejala S : - klien mengatakan jantung
Jantung (D.0008) primer penurunan curah jantung bergerak tidak teratur
- Mengidentifikasi tanda/gejala O: - tekanan darah pasien 90/80
sekunder penurunan curah A: - masalah keperawatan masalah
jantung kesehatan pada penurunan curah
- Memonitor aritmia jantung belum teratari
- Memeriksa tekanan darah dan P: Lanjutkan intervensi
frekuensi nadi sebelum dan - Posisikan semi-fowler atau
sesudah aktivitas fowler
. - Berikan diet jantung yang
sesuai
Nyeri Akut (D.0077) - Mengidentifikasi skala nyeri, S : - pasien masih merasa nyeri di
dengan hasil sebelumnya bagian dada
pasien mengalami nyeri dada O: - pasien masih terlihat meringis
A: - masalah keperawatan nyeri
- Memberikan teknik non akut belum teratasi
farmakologis untuk P: lanjutkan intervensi:
mengurangi rasa nyeri, - Berikan teknik non
dengan hasil sebelumnya farmakologis untuk
pasien memiliki alergi mengurangi rasa nyeri
terhadap obat-obatan. - Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
- Menjelaskan penyebab, mengurangi rasa nyeri.
periode dan pemicu nyeri,
dengan hasil sebelumnya
pasien tidak mengetahui
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
Intoleransi Aktivitas - Memonitor kelelahan fisik S : - klien masih merasa cepat lelah
(D.0056) dan emosional, dengan hasil saat beraktivitas
sebelumnya klien merasa tidak O: - klien tampak lelah
nyaman setelah beraktivitas. A: - masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
- Memonitor pola dan jam P: Lanjutkan intervensi:
tidur, dengan hasil - Monitor kelelahan fisik dan
sebelumnya klien tidur tidak emosional
tepat pada waktunya. - Monitor pola dan jam tidur
- Berikan aktivitas distraksi yang
- Memberikan aktivitas menenangkan
distraksi yang - Berikan makanan yang tinggi
menyenangkan, dengan hasil kalori dan tinggi protein
sebelumnya klien mengeluh
lelah saat beraktivitas.
- Memberikan makanan yang
tinggi kalori dan tinggi
protein, dengan hasil
sebelumnya pasien tidak
pernah mengkonsumsi
makanan yang tinggi kalori dan
tinggi protein.