Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat dan menambah wawasan
kepada setiap pembaca. Oleh sebab itu, saya memohon kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sebagai materi evaluasi untuk penulisan tugas
berikutnya.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. Pendidikan dalam Perspektif Teori Fungsional Struktural
1
BAB II. Pendidikan dalam Perspektif Teori Konflik
4
BAB III. Pendidikan dalam Perspektif Teori Interaksionisme Simbolik
7
BAB IV. Pendidikan dalam Perspektif Teori Strukturasi
10
KESIMPULAN DAN ANALISIS KRITIS
11
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
iii
BAB I
1
Menurut Weber, stratifikasi merupakan kekuatan sosial yang berpengaruh
besar. Seperti halnya dalam sekolah, pendidikan merupakan variabel kelas atau
status. Pendidikan akan mengantar seseorang untuk mendapatkan status yang
tinggi yang menuju ke arah konsumeris yang membedakan dengan kaum buruh.
Namun tekanan disini bukan pada pendidikannya melainkan pada unsur kehidupan
yang memisahkan dengan golongan lain. Menurut Weber, dalam dunia kerja belum
tentu mereka yang berpendidikan tinggi lebih terampil dengan mereka yang
diberi latihan-latihan, namun pada kenyataannya mereka yang berpendidikan
tinggi yang menduduki kelas penting. Jadi, pendidikan seperti dikuasai oleh
kaum elite, dan melanggengkan posisinya untuk mendapatkan status dan
kekuasaannya.
Teori ini menekankan pada fungsi peran dari struktur sosial yang
didasarkan pada konsensus dalam suatu masyarakat. Struktur itu sendiri
berarti suatu sistem yang terlembagakan dan saling berkaitan. Kaitannya
dengan pendidikan, Talcott Parson, mempunyai pandangan terhadap fungsi
sekolah diantaranya:
2
Dalam pendidikan, suasana kondusif selalu harus dijaga dan menghindari
terjadinya konflik dengan stake holders yang ada di lingkungan sekolah
tersebut.
BAB II
3
Teori konflik berkembang sebagai counter terhadap fungsional
struktural. Teori ini menganggap bahwa masyarakat terdiri dari kelompok-
kelompok dan golongan yang berbeda kepentingan. Konflik ini diharapkan mampu
memperteguh identitas. Sehingga dalam teori konflik dibutuhkan katup pengaman
untuk mengamankan konflik tersebut.
Karl Marx dianggap sebagai orang yang paling banyak memberi sumbangsi
dalam pengembangan teori sosial konflik. Teori konflik Karl Marx didasarkan
pada pemilikan sarana-sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas
dalam masyarakat. Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas
dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar
tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat pada abad ke-19 di Eropa,
terdiri dari kelas pemilik modal atau borjuis dan kelas pekerja miskin
sebagai kelas proletar (Lukacs, 2010: 95-100 dan Umar, 1999: 43-51). Kedua
kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirearkis, kaum borjuis
melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi. Menurut
Marx eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu (false
conciousness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, dan
menerima keadaan apa adanya.
Teori ini berangkat dari asumsi dasar bahwa terjadinya class struggle
antara satu kelompok dengan kelompok lain karena adanya perbedaan kepentingan
maka akan melicinkan jalan terciptanya sebuah masyarakat (Al-Nadwi, 1983: 49-
50 dan Rex, 1985: 150-155). Hal ini dikarenakan suatu masyarakat harus
memilih salah satu kelompok. Dari hasil persaingan perebutan kekuasaan itu
lahir tatanan kelas masyarakat pemenang yang kemudian mampu membentuk tatanan
ekonomi dan peradaban yang maju dalam masyarakat.
4
Menurut Coser konflik dibagi menjadi dua: pertama, konflik realistis,
konflik ini berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan-tuntutan khusus yang
terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para
partisipan, dan yang ditujukan pada objek yang dianggap mengecewakan. Kedua,
konflik non realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan
yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling
tidak dari salah satu pihak. Menurut Coser, konflik dapat bersifat fungsional
positif maupun negatif. Fungsional positif apabila konflik melawan struktur.
Dalam kaitan dengan sistem nilai yang ada di masyarakat, konflik dapat
bersifat fungsional apabila menyerang suatu nilai inti (Soetomo, 1986: 35).
Akan tetapi apabila konflik berkembang dalam hubungan-hubungan yang intim,
maka pemisahan (antara konflik realistis dan non realistis) akan lebih sulit
untuk dipertahankan. Semakin dekat suatu hubungan semakin besar rasa kasih
sayang yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga kecenderungan untuk
menekan ketimbang mengungkapkan rasa permusuhan.
Dalam teori konflik nampak jelas didominasi oleh kaum borjuis sebagai
pemegang kendali maupun kebijakan dan keputusan, mereka dengan mudah
mendapatkan stratifikasi sosial dalam masyarakat, demikian dalam dunia
pendidikan, karena yang dapat mengendalikan adalah status ekonomi.
Dalam stratifikasi sosial kita mengenal bahwa kelas bawah tidak akan
mempunyai dan memperoleh pendidikan dibandingkan dengan kelas menengah dan
kelas tinggi. Contoh dalam hal ini adalah kelas tinggi tidak akan dapat
dipahami oleh kelas tengah dan kelas bawah, dikarenakan pengalaman yang
diperolehnya sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Realita menunjukkan
bahwa pendidikan ditentukan oleh penguasa, sehingga kebijakan untuk
mendapatkan kesempatan dalam mengenyam pendidikan dan keilmuan kurang bahkan
tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
5
perbedaan pendapat, kepentingan dan keinginan yang dapat memunculkan konflik.
Perbedaan merupakan peristiwa yang normal yang sebenarnya dapat memperkuat
struktur sosial. Sehingga ketiadaan konflik bukanlah indikator dari kekuatan
kestabilan suatu hubungan. Pendidikan yang dilaksanakan baik pemerintah
maupun swasta adalah pendidikan yang tidak statis, akan tetapi penuh dengan
dinamika sosial. Konflik yang terjadi dalam pendidikan adalah bagian dari
proses konstruksi pendidikan kearah yang lebih baik.
BAB III
6
Inti pandangan pendekatan ini adalah individu. Para ahli di belakang
perspektif ini mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting
dalam konsep sosiologi. Teori ini beranggapan bahwa individu adalah objek
yang dapat secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya
dengan individu yang lainnya.
7
dapat saja kemampun semua peserta belajar di satu kelas tidak signifikan
perbedaannya atau mirip (Jones, 2009: 144). Oleh karena itu, dibutuhkan
interaksi langsung dengan melihat dari dekat –tidak sepintas– serta memberi
perlakuan sama yang mendorong peserta didik tersebut mempunyai progres
akademik yang positif sehingga interpretasinya benar dan sesuai dengan fakta
lapangan.
8
software untuk menjalankan mind.Penganut interaksionisme simbolik
menyatakan bahwa self adalah fungsi dari bahasa. Tanpa pembicaraan
tidak akan ada konsep diri, oleh karena itu untuk mengetahui siapa
dirinya, seseorang harus menjadi anggota komunitas. I adalah kekuatan
spontan yang tidak dapat diprediksi. Ini adalah bagian dari diri yang
tidak terorganisir. Sementara me adalah gambaran diri yang tampak
dalam the looking-glass dari reaksi orang lain.Me hanya dapat dibentuk
melalui interaksi simbolik yang terus menerus mulai dari keluarga,
teman bermain, sekolah, dan seterusnya. Oleh karena itu, seseorang
membutuhkan komunitas untuk mendapatkan konsep dirinya. Seseorang
membutuhkan the generalized other, yaitu berbagai hal (orang, obyek,
atau peristiwa) yang mengarahkan bagaimana kita berpikir dan
berinteraksi dalam komunitas. Me adalah organized community dalam diri
seorang individu.
BAB IV
9
Problem hubungan antara manusia dan masyarakat atau tindakan dan
struktur sosial berada pada inti persoalan teori sosial dan filsafat ilmu
sosial (Thompson, 1994:56). Perdebatannya berkaitan diantara mana yang lebih
penting antara individu dan struktur. Biasanya, beberapa pemecahan yang
diambil dititikberatkan pada satu istilah dengan cara mengabaikan yang lain,
baik struktural sosial yang diambil sebagai objek pokok penerapan analisanya
dan alat yang secara efektif justru berlebihan. Atau individu-individu yang
hanya dilihat sebagai unsur pokok dari kelompok aksi dan reaksi sosial. Dalam
teori sosial terdapat pertanyaan yang kadang diajukan sebagai keinginan kuat
untuk membangun analisa yang mapan, seperti pertanyaan “bagaimana” dan
“dengan cara apa” tindakan yang dihasilkan agen-agen individu berkaitan
dengan ciri-ciri struktural masyarakat yang didiami (Thompson, 1984:238).
Teori Strukturasi sebagai bagian dari contoh hasil perdebatan atas hubungan
agen-struktur (di Eropa), dan hubungan makro-mikro (di Amerika) (Ritzer,
203:471-505). Giddens menawarkan konseptualisasi ulang antara ‘makro’ dan
‘mikro’ berkaitan dengan cara bagaimana interaksi dalam konteks pertemuan
muka dilibatkan secara struktural dalam sistem-sistem perentangan ruang dan
waktu yang luas, dengan kata lain, bagaimana sistem-sistem seperti ini
menjangkau sektor-sektor luas dari ruang dan waktu.
10
tidak hanya memberi warna terhadap struktur sosial yang ada. Tetapi juga
dapat merubah struktur yang ada. Pendidikan memiliki tujuan untuk membekali
individu dengan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sehingga mampu
meningkatkan kualitas dirinya. Pendidikanyang berkaitan erat dengan anak didik,
tentu saja dapat dikategorikan sebagai pencetak agen-agen sosial di masa depan.
Anak didik yang berperan sebagai agen sosial perlu dipersiapkan. Tugas keluarga,
guru, sekolah, pemerintah, dan masyarakat berkewajiban untuk melancarkan proses
pencapaian tujuan pendidikan. Keunikan setiap anak didik sudah sepantasnya
dipandang sebagai suatu kelebihan yang dimiliki dalam upayanya menjadi seorang
agen sosial.
KESIMPULAN
11
yang penting, namun bagi orang yang tidak mengenyam pendidikan tidak
bermanfaat. Dari sini, dapat dibedakan teori interaksionisme simbolis
dengan teori-teori lainnya. Teori interaksionisme simbolis memandang
bahwa “arti” muncul dari proses interaksi sosial yang telah
dilakukan.
4. Teori strukturasi menyatakan bahwa individu adalah agen-agen sosial
dengan kemampuan dapat merombak struktur sosial yang ada. Individu
yang berperan sebagai agen sosial setidaknya memiliki kepribadian kuat
sehingga tidak hanya memberi warna terhadap struktur sosial yang ada.
Tetapi juga dapat merubah struktur yang ada. Pendidikan memiliki
tujuan untuk membekali individu dengan pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap sehingga mampu meningkatkan kualitas dirinya. Pendidikanyang
berkaitan erat dengan anak didik, tentu saja dapat dikategorikan sebagai
pencetak agen-agen sosial di masa depan.
ANALISIS KRITIS
DAFTAR PUSTAKA
12
Langer, Beryl. “Emile Durkheim” dalam Peter Beilharz, ed. “Social Theory:
A Guide to Central Thinkers”. Diterjemahkan oleh Sigit Jatmiko,
Teori-teori Sosial: Observasi Kritis terhadap Para Filosof
Terkemuka. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Wulandari, Dewi. Sosiologi Konsep dan Teori. Bandung: Refika Aditama, 2009.
http://www.averroes.or.id/research/teori-interaksionisme-simbolik.html
(diakses pada tanggal 11 Oktober 2020 pukul 14.24 Wita)
13
Giddens, Anthony. 1979. Problematika Utama dalam Teori Sosial; Aksi,
Struktur, dan Kontradiksi dalam Analisis Sosial. Terjemahan oleh
Dariyatno. 2009. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
https://masdwihatmoko.blogspot.com/2016/11/melihat-pendidikan-dari-kacamata-
teori.html#:~:text=Teori%20Strukturasi%20Anthony%20Gidens
%20menyatakan,merombak%20struktur%20sosial%20yang%20ada.&text=Pendidikan
%20memiliki%20tujuan%20untuk%20membekali,sehingga%20mampu%20meningkatkan
%20kualitas%20dirinya (diakses pada tanggal 14 Oktober 2020).
LAMPIRAN
14
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS MATARAM
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
Jl. Majapahit No. 62 Mataram
e-mail : sosiologi@unram.ac.id, Website : www.sosiologi.unram.ac.id
Kelas : SOSIOLOGI A
PERNYATAAN
Apa yang saya tulis ini sebagai jawaban atas pertanyaan (soal) adalah murni
hasil pemikiran saya sendiri, dan jika nanti ditemukan kesamaan dengan tulisan orang
lain, baik dari sumber (web/situs dan referensi) tertentu atau tulisan saya memiliki
kesamaan dengan tulisan rekan-rekan saya, maka saya siap menerima sanksi yang
diberikan oleh dosen pengasuh matakuliah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan
bertanggung jawab.
Tanda Tangan :
15