Anda di halaman 1dari 9

2.

2 Global Warming Global Warming

merupakan fenomena peningkatan temperatur global karena terjadinya efek rumah kaca
(greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida
(CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap
dalam atmosfer bumi. Temperatur rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat
0,74 ± 0,18 C selama 100 tahun terakhir[1]. Pemanasan global (global warming)
menimbulkan dampak yang luas dan serius bagi lingkungan bio-geofisik.

Meningkatnya temperatur global akan menyebabkan perubahan- perubahan di bumi seperti


(seperti melelehnya es di kutub, kenaikan permukaan air laut, perluasan gurun pasir,
meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, peningkatan hujan dan banjir,
perubahan iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dan
sebagainya).

Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi:

(a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai,

(b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan
bandara

(c) gangguan terhadap permukiman penduduk,

(d) pengurangan produktivitas lahan pertanian,

(e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dan sebagainya [2]

Efek Rumah Kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi
tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini
Tiba dipermukaan bumi, energi tersebut berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan bumi. Permukaan bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan
kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke
angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat
menumpuknya jumlah gas rumah kaca, antara lain uap air, karbon dioksida, dan Metana yang
menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali
radiasi gelombang yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan
dipermukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-
Rata tahunan bumi terus meningkat. Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam
rumah kaca. Dengan makin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, makin banyak
panas yang terperangkap di bawahnya.[2]

Efek Umpan Balik

Efek dari penguatan iklim dipersulit oleh berbagai macam proses umpan balik, dimana saat
CO2 disuntikkan ke dalam atmosfer menyebabkan pemanasan atmosfer dan permukaan
bumi, sehingga mengakibatkan lebih banyak uap air yang diuapkan ke atmosfer. Dan uap air
itu sendiri bertindak sebagai gas rumah kaca. Proses umpan balik penting lainnya adalah
umpan balik ice-albedo, dimana CO2 dalam atmosfer memanaskan permukaan bumi dan
menyebabkan mencairnya es di dekat kutub. Ketika es mencair, daratan atau perairan terbuka
terkena imbasnya.[7]

Variasi Matahari

Variasi dalam output sinar matahari, yang diperkuat oleh umpan balik awan, dapat
memberikan kontribusi pada pemanasan seperti yang sekarang terjadi.[4],
mengidentifikasikan penyebab terjadinya pemanasan global (global warming), oleh karena
berbagai pencemaran yang kompleks. Dan penyumbang terbesar adalah karbondioksida,
nitrogen oksida, metana dan chlorofluorokarbon. Meningkatnya konsentrasi ketiga gas
pertama (karbondioksida, nitrogen oksida dan metana) sebenarnya merupakan konsekuensi a
DAFTAR PUSTAKA

[1] Damayanti, Destia Pentiana. 2013. Global Warming in the Perspective of Environmental
Management Accounting (EMA). Jurnal Ilmiah ESAI Volume 7, No.1, Januari 2013 ISSN No. 1978-
6034. [2] Idayanti Ratna. 2007. Pengaruh Pemanasan Global (Global Warming) TerhadapLingkungan
Dan Kesehatan. Jurnal Kedoketeran Syiah Kuala Volume 7 Nomor 1 April 2007.

[3] Kaku K. 2010. An Inconvenient Truth-Global Warming on Greenhouse Gas (GHG) Reduction
under Kyoto Protocol Regime to Post Kyoto Protocol in ASIA. National Institute of Livestock and
Grassland Science, Ikenodai 2,Tsukuba,Ibaraki 305-090, Japan. Procedia Engineering 8. 2011. 515–
519.

[4] Kodra, AS. Hadi dan Syaukani HR, 2004. Bumi Makin Panas, Banjir Makin Luas, Menyibak Tragedi
Kehancuran Hutan, Yayasan Nuansa Cendekia, Bandung.

[5] Lauren Feldman, Edward W. Maibach, Connie Roser-Renouf, and Anthony Leiserowitz3. 2011.
Climate on Cable: The Nature and Impact of Global Warming Coverage on Fox News, CNN, and
MSNBC. The International Journal of Press/Politics XX(X)

[6] Made Suarsana, Putu Sri Wahyuni. 2011. Global Warming: Ancaman Nyata Sektor Pertanian dan
Upaya Mengatasi Kada Co2 Atmosfer. widyatech Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 11 No. 1 Agustus
2011 [7] Riyanto. 2007. Strategi Mengatasi Pemanasan Global (GLOBALWARMING). VALUE ADDED,
Vol.3, No.2, Maret 2007 – Agustus 2007.

[8] Surmaini Elza, Eleonora Runtunuwu, dan Irsal Las. 2010. Upaya Sektor Pertanian Dadalam
Menghadapi Perubahan Iklim. Jurnal Litbang Pertanian, 30(1), 2011.

[9] Shuftel Holly (2015.Juny 23). Global Temperature. Retrived Juny 26, 2016, from
http://www.climate.nasa.gov. [10] Vaughan, T. 2011. Multimedia: Making It Work Eight Edition.
McGraw-Hill.
Keberhasilan dan kemajuan kelompok masyarakat tergantung pada infrastruktur fisik untuk
pendistribusian sumber daya dan pelayanan publik. Kua1itas dan efisiensi infrastruktur
mempengaruhi kualitas hidup kesehatan sistem sosial dan keberlanjutan kegiatan
perekonomian dan bisnis [1]. Menurut Suripin (2004) infrastruktur perkotaan adalah
bangunan atau fasilitas-fasilitas dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi yang
dibangun dan dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya suatu sistem tatanan kehidupan
sosial ekonomi masyarakat. Infrastruktur merupakan aset fisik yang dirancang dalam
sistem sehingga mampu memberikan pelayanan prima pada masyarakat [2]. Infrastruktur
menurut Peraturan Presiden No. 75 Tahun 2014 infrastruktur dibagi menjadi sembilan jenis
transportasi, jalan, pengairan, air minum, air limbah, persampahan, telekomunikasi dan
informatika, ketenagalistrikan, serta minyak dan gas bumi.

Infrastruktur merupakan komponen fisik dari fasilitas yang memerlukan investasi yang besar,
menyediakan pelayanan umum atau menyelesaikan masalah yang merupakan tanggung jawab
pemerintah, dan direncanakan, didesain, dikonstruksi, dan dioperasikan dengan bantuan
pemerintah (Goodman & Hastak, 2006). Beberapa contoh proyek infrastruktur adalah jaringan jalan
dan transportasi, air bersih, air limbah, persampahan, sumber daya air, energi, telekomunikasi, dan
fasilitas lainnya, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan dan sebagainya.

Pada dasarnya, infrastruktur berfungsi sebagai alat untuk melayani dan mendorong terwujudnya
lingkungan permukiman dan lingkungan usaha yang optimal sesuai dengan fungsinya. Infrastruktur
merupakan suatu sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan
gedung, dan fasilitas publik lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam
lingkup sosial dan ekonomi (Grigg dalam Kodoatie, 2005). Sistem infrastruktur didefinisikan sebagai
sistem pendukung utama terhadap fungsifungsi sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat.
Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas atau struktur dasar, peralatan, instalasi yang
dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat. Sesuai dengan definisi
tersebut maka infrastruktur dapat dikelompokkan ke dalam 13 kategori (Grigg dalam Kodoatie
2005), sebagai berikut.

1. Sistem penyediaan air seperti waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi, serta sistem
pengolahan air.

2. Sistem pengolahan air limbah: pengumpul, pengolahan, pembuangan, dan daur ulang.

3. Fasilitas pengolahan limbah padat.

4. Fasilitas lintas air dan navigasi.


5. Fasilitas pengendalian banjir, drainase dan irigasi.

6. Fasilitas transportasi: jalan, rel, bandar udara, termasuk di dalamnya tanda lalu lintas dan
pengontrol.

7. Sistem transit publik.

8. Sistem kelistrikan: produksi dan distribusi.

9. Fasilitas gas alam.

10. Gedung publik: sekolah, dan rumah sakit. I 1.4 Prasarana Wilayah dan Kota

11. Fasilitas perumahan publik.

12. Taman kota sebagai daerah resapan, taman bermain termasuk stadion.

13. Komunikasi.

Istilah infrastruktur berhubungan dengan istilah prasarana, sarana, dan utilitas. Dalam Tata Cara
Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, dikenal adanya istilah prasarana lingkungan,
sarana lingkungan, dan utilitas.

Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan
permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk menyelenggarakan dan
mengembangkan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya.

Utilitas adalah pelayanan seperti air bersih, air limbah, gas, listrik, dan telepon, yang pada umumnya
diperlukan untuk beroperasinya suatu bangunan dan lingkungan permukiman

Komponen fisik infrastruktur berbeda-beda untuk setiap infrastruktur, namun demikian secara
umum setiap infrastruktur terdiri dari komponen sumber, pengolahan, disposal/konsumen. Uraian
terhadap komponen-komponen infrastruktur tersebut adalah sebagai berikut.

6. Infrastruktur Air Bersih

Komponen fisik infrastruktur air bersih terdiri dari sumber, transmisi, pengolahan, distribusi, dan
konsumen. Sumber dapat terdiri dari sumber dan sistem pengambilan/pengumpulan saja atau dapat
pula dilengkapi dengan suatu sistem pengolahan. Sumber-sumber yang dapat digunakan, antara lain
air permukaan (sungai dan waduk), air tanah (mata air, sumur), air laut, dan air hujan. Kuantitas
sumber akan menentukan besarnya pengambilan yang dapat dilakukan, sedangkan kualitas sumber
akan menentukan perlu atau tidaknya pengolahan terhadap sumber. Sistem transmisi merupakan
sistem transportasi untuk air baku (dari sistem pengumpulan sampai bangunan pengolahan air
minum) dan air bersih (dari sumber yang sudah memenuhi syarat kualitas atau dari bangunan
pengolahan air minum sampai reservoir distribusi). Cara pengangkutan dapat dilakukan, baik dengan
cara gravitasi maupun pemompaan. Fasilitas pengangkutan dapat dilakukan dengan pipa maupun
tangki pengangkut. Sistem distribusi terdiri dari suatu reservoir dan pipa distribusi. Reservoir dapat
berupa tangki pada permukaan tanah ataupun tangki di atas kaki, baik untuk sistem gravitasi
ataupun pemompaan. Suatu reservoir mempunyai tiga fungsi, yaitu 1) penyimpanan, untuk melayani
fluktuasi pemakaian per jam, cadangan air untuk pemadam kebakaran, dan pelayanan dalam
keadaan darurat diakibatkan oleh terputusnya sumber, transmisi, ataupun terjadinya kerusakan atau
gangguan pada bangunan pengolahan air, dan lain-lain; 2) pemerataan aliran dan tekanan akibat
variasi pemakaian di dalam daerah distribusi; 3) sebagai distributor, pusat atau sumber pelayanan
dalam daerah distribusi.  PWKL4203/MODUL 1 1.9

7. Infrastruktur Air Limbah

Komponen infrastruktur air limbah terdiri dari sumber, saluran, pengolahan, dan disposal. Produksi
air limbah dihitung dari persentase pemakaian air bersih, yaitu 70%-80% dari pemakaian air bersih.
Air limbah ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang, dan sebagainya. Kualitas
air limbah tidak memadai untuk langsung dibuang ke lingkungan. Oleh karena itu, harus
dikumpulkan dan dialirkan ke instalasi pengolahan air limbah. Pengelolaan limbah domestik terdiri
pengolahan terpusat (off site sanitation) dan pengolahan setempat (on site sanitation). Sistem on
site adalah sistem di mana penghasil limbah mengolah air limbahnya secara individu, misalkan
dengan menggunakan tangki septik. Sistem off site adalah sistem di mana air limbah disalurkan
melalui sewer (saluran pengumpul air limbah) lalu kemudian masuk ke instalasi pengolahan
terpusat.

8. Infrastruktur Air Limpasan

Komponen dalam infrastruktur air limpasan terdiri dari air limpasan, drainase dengan segala
variasinya, dan badan air penerima. Drainase adalah saluran yang digunakan untuk mengalirkan air
limpasan ke badan air penerima. Sama halnya dengan air limbah, infrastruktur air limpasan terdiri
dari on site dan off site system. Pada saat ini, telah berkembang paradigma baru dalam pengelolaan
infrastruktur yang mana infrastruktur untuk mengalirkan air limpasan tidak hanya berupa saluran
drainase, melainkan saluran yang dilengkapi dengan kolam-kolam detensi, infiltrasi, dan pemanenan
air hujan.

9. Infrastruktur Persampahan Dalam pengelolaan sampah terdapat sejumlah elemen fungsional,


yaitu timbulan sampah (waste generation); penanganan dan pemilahan sampah; penyimpanan dan
pengolahan di sumber; pengumpulan, pemindahan dan transportasi; pemilahan, pengolahan dan
transformasi sampah; dan pembuangan (disposal). Dalam elemen fungsional di atas diperlukan
sejumlah prasarana, seperti tong sampah, gerobak sampah, bak sampah, dan mobil sampah. 10.
Infrastruktur Transportasi Transportasi dapat diartikan sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau
membawa barang dan atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Infrastruktur
transportasi dapat diklasifikasikan dalam infrastruktur transportasi darat, laut, dan udara. Untuk
masing-masing klasifikasi, terdapat sistem simpul 1.

10 Prasarana Wilayah dan Kota dan jaringan.

Sebagai contoh dari sistem simpul adalah terminal, stasiun, bandara, dan pelabuhan, sedangkan
contoh jaringan adalah jaringan jalan, rel, alur pelayaran, dan jalur penerbangan.

11. Infrastruktur Energi

Infrastruktur energi adalah infrastruktur yang mencakup pembangkit, jaringan transmisi, sampai
jaringan distribusi. Sistem transmisi dan distribusi merupakan sistem penghubung antara produsen
dan konsumen akhir yang berperan penting dalam ketersediaan energi.

12. Infrastruktur Telekomunikasi

Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi pengembangan pribadi dan lingkungan
sosialnya serta merupakan bagian penting bagi ketahanan nasional. Informasi dapat diperoleh
dengan salah satu cara yaitu telekomunikasi. Infrastruktur telekomunikasi terdiri dari beberapa sub
sistem, yaitu kantor pusat (central offices), private branches exchanges, dan physical plant.

13. Infrastruktur Sumber Daya Air

Salah satu infrastruktur sumber daya air adalah infrastruktur irigasi. Infrastruktur irigasi adalah
infrastruktur yang diperlukan untuk kepentingan irigasi. Infrastruktur irigasi terdiri dari komponen
sumber air, seperti air permukaan dan air tanah, infrastruktur pengambilan, saluran primer, saluran
sekunder, saluran tersier, dan saluran kuarter. Dari saluran kuarter air disalurkan ke sawah, setelah
melewati sawah air dibuang melalui saluran drainase dan kembali ke sungai.

KAITAN GLOBAL WARMING DAN INFRASTRUKTUR


Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi dunia
saat ini.

1. Pemanasan global ini sangat berdampak pada Komponen fisik infrastruktur air bersih terdiri
dari sumber, transmisi, pengolahan, distribusi, dan konsumen. Dimana kualitas air suatu
periaran sangat ditentukan oleh masukan material atau bahan ke perairan tersebut dan akan
menentukan manfaat maupun produksi ekonomi perairan tersebut. Beberapa penelitian
telah dilaporkan bahwa dengan adanya perubahan iklim akibat dari pemanasan global akan
menyebabkan degradasi terhadap kualitas air yang akhirnya berdampak pada sumber air,
cara pengolahannya, transmisi, dan distribusinya (Rizzi et al., 2016,).
2. pemanasan global akan menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan sehingga sumber
air menjadi kering. Manusia membutuhkan air sebagai sumber kebutuhan utama. Jika
sumber air sulit didapatkan, maka banyak manusia yang akan musnah
3. Pemanasan Global dapat mengganggu salah satu infrastruktur sumber daya air yaitu
infrastruktur irigasi. Bagi pertanian, pemanasan global akan berakibat pada perubahan curah
hujan. Perubahan curah hujan akan mengakibatkan terganggunya system irigasi shingga
beberapa tanaman yang tidak dapat beradaptasi pada situasi tersebut
4. dampak dari pemanasan global yakni meningkatnya permukaan air laut akan
mengakibatkan banjir dan adanya intrusi air laut. Pada saat terjadi banjir, banyak
material yang hanyut terbawa air – termasuk berbagai jenis limbah – maka limbah
inilah yang dapat mengurangi kualitas drainase terlebih infrastruktur drainase yang masih
di bawah standar, menyebabkan daerah sangat rentan dengan banjir. Hujan lebat dalam
waktu satu hingga dua jam saja sudah dapat menyebabkan banjir pada tempat-tempat
tertentu.
5. Kualitas infrastruktur tempat pembuangan sampah yang masih buruk, baik di tempat
pembuangan sementara maupun tempat pembuangan akhir (TPA) juga menjadikan
lingkungan kota tidak bisa bebas dari pencemaran sampah. Kualitas tempat pembuangan
sampah sementara di lingkungan jalan, perumahan, perkantoran, pasar, dan tempat-tempat
publik serta pusat keramaian masih lagi belum merata. Di pusat-pusat kota dan jalan-jalan
protokol, mungkin kuantitas dan kualitas tempat pembuangan sampahnya bagus, namun
bergeser sedikit ke kawasan pinggiran akan segera tampak keadaan yang sebenarnya
6. Infrastruktur jaringan jalan dan modal transportasi umum yang belum berkualitas
berdampak pada pencemaran udara terhadap pemansan global. Hal ini mengakibatkan
kemacetan lalu lintas di perkotaan. Selain itu, kemacetan lalu lintas juga turut menyumbang
kepada pencemaran udara dan turut menigkatkan pemanasan global dunia Hampir semua
kota besar di Tanah Air mengalami masalah kemacetan lalu lintas, yang di antara penyebab
utamanya adalah karena ketiadaan sistem transportasi kota yang berkualitas. Kini, dengan
semakin padatnya jumlah penduduk perkotaan akibat urbanisasi yang masih tinggi,
permasalahan menjadi bertambah rumit dan kompleks.
7.

Rizzi, J., Torresan, S., Critto, A., Zabeo, A., Brigolin, D., Carniel, S., Pastres R. and Marcomini, A., 2016.,
Climate change impacts on marine water quality: The case study of the Northern Adriatic sea., Mar.
Pollut. Bull, 102, 271 - 282

Anda mungkin juga menyukai