RESPIRASI
DOSEN PENDAMPING:
KELAS B
KELOMPOK 1
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, serta kepada keluarga, sahabat, kerabat
beliau sekalian.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan dan kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I yang berjudul “Skenario 1 dan Skenario 5 Sistem Respirasi” dapat selesai
sesuai waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tidak lepas dari berbagai
pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Gusti pani liputo, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pendamping Universiatas Negeri
Gorontalo
2. Kedua orang tua.
3. Teman teman sekalian
Yang mana telah memberikan dukungan, bantuan, beserta dorongan semangat agar makalah
ini dapat diselesaikan.
Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis tentunya bertujuan untuk
menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan pengetahuan yang kami
peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain. Semoga semuanya memberikan
manfaat bagi kita.Bila ada kesalahan tulisan ataukata-kata di dalam makalah ini, penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Kelompok 1
Skenario
Seorang laki-laki usia 49 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak nafas. Keluhan
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, pasien juga mengatakan merasakan sakit kepala
demam dan badan lemas. Pemeriksaan fisik didapatkan bunyi ronchi +/+ basah kasar
seluruh lapang paru, wheezing +/+, sputum +. TD 110/80 mmHg, frekuensi nadi 98
kali/menit, frekuensi napas 28 kali/menit, Suhu 38oC , akral hangat, CRT <3detik. Pasien
juga mengatakan cemas memikirkan nasib anak dan istrinya di rumah. Hasil pemeriksaan
Laboratorium Hb 12,2 gr/dl, Hematokrit 35,7%, Leukosit 11.000, trombosit 223.000UL,
neutrofil 84,7%, Lymphosit 7,0%, (NLR = 12,1), AGD :pH 7,47, pCO2 32 mmHg, HCO3
24 mmol/l, saturasi O2 96%, GDS 117mg/dl. Hasil Rontgen Pneumonia, Hasil Rapid IgG
reaktif. 3[
B. Kata kunci
1. Sesak Napas
2. Sakit kepala
3. Demam
4. Lemas
5. Respirasi 28 kali/menit
6. Suhu 38oC
7. Rapid
C. Mind Map
Pneumonia
Sesak Napas
TB (tuberculosis) PPOK
1. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya penyempitan atau sumbatan pada jalan napas.
Ronchi disebabkan oleh adanya cairan didalam saluran napas dan terjadi kolaps pada
saluran napas bagian distal dan alveolus.
2. Pasien dengan sistem daa tahan tubuh yang lebmah tidak dapat melawan infeksi sebaik
orang – orang dengan sistem kekebalan tubuh normal. akibatnya, infeksi virus ini pun
bisa menyebabkan pneumonia dan komplikasi lainnya dengan lebih cepat.
3. Kadar PCO2 dapat menunjukkan tekanan parsial karbon dioksida dalam darah arteri,
kadar ini dimonitor oleh kemoreseptor perifer dan kemoreseptor sentral.Nilai normal
PCO2 yaitu 4,6-6,0 kPa atau 35-45mmHg, apabila terjadi peningkatan PCO2 maka akan
menimbulkan kondisi asidosis respiratorik atau keadaan dimana kadar asam di dalam
darah yang lebih tinggi dari normal karena terjadi peradangan pada paru-paru, sebaliknya
jika terjadi penurunan PCO2 maka akan terjadi kondisi alkalosis respiratori dimana
keadaan ini merupakan suatu keadaan saat darah menjadi basa karena pernapasan yang
cepat dan dalam
2. Mengidentifikasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada pasien Pneumonia
G. Informasi Tambahan
1. Jurnal ilmiah Yulia efni dkk. JURNAL KESEHATAN ANDALAS vol. 5, no. 2 dengan
judul “FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
PNEUMONIA PADA BALITA DI KELURAHAN AIR TAWAR BARAT PADANG”
yang diterbitkan pada tahun 2016.
2. Jurnal ilmiah Idris Handriana. JURNAL KAMPUS STIKES YPIB MAJALENGKA vol.
6, no. 14, hal 47-56 dengan judul “HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN
2018” yang diterbitkan pada tahun 2018.
1. Jurnal ilmiah Yulia efni dkk. JURNAL KESEHATAN ANDALAS vol. 5, no. 2 dengan
judul “FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
PNEUMONIA PADA BALITA DI KELURAHAN AIR TAWAR BARAT PADANG”
yang diterbitkan pada tahun 2016 menyatakan bahwa : Faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian pneumonia pada balita di Kelurahan Air Tawar Barat Padang Ada
beberapa faktor risiko yang meningkatkan angka kejadian pneumonia di negara
berkembang yaitu: kurangnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, gizi buruk, polusi
udara dalam ruangan, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kurangnya imunisasi
campak. Tujuan penelitian ini adalah menentukan faktor risiko yang berhubungan dengan
kejadian pneumonia pada balita di Kelurahan Air Tawar Barat, Kota Padang. Penelitian
ini menggunakan desain case control study, sampel terdiri dari 27 case dan 27 control.
Data dikumpulkan dengan wawancara terpimpin serta melihat data rekam medik dan
dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian mendapatkan balita pada kelompok
kasus yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (81, 5%), paparan asap rokok (74, 1%),
riwayat bayi berat lahir rendah (3, 7%), tidak mendapatkan imunisasi campak (40, 7%)
dan gizi kurang (25, 9%). Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang
bermakna antara status gizi dengan kejadian pneumonia (p= 0,022; OR= 9, 1; 95% CI=
1,034-80,089), sedangkan pemberian ASI eksklusif, paparan asap rokok, riwayat bayi
berat lahir rendah dan imunisasi campak tidak terdapat hubungan yang bermakna
terhadap pneumonia.
2. Jurnal ilmiah Idris Handriana. JURNAL KAMPUS STIKES YPIB MAJALENGKA vol.
6, no. 14, hal 47-56 dengan judul “HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN
2018” yang diterbitkan pada tahun 2018 menyatakan bahwa : Jenis penelitian ini
menggunakan desain penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan case control.
Besar sampel dengan menggunakan perbandingan 1: 1 diperoleh jumlah sampel sebanyak
60 kasus (balita pneumonia) dan 60 kontrol (balita yang tidak mengalami pneumonia).
Analisis datanya meliputi analisis univariat dengan distribusi proporsi dan analisis
bivariat dengan uji chi square dan odd ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proporsi balita yang mengalami pneumonia dengan ibu yang PHBS-nya kurang baik
3. Jurnal ilmiah Eka Nurdiana. JURNAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan
judul “ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA ANTIBIOTIKA PADA TERAPI PASIEN
PENYAKIT PNEUMONIA DI RSUP H. ADAM MALIK” yang diterbitkan pada tahun
2020 menyatakan bahwa : Penelitian ini menggunakan metode kohort. Pengambilan data
dilakukan secara retrospektif dengan mengakses data rekam medis pasien pneumonia
ringandan pneumonia sedang (n=77). Karakteristik pasien dan model terapi antibiotika
dianalisis secara deskriptif. Biaya dan efektifitas antibiotika dianalisis dengan metode
Cost Effectiveness Analysis (CEA) dengan menghitung nilai Cost-Effectiveness Ratio
(CER) dan Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER) antibiotika yang digunakan
pasien sehingga diperoleh antibiotika yang paling cost-effective untuk pasien pneumonia
ringan dan sedang. Analisis sensitivitas dilakukan untuk memeriksa sensitivitas dari data
yang digunakan dengan meningkatkan biaya obat menjadi 2,5%, 5% dan 7,5%. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah model terapi antibiotika yang diberikan kepada pasien
pneumonia dan variabel terikat yaitu jumlah pasien dengan nilai white blood cell (WBC)
normal pada pemeriksaan kedua dan biaya langsung medis. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pneumonia lebih sering terjadi pada laki-laki(55,84%). Usia rata-rata pasien
adalah 48±27,27 tahun. Berdasarkan analisis efektivitas biaya,model terapi yang paling
cost-effective untuk pneumonia ringan dan sedang adalah seftriakson dengan CER
masing-masing sebesar Rp 70.881 dan Rp 98.883.Analisis sensitivitas menunjukkan
bahwa tidak adanya perubahan terhadap CER dan ICER meskipun harga obatditingkatkan
sampai dengan 7,5% dan seftriakson tetap sebagai antibiotika yang paling cost-effective.
Antibiotika yang paling cost-effective untuk pasien pneumonia ringan dan sedang adalah
seftriakson. Seftriakson dapat dijadikan standar terapi antibiotika untuk pasien pneumonia
di RSUP H. Adam Malik.
Berdasarkan data diatas kami menarik kesimpulam bahwa diagnosa medis penyakit diatas
adalah pnuemonia karena ditunjuang oleh beberapa manifestasi klinis dari pneumonia
sendiri yang mirip dengan masalah –masalh yang dihadapi oleh pasien seperti :
1. Sesak napas
2. Demam
3. Lemas
4. Cemas
J. Laporan Diskusi
A. Definisi
Pneumonia adalah suatu dari satu atau dua paru-paru yang biasanya disebabkan oleh
bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan
paru-paru meradang. Kantong-kantong udara dalam paru yang disebut alveoli di penuhi
nanah dan cairan sehingga kemampuan mnyerap oksigen menjadi kurang.
1. Etiologi
1. Pneumonia oleh bakteri
“S. Pneumonia” adalah jenis bakteri penyebab pneumonia pada anak-anak disemua
umur berdasarkan komunitas penyakit pneumonia. Sedangkan M. Pneumonia dan
chlamydia pneumonia adalah penyebab utama pnumonia pada anak di atas umur 5
tahun. “begitu pertahan tubuh menurun oleh sakit, usia tua, atau malnutris, bakteri
segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. seluruh jaringan paru
dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran
darah. Pneumonia yang di picu bakteri bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi
sampai usia lanjut. Pada pecandu alkohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan
penyakit gangguan pernapasan, dan penurunan kekebalan tubuh adalah golonga yang
paling beresiko. Anak-anak juga termasuk kelompok yang rentan terinfeksi penyakit
ini karena daya tahan tubuh yang masih lemah.
2. Pneumonia oleh virus
Stenga dari kejadian pneumonia di perikirakan disebabkan oleh virus. Sebagian besar
virus-virus ini mnyerang saluran pernapasan bagian atas (terutama pada anak).
Namun, sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan dapat di sembuhkan
dalam waktu singkat. Bila infeksi tejadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan
ini masu ke dalam tingkatan berat dan kadang menyebabkan kematian. Virus yang
menginfeksi paru akan berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang di
penuhi cairan.
3. Pneumonia oleh mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada
manusia. Mikoplsama tidak bisa di klasifikasikan sebagai viris maupumn bakteri
walaupun memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang di hasilakan biasanya
berderajaat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma menyerang segala jenis usia. Tetapi
paling sering pada anak prian remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah
bahkan pada orang yang tidak menjalani pengobatan. Pneumonia jenis ini berbeda
gejala dan tanda fsisknya bila di bandingkan dengan pneumonia pada umumnya.
Oleh karena itu, pneumonia yang di duga di sebabkan oleh virus yang belum di
temukan ini sering disebut atypical pneumonia “pneumonia yang tidak atipikal”.
Pneumonia mikoplsma mulai di identifikasi saat perang dunia II.
4. Pneumonia jenis lainnya
Pneumonia lain yang jarang di temukan, yaitu di sebabkan oleh masuknya makanan,
cairas, gas, debu maupun jamur. Pneumocysititis carinii pneumonia (PCP) yang di
duga di sebabkan oleh jamur, adalah salah satu contoh dari pneumonia jenis lainnya.
PCP biasanya menjadi tanda awal serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP
dapat di obati pada banyak kasus. Namun, bisa saja penyakit ini muncul lagi beberapa
bulan kemudian. Ricketsia (golongan antara virus dan bakteri yang menyebabkan
demam rocki mountain, demam Q, tipus, dan psitacosis) juga mengganggu fungsi
paru.
2. Manifestasi klinis
Gambaran klinis pneumonia di tunjukan dengan adanya pelebaran cuping hidung, ronki,
dan retraksi dinding dada atau sering di sebut tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam (chest indrawing). Penyakit yang sering terjadi pada anak-anak ini di tandai
dengan ciri-ciri dengan adanya demam, batuk di sertai napas cepat (takipnea) atau naps
cepat. Gejala dan tanda pneumonia tergantung kuman penyebab usia, status
immunologis, dan beratnya penyakit. Gejala dan tanda di bedakan menjadi gejala umum
infeksi (non spesifik), gejala pulmonal, pleural, dan ekstra pulmonal.
Gejala gejala tersebut meliputi :
1. Sesak napas
2. Demam
3. Lemas
4. Cemas
3. Patofisiologi
Gejala dari infeksi pneumonia di sebabkan invasi pada paru-paru oleh mikroorganisme
dan respon imun terhadap infeksi. Meskipun lebih dari 100 jenis mikroorganisme yang
dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit dari mereka yang bertanggung jawab pada
sebagian besar kasus. Penyebab paling sering pneumonia adalah virus dan bakteri.
Penyebab yang jarang yang menyebabkan infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit
1. Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya virus masuk ke
dalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup melalui mulut dan hidung
setelah masuk virus menyerang jalan naps dan alveoli. Invasi ini sering menunjukkan
kematian sel, sebaagian virus langsung mematikan sel atau melalui suatu tipe
penghancur sel yang disebut apoptosis. Ketika sistem imun (DL leukosit meningkat)
merespon terhadap infeksi virus dapat terjadi kerusakan paru. Sel darah putih,
sebagian besar limfosit, akan mengaktifasi sejenis sitokin yang membuat cairan
masuk ke dalam alveoli. Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli
mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah (terjad pertukaran gas).
Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru, banyak merusak organ lain dan
kemudian menyebabkan fungsi orang lain terganggu. Virus juga dapat membuat
tubuh rentan terhadap ingfeksi bakteri, untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri
sering merupakan komplikasi dari pneumonia yang di sebabkan oleh virus.
Pneumonia virus biasanya di sebabkan oleh virus seperti vitus influenza, virus
syccitial respiratory (RSV), adenovirus dan metapneumovirus. Virus herpes simpleks
jarang menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baaru lahir. Orang dengan masalah
pada sistem imun juga beresiko terhadap pneumonia yang disebabskan oleh
cytomegalovirus (CMV).
2. Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada di udara
dihirup, tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran darah ketika ada
infeksi pada bagian lain dari tubuh. banyak bakteri hidup pada bagian atas dari
saluran pernapasan atas seperti hidung, mulut dan sinus dan dapat dengan mudah
dihirup menuju alveoli.setelah memasuki alveoli, bakteri mungkin menginvasi
ruangan diantara sel dan diantara alveoli melalui rongga penghubung. invasi ini
memacu sistem imun untuk mengirim neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel
darah putih, menuju paru. neutrophil menelan dan membunuh organisme yang
berlawanan dan mereka juga melepaskan cytokin, menyebabkan aktivasi umum dari
sistem imun. hal ini menyebabkan demam, menggigil dan mual umumnya pada
pneumoni yang di sebabkan bakteri dan jamur. neutrophil, bakteri dan cairan dari
sekeliling pembulih darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen.
bakteri sering berjalan menuju area antara paru-paru dan dinding dada (cavitas
pleura) menyebabkan komplikasi yang di namakan empyema. Penyebab paling umum
dari pneumoni yang di sebabkan bakteri adalah streptococcus pneumoniae, bakteri
gram negatif dan bakteri atipikal. penggunaan istilah “gram positif” dan “gram
negatif” meruju pada warna bakteri (ungu atau merah) ketika di warnai menggunakan
proses yang di namakan pewarnaan gram. Istilah “atipikal” di gunakan karena bakteri
atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat, menyebabkan pneumonia
yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari bakteri yang lain.
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada hidung atau mulut
dari banyak orang sehat. Streptococus pneumonia, sering di sebut “pneumococus”
adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumonia pada segala usia kecuali pada
neonatus. Gram positif penting lain penyebab dari pneumonia adalah staphilococus
aureus. Bakteri gram negatif penyebab pneumonia lebih jarang dari pada bakteri gram
negatif. Beberapa dari bakteri gram negatif yang menyebabkan pneumonia termasuk
haemophilus influenza, klebsiella pneumonia, escerycia coli, pseudomonas
aeroginosa dan moraxsela catarhalis. Bakteri ini sering hidup pada perut atau
intestinal dan mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup. Bakteri atipikal
yang menyebabkan pneumonia termasuk chlamydophilla pneumonia, mycoplsma
pneumonia dan legionella neophilla.
4. Pemeriksan Diagnostik
1. Sinar X
Mengidentifikasikan ditribusi struktural (mis. Lobar, broncial) ; dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococus) ; atau penyebaran/perluasan
infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplsma, sinar x dada mngkin
bersih
2. BGA (blood gas analysis) tidak normal mungkin tejadi, tergantung pada luas paru
yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. JDL lekositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekana imun.
4. LED meningkat
5. Fungsi paru hipoksemia, volume menurun tekanan jalan napas meningkat dan
komplain menurun
6. Elektrolit Na dan Cl mungkin rendah
7. Bilirubin meningkat
8. Aspirasi/biopsi jaringan paru
alat diagnosa termasuk sinar x dan pemeriksaan sputum. Perawatab tergantung dari
penyebab pneumonia : pneumonia di sebabkan bakteri di rawat dengan antibiotik.
5. Penatalaksanaan
1. Indikasi MRS :
1) Ada kesukaran napas toksis
2) Sianosis
3) Umur kurang 6 bulan
4) Ada penyulit, misalnya : muntah-muntah, dehidrasi, empiema
5) Diduga infeksi oleh staphilococus
6) Imunokompromais
7) Perawatan di rumah kurang baik
8) Tidak respon dengan pemberian antibiotik oral
2. pemberian oksigenasi : dapat di berikan oksigen nasal atau masker, monitor dengan
pulse oksimetri. Bila tanda gagal napas diberikan bantuan fentilasi mekanik
3. mempertahankan suhu tubuh normal melalui pemberian kompres
4. pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu cairan parenteral). Jumlah cairan
sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi
5. bila sesak tiddak terlalu hebat dapat di mulai diet enteral bertahap melalui selang
nasogastrik.
6. Jika sekresi lendir berlebihan dapat di berikan inhalasi dengan salin normal
7. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang tejadi
8. Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita dam dugaan
penyebab evaluasi pengobatan di lakukan setiap 48-72 jam. Bila tidak ada perbaikan
klinis di lakukan perubahan pemberian antibiotik sampai anak dinyatakan sembuh.
Lama pemberian antibiotik tergantung : kemjuan klinis penderita, hasil laboratoris,
phototoraks dan jenis kuman penyebab :
1) Stapilococus : perlu 6 minggu parenteral
2) Haemophilus influenzae/streptococus pneumonia : cukup 10-14 hari.
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak napas
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan sesak napas sejak 1 minggu yang lalu pasien juga mengatakan
merasakan sakit kepala, demam, badan lemas, dan cemas.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak Terkaji
4. Riwayat penyakit keluarga : Tidak Terkaji
2) Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan : (Tidak terkaji)
b) Pola Nutrisi-Metabolik
- Sebelum sakit : (Tidak terkaji)
- Saat sakit : (Tidak terkaji)
c) Pola Eliminasi
1. BAB
- Sebelum sakit : (Tidak terkaji)
- Saat sakit : (Tidak terkaji)
2. BAK
- Sebelum sakit : (Tidak terkaji)
- Saat sakit : (Tidak terkaji)
d) Pola aktivitas dan latihan : (Tidak terkaji)
e) Pola kognitif dan Perseps i : (Tidak terkaji)
f) Pola Persepsi-Konsep diri : (Tidak terkaji)
g) Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum sakit : (Tidak terkaji)
- Saat sakit : (Tidak terkaji)
h) Pola Peran-Hubungan : (Tidak terkaji)
i) Pola Seksual-Reproduksi
- Sebelum sakit : (Tidak terkaji)
- Saat sakit : (Tidak terkaji)
j) Pola Toleransi Stress-Koping : (Tidak terkaji)
k) Pola Nilai-Kepercayaan : (Tidak terkaji)
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Sesak Napas
b. Kesadaran : Normal
c. Tanda-Tanda vital
Suhu badan : 38oC
Nadi :98x/menit
RR : 28x/menit
TD : 110/80 mmHg
d. Keadaan fisik
1) Kepala : Nyeri Kepala
2) Leher : Tidak Terkaji
3) Dada : Tidak Terkaji
4) Pemeriksaan paru :
Inspeksi : Tidak Terkaji
Palpasi : Tidak Terkaji
Perkusi : Tidak Terkaji
Auskultasi : Tidak Terkaji
5) Pemeriksaan jantung :
Inspeksi : Tidak Terkaji
Palpasi : Tidak Terkaji
B. Patway
Faktor resiko (kontak dengan penderita, imunitas,lingkungan)
Terjadi hipersekresimukus
Ansietas
Dispnea
Do:
RR 28kali/menit
pCO2 meningkat
PH arteri meningkat
Do:
Suhu 38.80C
Do:
(tidak tersedia)
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
2. Hipertermia (D.0130)
3. Intoleransi aktivitas (D.0056)
4. Ansietas (D.0080)
A. Rencana Intervensi Keperawatan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,ekpektoran,mu
kolitik, jika perlu
Kolaborasi:
Menyediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus ( mis.
Cahaya,suara,kunjungan)
Melakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
Memberikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
Memfasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Menganjurkan hubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
Mengajarkan strategi
koping unruk mengurangi
kelelahan
Mengkolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Menciptakan suasana
terapeutik untuk
menemukan kepercayaan
Menemani pasien untuk
mengurangi kecemasan
Memahami situasi yang
membuat ansietas
mendengarkan dengan
penuh perhatian
menggunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
menjelaskan
prosedur,termasuk sensasi
yang dialami
Menginformasikan secara
factual mengenai diagnosis
pengobatan dan prognosis
Menganjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif
Menganjurkan
mengungkapkan perasaan
dan persepsi
Melatih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
Mengkolaborasi pemberian
obat anti ansietas, jika
perlu
D. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, Yuma. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada
Pekerja Penggilingan Divisi Batu Putih di PT. Sinar Utama Karya. Unnes Journal of
Public Health: Universitas Negeri Semarang 3 (1):2
Arifian, Luhur dan Joko Kismanto. 2018. Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap
Respiration Rate pada Pasien Asma Bronkial di Puskesmas Air Upas Ketapang. Jurnal
Kesehatan Kusuma Husada: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Asri, Rofiqa dkk. 2019. Profil Fitokimia Dan Pengaruh Ekstrak Tangkai Daun Talas Kemumu
(Colocasia Gigantea Hook. f) Terhadap Jumlah Leukosit Mus Musculus. Jurnal Alotrop
Pendididkan Dan Ilmu Kimia, 3(1): 48-56
Bijanti, Retno Dkk. 2010. Buku Ajar Patologi Klinik Venteriner. Surabaya : Airlangga
Universitas Press
Bulecheck et al. (2013). Nursing Intervensi Classification (NIC Edisi Ke-enam). Singapore:
Elsevier
Francis Caica. 2011. Respiratory care. Diterjemahkan oleh tini stella. Jakarta:Erlangga
Ringel Edward. 2012. Kedokteran paru. Jakarta: indeks
Irianto, Koes. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk mahasiswa. Bandung. Alfabeta.
Moohead et al. (2013). Nursing Outcome Classification (NOC Edisi Ke-lima). Singapore:
Elsevier
Muttaqin, Arif. 2013. “Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan”.
Jakarta : Salema Medika.
PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperatawan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi
1 . Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperatawan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperatawan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan.
Jakarta: DPP PPNI