Anda di halaman 1dari 77

Tugas Keperawatan Medikal Bedah 1

“ASKEP PENYAKIT COVID19”


PBL

SEMESTER/KELAS: 3/A
Disusun:Kelompok 3
Moh. Reza Firsandi 841419103
Ferdy setiawan 841419046
Fenty Riyanti Panu 841419021
Regita Ibrahim 841419025
Wisnawaty Pilo 841419026
Ismiyati R. Ismail 841419037
Wina A. Rasyid 841419014
Rizka Badriyah Akbarwat 841419023
Siskawati Mahmud 841419045
Pramesti R. Hiyango 841419041
Miftahul jannah daud 841419034
Rifani Febriani Boroma 841418111
Nurmala Pakaya 841417100
DOSEN PEMBIMBING : Ns. Jamal Bahua, M.Kep
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS OLAH RAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada tuhanyang maha esa , karena atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah Penulisan karya tulis ilmiah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas yang diberikan pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini belum
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun
dari berbagai pihak demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ns.Jamal Bahua, M,Kep selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu , tenaga
dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
2. Teman-teman kelompok 3 yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan
4. Serta pihak yang tidak dapat diesbutkan satu persatu
Akhir kata penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
pihak yang telah membantu.

Gorontalo, 22 Oktober2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….ii
1. Klarifikasi istilah penting ……………………………………………………..….1
2. Kata kunci…………………………………………………………………….…..5
3. Mind Map…………………………………………………………………….…..6
4. Pertanyaan-pertanyaan penting………………………………………………..…7
5. Jawaban pertanyaan penting…………………………………..………………….7
6. Tujuan pembelajaran selanjutnya…………………………………..…………….8
7. Informasi tambahan………………………………………………….……..…….8
8. Klarifikasi informasi…………………………………………………….……..…8
9. Analisa dan sintetis informasi…………………………………………….……...10
10. Laporan diskusi…………………………………………………………………..11

KONSEP MEDIS……………………………………………………………………12
A. Definisi………………………………………………………………………..12
B. Etiologi ……………………………………………………………………….12
C. Manifestasi Klinis…………………………………………………….……….12
D. Patofisiologi/patomekanisme………………………………………..………...13
E. klasifikasi……………………………………………….…………….……….14
F. prognosis……………………………………………………………………...16
G. pemeriksaan penunjang……………………………………………………….16
H. penatalaksanaan……………………………………………………………….17
I. komplikasi……………………………………………………………………..23
J. pencegahan………………………………………………………………...….24

ASUHAN KEPERAWATAN………………………………………………….…..28
A. Pengkajian………………………………………………………………….....28
B. Pathway………………………………………………………………………33
C. Diagnosa……………………………………………………………………...39
D. Intervensi keperawatan………………………………………………….……49
E. Implementasi dan evaluasi…………………………………………………....64
F. dokumentasi…………………………………………………………………..73

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….........74

ii
MODUL V

SESAK & DEMAM

Soal kasus 5 :

Seorang laki-laki usia 49 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak nafas. Keluhan
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, pasien juga mengatakan merasakan sakit kepala
demam dan badan lemas. Pemeriksaan fisik didapatkan bunyi ronchi +/+ basah kasar
seluruh lapang paru, wheezing +/+, sputum +. TD 110/80 mmHg, frekuensi nadi 98
kali/menit, frekuensi napas 28 kali/menit, Suhu 38oC , akral hangat, CRT <3detik. Pasien
juga mengatakan cemas memikirkan nasib anak dan istrinya di rumah. Hasil pemeriksaan
Laboratorium Hb 12,2 gr/dl, Hematokrit 35,7%, Leukosit 11.000, trombosit 223.000UL,
neutrofil 84,7%, Lymphosit 7,0%, (NLR = 12,1), AGD :pH 7,47, pCO2 32 mmHg, HCO3
24 mmol/l, saturasi O2 96%, GDS 117mg/dl. Hasil Rontgen Pneumonia, Hasil Rapid
IgG reaktif.

1. Klasifikasi istilah – istilah penting :


a. Sesak nafas
Dispnea adalah gejala pertama yang dirasakan oleh pasien akibat terganggunya
pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam alveoli yang berisi cairan. Dispnea
akan semakin parah apabila melakukan aktivitas yang berat seperti naik tangga dan
mengangkat beban yang berat. (Bradero at el,2008).
b. Sakit kepala
Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada seluruh daerah
kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah belakang kepala ( daerah
oksipital dan sebahagian daerah tengkuk) (Sjahrir, 2008).
c. Demam
Demam adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan suhu tubuh diatas 37,5o C,
sedangkan keadaan hiperpireksia atau hipertermi (demam tinggi) adalah kenaikan
suhu tubuh sampai 41oC atau lebih (Fauzi, 2014).

1
d. Lemas
Lemas atau asthenia adalah kondisi yang terjadi ketika kekuatan tubuh berkurang,
sehingga harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk bergerak (MedicineNet,2016).
e. Ronkhi
Ronkhi merupakan jenis suara yang bersifat kontiniu, pith rendah, mirip
seperti wheeze. Tetapi dalam ronchi jalan udara lebih besar, atau sering disebut coarse
ratling sound. Suara ini menunjukkan halangan pada saluran udara yang lebih besar
oleh sekresi. (Ramadhan, M,Z, 2012)
f. Wheezing
Suara mengi (Wheezing) merupakan suara nafas seperti music yang terjadi
karena adanya penyempitan jalan udara atau tersumbat sebagian. Obstruksi seringkali
terjadi sebagai akibat adanya sekresi atau edema. Bunyi yang sama juga terdengar
pada asma dan banyak proses yang berkaitan dengan bronkokostriksi. Mengi dapat
dihilangkan dengan membatukannya (Brunner & Suddarath, 2013).
g. Sputum
Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru paru, bronkus,
dan trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan. Kata “sputum”
yang dipinjam langsung dari bahasa latin “meludah” disebut juga dahak (Kamus
Kesehatan, 2017).
h. Tekanan darah
Tekanan Darah (TD) adalah ukuran seberapa kuatnya jantung memompa
darah ke seluruh tubuh. Agar kinerja tubuh maksimal, maka diperlukan tekanan darah
yang normal. Normalnya tekanan darah adalah sebagai berikut: normalnya tekanan
darah 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg (Dermawan 2012).
i. Nadi
Denyut nadi adala suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di
pompa keluar jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat dimana ada arteri
melintas. Nilai normal nadi manusia rata-rata berdenyut sekitar 60-100x/menit. Orang
yang biasa berolahraga, seperti para atlit biasanya memiliki denyut jantung normal
yang lebih rendah yaitu sekitar 40x/menmit (Sandi, 2016).

2
j. Napas

Pernafasan: proses ganda yaitu terjadinya pertukaran gas didalam jaringan


pernafasan dalam yang terjadi didalam paru-paru disebut pernafasan luar. Pada
pernafasan melalui paru-paru atau respirasi eksternal oksigen dihisap melalui batang
tenggorokan atau trakeal dan pipa bronchial kealveoli dan erat hubungannya dengan
kapiler pulmonalis atau keluar masuknya udara kedalaam dan keluar paru. Normalnya
12-24x/menit dan suara nafas normal adalah vesikuler. (Koes, Irianto, 2012).
k. Suhu
Suhu Tubuh merupakan keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan
panas (MarieB dan Hoehn dalam McCallum: 2012). Jika tingkat panas yang
dihasilkan setara dengan tingkat panas yang hilang, suhu tubuh inti akan stabil
(Tortora dan Derrickson dalam McCallum: 2012).
Menurut WHO suhu tubuh :
Normal : 36oC - 36,9oC
Sub febris : 37oC - 38oC
Febris : 38oC – 40oC
Hiperpireksis : 40oC – 42oC
l. Akral hangat
Akral adalah ujung ekstremitas. Ekstremitas adalah tangan dan kaki. Ujung
tangan dan kaki adalah jari. Maka ujung jari itu adalah akral. Akral hangat adalah
uung jari yang terasa hangat (Dudgale,2009)
m. CRT
CRT atau Capillary Refill Time adalah test yang dilakukan cepat pada daerah
dasar kuku untuk memomonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan
(perfusi). (1) bagaimana cara kerja CRT (1) jaringan membutuhkan oksigen untuk
hidup, okseigen dibawah kebagian tubuh oleh system vascular darah. Nilai normal (1)
jika aliran darah baik kedaerah kuku, warna kuku kembali normal kurang dari 2 detik
CRT memanjang (>2detik) (Dudgale,2009)
n. Cemas

3
Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa
ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya
(Sutardjo Wiramihardja, 2005).
o. Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di
dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru
paru kejaringan jaringan (Evelyn,2009).
p. Hematokrit
Hemotokrit adalah jumlah sel darah merah dalam darah sehingga dengan
melakukan hemotokrit maka akan di dapatkan hasil perbandigan jumlah sel darah
merah (eritrosit) terhadap volume darah dalam satuan persen.sel darah merah
memiliki peran vital karena bertugas untuk mengangkut oksigen dan nutrisi ke
berbagai lokasi tubuh.
q. Leukosit
Leukosit atau sel darah putih di produksi oleh sum-sum tulang belakang dan di
edarkan keseluruh tubuh melalui aliran darah. Leukosit merupakan bagian penting
dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk menghasilkan antibodi yang dapat
melawan virus,jamur,,bakteri,dan parasit penyebab penyakit yang masuk ke dalam
tubuh (Chiu,2017).
r. Trombosit
Treombosit merupakan sel darah yang berperan dalam proses pembekuan darah,
dengan cara saling menempel untuk membentuk bekuan darah. Jumlah trombosit
dalam sel darah yang normal padaa manusia adalah 150.000-450.000 per mikroliter
darah (Scoda,2009).
s. Neutrofil
Neutrofil adalah salah satu bagian dari sel darah putih yang merupakan sel
spesialis fagositik dan berungsi sebagai pertahanan pertama tubuh terhadap invasi
suatu benda asing (Sherwood,2001)
t. Lymphosit

4
Limfosit adalah salah satu jenis sel darah putih yang ada dalam peredaran darah.
Sel darah putih berfungsi membantu melindungi tubuh terhadap penyakit dan
melawan infeksi (Hinchilif, 1999).
u. AGD
Analisa gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan
untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon diaoksida dalam darah. AGD juga dapat
digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah. Sel sel darah merah
mengangkut oksigen dan karbon dioksida yang juga dikenal sebagai gas darah ke
seluruh tubuh (Ariosta,2017).
v. Saturasi O2
Saturasi Oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berkaitan dengan oksigen
dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95-100% (Hidayat,2007)
w. GDS
Gula Darah Sewaktu (GDS) adalah suatu pemeriksaan gula darah yang dilakukan
setiap waktu tanpa tidak harus memperhatikan makanan terakhir yang dimakan
(Depkes,2008).
x. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan paru-paru yang disebabkan oleh infeksi. Infeksi
menyebabkan peradangan pada kantong-kantong udara (alveoli) di salah satu atau
kedua paru paru (Htun, et al,2019).
y. IgG
Antibody IgG adalah jenis antibody yang paling banyak ditemukan di dalam
darah dan cairan tubuh lainnya. Ketika antigen seperti kuman, virus, atau zat kimia
tertentu masuk ke dalam tubuh, sel sel darah putih akan mengikat antigen tersebut dan
membentuk antibody IgE untuk melawannya (Brandt,2019).
2. Kata kunci :
1. Sesak nafas
2. Demam
3. Sputum+
4. Pneumonia
5. Hasil rapid IgG reaktif

5
3. Mind Map

Covid - 19

Efusi Pleura Sesak dan Tuberculosis


Demam

PPOK

Lembar chek list

Penyakit

Tanda Efusi Pleura


Covid-19 Tuberkulosis PPOK
& gejala

Sesak nafas (√) (√) (√) (√)

Demam (√) (√) (√) (√)

Sputum + (√) (√) (√)

6
IgG reaktif (√) (√)

Sakit kepala (√) (√) (√)

Badan lemas (√) (√) (√)

Bunyi Ronchi +/+ basah kasar (√) (√) (√)


seluruh lapang paru
Wheezing +/+ (√) (√) (√)

Takipnea (√) (√) (√) (√)

Hipertermia (√) (√) (√) (√)

Pnemonia (√) (√)

4. Pertanyaan penting
1. Mengapa pasien covid mengalami demam?
2. Mengapa pemeriksaan rapid test merupakan pemeriksaan yang harus dilakukan pada
pasien Covid?
3. Bagaimana membedakan orang yang terkena Covid19 dan Flu biasa. Karena dilihat dari
gejalanya yang hamper sama?

5. Jawaban pertanyaan penting


1. Karena seseorang bisa saja mengalami demam 38,5oC dan benar benar tidak sehat, namun
orang orang lainnya dapat memiliki suhu 41oC tetapi tidak terlihat sakit. Demam adalah
gejala suatu penyakit bukan penyakit itu sendiri. Dalam istilah yang paling dasar, ini
adalah respon perandangan tubuh kita terhadap serangan asing, seperti Covid19.
2. Karena diagnosis pada tahap ini dapat dikonfirmasi menggunakan PCR, tes serum untuk
SARS-Cov-2 IgG dan IgM bersama dengan foto toraks umlah darah lengkap dan tes
fungsi hati. Tes darah lengkap dapat meningkatkan limfopenia dan neutrofilia tanpa
kelainan yang signifikan lainnya
3. Covid19 dan Flu biasa merupakan penyakit yang hampir sama yaitu sama – sama
menyerang sistem respirasi. Dan memiliki gejala yang hampir sama tetapi pada orang
yang terkena penyakit covid19 memiliki tanda dan gejala yaitu sesak napas

7
6 Pembelajaran selanjutnya
1. Dari kasus terdapat tanda dan gejala yang hampir sama dengan penyakit pernapasan
lainnya. Oleh karena itu,mahasiswa harus bisa menambah pengetahuan serta referensi
yang tepat agar saat pengambilan diagnose keperawatan dapat mengambil diagnose
dengan tepat.
2. Setelah pembelajaran ini mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara memnentukan
diagnose berdasarkan kasus yang telah diberikan.
7. Informasi tambahan
1. The Pathogenesis Characteristics and Symptom of Covid-19 in the Context of
Establishing a Nursing Diagnosis. Sukmana, 2020. Jurnal Kesehatan Pasak Bumi
Kalimantan, Vol 3 No 1
2. Implikasi Menejemen Keperawatan dalam Penangan Pasien Corona Virus Disease-
19 (Covid-19):Literatur Review. Astuti, 2020. Jurnal Of Clinical Medicine. Vol 7 (1)
8. Klarifikasi Informasi Tambahan.
1. Covid-19 merupakan penyakit yang menyebabkan darurat kesehatan global. Pada 20
Mei 2020, kasus terkonfirmasi di dunia 4.9 juta lebih dengan kematian lebih dari 326
ribu((JHU, 2020) atau mortality rate 15,2%. Data meningkat dari jumlah sebelumnya
pada awal Maret 2020 hanya sebesar 3,4% (Sukmana, Aminuddin, & Nopriyanto,
2020). Kasus terkonfirmasi di Indonesia sebesar 19.189 dan meninggal
1.242(BNPB, 2020) atau mortality rate 15,45%. Konsep patogenesis diperlukan
sebagai salah satu upaya memberikan pemahaman dalam penanganan Covid-19
sehingga mortality dapat dikendalikan. Penelusuran dan pemahaman patogenesis,
terutama karakteristik Covid-19 yang menimbulkan berbagai respon patologis tubuh
menjadi kajian analisis yang menarik untuk menegakan diagnosis yang tepat,
termasuk diagnosis keperawatan dalam rangka menyusun rencana keperawatan yang
komprehensif. Diagnosis keperawatan yang tepat diharapkan memberikan arah yang
jelas dalam penyusunan rencana keperawatan sehingga pelayanan keperawatan dapat
diberikan secara optimal. Penelitian ini bertujuan melakukan review karakteristik
patogenesis covid-19 dalam konteks penegakan diagnosis keperawatan sesuai
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Patogenesis Covid-19 disebabkan oleh
SARS-CoV2 atau 2019-nCoV, merupakan genus β corona virus(Liu et al.,
2020)(Gandhi, Lynch, & del Rio, 2020). Virus ini ditularkan penderita melalui

8
droplet atau partikel aerosol yang masuk ke saluran napas melalui aktivitas batuk,
menyanyi(Wei et al., 2020), prosedur nebulizer atau intubasi(Patients, Taylor,
Lindsay, & Halcox, 2020). Ventilasi yang buruk mempercepat penularannya. Virus
mampu bertahan pada stainless steel 5,6 jam dan plastik 6,8 jam(Patients et al.,
2020). Virus yang melekat pada sel inang secara refleks mengikat reseptor seluler
ACE2 (angiotensin-converting enzym 2)(Mcmurray, Pfeffer, Ph, & Solomon, 2020)
(Sahin, 2020) Ikatan yang terbentuk sepuluh kali lebih kuat dibandingkan SARS-
CoV(Sun, Lu, Xu, Sun, & Pan, 2020), kemudian masuk ke sitoplasma, setelah
terjadi pengkodean, poliprotein dipecah oleh protease dan chymotrypsin diaktifkan.
Kompleks yang dihasilkan mendorong produksi RNA melalui replikasi dan
transkripsi, ditumbuhkan ke lumen retikulum endoplasma. Virion kemudian
dilepaskan dari sel yang terinfeksi melalui eksositosis. Virus yang dilepaskan dapat
menginfeksi sel-sel ginjal, sel-sel hati, jantung, intestin, dan limfosit T, serta saluran
respirasi terbawah. Menimbulkan gejala dan tanda utama Covid-19(Sahin, 2020).
Masa inkubasi 1- 14 hari, umumnya terjadi 3-7 hari(Guan et al., 2020)(Tim Kerja
Kementerian Dalam Negeri, 2020). Biomarker darah menunjukan limpopenia
(respon pertahanan host dari invasi virus), leukositosis (infeksi bakteri), neutropilia
(infeksi bakteri dan badai sitokin), trombositopenia (peningkatan penggunaan
trombosit) (Frater, Zini, D’Onofrio, & Rogers, 2020)(Yang et al., 2020)(Go et al.,
2020). Biomarker infeksi ditandai terjadinya peningkatan CRP, procalsitonin,
aminotransperases, LDH, creatinin, troponin jantung, D-Dimer atau Fibrin
Degradation Product. Penurunan albumin, waktu protrombin memanjang, APTT
(activated Partial Thromboplastin) memanjang (Frater et al., 2020)(Yang et al.,
2020)(Bowles et al., 2020).
Covid-19 merupakan penyakit yang menyebabkan darurat kesehatan global,
diakibatkan oleh SAR-CoV2 dan ditularkan melalui droplet. Virus melekat pada sel
inang berikatan kuat dengan ACE2 menimbulkan reaksi inflamasi yang berlebihan
(Cytokine Storm). Masa inkubasi 1-14 hari, menimbulkan tanda dan gejala
respiratory syndrome, demam, lekopenia, trombositopenia dan pada kondisi berat
multi organ failure yang berakhir kematian. Pada Mei 2020 mortality rate dunia
15,45% mengalami peningkatan yang sebelumnya bulan Maret 2020 sebesar 3,4%.

9
Konsep karakteristik covid-19 diperlukan sebagai salah satu upaya memberikan
pemahaman dalam penanganan Covid-19 sehingga mortality dapat dikendalikan.
Penelusuran dan pemahaman karakteristik Covid-19 yang menimbulkan berbagai
respon patologis tubuh menjadi kajian analisis yang menarik untuk menegakan
diagnosis yang tepat, termasuk diagnosis keperawatan dalam rangka menyusun
rencana keperawatan yang komprehensif.
2. Covid-19 merupakan virus yang dapat bermutasi membentuk susunan genetik baru.
Awal mula virus ini hanya mampu menempel pada hewan saja. Tetapi karena virus
ini mampu bermutasi dan merubah susunan dirinya sehingga memiliki penghantar
yang mampu menempel 2 pada manusia. Penanganan yang memadai pada pasien
Covid-19 sangat diperlukan guna kesembuhan dan mengurangi penyebaran penyakit
tersebut. Dalam hal ini petugas kesehatan memiliki peranan penting dalam 3
kesiapsiagaan menangani pasien Covid-19. Salah satu petugas kesehatan tersebut
adalah perawat. Keterlibatan perawat yang berada di garis depan dalam menangani
pasien Covid-19 harus memiliki pengetahuan dan keterampilan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang tepat, serta perawat harus update perkembangan Covid-
19. Dengan demikian keterlibatan manajemen keperawatan dalam penanganan
Covid-19 guna mencegah terjadinya penularan dan perawatan pasien diruang
perawatan 4 sangat dibutuhkan. Namun saat ini manajemen keperawatan dalam
penanganan pasien covid -19 belum banyak dilakukan kajiannya sehingga perlu
ditelaah lebih jauh agar perawat dapat merawat dengan baik. Oleh sebab itu, penulis
tertarik untuk melakukan literature review tentang "Implikasi Manajemen
Keperawatan dalam Penanganan Pasien Covid -19".
9. Analisa dan sintesis data
Pada kasus diatas informasi yang tertera pada kasus berdasarkan gejala-gejala
tersebut, dapat dimunculkan beberapa diagnosis pembanding yang masih memerlukan
tahap-tahap tertentu seperti pemeriksaan penunjang lainnya yang memungkinkan
munculnya kasus penyakit dan penegakan diagnose yang tepat.

10
Berdasarkan gejala-gejala yang di alami oleh pasien, maka dapat dianalisa sebagai
berikut:

Penyakit

Tanda Efusi Pleura


Covid-19 Tuberkulosis PPOK
& gejala

Sesak nafas (√) (√) (√) (√)

Demam (√) (√) (√) (√)

Sputum + (√) (√) (√)


Pneumonia (√) (√)

IgG reaktif (√) (√)

Sakit kepala (√) (√) (√)

Badan lemas (√) (√) (√)

Bunyi Ronchi +/+ basah kasar (√) (√) (√)


seluruh lapang paru
Wheezing +/+ (√) (√) (√)

Takipnea (√) (√) (√) (√)

Hipertermia (√) (√) (√) (√)

Pnemonia (√) (√)

Berdasarkan gejala yang dialami oleh klien pada kasus diatas maka dapat ditetapkan
bahwa diferenssial diagnose utama adalah GANGGUAN PERTUKARAN GAS.
10. Laporan Diskusi

11
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome virus corona
2 (SARS-CoV-2) atau yang sering disebut virus Corona. Virus ini memiliki tingkat
mutasi yang tinggi dan merupakan patogen zoonotik yang dapat menetap pada manusia
dan binatang dengan presentasi klinis yang sangat beragam, mulai dari asimtomatik,
gejala ringan sampai berat, bahkan sampai kematian. Penyakit ini dilaporkan memiliki
tingkat mortalitas 2-3%. Beberapa faktor risiko dapat memperberat keluaran pasien,
seperti usia >50 tahun, pasien imunokompromais, hipertensi, penyakit
kardiovaskular, diabetes mellituss, penyakit paru, dan penyakit jantung( StatPearls.
2020).
2. Etiologi
Etiologi coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah virus dengan nama
spesies severe acute respiratory syndrome virus corona 2 yang disebut SARS-CoV-2.
SARS-CoV-2 merupakan virus yang mengandung genom single-stranded RNA yang
positif. Morfologi virus corona mempunyai proyeksi permukaan (spikes) glikoprotein
yang menunjukkan gambaran seperti menggunakan mahkota dan berukuran 80-160 nM
dengan polaritas positif 27-32 kb. Struktur protein utama SARS-CoV-2 adalah protein
nukleokapsid (N), protein matriks (M), glikoprotein spike (S), protein envelope (E)
selubung, dan protein aksesoris lainnya.
3. Manifestasi Klinis

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala
klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan bernapas.
Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal
seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu
minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok
septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau disfungsi sistem
koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan,
bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik,
dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis

12
yang dapat muncul jika terinfeksi. Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika
terinfeksi. (PDPI, 2020)

a. Tidak Berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala
yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat
disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri
otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu,
pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relative
ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya
dehidrasi, sepsis atau napas pendek.

b. Pneumonia Ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada
tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai
dengan batuk atau susah bernapas

c. Pneumonia Berat, Pada Pasien Dewasa


 Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas
 Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress
pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar. 26

4. Patofisiologis/Patomekanisme
Covid-19 disebabkan oleh SARS-CoV2 atau 2019-nCoV, merupakan genus β
corona virus. Virus ini ditularkan penderita melalui droplet atau partikel aerosol yang
masuk ke saluran napas melalui aktivitas batuk, menyanyi, prosedur nebulizer atau
intubasi(Patients, Taylor, Lindsay, & Halcox, 2020). Ventilasi yang buruk
mempercepat penularannya. Virus mampu bertahan pada stainless steel 5,6 jam dan
plastik 6,8 jam. Virus yang melekat pada sel inang secara refleks mengikat reseptor
seluler ACE2 (angiotensin-converting enzym 2 Ikatan yang terbentuk sepuluh kali
lebih kuat dibandingkan SARS-CoV(, kemudian masuk ke sitoplasma, setelah terjadi
pengkodean, poliprotein dipecah oleh protease dan chymotrypsin diaktifkan. Kompleks
yang dihasilkan mendorong produksi RNA melalui replikasi dan transkripsi,

13
ditumbuhkan ke lumen retikulum endoplasma. Virion kemudian dilepaskan dari sel
yang terinfeksi melalui eksositosis. Virus yang dilepaskan dapat menginfeksi sel-sel
ginjal, sel-sel hati, jantung, intestin, dan limfosit T, serta saluran respirasi terbawah.
Menimbulkan gejala dan tanda utama Covid-19(Sahin, 2020).

Pasien terinfeksi menunjukan peningkatan leukosit, pernafasan yang abnormal,


suara kedua paru kasar, batuk berdahak, dan demam. Pada Covid-19 berat mengalami
komplikasi edema pulmonal, emboli pulmonal, cardiac aritmia, liver injury, injury
ginjal, coagulopathy, rhabdhomyolysis, demam tinggi, trombositopenia, dan shock
(Mehta et al., 2020).

Pemeriksaan toraks didapatkan bilateral pneumonia 75%, unilateral pneumonia


25%, ground glass opac 14%. Lymphadenopathy mediastinal, infiltrat paru bilateral,
effusi pleura bilateral ditemukan pada CT pertama, tiga hari kemudian, enam hari
kemudian(Albarello et al., 2020).
5. Klasifikasi
1. 229E (alpha Coronavirus)
Klasifikasi virus Corona yang paling sering menginfeksi manusia yang
pertama adalah HCoV-229E (alpha Coronavirus). Virus ini pertama kali
ditemukan pada sekitar tahun 1960an. Gejala virus ini hampir sama seperti virus
Corona yang telah menginfeksi banyak orang saat ini, yaitu menyerupai flu biasa.
Virus HCoV-229E lebih banyak menyerang anak-anak dan orang berusia lanjut.
Namun belum ada laporan korban jiwa yang ditimbulkan akibat terinfeksi virus
ini.
2. NL63 (alpha Coronavirus)
Menurut jurnal yang diterbitkan pada 25 Mei 2010 oleh US National
Library of Medicine National Institutes of Health, virus ini pertama kali
ditemukan pada tahun 2004 pada bayi berusia tujuh bulan di Belanda. Virus ini
kemudian menyebar dan diidentifikasi di berbagai negara. HCoV-NL63 telah
terbukti lebih banyak menyerang anak-anak dan orang dengan kelainan imun.
Gejalanya bisa berupa masalah pernapasan ringan seperti batuk, demam dan
rhinorrhoea, atau yang lebih serius seperti bronchiolitis dan croup, yang diamati
terutama pada anak-anak yang lebih muda.
14
3. OC43 (beta Coronavirus)
Klasifikasi virus Corona yang paling sering menginfeksi manusia yang
selanjutnya adalah HCoV-OC43 (betacoronavirus). HCoV-OC43 adalah salah
satu virus Corona yang paling umum menyebabkan infeksi pada manusia. Virus
ini dapat menyebabkan pneumonia pada manusia.
4. HKU1 (beta Coronavirus)
Klasifikasi virus Corona yang paling sering menginfeksi manusia yang
keempat adalah HCoV-HKU1. Gejalanya hampir sama seperti jenis virus Corona
lainnya, yaitu infeksi saluran pernapasan atas. Walaupun terkadang pneumonia,
bronchiolitis akut, dan asthmatic axacerbation juga bisa timbul sebagai akibat dari
virus ini. Durasi demam yang ditimbulkan dari virus ini cenderung lebih singkat,
yaitu hanya sekitar 1,7 hari.
5. MERS-CoV (beta Coronavirus)
Klasifikasi virus Corona lain yang dapat menginfeksi manusia adalah
MERS-CoV. WHO mengatakan bahwa virus tersebut muncul pertama kali pada
September 2012 di Arab Saudi. MERS-CoV menyebabkan Middle East
Respiratory Syndrome atau MERS. MERS-CoV ditularkan dari unta yang telah
terinfeksi ke manusia. Virus ini juga bisa ditularkan dari manusia ke manusia jika
melakukan kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi. Pada tahun 2012,
sebanyak 27 negara telah melaporkan lebih dari 2.400 kasus MERS.
6. SARS-CoV (beta Coronavirus)
Klasifikasi virus Corona lainnya yang juga dapat menginfeksi manusia
adalah SARS-CoV. Seperti yang telah dikatakan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia atau WHO, kasus infeksi SARS-CoV pada manusia pertama kali muncul di
China Selatan pada November 2002. Virus ini dapat menyebabkan sindrom
pernapasan akut parah atau yang dikenal dengan SARS. SARS-CoV berasal dari
kelalawar yang kemudian ditularkan ke hewan lain sebelum akhirnya menginfeksi
manusia.
Dikabarkan selama tahun 2002 hingga 2003 sudah ada 8.000 orang dari 26
negara yang terjangkit SARS. 774 di antaranya dikabarkan meninggal dunia. Saat
ini tidak ada kasus infeksi SARS yang dilaporkan di dunia.

15
7. SARS-CoV-2 atau COVID-19
Klasifikasi virus Corona yang ketujuh adalah yang saat ini masih
berlangsung, yaitu COVID-19. SARS-CoV-2 menyebabkan COVID-19. Seperti
dikutip dari Healthline, virus Corona baru ini berasal dari Wuhan, China dan
pertama kali ditemukan pada Desember 2019 setelah para petugas kesehatan
melihat peningkatan kasus pneumonia tanpa penyebab yang jelas.
6. Prognosis
Prognosis Covid-19 sampai sekarang belum diketahui jelas. Case Fatality Rate
(CFR) pasien covid-19 dilaporkan sampai mencapai 3,85%. Umumnya, kelompok umur
diatas 50 tahun memiliki tingkat fatalitas yang lebih tinggi. Pasien dengan usia muda
umumnya hanya mengalami infeksi ringan, tetapi dapat menjadi sumber transmisis
Covid-19 (StatPearls. 2020).
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan Hematologi Lengkap dengan sampel darah untuk melihat angka
Leukosit (sel darah putih) dan hitung jenis (Diff Count) sel Limfosit. Pada pasien
dengan penyakit COVID-19, angka Leukosit biasanya normal atau turun dan angka
hitung jenis sel Limfosit biasanya turun
2. Pemeriksaan Rapid Test
Pemeriksaan Rapid Test Antibodi untuk melihat adanya Antibodi terhadap virus
SARS-CoV2. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan Antibodi Ig M dan Ig G SARS
Cov2 adalah dengan mengambil sampel darah pasien. Pengambilan sampel darah
dapat melalui darah kapiler (ujung jari) maupun dari darah vena (misal darah di
bagian lengan). Jika di dalam tubuh terdapat infeksi virus, maka tubuh akan
membentuk antibodi IgM dan IgG terhadap virus SARS-Cov2 dan atibodi tersebut
akan terdeteksi pada pemeriksaan terhadap sampel darah pasien. Pembentukan
antibodi Ig M dan Ig G terhadap infeksi virus memerlukan waktu. Ig M akan
terdeteksi 3-7 hari setelah infeksi dan Ig G akan terdeteksi setelah 8-10 hari setelah
infeksi. Dikarenakan hal tersebut, Dokter yang melakukan pemeriksaan akan
mencocokkan gejala klinis yang dialami pasien dengan hasil Rapid Test dan akan
memberikan informasi lebih lanjut terhadap hasil test(StatPearls. 2020).

16
3. Periksaan PCR Test
Pemeriksaan PCR Test dengan sampel swab tenggorokan untuk mendeteksi
adanya virus SARS-CoV2. Pemeriksaan ini memiliki tingkat akurasi yang lebih
tinggi untuk mendiagnosis kondisi terpapar Covid-19. Sebab, sekali virus Corona
menginfeksi tubuh, maka virus akan terdeteksi melalui swab yang diambil dari bagian
belakang hidung dan tenggorokan. Sampel swab tersebut akan diperiksa
menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction).
4. Pemeriksaan Rontgen Dada atau Thorax
Pemeriksaan Rontgen Dada atau Thorax untuk mendeteksi adanya infiltrat atau
cairan di paru-paru serta mendeteksi adanya perselubungan yang menandakan adanya
peradangan di paru-paru akibat infeksi dari virus.
5. Pemeriksaan CT Scan Dada atau Thorax
Pemeriksaan CT Scan Dada atau Thorax untuk mendeteksi adanya gambaran
ground glass opacity di paru-paru yang merupakan gambaran khas pada pasien yang
terinfeksi virus Corona di dalam paru-paru (StatPearls. 2020).
8. Penatalaksaaan
Penatalaksanaan pasien COVID-19 bergantung pada tingkat keparahannya. Pada
pasien dengan gejala ringan, isolasi dapat dilakukan di rumah. Pada pasien dengan
penyakit berat atau risiko pemburukan, maka perawatan di fasilitas kesehatan diperlukan.
1. Terapi Suportif untuk Gejala Ringan
Pada pasien COVID-19 dengan gejala ringan, isolasi dapat dilakukan di rumah.
Pasien disarankan untuk menggunakan masker terutama saat melakukan kontak
dengan orang lain. Beberapa terapi suportif, seperti antipiretik, antitusif, dan
ekspektoran dapat digunakan untuk meringankan gejala pasien
 Antipiretik/Analgetik
Pemberian antipiretik/analgetik diberikan apabila pasien memiliki temperatur
≥38 °C, nyeri kepala, atau mialgia. Pilihan terapi antipiretik/analgetik yang dapat
diberikan ketika dibutuhkan adalah paracetamol 500–1.000 mg PO setiap 4–6
jam, dengan maksimum dosis 4.000 mg/hari atau ibuprofen 200–400 mg PO
setiap 4–6 jam, dengan maksimum dosis 2.400 mg/hari. Pada pasien COVID-19,

17
penggunaan paracetamol lebih disarankan daripada ibuprofen karena ibuprofen
memiliki luaran yang lebih buruk.
 Antitusif & Ekspektoran
Pemberian antitusif dan ekspektoran berfungsi untuk menurunkan gejala
batuk pada pasien COVID-19. Apabila pasien mengalami batuk berdahak, maka
pemberian ekspektoran dapat diberikan untuk mengencerkan sputum. Pilhan
antitusif yang dapat diberikan pada pasien adalah dextromethorphan 60 mg setiap
12 jam atau 30 mg setiap 6–8 jam PO. Terapi ekspektoran yang dapat diberikan
adalah guaifenesin 200–400 mg setiap 4 jam PO, atau 600-1.200 mg setiap 12 jam
PO, atau ambroxol 30–120 mg setiap 8–12 jam PO.
2. Terapi Suportif untuk Gejala Berat
Pasien COVID-19 dengan gejala sedang hingga berat perlu dirawat di fasilitas
kesehatan. Pengendalian infeksi dan terapi suportif merupakan prinsip utama dalam
manajemen pasien COVID-19 dengan gejala yang berat.
 Intubasi dan Ventilasi Mekanik Protektif
Intubasi endotrakeal dilakukan pada keadaan gagal napas hipoksemia.
Tindakan ini dapat dilakukan oleh petugas terlatih dengan memperhatikan
kemungkinan transmisi airborne. Preoksigenasi dengan fraksi oksigen (FiO2)
100% selama 5 menit dapat diberikan dengan bag-valve mask, kantong
udara, high flow nasal oxygen, dan non-invasive ventilation. Ventilasi
mekanik dilakukan dengan volume tidal yang lebih rendah (4–8 ml/kg berat
badan) dan tekanan inspirasi rendah (tekanan plateau <30 cmH2O).[1,20]
 Ventilasi Noninvasif
Penggunaan high flow nasal oxygen (HFNO) atau non-invasive
ventilation (NIV) digunakan saat pasien mengalami gagal napas hipoksemia
tertentu. HFNO dapat diberikan dengan aliran oksigen 60 L/menit dan
FiO2 sampai 1,0. Pada anak-anak, aliran oksigen umumnya hanya mencapai 15
L/menit. NIV tidak direkomendasikan pada pasien gagal napas hipoksemia atau
penyakit virus pandemi karena bersifat aerosol dan berisiko mengalami
keterlambatan dilakukannya intubasi dan barotrauma pada parenkim paru.

18
3. Medikamentosa
Sampai sekarang, belum terdapat terapi spesifik anti-COVID-19. Akan tetapi,
beberapa agen telah ditemukan memiliki efikasi dan sedang dalam tahap uji coba.
 Remdesivir
Remdesivir merupakan agen antiviral spektrum luas yang ditemukan dapat
menginhibisi replikasi dari virus Corona pada manusia. Beberapa studi telah
menunjukkan efikasi remdesivir pada pasien COVID-19 dengan gejala sedang
atau berat. Di Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Cina, obat ini telah masuk uji
coba klinis fase 3. Dosis yang disarankan untuk pasien dengan usia lebih dari 40
kg adalah 200 mg dosis awal pada hari pertama, diikuti 100 mg sebagai dosis
pemeliharaan pada hari kedua.
Durasi optimal untuk terapi COVID-19 sampai sekarang masih belum
diketahui. Akan tetapi, pada pasien dengan kondisi berat yang membutuhkan
ventilasi mekanik atau extracorporeal membrane oxygenation (ECMO),
remdesivir disarankan untuk diberikan selama 10 hari. Pada pasien yang tidak
membutuhkan ventilasi mekanik atau ECMO, durasi pengobatan yang disarankan
adalah 5 hari dan apabila kondisi klinis tidak membaik dapat diperpanjang sampai
5 hari dengan maksimal total 10 hari.
 Klorokuin/Hidroksiklorokuin
Klorokuin dan hidroksiklorokuin merupakan obat antimalaria yang telah
digunakan pada beberapa kondisi autoimun karena efek imunomodulatornya.
Pada penelitian in vitro, baik klorokuin maupun hidroksiklorokuin dilaporkan
dapat menginhibisi SARS-CoV-2. Akan tetapi, studi mengenai efikasi klorokuin
dan hidroksiklorokuin sampai sekarang masih sangat terbatas dengan hasil yang
belum memiliki kepastian. Selain itu, penggunaan klorokuin dan
hidroksiklorokuin dapat menyebabkan efek samping berat, seperti gangguan
irama jantung dan gangguan mata berat. Oleh sebab itu, FDA tidak menganjurkan
penggunaan klorokuin dan hidroksiklorokuin sebagai pengobatan darurat apabila
fasilitas uji klinis tidak tersedia atau tidak layak.
 Lopinavir-Ritonavir

19
Lopinavir dan ritonavir merupakan obat inhibitor protease yang digunakan
pada infeksi HIV. Beberapa studi in vitro menemukan bahwa kombinasi agen ini
dapat melawan SARS-CoV 2. Akan tetapi, sebuah studi menunjukkan bahwa
pasien COVID-19 yang diberikan lopinavir-ritonavir 400/100 mg 2 kali sehari
selama 14 hari tidak memiliki efek yang signifikan terhadap perbaikan klinis
maupun penurunan mortalitas, jika dibandingkan dengan terapi standar.
 Tocilizumab
Tocilizumab merupakan inhibitor interleukin-6 (IL-6) yang umum
digunakan pada rheumatoid arthritis atau systemic juvenile idiopathic arthritis.
Obat ini dilaporkan dapat menurunkan kerusakan pada jaringan paru akibat
infeksi COVID-19 yang serius. Dalam panduan penanganan COVID-19 di Cina,
obat ini dianjurkan pada pasien COVID-19 gejala berat dengan peningkatan kadar
IL-6. Beberapa studi telah menunjukkan pemberian tocilizumab dapat
meningkatkan perbaikan klinis pada pasien. Studi lebih besar dibutuhkan untuk
evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat ini.
 Vitamin C Dosis Tinggi
Studi meta analisis oleh Lin et al yang melibatkan 4 uji acak terkontrol
dan 2 uji retrospektif menyatakan bahwa vitamin C dosis tinggi (>50 mg/kg/hari)
dapat secara signifikan mengurangi angka kematian pasien dengan sepsis berat.
Akan tetapi, penambahan vitamin C dosis tinggi sebagai terapi sepsis berat tidak
mengurangi lama perawatan di ICU. Hasil ini didukung hasil meta analisis oleh
Li et al yang menyimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara pemberian
vitamin C pada kasus sepsis dengan kesintasan yang lebih baik dan penggunaan
durasi vasopresor yang lebih pendek. Namun uji acak terkontrol berikutnya tidak
menunjukkan bahwa pasien sepsis yang diberikan vitamin C IV mengalami
penurunan mortalitas. Saat ini, uji klinis mengenai penggunaan vitamin C pada
kasus COVID-19 sedang berlangsung di Cina. Uji klinis tersebut membandingkan
antara kelompok plasebo dan kelompok intervensi vitamin C dosis tinggi dengan
dosis 12 gram 2 kali sehari selama 7 hari secara intravena.

20
 Oseltamivir
Oseltamivir merupakan obat yang telah disetujui penggunaannya untuk
pengobatan influenza A dan B. Obat ini bekerja dengan menghambat
neuraminidase yang terdistribusi pada permukaan virus, sehingga mencegah
penyebaran virus pada tubuh pasien. Obat ini banyak digunakan di Cina sebagai
terapi COVID-19, tetapi belum banyak bukti yang menunjukkan efektivitas obat
ini. Oseltamivir telah direkomendasikan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(PDPI) sebagai pengobatan COVID-19 untuk pasien dengan gejala ringan sampai
berat dengan dosis 75 mg/12 jam PO selama 5–7 hari.
Akan tetapi, tampaknya telah terjadi salah penafsiran pada awal pandemi
bahwa oseltamivir direkomendasikan oleh pedoman dari Amerika Serikat sebagai
terapi influenza musiman, sehingga obat ini ditujukan untuk pasien dengan gejala
influenza yang secara klinis bisa saja pasien tersebut menderita COVID-19. Saat
ini, oseltamivir sudah tidak dianjurkan dalam pedoman tersebut.
 Umifenovir
Umifenovir merupakan agen yang telah disetujui di negara Rusia dan Cina
sebagai terapi dan profilaksis influenza. Obat ini bekerja dengan menginhibisi fusi
virus dengan sel inang. Efikasi umifenovir sebagai terapi COVID-19 sampai
sekarang masih sangat terbatas. Studi Wang et al menunjukkan bahwa
pengobatan umifenovir dapat meningkatkan tingkat pemulangan pasien dengan
penurunan tingkat kematian.
Namun, studi Huang et al menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti yang
cukup untuk membuktikan penggunaan umifenovir dapat memperbaiki luaran
klinis. Berdasarkan pedoman penanganan COVID-19 di Indonesia, penggunaan
umifenovir masih tidak disarankan karena membutuhkan studi lebih lanjut.
 Nitazoxanide
Nitazoxanide merupakan obat yang telah disetujui FDA untuk terapi diare
infeksius yang berhubungan dengan parasit dan enteritis. Beberapa studi lain juga
telah menunjukkan bahwa obat ini memiliki efek antiviral dengan mengganggu
translasi seluler virus, reproduksi, dan penyebaran virus. Walaupun berdasarkan
teori obat ini dapat menjadi salah satu pilihan terapi COVID-19, studi lebih lanjut

21
perlu dilakukan untuk mengevaluasi efikasi dan keamanan obat ini. Obat ini juga
masih belum disetujui penggunaannya di Indonesia.
 Camostat Mesylate
Camostat mesylate merupakan obat yang telah disetujui penggunaannya di
Jepang untuk pengobatan pankreatitis. Studi telah menunjukkan bahwa camostat
mesylate dapat menginhibisi infeksi SARS-CoV-2 dari sel paru dengan cara
menghambat protease TMPRSS2 pada sel inang yang dibutuhkan virus untuk
infeksi. Sampai sekarang, belum ada studi yang menunjukkan efikasi dan
keamanan obat ini untuk pasien COVID-19, sehingga penggunaannya masih tidak
disarankan.
- Interferon Tipe I (IFN-I)
Interferon tipe I (IFN-I) merupakan salah satu sitokin yang diproduksi saat
infeksi virus. IFN-I akan dikenali oleh reseptor IFNAR pada plasma membran
kebanyakan sel dan mengaktivasi interferon-stimulated genes (ISG) yang
berperan dalam mengganggu replikasi virus dan meningkatkan imunitas adaptif.
Pada studi binatang, telah ditemukan bahwa IFN-1 lebih sensitif terhadap SARS-
CoV-2 daripada coronavirus lainnya. Sampai sekarang, studi mengenai efikasi
dan keamanan terapi IFN-1 pada pasien COVID-19 masih berlanjut.
 Azithromycin
Azithromycin merupakan antibakteri yang memiliki efek antiviral yang
signifikan seperti pada virus ebola, Zika, respiratory syncytial virus, influenza
H1N1, enterovirus, dan rhinovirus. Azithromycin dapat mengganggu masuknya
virus dalam sel inang dan meningkatkan respons imun terhadap virus. Berapa
studi sudah menunjukkan efikasi azithromycin pada COVID-19. Studi lebih lanjut
mengenai azithromycin sebagai monoterapi pada pasien COVID-19 perlu
dilakukan. Berdasarkan pedoman COVID-19 di Indonesia, pemberian
azithromycin dianjurkan pada pasien yang dicurigai atau terkonfirmasi COVID-
19 dengan dosis 1x500 mg PO selama 5 hari untuk kasus ringan dan 500 mg/24
jam IV atau PO selama 5–7 hari untuk kasus sedang sampai berat.

22
 Kolkisin
Kolkisin merupakan obat antiinflamasi yang umum digunakan sebagai
terapi gout. Obat ini bekerja dengan mengganggu migrasi neutrofil ke daerah
inflamasi dan menghentikan kompleks inflamasi dari neutrofil dan monosit. Pada
pasien COVID-19, efek ini berfungsi untuk menurunkan inflamasi miosit kardiak.
Efek kolkisin dalam menurunkan badai sitokin pada pasien COVID-19 sampai
sekarang masih diteliti lebih lanjut. Penggunaan kolkisin pada pasien COVID-19
juga belum direkomendasikan dan menunggu studi yang lebih besar.
 Plasma Konvalesen
Beberapa studi menunjukkan bahwa terapi plasma konvalesen memiliki
luaran klinis yang lebih baik dan dapat menurunkan tingkat kematian. Studi
pemberian plasma konvalesen pada pasien COVID-19 dengan gejala ringan
hingga sedang sedang diteliti pada berbagai senter uji klinis di seluruh dunia.
Dosis baku yang diperlukan sampai sekarang masih belum dapat ditentukan dan
masih menunggu kepastian dari studi di berbagai negara. Terapi ini dilakukan
dengan cara memberikan plasma pasien COVID-19 yang sudah sembuh dengan
metode plasmaferesis kepada pasien COVID-19 yang berat atau mengancam
nyawa.
9. Komplikasi
Komplikasi COVID-19 paling umum adalah acute respiratory distress
syndrome (ARDS). Selain itu, beberapa komplikasi lainnya, seperti syok septik dan
rabdomiolisis juga dapat terjadi. Komplikasi jangka panjang COVID-19 sampai sekarang
belum diketahui(Medscape. 2020)
1. Acute Respiratory Distress Syndrome
Kerusakan dinding alveolus dan kapiler paru akibat COVID-19 dapat menyebabkan
komplikasi acute respiratory distress syndrome (ARDS). ARDS didiagnosis dengan
PaO2/FiO2 ≤300 mmHg atau SpO2/FiO2 ≤315 mmHg. Pasien lansia dengan COVID-19 dan
ARDS ditemukan memiliki risiko kematian lebih tinggi. Pasien dengan gagal napas memerlukan
intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik(Medscape. 2020).
2. Syok Septik
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa syok septik merupakan salah satu komplikasi
dari COVID-19. Studi Chen et al menunjukkan bahwa 4% pasien COVID-19 mengalami

23
komplikasi syok septik. Pada pasien syok, resusitasi cairan dan pemberian vasopresor diperlukan
untuk mempertahankan mean arterial pressure (MAP) ≥65 mmHg dan kadar serum laktat >2
mmol/L(Medscape. 2020).
3. Rabdomiolisis
Studi oleh Jiang F et al menemukan rabdomiolisis sebagai kemungkinan komplikasi
jangka panjang pada pasien COVID-19. Hal ini ditemukan pada pasien COVID-19 berat dengan
gejala nyeri pada tungkai bawah dan fatigue. Selain itu, rabdomiolisis juga dapat bermanifestasi
klinis sebagai gagal ginjal akut dan pigmenturia. Pada studi ini, rabdomiolisis baru terjadi pada
hari ke-9 dengan gejala nyeri pada tungkai bawah, peningkatan mioglobin, creatinine
kinase (CK), laktat dehidrogenase, alanin aminotransferase, dan aspartat
aminotransferase(Medscape. 2020).
10. Pencegahan
Untuk mencegah penyebaran COVID-19:
1. Mencuci tangan sesering mungkin
Gunakan air hangat dan sabun dan gosok tangan kamu setidaknya selama 20 detik.
Pastikan cuci tangan kamu hingga ke pergelangan tangan, sela-sela jari dan di bawah
kuku. Kamu juga dapat menggunakan sabun antibakteri dan antivirus. Cucilah tangan
kamu beberapa kali sehari, terutama setelah menyentuh apapun termasuk ponsel atau
laptop kamu. Selain itu, sedia hand sanitizer jika ingin keluar rumah. Hal ini bisa
menjadi cara pencegahan virus utama yang dapat kamu lakukan(Medscape. 2020)
2. Hindari menyentuh wajah
SARS-CoV-2 dapat hidup di permukaan yang keras hingga 72 jam. Kamu bisa saja
terkena virus setelah kamu menyentuh gagang pintu, selang isi bensin atau bahkan
ponsel kamu. Jika hal itu terjadi, hal yang bisa kamu lakukan sebagai cara mencegah
virus COVID-19 ini dengan tidak menyentuh bagian wajah dan kepala apapun
termasuk mulu, hidung dan mata kamu. Selain itu, hindari juga kebiasaan menggigit
kuku karena dapat memberi virus corona ini peluang untuk berpindah dari tangan ke
tubuh kamu(Medscape. 2020)
3. Hindari salaman atau bersentuhan dengan orang lain
Demikian pula, hindari menyentuh orang lain. Kontak kulit ke kulit dapat
membuat virus SARS-CoV-2 menyebar dari satu orang ke orang lain. Hal ini juga
sebagai upaya dalam melakukan social distancing. Untuk melakukan hal ini, kamu

24
bisa pertahankan jarak setidaknya 1 meter (3 kaki) dengan orang lain, khususnya
dengan mereka yang sedang batuk, bersih, dan demam.
4. Hindari pinjam meminjam barang
Jangan berbagi barang-barang pribadi seperti ponsel, makeup, atau sisir. Penting
juga untuk tidak menggunakan peralatan makan dan sedotan yang sama dengan orang
lain termasuk keluarga kamu sendiri.
5. Tutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin
Gejala virus COVID-19 salah satunya yaitu batuk. Oleh karena itu, meskipun
kamu mengidap flu biasa penting untuk menutup hidung dan mulut ketika sedang
bersin atau batuk. Jika tidak, kamu bisa menularkan virus flu dan membuat sistem
imun orang yang ditularkan menurun. Gunakan tisu atau masker ketika sedang batuk
atau bersih, dan jangan lupa untuk selalu mencuci tangan.
6. Bersihkan barang-barang sekitar kamu
Gunakan desinfektan berbasis alkohol untuk membersihkan permukaan yang keras
barang-barang yang sering kamu gunakan seperti meja, gagang pintu, furniture,
ponsel, laptop, dan lainnya secara teratur beberapa kali sehari. Jangan lupa, untuk juga
menggunakan desinfektan setiap kamu menerima barang dari luar seperti kiriman
makanan atau paket.
7. Hindari keramaian dan berkelompok
Berada dalam keramaian atau sekelompok orang membuat kamu akan berpeluang
menularkan atau tertular virus COVID-19. Keramaian disini termasuk tempat
beribadah karena kamu mungkin harus duduk atau berdiri berdekatan dengan jemaat
lain.
8. Hindari makan atau minum di tempat umum
Sekarang bukan waktunya untuk pergi makan. Kamu harus menghindari restoran,
coffee shop atau tempat nongkrong lainnya. Karena virus ini dapat ditularkan melalui
makanan, peralatan makan seperti piring, sendok dan gelas. Sebagai gantinya, kamu
bisa menggunakan jasa delivery makanan dari restoran favorit kamu. Perlu diingat
untuk memilih makanan yang dimasak hingga matang dan bisa dipanaskan kembali.
Panas tinggi (setidaknya 132 ° F / 56 ° C). Karena makanan yang dimasak hingga

25
matang dapat membantu untuk membunuh virus corona. Ini berarti kamu bisa
menghindari makanan mentah seperti sushi atau salad.
9. Cuci bahan makanan setelah dibeli
Cuci selalu bahan makanan yang diperoleh sebelum mengolahnya. Sebab, pada
bahan makanan bisa saja terdapat kemungkinan adanya kuman, bakteri, hingga virus
COVID-19. Kamu dapat mencuci bahan makanan sebelum disimpan di dalam lemari
pendingin dengan menggunakan larutan hidrogen peroksida ataupun cuka yang dapat
membunuh bakteri, kumandan virus dengan cukup efektif.
10. Gunakan masker
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menganjurkan untuk semua
orang menggunakan masker saat berada di area publik seperti supermarket. Dengan
menggunakan masker kain ini kamu sudah bisa mencegah penyebaran virus COVID-
19 dari satu orang ke orang yang lain. CDC menginformasikan cara dan instruksi
bagaimana kamu bisa membuat masker kain sendiri di rumah menggunakan bahan-
bahan dasar seperti baju yang sudah tidak lagi digunakan dan gunting(Medscape.
2020)
Namun perlu diingat ada beberapa hal yang perlu diketahui:
 Menggunakan masker saja tidak bisa sepenuhnya melindungi kamu dari virus
COVID-19. Kamu perlu juga menjaga kebersihan dan lakukan social distancing
sebagai cara mencegah virus corona ini.
 Masker kain ini tidak seefektif menggunakan masker medis atau N95. Tapi untuk
kamu yang tidak mengalami gejala apapun cukup menggunakan masker kain saja
karena masker N95 lebih penting digunakan untuk tenaga medis.
 Cuci tangan kamu sebelum dan sesudah menggunakan masker.
 Cuci masker setiap habis pemakaian.
 Kamu bisa mentransfer virus dari tangan ke masker yang kamu gunakan. Hindari
menyentuh bagian depan masker.
 Masker tidak dianjurkan digunakan oleh anak dibawah 2 tahun atau orang yang
belum bisa atau kesulitan menggunakan atau melepas masker sendiri.

26
11. Lakukan self quarantine #StayDirumahAja jika sedang sakit
Hubungi tenaga medis jika kamu mengalami gejala virus COVID-19. Penting
untuk kamu untuk karantina sendiri dirumah sampai kesehatan pulih kembali. Hindari
duduk, tidur, atau makan bersama orang rumah lainnya. Gunakan masker dan cuci
tangan sesering mungkin(Medscape. 2020).

27
B. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tidak terkaji
Umur : 49 Tahun
Agama : Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Suku Bangsa : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tanggal Masuk : Tidak terkaji
Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
No. Register : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Covid 19
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak terkaji
Umur : Tidak terkaji
Hub. Dengan Pasien : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji.
Alamat : Tidak terkaji
1. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Klien mengeluh sesak napas, sakit kepala, demam dan badan lemas.
2) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Klien mengeluh sesak napas
3) Riwayat Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak napas

28
4) Keluhan yang Menyertai
Tidak terkaji
5) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Tidak terkaji
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Tidak terkaji
2) Pernah dirawat
Tidak terkaji
3) Alergi
Tidak terkaji
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Tidak terkaji
c. Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak terkaji

Genogram

Keterangan :
: Laki-laki : GarisPerkawinan
: Perempuan : Garisketurunan
: Meninggal : Pisah
: Klien : Tinggalserumah

PenjelasanGenogram : Tidak terkaji

29
d. Diagnosa Medis dan therapy
diagnosa medis: Covid 19
therapy: Tidak terkaji
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Tidak terkaji
b. Pola Nutrisi-Metabolik
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Saat sakit : Tidak terkaji
c. Pola Eliminasi
1) BAB
- Sebelumsakit :Tidak terkaji
- Saat sakit :Tidak terkaji
2) BAK
- Sebelumsakit :Tidak terkaji
- Saatsakit :Tidak terkaji
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas
KemampuanPerawatanDiri 0 1 2 3 4
Makandanminum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
0: mandiri, 1: Alatbantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain danalat, 4:
tergantung total
2) Latihan
- Sebelumsakit: Tidak terkaji
- Saat sakit: Tidak terkaji

30
e. Pola kognitif dan Persepsi
Tidak terkaji
f. Pola Persepsi-Konsep diri
Tidak terkaji
g. Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelumsakit : Tidak terkaji
- Saat sakit : Tidak terkaji
h. Pola Peran-Hubungan
Tidak terkaji
i. Pola Seksual-Reproduksi
- Sebelumsakit : Tidak terkaji
- Saat sakit : Tidak terkaji
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Tidak terkaji
k. Pola Nilai-Kepercayaan
Tidak terkaji
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : ……………………………………….
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : verbal: Tidak terkaji Psikomotor: Tidak terkaji Mata : Tidak terkaji
b. Tanda-tanda Vital : Nadi =98x/m, Suhu =38 , TD= 110/80x/m, RR 28x/m.
BB= Tidak terkaji
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher : Tidak terkaji
b. Dada : tidak terkaji
- Paru : auskultasi=terdengar wheezing.bunyi Ronchi basah kasar seluruh lapang
paru.
- Jantung: Tidak terkaji
c. Payudara dan ketiak : Tidak terkaji
d. abdomen : Tidak terkaji
e. Genetalia : Tidak terkaji

31
f. Integumen : Tidak terkaji
g. Ekstremitas :
- Atas: palpasi= CRT< 3 Detik
- Bawah
Tidak terkaji
h. Neurologis :
- Status mental da emosi : Tidak terkaji
- Pengkajian saraf kranial : Tidak terkaji
- Pemeriksaan refleks : Tidak terkaji
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Hb 12,2 gr/dl, Hematokrit 35,7%, Leukosit 11.000, trombosit 223.000UL, neutrofil
84,7%, Lymphosit 7,0%, (NLR = 12,1), AGD :pH 7,47, pCO2 32 mmHg, HCO3 24
mmol/l, saturasi O2 96%, GDS 117mg/dl. Hasil Rapid igG Reaktif.
2. pemeriksaan Radiologi
Hasil rontgen=Pneumonia
3. Hasil konsultasi
Tidak terkaji
4. Pemeriksaanpenunjang diagnostic lain
Tidak terkaji

32
B. Pathway
Droplet atau aerosol (genus B Corona virus)

Masuk ke saluran pernafasan

Terjadi pelekatan sel inang

Sel inang secara reflex mengikat reseptor seluler


ACE2 (angiotensinconverting enzyme 2)

ACE2 masuk ke sitoplasma

Terjadi perpecahan poliprotein yang dipecah


oleh protease

Chymatrypsin menjadi aktif

Mendorong produksi RNA melalui reputasi


dan transkripsi

Terjadi pertumbuhan pada lumen reticulum


endoplasma

33
Virus dilepaskan dari sel yang terinfeksi
melalui eksositosis

Menginfeksi sel-sel ginjal, hati, jantung,


intestine, dan limfosit T, serta saluran
respirasi bawah

Diagnosa Medis : Covid 19

Kurang terpapar Informasi

Menunjukkan perilaku yang tidak Kekhawatiran berlebihan


sesuai anjuran dari kondisi yang dihadapi

Dx : defisit pengetahuan Dx : ansietas

Reaksi radang Terjadi peningkatan alveolus

Terjadi pengeluaran zat progen Alveolus menjadi berisi cairan dan


nanah

Merangsang hypothalamus Kelenjar mensekresi lender dan sel


goblet meningkat

Terjadi peningkatan suhu tubuh

34
Mempengaruhi sel poin PO2 menurun
PCO2 meningkat

Demam
Dx : Gangguan
pertukaran gas

Dx : hipertermia
Terjadi akumulasi secret berlebihan

Metabolisme anaerob
Merangsang reflex batuk

Produksi ATP menurun


Dx : Bersihan jalan nafas tidak
efektif

Defisit Energi

Lelah, lemah

Dx : Intoleransi Aktivitas

35
Tabel PES

Problem Etiologi Symptom


Ds: Covid 19 Gangguan pertukaran gas
Pasien mengalami
(D.0003)
dyspnea
Terjadi peradangan alveolus

Do:
Alveolus menhadi berisi cairan
PCO2=32 mmHg,
dan nanah
PH 7,47 (meningkat),

PO2 menurun
Kondisi klinis terkait PCO2 meningkat
1. pnemonia
DX : Gangguan Pertukaran
gas

Ds: Covid 19 Bersihan Jalan Nafas Tidak


Tidak tersedia
Efektif (D.001)
Do: Terjadi peradangan alveolus
Sputum +
Wheezing +
Ronchi kering Kelenjar mensekresi lendir dan
RR= 28x/menit sel giblet meningkat

Terjadi akumulasi secret


berlebih

Merangsang refleks batuk

DX : Bersihan Jalan Nafas


Tidak Efektif

36
Ds : Covid 19 Intoleransi aktivitas (D.0056)
Klien tampak lemas

Do : Terjadi peradangan alveolus


Tidak ada

Alveolus menjadi berisi cairan


dan nanah

PO2 menurun
PCO2 meningkat

Metabolisme anaerob

Produksi ATP menurun

Defisit energi

Lemah, lelah

DX : Intoleransi Aktivitas

Ds : Covid 19 Ansietas (D.0080)


Klien cemas, begitu juga
dengan anak dan istrinya
Kurang terpapar informasi
Do :
Tampak gelisah
Kekhawatiran berlebihan dari
kondisi yang dihadapi

DX : Ansietas

37
Ds : Covid 19 Defisit Pengetahuan tentang
Tidak diketahui
(Spesifikkan) (D.0111)
Do : Kurang terpapar informasi
Tidak diketahui

Menunjukkan perilaku yang


tidak sesuai anjuran

DX : Defisit Pengtahuan

Ds: Covid 19 Hipertermia (D.0130)


Klien mengeluh demam

Do: Terjadi peradangan pada


Suhu :38oc alveolus

Reaksi radang

Terjadi pengeluaran zat progen

Merangsang hypothalamus

Terjadi peningkatan suhu


tubuh

Mempengaruhi sel poin

Deman

DX : Hipertermia

38
c. Diagnosa Keperawatan
No Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan Tanggal ttd
ditemukan Teratasi
1. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Definisi :
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi
dan/atau eliminasi karbondioksida
pada membran alveolus – kapiler.
Penyebab :
1. Ketidakseimbangan ventilasi –
perfusi
2. Perubahan membran alveolus –
kapiler
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
1. Dispnea
Objektif :
1. PCO2 meningkat/menurun
2. PO2 menurun
3. Takikardia
4. pH arteri meningkat/menurun
5. Bunyi napas tambahan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Pusing
2. Penglihatan kabur
Objektif :
1. Sianosis
2. Diaforesis
3. Gelisah

39
4. Napas cuping hidung
5. Pola napas abnormal
(cepat/lambat, regular/iraguler,
dalam/dangkal)
6. Warna kulit abnormal (mis.
pucat, kebiruan)
7. Kesadara menurun
Kondisi Klinik Terkait
1. Penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK)
2. Gagal jantung kongestif
3. Asma
4. Pneumonia
5. Tuberkulosis paru
6. Penyakit membran hialin
7. Asfiksia
8.Persistent pulmonary hypertension
of newborn (PPHN)
9. Prematuritas
10. Infeksi saluran napas
2. Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif (D.001)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
Definisi :
Ketidakmampuan membersihkan
sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas
tetap paten
Penyebab :

40
Fisiologis
1.Spasme jalan napas
2. Hipersekresi jalan napas
3. Disfugsi neuromuskuler
4. Benda asing dalam jalan napas
5. Adanya jalan napas buatan
6. Sekresi yang tertahan
7. Hiperplasia dindingjalan napas
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen farmakologis
(mis.anastesi)
Situasional
1.Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
(Tidak tersedia)
Objektif :
1. Batuk tidak efektif atau
tidak mampu batuk
2. Sputum berlebih/ obstruksi
di jalan napas/ mekonim di
jalan napas (pada neonates)
3. Mengi, wheezing dan/atau
ronkhi kering

41
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Objektif :
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah
Kondisi Klinik Terkait
1.Gullian barre syndrome
2. Sklerosis multiple
3. Myasthenia gravis
4. Prosedur diagnostic (mis.
Bronkoskopi, transesophageal
echocardiography [TEE])
5. Depresi system saraf pusat
6. Cedera kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindrom
10. Infeksi
11. Asma
3. Intoleransi aktivitas (D.0056)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktifitas/Istrahat
Definisi :

42
Ketidakcukupan energi untuk
melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab :
1. Ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh lelah
Objektif
1. Frekuensi jantung meningkat
> 20% dari kondisi istirahat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas
3. Merasa lemah
Objektif
1. Tekanan darah berubah >
20% kondisi istirahat
2. Gambara EKG menunjukkan
aritmia saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG menunjukan
iskemia
4. Sianosis
Kondisi klinis terkait
1.Anemia

43
2.Gagal jantung kongestif
3.Penyakit jantung koroner
4.Penyakit katup jantung
5.Aritmia
6.Penyakit paru obstruktif (PPOK)
7.Gangguan metabolic
8.Gangguan muskuloskeletal
4. Ansietas (D.0080)
Kategori : Fisikologis
Subkategori : Integritas ego
Definisi :
Kondisi emosi dan pengalaman
subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab :
2. Krisis situasional
3. Kebutuhan tidak terpenuhi
4. Krisis maturasional
5. Ancaman terhadap konsep diri
6. Ancaman terhadap kematian
7. Kekhawatiran mengalami
kegagalan
8. Disfungsi system keluarga
9. Hubungan orang tua-anak
tidak memuaskan
10. Faktor keturunan
(Temperamen mudah teragitasi
sejak lahir)

44
11. Penyalahgunaan zat
12. Terpapar bahaya lingkungan
(mis.toksin, polutan, dll)
13. Kurang terpapar informasi

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif:
1. Merasa bingung
2. Merasa khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi
Objektif :
1. Tampak gelisah
2. Tampak tegang
3. Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif :
1. Mengeluh pusing
2. Anoreksia
3. Palpitasi
4. Merasa tidak berdaya
Objektif :
1. Frekuensi napas meningkat
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Tekanan darah meningkat
4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk

45
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu

Kondisi Klinik Terkait


1.Penyakit kronis progresif
(mis.kanker, penyakit autoimun)
2.Penyakit akut
3.Hospitalisasi
4.rencana operasi
5. Defisit Pengetahuan tentang
(Spesifikkan) (D.0111)
Kategori : Perilaku
Subkategori : Penyuluhan dan
pembelajaran
Definisi :
Ketiadaan atau kurangnya informasi
kognitif yang berkaitan dengan topic
tertentu
Penyebab :
2. Keteratasan kognitif
3. Gangguang fungsi kognitif
4. Kekeliruan mengikuti anjuran
5. Kurang terpapar informasi
6. Kurang minat dalam belajar
7. Kurang mampu mengingat
8. Ketidaktahuan menemukan
sumber informasi

Gejala dan Tanda Mayor :


Subjektif
1. Menanyakan masalah yang

46
dihadapi
Objektif
1. Menunjukkan perilaku tidak
sesuai anjuran
2. Menunjukkan persepsi yang
keliru terhadap masalah

Gejala dan Tanda Minor :


Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
2. Menjalani pemeriksaan yang
tidak tepat
3. Menunjukkan perilaku
berlebihan (mis.apatis,
bermusuhan, agitasi, histeria)
Kondisi Klinis Terkait :
1.Kondisi klinis yang baru dihadapi
oleh klien
2.Penyakit akut
3.Penyakit kronis

6. Hipertermia (D.0130)
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Definisi :
Suhu tubuh meningkat diatas rentang
normal tubuh.
Penyebab :
1. Dehidrasi

47
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis.infeksi,
kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian
dengan lingkungan
5. Pemingkatan laju metebolisme
6. Respon trauma
7. Aktifitas berlebihan
8. Penggunaan incubator
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
1. Suhu tubuh diatas nilai
normal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(Tidak tersedia)
Objektif
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat

Kondisi klinis terkait


1.Proses infeksi
2.Hipertiroid
3.Stroke
4.Dehidrasi
5.Trauma

48
6.Prematuritas

d. Rencana intervensi keperawatan


Hari No Dx Rencana Perawatan Ttd
/ tgl Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Gangguan Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi (I.01014) Observasi :
pertukaran (L.01003) Observasi 1. Untuk
Gas (D.0003) Setelah 1. Monitor frekuensi , irama , mengetahui
Data dilakukan kedalaman dan upaya nafas frekuensi ,
subjektif: intervensi 2. Monitor pola nafas ( seperti irama ,
Pasien keperawatan bradipnea,takipnea,hiperven kedalaman dan
mengalami selama 3×24 jam , tilasi,kusmaul,cheyne- upaya nafas
dyspnea maka Pertukaran stokes , biot, ataksik) pasien
Gas membaik 3. Monitor kemampuan batuk 2. Untuk
Data objektif: dengan kriteria efektif mengetahui
PCO2=32 hasil : 4. Monitor adanya produksi pola nafas (
mmHg, -Dispnea menurun sputum seperti
PH 7,47 - Bunyi Napas 5. Monitor adanya sumbatan bradipnea,takip
(meningkat), Tambahan jalan nafas nea,hiperventila
menurun 6. Palpasi kesimetrisan si,kusmaul,chey
Kondisi klinis - Takikardi ekspansi paru ne-stokes,biot,
terkait menurun 7. Auskultasi bunyi nafas ataksik)
1. pnemonia -PCO2 membaik 8. Monitor saturasi oksigen 3. Untuk
-PO2 membaik 9. Monitor nilai AGD mengetahui
-pH arteri 10. Monitor hasil x-ray torax kemampuan
membaik
Terapeutik batuk efektif
11. Atur interval pemantauan 4. Untuk
respirasi sesuai kondisi mengetahui
pasien adanya produksi

49
12. Dokumenntasikan hasil sputum
pemantauan 5. Untuk
Edukasi mengetahui
13. Jelaskan tujuan dan adanya
prosedur pemantauan sumbatan jalan
14. Informasikan hasil nafas
pemantauan , jika perlu 6. Untuk
mengetahui
kesimetrisan
ekspansi paru
7. Untuk
mengetahui
bunyi nafas
8. Untuk
mengetahui satu
rasioksigen
9. Untuk
mengetahui
nilai AGD
10. Untuk
mengetahui
kelainan pada
thorax
Terapeutik
11. Agar pasien
dapat
terpantau
respirasi
sesuai kondisi
pasien
12. Untuk sebagai

50
bukti
pemantauan
Edukasi
13. Agar pasien
mengetahui
tujuan dari
pemantauan
respirasi
14. Agar pasien
mengetahui
kondisi
respirasinya
Bersihan Bersihan Jalan Manajemen Jalan Observasi
1. Mengetahui
Jalan Nafas Nafas (L.01001) Nafas (I. 01011)
frekuensi,
Tidak Setelah dilakukan Observasi : kedalaman,
usaha nafas
intervensi 1. Monitor pola nafas
Efektif 2. Mengetahui
keperawatan (frekuensi, kedalaman, jika terdapat
(D.001) bunyi nafas
selama 3×24 jam , usahanafas)
Data tambahan
maka Bersihan 2. Monitor bunyi nafas seperti mengi,
subjektif: wheezing, dan
Jalan membaik tambahan (mis, gurgling,
1. Tidak bronkhi.
dengan kriteria: mengi, wheezing, ronkhi Terapeutik
diketa hui 3. Semi/fowler
-Batuk efektif kering)
Data objektif: memungkinkan
meningkat 3. Monitor sputum (warna, ekspansi paru
- Sputum + dan
- Wheezing+ -Produksi sputum jumlah,aroma)
mempermudah
- Ronchi menurun Terapeutik : pernapasan
kering 4. Minum dapat
- RR= -Mengi menurun 4. Posisikan semi-Fowler
membantu
28x/menit -Wheezing atauFowler pengeluaran
dahak
menurun 5. Berikan minumanhangat
5. meminimalkan
-Mekonium 6. Lakukan fisioterapi dada, dan mencegah
sumbatan/obstr
menurun jikaperlu
uksi saluran
7. Lakukan penghisapan pernapasan

51
lendir kurang dari 15detik 6. sputum
mengganggu
8. Berikan oksigen, jikaperlu
proses
Edukasi : pertukaran gas
serta
9. Anjurkan asupan cairan
penghisapan
2000ml, jika tidak kontra dilakukan bila
batuk tidak
indikasi
efektif, dan
10. Ajarkan teknik batuk efektif pasien tidak
mampu
Kolaborasi:
mengeluarkan
11. Kolaborasi pemberian secret
7. Pemberian O2
bronkodilator, ekspektoran,
bertujuan
mukolitik, jika perlu untuk
memaksimalka
n pernapasan
dan
menurunkan
kerja napas.
Edukasi
8. Agar
kebutuhan
cairan pasien
terpenuhi
9. Mempermudah
pengeluaran
sekret
Kolaborasi
10. Mukolitik,
ekpektoran
bertujuan
untuk
menurunkan
kekentalan
sekret.
Intoleransi Toleransi Manajemen Energi (I.05178) Observasi
Aktivitas Aktifitas Observasi : 1. Untuk
(D.0056) (L.05047) 1. Mengidentifikasi mengetahui
Data Setelah Gangguan fungsi tubuh Gangguan
subjektif: dilakukan yang mengakibatkan fungsi tubuh

52
Klien tampak tindakan Kelelahan yang
lemas keperawatan 2. Memonitor Kelelahan mengakibatka
Data objektif: selama 1x24 jam Fisik dan emosional n Kelelahan
Tidak ada diharapkan 3. Memonitor pola dan jam 2. Untuk
intoleransi tidur mengetahui
aktifitas pasien 4. Memonitor lokasi dan Status
dapat teratasi ketidaknyamanan selama Kelelahan Dan
dengan kriteria melakukan aktifitas tingkat Emosi
hasil : Terapeutik : 3. Untuk
1. Frekuensi 5. Menyediakan lingkungan memantau
nadi nyaman dan Rendah Pola Tidur
(meningkat 5) stimulus pasien agar
2. Kemudahan dalam (mis:cahaya,suara,kunjung
melakukan aktivitas sehari-haritidak
(membaik5)
terjadi
3. Keluhan lelah an) kelelahan
(menurun 5) 6. Melakukan Latihan 4. Untuk
4. Dispnea saat rentang gerak pasif mengetahui
aktivitas dan/atau aktif Tempat di
(menurun5) 7. Memberikan aktivitas mana yang
5. Dispnea saat distraksi yang menjadi
setelah menenangkan penyebab
aktifitas 8. Memfasilitasi duduk di sisi pasien merasa
(menurun5) tempat tidur, jika tidak tidak nyaman
Tekanandarah dapat berpindah atau Selama
(membaik5) berjalan melakukan
Edukasi : Aktivitas
9. Menganjurkan tirah Baring Terapeutik :
10. Menganjurkan melakukan 5. agar pasien
aktivitas secara bertahap Menciptaka
11. Menganjurkan n rasa
menghubungi perawat jika Nyaman
tanda dan gejala kelelahan dan tenang

53
tidak berkurang bagi pasien
12. Mengajarkan strategi 6. Agar Pasien
koping untuk mengurangi tidak Kaku
kelelahan untuk
Kolaborasi : melakukan
13. Berkolaborasi aktivitas
dengan ahli Gizi 7. Untuk
tentang memberikan
meningkatkan peregangan
asupan makanan sehingga
pasien
merasa
tenang
8. Untuk
menghindar
i terjadinya
ulkus
dekubitus
pada pasien
karena
terlalu lama
berbaring
9. Agar pasien
mampu
melakukan
latihan
rentang
gerak pasif
dan/atau
aktif
10. Agar

54
pasien
mampu
duduk di
sisi tempat
tidur, jika
tidak dapat
berpindah
atau
berjalan

Edukasi :
11. Agar pasien
melakukan
aktifitas
secara
bertahap
12. Agar pasien
mengubungi
perawat jika
tanda dan
gejala
kelelahan
tidak
berkurang
Kolaborasi
13. Agar pasien
mampu
melakukan
pemeriksaan
dengan ahli
gizi tentang
cara
meningkatkan
asupan

55
makanan yang
baik
Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I. 09314) Observasi :
(D.0080) (L.09093) Observasi : 1. Untuk
Data Setelah dilakukan 1. Identifikasi saat tingkat mengetahui
subjektif: tindakan ansietas berubah (mis. Kondisi, tingkat ansietas
Klien cemas, keperawatan waktu, stresor) yang dirasakan
begitu juga selama 1x24 jam pasien
dengan anak diharapkan tingkat 2. Identifikasi kemampuan 2. Untuk
dan istrinya ansietas pasien mengambil keputusan mengetahui
Data objektif: dapat teratasi 3. Monitor tanda tanda kemampuan
Tampak dengan kriteria ansietas (verbal dan nonverbal) pasien dalam
gelisah
hasil : Terapeutik : mengambil
1. verbalisasi 4. Ciptakan suasana keputusan
khawatir akibat terapeutik untuk menumbuhkan 3. untuk
kondisi yang kepercayaan mengetahui
dihadapi menurun 5. Temani pasien untuk tanda tanda
2.konsentrasi pola mengurangi kecemasan, jika ansietas
tidur membaik memungkinkan Terapeutik :
3.frekuensi 6. Pahami situasi yang 4. Untuk
pernapasan membuat ansietas mengetahui
membaik 7. Dengarkan dengan penuh suasana
4. frekuensi nadi perhatian terapeutik
membaik 8. Gunakan pendekatan yang yang dapat
5. tekanan darah tenang dan meyakinkan menumbuhk
membaik 9. Tempatkan barang pribadi an
yang memberikan kenyamanan kepercayaan
9. Motivasi mengidentifikasi 5. Untuk
situasi yang memicu kecemasan mengetahui
10. Diskusikan perencanaan apakah
realistis tentang peristiwa yang kecemasan

56
akan datang pasien
Edukasi : berkurang
11. Jelaskan prosedur, 6. Untuk
termasuk sensasi yang mungkin mengetahui
dialami situasi yang
12. Informasikan secara dapat
factual mengenai diagnosis, membuat
pengobatan, dan prognosis ansietas
13. Anjurkan keluarga untuk 7. Untuk
tetap bersama pasien, jika perlu mengetahui
14. Anjurkan untuk apa yang
melakukan kegiatan yang tidak disampaika
kompetitip, sesuai kebutuhan n pasien
15. Anjurkan mengungkapkan 8. Untuk
perasaan dan persepsi membangun
16. Latih kegiatan pengalihan BHSP
untuk mengurangi ketegangan antara
17. Latih penggunan perawat
mekanisme pertahanan diri yang dengan
tepat pasien
18. Latih teknik relaksasi melalui
Kolaborasi : pendekatan
19 .Kolaborasi Pemberian obat yang tenang
antiansietas, jika perlu dan
meyakinkan
9. Untuk
mengetahui
motivasi
situasi yang
dapat
memicu

57
kecemasan
10. Untuk
mengetahui
rencana
realistis
tentang
peristiwa
yang akan
datang
Edukasi :
11. Agar pasien
dapat mengetahui
prosedur, termasuk
sensasi yang
mungkin dialami
12. agar pasien
dapat mengetahui
informasi tentang
diagnosis,
pengobatan, dan
prognosis
13. untuk
mengurangi rasa
cemas yang dialami
pasien
14. Agar klien
dapat melakukan
kegiatan yang
sesuai kebutuhan
15. agar pasien
dapat mengurangi

58
rasa cemas jika
mengungkapkan
perasaan dan
persepsi yang
dialami
16. agar pasien
dapat melakukan
kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
17. agar pasien
dapat melakukan
mekanisme
pertahanan diri
yang tepat
18 .agar pasien
dapat melakukan
teknik relaksasi
Kolaborasi :
19. agar pasien
dapat diberikan
obat antiansietas
Defisit Tingkat Edukasi Kesehatan (I.12383) Observasi
Pengetahuan pengetahuan Observasi 1. Untuk
(D.0111) (L.12111) 1. Identifikasi kesiapan dan mengetahui
Data Setelah dilakukan kemampuan menerima kesiapan dan
subjektif: intervensi informasi kemampuan
1. Tidak keperawatan 2. Identifikasi factor-faktor pasien untuk
diketahui selama 3×24 jam , yang dapat meningkatkan menerima
Data objektif: maka tingkat dan menurunkan motivasi informasi
1. Tidak pengetahuan perilaku hidup bersih dan 2. Untuk

59
diketahui membaik dengan sehat mengetahui
kriteria hasil: Terapeutik factor-faktor
1. Perilaku 3. Sediakan materi dan media yang dapat
sesuai pendidikan kesehatan meningkatkan
anjuran 4. Jadwalkan pendidikan dan
meningkat kesehatan yang sesuai menurukan
2. Perilaku kesepakatan motivasi
sesuai 5. Berikan kesempatan untuk perilaku
dengan bertanya hidup bersih
pengetahuan Edukasi dan sehat
meningkat 6. Jelaskan factor risiko yang Terapeutik
3. Persepsi dapat mempengaruhi 3. Agar pasien
yang keliru kesehatan mengetahui
terhadap 7. Ajarkan perilaku hidup tentang
masalah bersih dan sehat masalah
menurun 8. Ajarkan strategi yang dapat kesehatan
4. Perilaku digunakan untuk melalui
membaik meningkatkan perilaku materi dan
hidup bersih dan sehat media
pendidikan
kesehatan
4. Agar waktu
pemberiam
pendidikan
kesehatan
kepada pasien
sesuai dengan
yang telah
disepakati
5. Agar pasien
medapatkan

60
kesempatan
untuk
bertanya
Edukasi
6. Agar pasien
mampu
mengetahui
factor risiko
yang dapat
mempengaruh
i kesehatan
7. Agar pasien
dapat
menerapkan
perilaku
hidup bersih
dan sehat
8. Agar pasien
dapat
mengetahui
strategi apa
yang dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
perilaku
hidup bersih
dan sehat

61
Hipertermia Termoregulasi Manajemen Hipertermia Observasi
(D.0130) (L.14134) (I.15506) 1. Untuk
Data Setelah dilakukan Observasi mengetahui
subjektif: intervensi 1. Identifikasi penyebab penyebab dari
- Klien keperawatan hipertermia (mis. Dehidrasi, hipertermia
mengeluh
selama 3×24 jam , terpapar lingkungan panas, 2. Untuk
demam
maka pengunaan ingkubator ) mengetahui
Data objektif: Termoregulasi 2. Monitor suhu tubuh peningkatan
o
Suhu :38 c membaik dengan 3. Monitor kadar elektrolit dan penurunan
kriteria: 4. Monitor haluaran urine suhu tubuh.
-Menggigil 5. Monitor komplikasi akibat 3. Untuk
menurun hipertermia mengetahui
-Suhu tubuh Terapeutik intake cairan
menurun 6. Sediakan lingkungan yang elektrolit
-Suhu kulit dingin 4. Untuk
membaik 7. Longgarkan atau lepaskan mengetahui
pakaian keluarnya urine
8. Basahi dan kipasi 5. Untuk
permukaan tubuh mengetahui
9. Berikan cairan oral akibat dari
10. Ganti linen setiap hari atau hipertermia
lebih sering jika mengalami Terapeutik
hyperhidrosis ( keringat 6. Agar pasien
berlebih ) merasa nyaman
11. Lakukan pendinginan 7. Agar pasien
eksternal ( mis. Selimut tidak merasa
hipotermia atau kompres sesak.
dingin pada dahi, leher , 8. Untuk membuat
dada , abdomen , axilla ) pasien merasa
12. Hindari pemberian nyaman
antipiretik atau aspirin 9. Untuk

62
13. Berikan oksigen , jika perlu membantu
Edukasi menurunkan
14. Anjurkan tirah baring suhu tubuh
Kolaborasi pasien.
15. Kolaborasi pemberian 10. Agar linen tidak
cairan dan elektrolik lembab
intravena , jika perlu 11. Untuk
membantu
proses
pendinginan
tubuh pasien
12. Agar proses
pendinginan
tubuh dapat
berjalan secara
normal
13. Untuk
membantu
pasien dalam
bernapas
Edukasi
14. Agar pasien
merasa nyaman
Kolaborasi
15. Untuk
membantu
pasien agar
tidak dehidrasi

63
E. Implementasi dan evaluasi keperawatan

Hari/ No Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi proses ket


tgl/jam
Gangguan Pemantauan Respirasi (I.01014) S: klien mengatakan
pertukaran Observasi sesak mulai
Gas 1. Memonitori frekuensi , irama , kedalaman dan berkurang
(D.0003) upaya nafas O: PCO2= 38
RH : Untuk mengetahui perkembangan mmHg, PH : 7, 38
frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas A: maslah
pasien pemantauan respirasi
2. Memonitori pola nafas ( seperti telah teratasi
bradipnea,takipnea,hiperventilasi,kusmaul,che P: intervensi
yne-stokes , biot, ataksik) dihentikan
RH : Untuk mengetahui perkembangan pola
nafas ( sepertibradipnea,takipnea,
hiperventilasi,kusmaul,cheyne-stokes , biot,
ataksik) pasien
3. Memonitori kemampuan batuk efektif
RH : Untuk mengetahui kemampuan batuk
efektif pasien
4. Memonitori adanya produksi sputum
RH : Untuk mengetahui produksi sputum
5. Memonitori adanya sumbatan jalan nafas
RH : Untuk mengetahui adanya sumbatan
jalan nafas
6. Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi paru
RH: Untuk mengetahu kesimetrisan ekspansi
paru
7. Melakukan auskultasi bunyi nafas
RH : Untuk mengetahui auskultasi bunyi nafas
8. Memonitori saturasi oksigen

64
RH : Untuk mengetahui saturasi oksigen
9. Memonitori nilai AGD
RH: Untuk mengetahui nilai AGD
10. Memonitori hasil x-ray torax
RH: Untuk mengetahui hasil x-ray torax
Terapeutik
11. Mengatur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
RH: Untuk mengetahui interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
12. Mendokumenntasikan hasil pemantauan
RH: Untuk mengetahui hasil pemantauan
Edukasi
13. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
RH : Agar pasien mengetahui tujuan dan
prosedur pemantauan
14. Menginformasikan hasil pemantauan , jika
perlu
RH: Agar pasien mengetahui hasil
pemantauan
Bersihan Manejemen jalan nafas (I.01011) S: (tidak tersedia)
Jalan Nafas Observasi O: sputum (-),
1. Memonitor pola napas (frekuensi, wheezing(-)
Tidak
kedalaman, usaha napas) A: masalah bersihan
Efektif
RH : untuk mengetahui pola napas jalan nafas telah
(D.001)
(frekuensi, kedalaman, usaha napas) teratasi
2. Memonitor bunyi napas tambahan (misalnya P: intervensi
gurgling, wheezing, mengi, ronkhi kering) dihentikan
RH : untuk mengetahui bunyi napas
tambahan (misalnya gurgling, wheezing,
mengi, ronkhi kering)

65
3. Memonitor sputum (jumlah, warna, aroma)
RH : untuk mengetahui sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeutik
4. Mempertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tlit dan chin-lift (jaw thrust jika
curiga trauma servikal)
RH : agar jalan napas pasien tetap paten
5. memposisikan semi fowler atau fowler
RH : agar pasien merasa tidak sesak
6. memberikan minum hangat
RH : untuk melegakan tenggorokan pasien
Edukasi
7. menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
jika tidak kontra indikasi
RH : agar cairan tubuh pasien tercukupi
8. mengajarkan tehnik batuk efektif
RH : agar pasien mengetahui teknik batuk
efektif

Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran mukolitik jika perlu
RH : agar kondisi pasien cepat membaik
Intoleransi Manajemen Energi (I.05178) S: klien mengatakan
Observasi:
Aktivitas sudah tidak lemas
1. Mengidentifikasi Gangguan fungsi tubuh
(D.0056) yang mengakibatkan Kelelahan O: ( tidak tersedia)
RH: untuk mengetahui gangguan fungsi jantung
A:masalah toleransi
yang mengakibatkan kelelahan
aktifitas telah teratasi
1. Memonitor Kelelahan Fisik dan emosional
P: intervensi
RH: untuk mengeamati kelahan fisik dan
emosional pasien dihentikan

66
2. Memonitor pola dan jam tidur
RH: untuk mengatur pola dan jam tidur pasien
menjadi lebih baik

3. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan


selama melakukan aktivitas
RH: untuk mengetahui letak dan
ketidaknyamanan pasien dalam melakukan
aktifitas

Terapeutik:
4. Menyediakan lingkungan nyaman dan
Rendah stimulus (mis:cahaya,suara,kunjungan)
RH: untuk memberikan tempat yang nyaman dan
aman bagi pasien

5. Melakukan Latihan rentang gerak pasif


dan/atau aktif
RH: untuk melatih gerak pasif dan aktif pada diri
pasien

6. Memberikan aktivitas distraksi yang


menenangkan
RH: untuk memberikan kenyamanan aktifitas
kepada pasien

7. Memfasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika


tidak dapat berpindah atau berjalan
RH: Utuk membantu memudahkan pasien saat
melakukan aktivitas berpindah

Edukasi:
8. Menganjurkan tirah Baring
RH:agar pasien mengetahui cara tirah baring

9. Menganjurkan melakukan aktivitas secara


bertahap
RH: untuk menjaga kesehatan pasien
10. Menganjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
RH: untuk menhindari sesuatu yang tidak
diinginkan

11. Mengajarkan strategi koping untuk


mengurangi kelelahan
RH: untuk mengetahui strategi terbaik dalam

67
mengurangi kelelahan

Kolaborasi:

12. Berkolaborasi dengan ahli Gizi tentang


meningkatkan asupan makanan
RH: untuk memenuhi kebutuhan dan asupan gizi
pasien dengan baik
Ansietas Reduksi Ansietas (I. 09314) S: klien mengatakan
(D.0080) Observasi : rasa khawatir
1. ,Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berkurang
berubah (mis. Kondisi, waktu, stresor) O: ( tidak diketahui)
RH: Agar dapat mengetahui tingkat ansietas A: masalah tingkat
yang di rasakan pasien ansietas telah teratasi
2. Mengidentifikasi kemampuan mengambil P: intervensi
keputusan dihentikan
RH: Agar pasien mampu mengambil keputusan
3. Memonitor tanda tanda ansietas (verbal dan
nonverbal)
RH: Untuk mengetahui tanda-tanda ansietas
Terapeutik :
4. menciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
RH: Agar pasien dapat percaya
5. menemani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
RH: Agar kecemasan pasien berkurang
6. Memahami situasi yang membuat ansietas
RH: Agar pasien dapat mengetahui situasi yang
dapat membuat ansietas
7. Mendengarkan dengan penuh perhatian
RH: Untuk mengetahui apa yang di
8. Menggunakan pendekatan yang tenang dan

68
meyakinkan
RH: Agar pasien dapat membangun BHSP
1. Menempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
RH: Untuk memberikan kenyamanan pada
pasien
2. Memotivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
RH: Untuk mengetahui motivasi situasi yang
dapat memicu kecemasan
3. Mendiskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan dating
RH: Untuk mengetahui rencana yang
terealistis tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi :
4. Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
RH: Agar pasien mengetahui prosedur,
termasuk sensasi yang mungkin dialami
5. Menginformasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
RH: Agar pasien dapat mengetahui informasi
tentang diagnosis,pengobatan,dan prognosis
6. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
RH: Untuk mengurangi rasa cemas yang
dialami pasien
7. Menganjurkan untuk melakukan kegiatan yang
tidak kompetitip, sesuai kebutuhan
RH: Agar klien dapat melakukan kegiatan

69
yang sesuai kebutuhan
8. Menganjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
RH: Agar pasien dapat mengurangi rasa cemas
jika mengungkapkan perasaan dan persepsi
yang dialami
9. Melatih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
RH: Agar pasien dapat melakukan kegiatan
10. Melatih penggunan mekanisme pertahanan diri
yang tepat
RH: Agar pasien dapat melakukan kegiatan
pengalihan untuk mengurangi ketegangan
11. Melatih teknik relaksasi
RH: Agar pasien dapat melakukan teknik
relaksasi
Kolaborasi :
19 .Mengkolaborasi Pemberian obat antiansietas,
jika perlu
RH: Agar pasien dapat diberikan obat ansietas
Defisit Edukasi Kesehatan (I.12383) S: (klien mnegatakan
Pengetahuan Observasi sudah mengetahui
(D.0111) 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan tentang covid-19
menerima informasi O: ( tidak diketahui)
RH : agar pasien siap dan mampu menerima A: masalah tingkat
informasi pengetahuan telah
2. Mengidentifikasi factor-faktor yang dapat teratasi
meningkatkan dan menurunkan motivasi P: intervensi
perilaku hidup bersih dan sehat dihentikan
RH : Agar pasien mengetahui factor-faktor
yang dapat meningkatkan dan menurunkan

70
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
3. Menyediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
RH : agar pasien dapat menerima materi dan
media penndidikan kesehatan.
4. Menjadwalkan pendidikan kesehatan yang
sesuai kesepakatan
RH: Agar pasien dapat mengtahui jadwal yang
sesuai dengan kesepakatan
5. Memberikan kesempatan untuk bertanya
RH : Agar pasin mendapatkan kesempatan
bertanya

Edukasi
6. Menjelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
RH : agar pasien dapat mengtahui factor
resiko yang mempengaruhi kesemptan
7. Megajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
RH : Agar pasien dapat menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat
8. Mengajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan
sehat
RH : agar pasien dapat melalukan strategi
yang digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

Hipertermia Manajemen Hipetermia (I.15506) S: ( tidaktersedia)


(D.0130)
Observasi O: suhu tubuh pasien

71
1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia (mis. telah normal
Dehidrasi,terpapar lingkungan panas, (36,8oC)
pengunaan ingkubator ) A: masalah
RH: Untuk mengetahui penyebab hipertermia termoregulasi telah
2. Memonitori suhu tubuh teratasi
RH: Untuk mengontrol suhu tubuh P: intervensi
3. Memonitori kadar elektrolit dihentikan
RH: Untuk mengetahui kadar elektrolit
4. Memonitori keluaran urine
RH: Untuk mengetahui keluaran urine
5. Memonitori komplikasi akibat hipertermia
RH: Unruk mengetahui komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
6. Menyediakan lingkungan yang dingin
RH: Untuk memfasalitasi lingkungan yang
nyaman bagi pasien
7. Melonggarkan atau lepaskan pakaian
RH: Agar pasien tidak merasa sesak
8. Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
RH: Agar pasien tidak merasa gerah
9. Memberikan cairan oral
RH: Agar pasien tidak mengalami dehidrasi
10. Menganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hyperhidrosis ( keringat
berlebih )
RH: Agar pasien merasa lebih nyaman
11. Melakukan pendinginan eksternal ( mis.
Selimut hipotermia atau kompres dingin pada
dahi, leher , dada , abdomen , axilla )
RH: Agar suhu tubuh pasieen bisa stabil

72
12. Menghindari pemberian antipiretik atau
aspirin
RH: Agar pasien tidak ketergantungan obat
13. Memberikan oksigen , jika perlu
RH: Agar kebutuhan oksigen pasien terpenuhi
Edukasi
14. Menganjurkan tirah baring
RH: Agar pasien merasa nyaman
Kolaborasi
15. Berkolaborasi pemberian cairan dan
elektrolik intravena , jika perlu
RH: Agar kebutuhan cairan pasien terpenuhi

F. Dokumentasi

73
DAFTAR PUSTAKA

Albarello, F., Pianura, E., Di Stefano, F., Cristofaro, M., Petrone, A., Marchioni, L. ppolito, G.
(2020). 2019-novel Coronavirus severe adult respiratory distress syndrome in two cases in Italy:
An uncommon radiological presentation. International Journal of Infectious Diseases, 93( PG -),
192–197.

Cascella M, Rajnik M, Cuomo A, Dulebohn SC, Di Napoli R. Features, Evaluation and


Treatment Virus corona (COVID-19). StatPearls. 2020.

Cennimo DJ. Virus corona Disease 2019 (COVID-19). Medscape. 2020.


https://emedicine.medscape.com/article/2500114-ove.

Guan, W., Ni, Z., Hu, Y., Liang, W., Ou, C., He, J., … Zhu, S. (2020). Clinical Characteristics of
Coronavirus Disease 2019 in China. New England Journal of Medicine, 1–13.

Mehta, P., McAuley, D. F., Brown, M., Sanchez, E., Tattersall, R. S., & Manson, J. J. (2020).
COVID-19: consider cytokine storm syndromes and immunosuppression. The Lancet,
395(10229), 1033–1034.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Panduan Praktik Klinis: Pneumonia 2019-nCoV.
PDPI: Jakarta

Sahin, A. R. (2020). 2019 Novel Coronavirus (COVID-19) Outbreak: A Review of the Current
Literature. Eurasian Journal of Medical Investigation, 4(1), 1–7.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Luaran. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Intervensi. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

74

Anda mungkin juga menyukai