Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM

RESPIRASI

DOSEN PENDAMPING:

Gusti Pandi Liputo S.Kep., Ns., M.Kep

KELAS B

KELOMPOK 1

Wahyudin N Hasan 841418044

Rahyati Luwiti 841419049

Lisya Muksin 841419056

Siti Nurhasana Djailani 841419081

Sukma Ranti Pulumoduyo 841419051

Fitrianingsi Porodjia 841419072

Fajra Abas 841419069

Retno Wulan Sutantio Rahim 841419086

Sri Wahyuni Pakaya 841419056

Nur Wulan Putri Tendean 841419061


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, serta kepada keluarga, sahabat, kerabat
beliau sekalian.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan dan kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I yang berjudul “Skenario 1 dan Skenario 5 Sistem Respirasi” dapat selesai
sesuai waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari berbagai
pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Gusti pani liputo, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pendamping Universiatas Negeri
Gorontalo
2. Kedua orang tua.
3. Teman teman sekalian
Yang mana telah memberikan dukungan, bantuan, beserta dorongan semangat agar makalah
ini dapat diselesaikan.

Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis tentunya bertujuan untuk
menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan pengetahuan yang kami
peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain. Semoga semuanya memberikan
manfaat bagi kita.Bila ada kesalahan tulisan ataukata-kata di dalam makalah ini, penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Gorontalo, 22 Oktober 2020

Kelompok 1
Skenario

Seorang laki-laki usia 49 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak nafas. Keluhan
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, pasien juga mengatakan merasakan sakit kepala
demam dan badan lemas. Pemeriksaan fisik didapatkan bunyi ronchi +/+ basah kasar
seluruh lapang paru, wheezing +/+, sputum +. TD 110/80 mmHg, frekuensi nadi 98
kali/menit, frekuensi napas 28 kali/menit, Suhu 38oC , akral hangat, CRT <3detik. Pasien
juga mengatakan cemas memikirkan nasib anak dan istrinya di rumah. Hasil pemeriksaan
Laboratorium Hb 12,2 gr/dl, Hematokrit 35,7%, Leukosit 11.000, trombosit 223.000UL,
neutrofil 84,7%, Lymphosit 7,0%, (NLR = 12,1), AGD :pH 7,47, pCO2 32 mmHg, HCO3
24 mmol/l, saturasi O2 96%, GDS 117mg/dl. Hasil Rontgen Pneumonia, Hasil Rapid IgG
reaktif. 3[

1. Klasifikasi istilah-istilah penting


1. Ronchi
selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengan perlahan, nyaring,
suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan
peningkatan produksi sputum.(Anwar,Dodi.2012)
2. Wheezing
Selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring, musikal,suara terus
menerus yang berhubungan dengan aliran udara dengan melalui jalan napas yang
menyempit.(Anwar, Dodi.2012)
3. Sputum
Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru, bronkus,
dan trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan.Kata
“sputum” yang dipinjam langsung dari bahasa Latin “meludah.”Disebut juga
dahak (Kamus Kesehatan, 2017).Orang dewasa normal membentuk sputum ± 100
ml/hari. Jika produksi berlebihan, proses pembersihan mungkin tidak efektif lagi
sehingga sputum akan tertimbun. Perlu dipelajari sumber sputum, warna, volume,
dan kosistensi sputum (Muttaqin, 2008)
4. TD
TD/tekanan darah : Ukuran seberapa kuatnya jantung memompa darah keseluruh
tubuh. Agar kinerja tubuh maksimal , anda harus memiliki tekanan darah yang
normal. Normalnya tekanan darah adalah 90/60 mmHg hingga 120/80.
1) Dikatakan hipertensi : tekanan darah 130/80 mmHg
2) Dikatakan hipotensi : tekanan darah¿90/60mmHg (Dermawan 2012)
5. HB
Hemoglobin merupakan komponen dalam sel darah merah yang berperan penting
untuk mengikat oksigen dalam darah. Ketika tubuh kekurangan hemoglobin,
maka akan terjadi anemia yang dapat menimbulkan sejumlah keluhan dan
gangguan kesehatan.Hemoglobin (Hb) adalah protein kaya zat besi dalam sel
darah merah yang bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Protein ini juga
berfungsi memberi warna merah pada darah.(Davis,2019)
6. Hematokrit
Hematokrit adalah kadar sel darah merah dalam darah. Kadar sel darah merah
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menjadi pertanda Anda sedang
menderita penyakit tertentu, misalnya anemia atau dehidrasi. Hematokrit (Ht)
menunjukkan jumlah persentase perbandingan sel darah merah terhadap volume
darah. Sel darah merah ini memiliki peranan penting bagi kesehatan tubuh, yaitu
sebagai pembawa oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh.(Nall,R.2017)
7. Leukosit
Leukosit atau sel darah putih diproduksi oleh sumsum tulang dan diedarkan ke
seluruh tubuh melalui aliran darah. Leukosit merupakan bagian penting dari
sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk menghasilkan antibodi yang dapat
melawan virus, jamur, bakteri, dan parasit penyebab penyakit yang masuk ke
dalam tubuh.(Kamran,2018)
8. Trombosit
trombosit adalah sel darah yang penting dalam pembekuan darah normal. Jumlah
trombosit dapat digunakan sebagai deteksi dini atau mendiagnosis berbagai
penyakit atau kondisi yang dapat menyebabkan masalah pada penggumpalan
darah. (Kamran,2018)
9. Neutrofil
Neutrofil adalah salah satu jenis sel darah putih yang ada di dalam tubuh manusia.
Tubuh membutuhkan neutrofil untuk membantu melawan infeksi, sekaligus
melindungi tubuh dari ancaman berbagai penyakit.(Moris,2017)
10. Limfosit
Limfosit adalah salah satu jenis sel darah putih. Seperti halnya sel darah putih
lainnya, limfosit berfungsi sebagai bagian dari sistem daya tahan tubuh. Limfosit
terdiri dari tiga jenis yaitu sel B, sel T, dan sel natural killer.Limfosit membantu
melawan dan mencegah infeksi bakteri dan virus pada tubuh, serta membantu
melawan kanker. (Kamran,2018)
11. NLR
NLR atau Neutrofil Limfosit Rasio adalah salah satu parameter yang diperlukan
untuk prognosis infeksi, inflamasi dan beberapa jenis kanker. Netrofil sendiri
berfungsi sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba atau fagositosis. Sel ini
mempunyai peranan penting terhadap diagnosis inflamasi dan infeksi. Sedangkan,
Limfosit adalah sel kecil yang bergerak ke daefah inflamasi. Limfosit juga
merupakan sumber imunoglobulin yang penting dalam respon imun seluler tubuh.
Limfosit memiliki peran untuk melawan infeksi yang disebabkan virus ataupun
bakteri. Limfopenia absolut terjadi pada kasus berat.(Moris,2017)
12. AGD
Analisa gas darah (AGD) atau arterial blood gas (ABG) test adalah tes darah yang
diambil melalui pembuluh darah arteri untuk mengukur kadar oksigen, karbon
dioksida, dan tingkat asam basa (pH) di dalam darah.Analisa gas darah umumnya
dilakukan untuk memeriksa fungsi organ paru yang menjadi tempat sel darah
merah mengalirkan oksigen dan karbon dioksida dari dan ke seluruh tubuh.
(Ratini,2017)
13. pCO2
Tekanan parsial karbon dioksida adalah ukuran tekanan karbon dioksida terlarut
dalam darah. Hal ini menentukan seberapa baik karbon dioksida dapat mengalir
keluar dari tubuh.Kadar pCO2 normal adalah 35-45 mmHg. Di bawah 35 adalah
alkalosis, di atas 45 asidosis.(Ratini,2017)
14. Ph
pH merupakan indikator tingkat asam atau basa pada air yang dinilai dengan skala
0-14. Air yang netral alias tidak basa maupun asam memiliki kandungan pH
sebesar 7. Air asam memiliki pH kurang dari 7 dan air basa lebih dari 7. Setiap
angka ini menggambarkan perubahan derajat asam/basa sebesar 10-kali lipat. Jadi
air dengan pH lima sepuluh kali lipat lebih asam daripada air dengan pH enam.
(Bone,2009)
15. HCO
Tes bikarbonat, yakni biasanya disebut sebagai tes CO2, yakni digunakan sebagai
mendeteksi ketidakseimbangan elektrolit atau perubahan pH darah. Tes tersebut
adalah bagian dari tes sebagai menganalisis ginjal (profil ginjal).(Hidayat,2007)
16. GDS
Seperti namanya, tes gula darah sewaktu bisa dilakukan kapan saja, tanpa perlu
mempertimbangkan waktu makan terakhir Anda. Namun, biasanya cek gula darah
ini dilakukan apabila Anda sudah memiliki gejala diabetes, seperti sering buang
air kecil atau kehausan ekstrem.(Ratini,2017)
17. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab
untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan
cairan. Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena
bakteri,virus,jamur atau parasit. (Anwar,2014)
18. Rapid
Rapid test adalah metode pemeriksaan / tes secara cepat didapatkan hasilnya.
Pemeriksaan ini menggunakan alat catridge untuk melihat adanya antibodi yang
ada dalam tubuh ketika ada infeksi virus.Rapid test juga sering disebut sebagai tes
serologis. Dalam hal diagnosis Covid-19, akurasi rapid test bisa mencapai 90
persen. (World Health Organization,2020)

B. Kata kunci
1. Sesak Napas
2. Sakit kepala
3. Demam
4. Lemas
5. Respirasi 28 kali/menit
6. Suhu 38oC
7. Rapid
C. Mind Map

Pneumonia

Sesak Napas

TB (tuberculosis) PPOK

Tanda dan Gejala Penyakit


TB Pneumonia PPOK
Sesak Nafas   
Sakit Kepala 
Lemas   
Bunyi Ronkhi   
Sputum   
Whezeeng   
TD 110/80 mmHg 
N: 98 x/menit 
Hasil rontgen 
pneumonia
Whezeeng   
TD 110/80 mmHg 
N: 98 x/menit 
D. Pertanyaan-pertanyaan Penting

1. Apa yang menyebabkan bunyi ronchi pada penderita Pneumonia ?


2. Mengapa ketika kekebalan tubuh menurun sesorang lebih rentan terkena Pneumonia?
3. Mengapa penderita Pneumonia mengalami peningkatan pCO2 ?
E. Jawaban Pertanyaan

1. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya penyempitan atau sumbatan pada jalan napas.
Ronchi disebabkan oleh adanya cairan didalam saluran napas dan terjadi kolaps pada
saluran napas bagian distal dan alveolus.

2. Pasien dengan sistem daa tahan tubuh yang lebmah tidak dapat melawan infeksi sebaik
orang – orang dengan sistem kekebalan tubuh normal. akibatnya, infeksi virus ini pun
bisa menyebabkan pneumonia dan komplikasi lainnya dengan lebih cepat.

3. Kadar PCO2 dapat menunjukkan tekanan parsial karbon dioksida dalam darah arteri,
kadar ini dimonitor oleh kemoreseptor perifer dan kemoreseptor sentral.Nilai normal
PCO2 yaitu 4,6-6,0 kPa atau 35-45mmHg, apabila terjadi peningkatan PCO2 maka akan
menimbulkan kondisi asidosis respiratorik atau keadaan dimana kadar asam di dalam
darah yang lebih tinggi dari normal karena terjadi peradangan pada paru-paru, sebaliknya
jika terjadi penurunan PCO2 maka akan terjadi kondisi alkalosis respiratori dimana
keadaan ini merupakan suatu keadaan saat darah menjadi basa karena pernapasan yang
cepat dan dalam

F. Tujuan Pembelajaran Selanjutnya

1. Mengidentifikasi faktor – faktor resiko yang akan mempengaruhi seseorang terkena


pneumonia

2. Mengidentifikasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada pasien Pneumonia

3. Mengidentifikasi terapi pada pasien yang mengalami penyakit Pneumonia

G. Informasi Tambahan

1. Jurnal ilmiah Yulia efni dkk. JURNAL KESEHATAN ANDALAS vol. 5, no. 2 dengan
judul “FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
PNEUMONIA PADA BALITA DI KELURAHAN AIR TAWAR BARAT PADANG”
yang diterbitkan pada tahun 2016.

2. Jurnal ilmiah Idris Handriana. JURNAL KAMPUS STIKES YPIB MAJALENGKA vol.
6, no. 14, hal 47-56 dengan judul “HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN
2018” yang diterbitkan pada tahun 2018.

3. Jurnal ilmiah Eka Nurdiana. JURNAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan


judul “ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIBIOTIKA PADA TERAPI PASIEN
PENYAKIT PNEUMONIA DI RSUP H. ADAM MALIK” yang diterbitkan pada tahun
2020.

H. Klarifikasi Informasi Tambahan

1. Jurnal ilmiah Yulia efni dkk. JURNAL KESEHATAN ANDALAS vol. 5, no. 2 dengan
judul “FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
PNEUMONIA PADA BALITA DI KELURAHAN AIR TAWAR BARAT PADANG”
yang diterbitkan pada tahun 2016 menyatakan bahwa : Faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian pneumonia pada balita di Kelurahan Air Tawar Barat Padang Ada
beberapa faktor risiko yang meningkatkan angka kejadian pneumonia di negara
berkembang yaitu: kurangnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, gizi buruk, polusi
udara dalam ruangan, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kurangnya imunisasi
campak. Tujuan penelitian ini adalah menentukan faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian pneumonia pada balita di Kelurahan Air Tawar Barat, Kota Padang. Penelitian
ini menggunakan desain case control study, sampel terdiri dari 27 case dan 27 control.
Data dikumpulkan dengan wawancara terpimpin serta melihat data rekam medik dan
dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian mendapatkan balita pada kelompok
kasus yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (81, 5%), paparan asap rokok (74, 1%),
riwayat bayi berat lahir rendah (3, 7%), tidak mendapatkan imunisasi campak (40, 7%)
dan gizi kurang (25, 9%). Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang
bermakna antara status gizi dengan kejadian pneumonia (p= 0,022; OR= 9, 1; 95% CI=
1,034-80,089), sedangkan pemberian ASI eksklusif, paparan asap rokok, riwayat bayi
berat lahir rendah dan imunisasi campak tidak terdapat hubungan yang bermakna
terhadap pneumonia.

2. Jurnal ilmiah Idris Handriana. JURNAL KAMPUS STIKES YPIB MAJALENGKA vol.
6, no. 14, hal 47-56 dengan judul “HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN
2018” yang diterbitkan pada tahun 2018 menyatakan bahwa : Jenis penelitian ini
menggunakan desain penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan case control.
Besar sampel dengan menggunakan perbandingan 1: 1 diperoleh jumlah sampel sebanyak
60 kasus (balita pneumonia) dan 60 kontrol (balita yang tidak mengalami pneumonia).
Analisis datanya meliputi analisis univariat dengan distribusi proporsi dan analisis
bivariat dengan uji chi square dan odd ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proporsi balita yang mengalami pneumonia dengan ibu yang PHBS-nya kurang baik
3. Jurnal ilmiah Eka Nurdiana. JURNAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan
judul “ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIBIOTIKA PADA TERAPI PASIEN
PENYAKIT PNEUMONIA DI RSUP H. ADAM MALIK” yang diterbitkan pada tahun
2020 menyatakan bahwa : Penelitian ini menggunakan metode kohort. Pengambilan data
dilakukan secara retrospektif dengan mengakses data rekam medis pasien pneumonia
ringandan pneumonia sedang (n=77). Karakteristik pasien dan model terapi antibiotika
dianalisis secara deskriptif. Biaya dan efektifitas antibiotika dianalisis dengan metode
Cost Effectiveness Analysis (CEA) dengan menghitung nilai Cost-Effectiveness Ratio
(CER) dan Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER) antibiotika yang digunakan
pasien sehingga diperoleh antibiotika yang paling cost-effective untuk pasien pneumonia
ringan dan sedang. Analisis sensitivitas dilakukan untuk memeriksa sensitivitas dari data
yang digunakan dengan meningkatkan biaya obat menjadi 2,5%, 5% dan 7,5%. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah model terapi antibiotika yang diberikan kepada pasien
pneumonia dan variabel terikat yaitu jumlah pasien dengan nilai white blood cell (WBC)
normal pada pemeriksaan kedua dan biaya langsung medis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pneumonia lebih sering terjadi pada laki-laki(55,84%). Usia rata-rata pasien
adalah 48±27,27 tahun. Berdasarkan analisis efektivitas biaya,model terapi yang paling
cost-effective untuk pneumonia ringan dan sedang adalah seftriakson dengan CER
masing-masing sebesar Rp 70.881 dan Rp 98.883.Analisis sensitivitas menunjukkan
bahwa tidak adanya perubahan terhadap CER dan ICER meskipun harga obatditingkatkan
sampai dengan 7,5% dan seftriakson tetap sebagai antibiotika yang paling cost-effective.
Antibiotika yang paling cost-effective untuk pasien pneumonia ringan dan sedang adalah
seftriakson. Seftriakson dapat dijadikan standar terapi antibiotika untuk pasien pneumonia
di RSUP H. Adam Malik.

I. Analisa dan Sintesa

Berdasarkan data diatas kami menarik kesimpulam bahwa diagnosa medis penyakit diatas
adalah pnuemonia karena ditunjuang oleh beberapa manifestasi klinis dari pneumonia
sendiri yang mirip dengan masalah –masalh yang dihadapi oleh pasien seperti :

1. Sesak napas
2. Demam
3. Lemas
4. Cemas
J. Laporan Diskusi
A. Definisi
Pneumonia adalah suatu dari satu atau dua paru-paru yang biasanya disebabkan oleh
bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan
paru-paru meradang. Kantong-kantong udara dalam paru yang disebut alveoli di penuhi
nanah dan cairan sehingga kemampuan mnyerap oksigen menjadi kurang.
1. Etiologi
1. Pneumonia oleh bakteri
“S. Pneumonia” adalah jenis bakteri penyebab pneumonia pada anak-anak disemua
umur berdasarkan komunitas penyakit pneumonia. Sedangkan M. Pneumonia dan
chlamydia pneumonia adalah penyebab utama pnumonia pada anak di atas umur 5
tahun. “begitu pertahan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutris, bakteri
segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. seluruh jaringan paru
dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran
darah. Pneumonia yang di picu bakteri bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi
sampai usia lanjut. Pada pecandu alkohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
penyakit gangguan pernapasan, dan penurunan kekebalan tubuh adalah golonga yang
paling beresiko. Anak-anak juga termasuk kelompok yang rentan terinfeksi penyakit
ini karena daya tahan tubuh yang masih lemah.
2. Pneumonia oleh virus
Stenga dari kejadian pneumonia di perikirakan disebabkan oleh virus. Sebagian besar
virus-virus ini mnyerang saluran pernapasan bagian atas (terutama pada anak).
Namun, sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan dapat di sembuhkan
dalam waktu singkat. Bila infeksi tejadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan
ini masu ke dalam tingkatan berat dan kadang menyebabkan kematian. Virus yang
menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang di
penuhi cairan.
3. Pneumonia oleh mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada
manusia. Mikoplsama tidak bisa di klasifikasikan sebagai viris maupumn bakteri
walaupun memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang di hasilakan biasanya
berderajaat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia. Tetapi
paling sering pada anak prian remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah
bahkan pada orang yang tidak menjalani pengobatan. Pneumonia jenis ini berbeda
gejala dan tanda fsisknya bila di bandingkan dengan pneumonia pada umumnya.
Oleh karena itu, pneumonia yang di duga di sebabkan oleh virus yang belum di
temukan ini sering disebut atypical pneumonia “pneumonia yang tidak atipikal”.
Pneumonia mikoplsma mulai di identifikasi saat perang dunia II.
4. Pneumonia jenis lainnya
Pneumonia lain yang jarang di temukan, yaitu di sebabkan oleh masuknya makanan,
cairas, gas, debu maupun jamur. Pneumocysititis carinii pneumonia (PCP) yang di
duga di sebabkan oleh jamur, adalah salah satu contoh dari pneumonia jenis lainnya.
PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP
dapat di obati pada banyak kasus. Namun, bisa saja penyakit ini muncul lagi beberapa
bulan kemudian. Ricketsia (golongan antara virus dan bakteri yang menyebabkan
demam rocki mountain, demam Q, tipus, dan psitacosis) juga mengganggu fungsi
paru.
2. Manifestasi klinis
Gambaran klinis pneumonia di tunjukan dengan adanya pelebaran cuping hidung, ronki,
dan retraksi dinding dada atau sering di sebut tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam (chest indrawing). Penyakit yang sering terjadi pada anak-anak ini di tandai
dengan ciri-ciri dengan adanya demam, batuk di sertai napas cepat (takipnea) atau naps
cepat. Gejala dan tanda pneumonia tergantung kuman penyebab usia, status
immunologis, dan beratnya penyakit. Gejala dan tanda di bedakan menjadi gejala umum
infeksi (non spesifik), gejala pulmonal, pleural, dan ekstra pulmonal.
Gejala gejala tersebut meliputi :

1. Sesak napas
2. Demam
3. Lemas
4. Cemas
3. Patofisiologi
Gejala dari infeksi pneumonia di sebabkan invasi pada paru-paru oleh mikroorganisme
dan respon imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari 100 jenis mikroorganisme yang
dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang bertanggung jawab pada
sebagian besar kasus. Penyebab paling sering pneumonia adalah virus dan bakteri.
Penyebab yang jarang yang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit
1. Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk ke
dalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung
setelah masuk virus menyerang jalan naps dan alveoli. Invasi ini sering menunjukkan
kematian sel, sebaagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe
penghancur sel yang disebut apoptosis. Ketika sistem imun (DL leukosit meningkat)
merespon terhadap infeksi virus dapat terjadi kerusakan paru. Sel darah putih,
sebagian besar limfosit, akan mengaktifasi sejenis sitokin yang membuat cairan
masuk ke dalam alveoli. Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli
mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah (terjad pertukaran gas).
Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru, banyak merusak organ lain dan
kemudian menyebabkan fungsi orang lain terganggu. Virus juga dapat membuat
tubuh rentan terhadap ingfeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri
sering merupakan komplikasi dari pneumonia yang di sebabkan oleh virus.
Pneumonia virus biasanya di sebabkan oleh virus seperti vitus influenza, virus
syccitial respiratory (RSV), adenovirus dan metapneumovirus. Virus herpes simpleks
jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baaru lahir. Orang dengan masalah
pada sistem imun juga beresiko terhadap pneumonia yang disebabskan oleh
cytomegalovirus (CMV).
2. Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara
dihirup, tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada
infeksi pada bagian lain dari tubuh. banyak bakteri hidup pada bagian atas dari
saluran pernapasan atas seperti hidung, mulut dan sinus dan dapat dengan mudah
dihirup menuju alveoli.setelah memasuki alveoli, bakteri mungkin menginvasi
ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga penghubung. invasi ini
memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel
darah putih, menuju paru. neutrophil menelan dan membunuh organisme yang
berlawanan dan mereka juga melepaskan cytokin, menyebabkan aktivasi umum dari
sistem imun. hal ini menyebabkan demam, menggigil dan mual umumnya pada
pneumoni yang di sebabkan bakteri dan jamur. neutrophil, bakteri dan cairan dari
sekeliling pembulih darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen.
bakteri sering berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada (cavitas
pleura) menyebabkan komplikasi yang di namakan empyema. Penyebab paling umum
dari pneumoni yang di sebabkan bakteri adalah streptococcus pneumoniae, bakteri
gram negatif dan bakteri atipikal. penggunaan istilah “gram positif” dan “gram
negatif” meruju pada warna bakteri (ungu atau merah) ketika di warnai menggunakan
proses yang di namakan pewarnaan gram. Istilah “atipikal” di gunakan karena bakteri
atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat, menyebabkan pneumonia
yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain.
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut
dari banyak orang sehat. Streptococus pneumonia, sering di sebut “pneumococus”
adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumonia pada segala usia kecuali pada
neonatus. Gram positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah staphilococus
aureus. Bakteri gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang dari pada bakteri gram
negatif. Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumonia termasuk
haemophilus influenza, klebsiella pneumonia, escerycia coli, pseudomonas
aeroginosa dan moraxsela catarhalis. Bakteri ini sering hidup pada perut atau
intestinal dan mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup. Bakteri atipikal
yang menyebabkan pneumonia termasuk chlamydophilla pneumonia, mycoplsma
pneumonia dan legionella neophilla.
4. Pemeriksan Diagnostik
1. Sinar X
Mengidentifikasikan ditribusi struktural (mis. Lobar, broncial) ; dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococus) ; atau penyebaran/perluasan
infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplsma, sinar x dada mngkin
bersih
2. BGA (blood gas analysis) tidak normal mungkin tejadi, tergantung pada luas paru
yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. JDL lekositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekana imun.
4. LED meningkat
5. Fungsi paru hipoksemia, volume menurun tekanan jalan napas meningkat dan
komplain menurun
6. Elektrolit Na dan Cl mungkin rendah
7. Bilirubin meningkat
8. Aspirasi/biopsi jaringan paru
alat diagnosa termasuk sinar x dan pemeriksaan sputum. Perawatab tergantung dari
penyebab pneumonia : pneumonia di sebabkan bakteri di rawat dengan antibiotik.
5. Penatalaksanaan
1. Indikasi MRS :
1) Ada kesukaran napas toksis
2) Sianosis
3) Umur kurang 6 bulan
4) Ada penyulit, misalnya : muntah-muntah, dehidrasi, empiema
5) Diduga infeksi oleh staphilococus
6) Imunokompromais
7) Perawatan di rumah kurang baik
8) Tidak respon dengan pemberian antibiotik oral
2. pemberian oksigenasi : dapat di berikan oksigen nasal atau masker, monitor dengan
pulse oksimetri. Bila tanda gagal napas diberikan bantuan fentilasi mekanik
3. mempertahankan suhu tubuh normal melalui pemberian kompres
4. pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu cairan parenteral). Jumlah cairan
sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi
5. bila sesak tiddak terlalu hebat dapat di mulai diet enteral bertahap melalui selang
nasogastrik.
6. Jika sekresi lendir berlebihan dapat di berikan inhalasi dengan salin normal
7. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang tejadi
8. Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita dam dugaan
penyebab evaluasi pengobatan di lakukan setiap 48-72 jam. Bila tidak ada perbaikan
klinis di lakukan perubahan pemberian antibiotik sampai anak dinyatakan sembuh.
Lama pemberian antibiotik tergantung : kemjuan klinis penderita, hasil laboratoris,
phototoraks dan jenis kuman penyebab :
1) Stapilococus : perlu 6 minggu parenteral
2) Haemophilus influenzae/streptococus pneumonia : cukup 10-14 hari.

pada keadaan imunokompromais (gizi buruk, penyakit jantung bawaan, gangguan


neuromuskular, keganasan, pengobatankortikosteroid jangka panjang, fibrosis histik,
infeksi HIV). Pemeberian antibiotik harus segera di mulai saat tanda awal pneumonia
di dapatkan dengan pilihan antibiotik : sefalosforin generasi 3.

Dapat di pertimbangkan juga pemberian :

1) Kontrimoksasol pada pneumonia pneumoskistik karinii


2) Anti viral (aziclovir, ganciclovir) pada pneumonia karena CMV
3) Anti jamur (amphotericin B, ketokenazol, flukonazol) pada pneumonia karena
jamur
4) Imunoglobulin.
1. Konsep keperawatan
A. PENGKAJIAN
1) Identitas
a) Identitas Pasien
- Nama : Tn. .
- Umur : 49 tahun
- Agama : (Tidak terkaji)
- Jenis Kelamin : laki-laki
- Status : (Tidak terkaji)
- Pendidikan : (Tidak terkaji)
- Pekerjaan : (Tidak terkaji)
- Suku Bangsa : (Tidak terkaji)
- Alamat : (Tidak terkaji)
- Tanggal Masuk : (Tidak terkaji)
- Tanggal Pengkajian    : (Tidak terkaji)
- No. Register               : (Tidak terkaji)
- Diagnosa Medis         : Pneumonia
b) Identitas penanggung jawab
- Nama                         : (Tidak terkaji)
- Umur                         : (Tidak terkaji)
- Hub. Dengan Pasien  : (Tidak terkaji)
- Pekerjaan                   : (Tidak terkaji)
- Alamat                       : (Tidak terkaji)
2. Riwayat Penyakit

1. Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak napas
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan sesak napas sejak 1 minggu yang lalu pasien juga mengatakan
merasakan sakit kepala, demam, badan lemas, dan cemas.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak Terkaji
4. Riwayat penyakit keluarga : Tidak Terkaji
2) Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan : (Tidak terkaji)
b) Pola Nutrisi-Metabolik
- Sebelum sakit : (Tidak terkaji)
- Saat sakit : (Tidak terkaji)
c) Pola Eliminasi
1. BAB
- Sebelum sakit : (Tidak terkaji)
- Saat sakit : (Tidak terkaji)
2. BAK
- Sebelum sakit : (Tidak terkaji)
- Saat sakit : (Tidak terkaji)
d) Pola aktivitas dan latihan : (Tidak terkaji)
e) Pola kognitif dan Perseps i : (Tidak terkaji)
f) Pola Persepsi-Konsep diri : (Tidak terkaji)
g) Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum sakit : (Tidak terkaji)
- Saat sakit : (Tidak terkaji)
h) Pola Peran-Hubungan : (Tidak terkaji)
i) Pola Seksual-Reproduksi
- Sebelum sakit : (Tidak terkaji)
- Saat sakit : (Tidak terkaji)
j) Pola Toleransi Stress-Koping : (Tidak terkaji)
k) Pola Nilai-Kepercayaan : (Tidak terkaji)
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Sesak Napas
b. Kesadaran : Normal
c. Tanda-Tanda vital
Suhu badan : 38oC
Nadi :98x/menit
RR : 28x/menit
TD : 110/80 mmHg
d. Keadaan fisik
1) Kepala : Nyeri Kepala
2) Leher : Tidak Terkaji
3) Dada : Tidak Terkaji
4) Pemeriksaan paru :
Inspeksi : Tidak Terkaji
Palpasi : Tidak Terkaji
Perkusi : Tidak Terkaji
Auskultasi : Tidak Terkaji
5) Pemeriksaan jantung :
Inspeksi : Tidak Terkaji
Palpasi : Tidak Terkaji

Perkusi : Tidak Terkaji


Auskultasi : Tidak Terkaji
6) Abdomen
Inspeksi : Tidak Terkaji
Palpasi : Tidak Terkaji
Perkusi : Tidak Terkaji
Auskultasi : Tidak Terkaji
7) Integumen : Tidak Terkaji
8) Genetalia : Tidak Terkaji
9) Ekstremitas : Tidak Terkaji
2. Pola Persepsi dan konsep diri :Tidak Terkaji
3. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit : Tidak Terkaji
Sesudah sakit :Tidak Terkaji

B. Patway
Faktor resiko (kontak dengan penderita,
imunitas,lingkungan)

Virus dan bakteri

Menyerang saluran pernapasan

Virus dan bakteri berhasil bereplikasi di saluran

Kondisi kesehatan
berubah
Infeksi saluran
Pelepasan respon pernapasan
mediator kimia
Cemas
Jaringan parenkim rusak

Khawatir dengan Histamin dan pirogen


kondisi dihadapi dilepas peredaran Kerja silia-silia
darah terganggu

Muncul rasa tidak Terjadi


aman Pirogen hipersekresimukus
berinteraksi
dengan
reseptor di
Terjadi penimbunan
Ansietas hipotalamus
mukus

Suhu tubuh
Adanya bunyi tambahan
meningkat
(ronkhi, whezeeng)

Ventilasi
Demam/sakit Terganggu
Hipertermi
kepala Dispnea

Alkalosis
Respiratorik Merasa
lemah
Gangguan
pertukaran Intoleransi
Gas Aktifitas
PROBLEM DX/DO ETIOLOGI SYMTOM
Ds: Gangguan pertukaran
gas (D.0003)
 pasien mengeluh sesak
napas/dispnea

Do:
 RR 28kali/menit
 pCO2 meningkat
 PH arteri meningkat

Ds: Hipertermi (D.0130)


 Pasien mengeluh
demam

Do:
 Suhu 38.80C

Ds: Intoleransi aktivitas


(D.0056)
 Pasien mengeluh badan
lemas

Do:
(tidak tersedia)

Ds. Anxietas (D.0080)


Pasien mengatakan cemas
Do.
(Tidak tersedia)
C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas (D.0003)


2. Hipertermia (D.0130)
3. Intoleransi aktivitas (D.0056)
4. Ansietas (D.0080)
A. Rencana Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional

(SLKI) (SIKI)

1. Gangguan pertukaran Gangguan pertukaran gas Pemantauan respirasi Observasi :


gas(D.0003)
setelah di lakukan tindakan Observasi 1. Untuk mengetahui
Kategori: Fisiologis keperawatan selama 3x24 jam frekuensi dan
1. Monitor frekuensi, irama,
masalah terhadap bersihan jalan kedalaman napas
Subkategori: Respirasi kedalaman dan upaya napas
napas dapat teratasi dengan klien
2. Monitor pola
Definisi: indikator : 2. Untuk
napas(takipnea)
mengidentifikasi
Kelebihan atau kekurangan 1. dispnea menurun 3. Monitor adanya produksi
apakah ada bunyi
oksigenasi dan/ atau eliminasi 2. tidak terdapat bunyi sputum
napas tambahan
karbondioksida pada membran tambahan 4. Auskultasi bunyi napas
3. Untukmengetahui
alvoeulus-kapiler 3. Pco2 normal
Terapeutik apakah warna dan
4. pH arteri normal
Gejala Dan Tanda Mayor jumlah sputum
5. Produksi sputum 1. Atur interval pemantauan
klien normal atau
Subjektif menurun respirasi sesuai kondisi pasien
tidak
 dispnea 2. Dokumentasi hasil pemantauan
Terapeutik :
Data Objektif Edukasi
1. agar pasien dapat
 PCO2 1. jelaskan tujuan prosedur menangani rasa
meningkat/menurun sesak dengan tepat
Pemantauan
 pH arteri meningkat/ dan nyaman
menurun 2. informasikan hasil pemantauan, 2. agar
 bunyi napas tambahan jika perlu pasienmerasalebih
nyamansehinggam
Gejala Dan Tanda Mayor Manajemen Jalan Napas
engurangi rasa
Subjektif Observasi: sesak

 tidak tersedia 1. Monitor sputum Edukasi :


(jumlah,warna,aroma)
Objektif 1. agar pasien dapat
Terapeutik: batuk secara
 pola napas abnormal efektif
1. Pertahankan kepatenan jalan
cepat (takipnea)
napas dengan head-tlit dan kolaborasi
chin-lift (jaw-thrust jika
1. untukmeredakan
curiga trauma servikal)
sesak yang
2. Posisikan semi-fowler atau
dirasakan pasien
fowler
2. untuk
3. Berian minum hangat
mengeluarkan
4. Lakukan fisioterapi dada,
sputum
jika perlu
5. Lakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik
6. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
1. Anjjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekpektoran,mu
kolitik, jika perlu

2. Hipertermi Termogulasi Manajemen Hipertermi, Regulasi Observasi :


(D.0130) temperatur
Kriteriahasil : 1. Untuk mengetahui
Kategori : Lingkungan
Observasi: faktor yang
Subkategori : Keamanan Dan setelah di lakukan tindakan
menyebabkan
Proteksi keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi penyebab
hipertermi
Definisi: masalah terhadap pola nafas hipertermi
dapat teratasi dengan indikator : 2. Monitor suhu tubuh Terapeutik :
Suhu tubuh meningkat diatas
3. Monitor komplikasi akibat
rentang normal tubuh 1. Suhu tubuh normal 1. Untuk membuat
hipertermi
2. Takipnea membaik pasien lebih
Gejala Dan Tanda Mayor
Subjektif 3. TD normal Terapeutik: nyaman
2. Agar suhu tubuh
(tidak tersedia ) 1. Sediakan lingkungan yang
pasien kembali
dingin
Data Objektif normal
2. Longgarkan atau lepaskan
 suhu tubuh diatas nilai pakaian Edukasi :
normal 3. Basahi dan kipasi permukaan
1. Agar pasien dapat
tubuh
Gejala Dan Tanda Minor mengetahui
4. Pasang alat pemantau suhu
pencegahan
Subjektif
Edukasi: hipertermi
(Tidak terkaji)
1. Jelaskan cara pencegahan Kolaborasi :
Objektif hipertermi
1. Agar asupan cairan
 takipnea Kolaborasi: pasien dapat
 kulit terasa hangat tecukupitercukupi
1. Pemberian cairan dan
elektrolit intravena
2. Kolaborasi pemberian
antipiretik jika perlu

3. Intoleransi Aktivitas (D.0056) Toleransi Aktifitas Menajemen Energi Observasi :


Kategori : Fisiologis
Kriteriahasil : Observasi: 1. Untuk
Subkategori :
Aktivitas/Istirahat setelah di lakukan tindakan 1. Identifikasi gangguan fungsi mengidentifikasi
Definisi: keperawatan selama 3x24 jam tubuh yang mengakibatkan faktor yang
masalah terhadap pola nafas kelelahan mengakibatkan
Ketidakcukupan energy untuk
dapat teratasi dengan indikator : 2. Monitor kelelahan fisik dan kelelahan
melakukan aktivitas sehari-hari.
emosional
1. Mudah melakukan Terapeutik :
Gejala Dan Tanda Mayor 3. Monitor pola tidur dan jam
aktifitas sehari-hari
tidur 1 agar pasien
Subjektif 2. Tekanan darah normal
nyaman
3. Frekuensi napas normal Terapeutik:
(tidak terkaji) 2. agar pasien dapat
4. Perasaan lemah
1. Sediakan lingkungan nyaman beristirahat dengan
Data Objektif membaik
dan rendah stimulus ( mis. aman
( tidak terkaji) Cahaya,suara,kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang
Gejala Dan Tanda Mayor
gerak pasif dan/atau aktif Edukasi :
Subjektif 3. Berikan aktivitas distraksi
1. agar pasien dapat
yang menenangkan
 Dispnea saat aktivitas menghindari
4. Fasilitasi duduk di sisi
 Merasa tidak nyaman faktor yang dapat
tempat tidur, jika tidak dapat
setelah beraktivitas mengakibatkan
berpindah atau berjalan
 Merasa lemah kelelahan
Edukasi:
Objektif kolaborasi
1. Anjurkan melakukan
1. agar pasien
 Tekaan darah berubah aktivitas secara bertahap mengetahui faktor
2. Anjurkan hubungi perawat yang menyebabkan
jika tanda dan gejala kelelahan
kelelahan tidak berkurang
2. agar pasien
3. Ajarkan strategi koping
mengetahui makanan
unruk mengurangi kelelahan
yang sehat
Kolaborasi:

1. Kolaborasi dengan ahli gizi


tentang cara meningkatkan
asupan makanan

4. Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Reduksi ansietas Observasi :


Kategori : Psikologis
Kriteriahasil : Observasi: 1. Untuk
Subkategori : Integritas ego
mengidentifikasi
Definisi: setelah di lakukan tindakan 1. Identifikasi saat tingkat
faktor yang
keperawatan selama 3x24 jam ansietas berubah
Kondisi emosi dan pengalaman mengakibatkan
masalah terhadap pola nafas 2. identifikasi kemampuan
subjektif individu terhadap ansietas
dapat teratasi dengan indikator : mengambil keputusan
objek yang tidak jelas dan
3. Monitor tanda-tanda ansietas Terapeutik :
spesifik akibat antisipasi 1. verbalisasi khawatir
bahaya yang memungkinkan akibat kondisi yang Terapeutik: 1. agar pasien
individu melakukan tintakan dihadapi menurun nyaman
1. ciptakan suasana terapeutik
untuk menghadapi ancaman 2. perilaku gelisah 2. agar dapat
Gejala Dan Tanda Mayor membaik untuk menemukan mengurangi
3. frekuensi pernapasan kepercayaan kecemasan yang
Subjektif
membaik 2. temani pasien untuk dialami pasien
Merasa khawatir mengurangi kecemasan
3. pahami situasi yang
Data Objektif
membuat ansietas Edukasi :
Tampak gelisah 4. dengarkan dengan penuh
1. agar pasien dapat
perhatian
Gejala Dan Tanda Mayor menghindari
5. gunakan pendekatan yang
faktor yang dapat
Subjektif tenang dan meyakinkan
mengakibatkan
 merasa tidak berdaya Edukasi: ansietas
kolaborasi
Objektif 1. jelaskan prosedur,termasuk
sensasi yang dialami 1. agar ansietas yang
 frekuensi napas
2. informasikan secara factual dihadapi pasien
meningkat
mengenai diagnosis teratasi
pengobatan dan prognosis
3. anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif
4. anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
5. latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan

Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian obat


anti ansietas, jika perlu
B. Implementasi Keperawatan

NO HARI/TANGGAL DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVELUASI


1 Gangguan pertukaran Pemantauan respirasi S= Klien mengatakan
gas(D.0003)  Monitor frekuensi, irama, keluhannya telah teratasi
kedalaman dan upaya napas O= Tanda yang dialami
 Monitor pola napas(takipnea) klien telah normal
 Monitor adanya produksi A= Masalah Telah
sputum Teratasi

 Auskultasi bunyi napas P= Intervensi dihentikan

 Atur interval pemantauan


respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasi hasil pemantauan
 jelaskan tujuan prosedur
 Pemantauan
 informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Manajemen Jalan Napas


 Monitor sputum
(jumlah,warna,aroma)
 Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tlit dan
chin-lift (jaw-thrust jika curiga
trauma servikal)
 Posisikan semi-fowler atau
fowler
 Berian minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
 Lakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik
 Berikan oksigen, jika perlu
 Anjjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
 Ajarkan teknik batuk efektif
 Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekpektoran,muk
olitik, jika perlu

2 Hipertermi  Mengidentifikasi penyebab S= Klien mengatakan


(D.0130 hipertermi keluhannya telah teratasi
 Memonitor suhu tubuh O= Tanda yang dialami
 Memonitor komplikasi klien telah normal
akibat hipertermi A= Masalah Telah
 Menyediakan lingkungan Teratasi
yang dingin P= Intervensi dihentikan
 Melonggarkan atau
lepaskan pakaian
 Membasahi dan kipasi
permukaan tubuh
 Memasang alat pemantau
suhu
 Menjelaskan cara
pencegahan hipertermi
 Memberian cairan dan
elektrolit intravena
 Mengkolaborasi pemberian
antipiretik jika perlu
3 Intoleransi Aktivitas  Mengidentifikasi gangguan S= Klien mengatakan
(D.0056 fungsi tubuh yang keluhannya telah teratasi
mengakibatkan kelelahan O= Tanda yang dialami
 Memonitor kelelahan fisik klien telah normal
dan emosional A= Masalah Telah
 Memonitor pola tidur dan Teratasi
jam tidur P= Intervensi dihentikan

 Menyediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus ( mis.
Cahaya,suara,kunjungan)
 Melakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
 Memberikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
 Memfasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
 Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
 Menganjurkan hubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
 Mengajarkan strategi
koping unruk mengurangi
kelelahan
 Mengkolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

4 Ansietas (D.0080)  Mengidentifikasi saat S= Klien mengatakan


tingkat ansietas berubah keluhannya telah teratasi
 mengidentifikasi O= Tanda yang dialami
kemampuan mengambil klien telah normal
keputusan A= Masalah Telah
 Memonitor tanda-tanda Teratasi
ansietas P= Intervensi dihentikan

 Menciptakan suasana
terapeutik untuk
menemukan kepercayaan
 Menemani pasien untuk
mengurangi kecemasan
 Memahami situasi yang
membuat ansietas
 mendengarkan dengan
penuh perhatian
 menggunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
 menjelaskan
prosedur,termasuk sensasi
yang dialami
 Menginformasikan secara
factual mengenai diagnosis
pengobatan dan prognosis
 Menganjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif
 Menganjurkan
mengungkapkan perasaan
dan persepsi
 Melatih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
 Mengkolaborasi pemberian
obat anti ansietas, jika
perlu
D. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, Yuma. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada
Pekerja Penggilingan Divisi Batu Putih di PT. Sinar Utama Karya. Unnes Journal of
Public Health: Universitas Negeri Semarang 3 (1):2

Arifian, Luhur dan Joko Kismanto. 2018. Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap
Respiration Rate pada Pasien Asma Bronkial di Puskesmas Air Upas Ketapang. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Asri, Rofiqa dkk. 2019. Profil Fitokimia Dan Pengaruh Ekstrak Tangkai Daun Talas Kemumu
(Colocasia Gigantea Hook. f) Terhadap Jumlah Leukosit Mus Musculus. Jurnal Alotrop
Pendididkan Dan Ilmu Kimia, 3(1): 48-56

Bijanti, Retno Dkk. 2010. Buku Ajar Patologi Klinik Venteriner. Surabaya : Airlangga
Universitas Press

Bulecheck et al. (2013). Nursing Intervensi Classification (NIC Edisi Ke-enam). Singapore:
Elsevier

Dahlan (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Pernafasan pada manusia.


Jakarta. EGC

Dayu, A. 2011. Asma Pada Balita. Jogjakarta:Javalitera

Djojodibroto,Darmanto. 2009. Respirologi (RespiratoryMedicine). Jakarta: EGC

Francis Caica. 2011. Respiratory care. Diterjemahkan oleh tini stella. Jakarta:Erlangga
Ringel Edward. 2012. Kedokteran paru. Jakarta: indeks

Irianto, Koes. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk mahasiswa. Bandung. Alfabeta.

Kozier dkk. (2010). Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC


Kusuma, Hardi dan Nurarif Amin. 2015. NANDA aplikasi Asuhan Keperawatan, jilid 3.
Yogyakarta : Mediaction

Moohead et al. (2013). Nursing Outcome Classification (NOC Edisi Ke-lima). Singapore:
Elsevier

Muttaqin, Arif. 2013. “Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan”.
Jakarta : Salema Medika.

Nurarif. A. H. Dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan KeperawatanBerdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:MediAction

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperatawan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1 . Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperatawan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperatawan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai