Anda di halaman 1dari 12

ANAK AGUNG RAKA NITYA AGASTI

2016210014
B
METODOLOGI PENELITIAN
Buah mengkudu (Morinda citrifolia) telah banyak digunakan untuk penurunan tekanan darah,
menurut penelitian Sri yang dipublikasikan kimia bahan alam, dikemukakan bahwa profil
senyawa yang dihasilkan oleh mengkudu untuk kuantitas atau kualitas sangat ditentukan oleh
kematangan buah. Berdasarkan referensi Publikasi Difarmasia FFUP ingin meneliti untuk topik
skripsinya antara perbandingan tingkat kematangan buah dengan dosis. Dalam penelitian ini
digunakan 45 pria dewasa (45-50 th) yang memiliki tekanan sistol antara 150-160 mmHg.
Penelitian dilakukan dalam kondisi terkontrol dan dilaksanakan 7 hari berurutan. Rerataan
dirangkum dalam tabel berikut:

Profil Tek.Darah Sistol Penderita Hipertensi Kronis


yang Memperoleh Pengobatan Ekstrak Buah Mengkudu

Dosis 1x25 mL/hari 2x25 mL/hari 3x25 mL/hari


Tingkat
kematangan
Buah Mengkudu 145 138 134
Muda 146 140 132
142 142 138
144 138 134
146 140 135
Buah Mengkudu ½ 136 135 130
Matang 134 132 128
135 134 128
132 138 126
138 130 122
Buah Mengkudu 130 126 120
Matang 128 122 122
132 125 118
126 124 124
122 126 122

1. Judul
Perbedaan Efektivitas Pemberian Tiga Dosis Berbeda dan Tingkat Kematngan Buah
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Terhadap Aktivitas Penurununan Tekanan Darah pada
Pria Dewasa

2. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan
meningkatnya kontraksi pembuluh darah arteri sehingga terjadi resistensi aliran darah
yang meningkatkan tekanan darah terhadap dinding pembuluh darah. Joint National
Committee VII (the Seventh US National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, 2012) mempublikasikan klasifikasi
baru tekanan darah normal dengan sistolik di bawah 120 mmHg dan diastolik di bawah
80 mmHg, dan menambahkan satu kategori baru yaitu prehipertensi, jika tekanan darah
sistolik antara 120 dan 139 atau tekanan darah diastolik di antara 80 dan 89 mmHg.
Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga pengukuran tekanan darah yang
melebihi 140/90 mmHg saat istirahat dipastikan mempunyai tekanan darah tinggi.
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik (TDS) > 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik (TDD) > 90 mmHg (Santoso M, et all, 2011). Penyakit hipertensi dapat
menimbulkan komplikasi pada suatu target organ, seperti stroke dan penyakit jantung
coroner.
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat
sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktivitas fisik, dan
stress psikososial. Hampir disetiap negara, hipertensi menduduki peringkat pertama
sebagai penyakit yang paling sering dijumpai (WHO, 2013 dalam Reski. A,
2013).Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat
yang ada di Indonesia maupun dibeberapa negara di dunia. Kenaikan kasus hipertensi
diperkirakan sekitar 80 % terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639
juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi
ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat
ini (Ridwan Amiruddin, 2013). Hipertensi dapat menyerang hampir semua golongan
masyarakat di seluruh dunia. Di negara-negara barat dan negara-negara yang berkembang
presentase penderita hipertensi meningkat dengan pesat. Sejalan dengan bertambahnya
usia, tekanan darah meningkat. Berdasarkan data WHO tahun 2013 pravelens hipertensii
kelompok usia diatas 25 tahun secara global adalh sebesar 40% dari populasi penduduk
didunia. Di Indonesia Hipertensi menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
stroke dan tuberkulosis (TBC) yakni mencapai 6,7% dari seluruh populasi kematian
diseluruh golongan umur menurut hasil riset kesehatan daerah badan penelitian dan
pengembangan kesehatan (BALITBANGKES) tahun 2013. Pravelensi hipertensi secara
nasional mencapai 31,7% (Depkes,20013). Masalah hipertensi di Indonesia cenderung
meningkat dari 8,3% pada SKRT tahun 20011 menjadi 27,5% pada tahun 2012
sedangkan pada tahun 2013 menjadi 31,7%.
Hipertensi pada dasarnya cenderung sulit untuk dikontrol baik dengan tindakan
pengobatan dan tindakan medis dikarenakan penyakit ini memiliki sifat yang tidak stabil.
Oleh karena itu perlu dilakukan suatu bentuk penanganan atau terapi. Penatalaksaan
hipertensi dapat dilakukan dengan terapi fakmakologis seperti pemberian obat
antihipertensi dan non farmakologis atau modifikasi gaya hidup meliputi membatasi
asupan garam, penurunan berat badan berhenti merokok, olahraga rutin/aktivitas fisik dan
modfikasi diet/nutrisi (terapi diet). Penatalaksaanan hipertensi secara terapi farmakologis
ternyata masih menimbulkan keraguan dikalangan individu terutama mengenai biaya
tinggi, ketidakpatuhan penderita dalam proses pengobatan ataupun persepsi keamanan
suatu obat sehingga National Center for Complementary and Alternatif Medicine of The
National Institude of Health telah mengklasifikasikan berbagai macam terapi dan system
perawatan menjadi lima katagori. Salah satu katagorinya adalah Biological Base
Therapies (BBT). BBT merupakan sebuah jenis terapi komplementer yang menggunakan
bahan alam dan yang termasuk kedalam BBT adalah herbal. Beragam terapi herbal yang
telah terbukti secara ilmiah dapat menurunkan tekanan darah yaitu dengan memanfaatkan
menggunakan mengkudu.
Mengkudu atau Morinda citrifolia juga disebut 'noni' digunakan selama berabad-
abad sebagai obat tradisional oleh orang Polinesia selama lebih dari 2000 tahun. Berbagai
komunitas di seluruh dunia mengkonsumsi buah dan daun tanaman obat tradisional ini
untuk sifat terapeutiknya yang serbaguna. Morinda citrifolia ditemukan memiliki
berbagai efek terapeutik seperti antiviral, antibakteri, antijamur, antitumor, anthelmintik,
analgesik, hipotensi, antiinflamasi, efek peningkatan kekebalan tubuh, mencegah
penurunan kolesterol dalam tubuh, zat antihipetensi yaitu zat scopoletin berfungsi
mencegah pembentukan plak (aterosklerosis) serta dapat menurunkan tekanan darah.
Adanya kandungan skopoletin dalam buah mengkudu berperan penting dal am
menurunkan tekanan darah melalui efek vasodilatasi melalui aksi sebagai ACE inhibitor.

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka didapat permasalahan sebagai berikut:
Adakah perbedaan pengaruh pemberian 3 dosis berbeda dengan tingkat kematangan buah
mengkudu (Morinda citrifolia L.) dalam aktivitas penurunan tekanan darah pada pria
dewasa?

4. Hipotesis
- Diduga tidak terdapat perbedaan yang sangat bermakna pada penurunan tekanan
darah dengan tingkat kematangan yang berbeda
- Diduga tidak terdapat perbedaan yang sangat bermakna pada penurunan tekanan
darah dengan dosis yang berbeda
- Diduga tidak terdapat interaksi antara tingkat kematangan dan dosis yang berbeda
yang digunkan terhadap penurunan tekanan darah

5. Perhitungan
1x25 mL/hari 2x25 mL/hari 3x25 mL/hari Σx
B.M.Muda 145 138 134
148 140 132
142 142 138
144 138 134
146 140 135
Σ x = 725 Σ x = 698 Σ x = 673 2096
Σ x 2 = 105145 Σ x 2 = 97452 Σ x 2 = 90605
B.M. ½ Matang 136 135 130
134 132 128
135 134 128
132 138 126
138 130 122
Σ x = 675 Σ x = 669 Σ x = 634 1978
Σ x 2 = 91145 Σ x 2 = 89549 Σ x 2 = 80428
B.M. Matang 130 126 120
128 122 122
132 125 118
126 124 124
122 126 122
Σ x = 638 Σ x = 623 Σ x = 606 1867
Σ x 2 = 81468 Σ x 2= 77637 Σ x 2 = 73468
Σx 2038 1990 1913 N = 5941

JKT = 2552,98
JKB = 1748,58
JKK = 530,18
JK(BK) = 39,02
JKG = 235,2
dbB = 2
dbK = 2
dbBK = 4
dbG = 36
dbT = 44
MkB = 874,29
MkK = 265,09
Mk(BK) = 9,755
MkG = 6,53
Fb = 133,89
Fk = 40,60
F(BK) = 1,49

Sumber JK dB Mk Fhit Ftabel


1% 5%
Baris 1748,58 2 874,29 133,89 5,21 3,26
Kolom 530,18 2 265,09 40,60 5,21 3,26
Inter 39,02 4 9,755 1,49 3,9 2,63
Galat 235,2 36 6,53
- Jadi, Fhit > F tabel pada p=0,01 maupun pada p=0,05  terdapat perbedaan yang
sangat bermakna pada penurunan tekanan darah dengan tingkat kematangan yang
berbeda
- Jadi, Fhit > F tabel pada p=0,01 maupun pada p=0,05  terdapat perbedaan yang
sangat bermakna pada penurunan tekanan darah dengan dosis yang berbeda
- Jadi, Fhit < F tabel pada p=0,01 maupun pada p=0,05  tidak terdapat interaksi
antara tingkat kematangan dan dosis yang berbeda yang digunkan terhadap penurunan
tekanan darah

6. Pembahasan
Dari hasil perhitungan statistic yang diperoleh nilai Fhit > Ftabel pada p=1% dan p=5%
sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan yang sangat bermakna pada penurunan
tekanan darah dengan menggunakan tingkat kematangan buah dan dosis yang berbeda,
serta tidak terdapat interaksi antara tingkat kematangan buah dengan dosis yang bebrda
yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah.

7. Kesimpulan
- terdapat perbedaan yang sangat bermakna pada penurunan tekanan darah dengan
tingkat kematangan yang berbeda
- terdapat perbedaan yang sangat bermakna pada penurunan tekanan darah dengan
dosis yang berbeda
- tidak terdapat interaksi antara tingkat kematangan dan dosis yang berbeda yang
digunkan terhadap penurunan tekanan darah
- Efek penurunan tekanan darah sistol terbaik terdapat pada buah mengkudu matang
dengan dosis 2x25 mL/hari dan 3x25 mL/hari. Dikarenakan mampu menurunkan
tekanan darah sistol menjadi kurang dari 130 mmHg, namun yang paling baik dari
keduanya adalah dengan dosis 3x25 mL/hari.

ANAK AGUNG RAKA NITYA AGASTI


2016210014
B
METODOLOGI PENELITIAN
Dewi dalam rangka sripsi, ingin meneliti pengaruh intensitas matahari dan dosis pupuk
MPK terhadap akumulasi senyawa flavonoid total pada tanaman kumis kucing dan diuji
coba dengan kondisi berbeda. Perbedaan kondisi uji coba mencakup 3 variasi intensitas
sinar matahari dan 3 variasi dosis. Sampel yaitu ekstrak daun yang diekstrak dengan
etanol, kadar flavonoid total diperoleh dengan metode KCKT menggunakan kuersetin
sebagai BP, adapun profil kadar flavonoid toal sbb:
Profil Kadar Flavonoid Total dengan Metode KCKT
Dosis Kuersetin 10 mg/minggu 20 mg/minggu 30 mg/minggu
Intensitas
Sinar matahri
Tinggi 11,2 12,5 13,9
11,5 12,8 13,2
11,3 12,4 14,2
10,9 11,8 13,8
11,8 12,2 14,1
Sedang 11,2 11,8 13,7
10.7 11,9 13,6
10,2 11,2 13,5
10,6 11,5 13,7
10,5 10,8 13,4
Rendah 10,4 10,7 11,8
9,7 10,2 11,7
9,8 10,4 11,2
9,5 9,8 10,9
9,2 10,5 10,8

1. Judul
Pemeriksaan Kadar Flavonoid Total yang Terkandung pada Tanaman Kumis Kucing
(Orthosiphon Aristatus) dengan Menggunakan Intensitas Sinar Matahari dan Dosis
Kuersetin yang Berbeda Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
2. Latar Belakang
Pemanfaatan tanaman obat telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak ribuan tahun
yang lalu, jauh sebelum adanya obat modern. Kesadaran masyarakat tentang manfaat
tanaman obat mendorong minat masyarakat dalam penggunaan tanaman obat sebagai
obat tradisional. Penggunaan bahan alam sebagai obat cenderung mengalami peningkatan
dengan adanya konsep back to nature. Selain itu, obat dari bahan alam juga dianggap
hampir tidak memiliki efek samping yang membahayakan apabila dalam penggunaan
yang tepat.
Kumis kucing merupakan salah satu tanaman obat yang cukup terkenal di
Indonesia. Daun kumis kucing basah maupun kering dapat digunakan sebagai bahan obat.
Telah diketahui bahwa tanaman kumis kucing bermanfaat untuk mengobati beberapa
penyakit seperti diuretik, rematik, sakit perut, ginjal, kandung kemih, dan asam urat
(Basheer and Majid, 2011). Tanaman kumis kucing termasuk salah satu jenis herbal
karena mengandung bahan atau zat aktif yang berguna untuk pengobatan, salah satunya
senyawa flavonoid. Flavonoid merupakan salah satu golongan fenolik yang tersebar
secara luas di bagian tanaman seperti daun, biji, kulit kayu, dan bunga. Flavonoid
merupakan senyawa aktif yang bermanfaat untuk kesehatan yaitu sebagai senyawa
antimikrobia, sitotoksisitas, antitumor dan hampir setiap kelompok senyawa flavonoid
memiliki aktivitas antioksidan kuat yang dapat melindungi manusia dari radikal bebas
dan oksigen. Oleh karena itu, dengan diketahuinya kandungan flavonoid pada tanaman
kumis kucing ini diharapkan dapat tercipta peluang untuk meningkatkan nilai tambah
dalam pemanfaatannya.
Tanaman kumis kucing biasanya tumbuh secara liar sehingga belum banyak orang yang
membudidayakan tanaman kumis kucing secara khusus untuk bahan obat sehingga
budidaya tanaman kumis kucing masih rendah. Hal ini berdampak pada tidak adanya
jaminan keberlangsungan pasokan, waktu panen beragam, serta kualitas yang baik.
Standar budidaya kumis kucing agar dapat menghasilkan produksi dan kandungan
senyawa kimia yang baik masih perlu dikembangkan, sehingga penelitian tentang hal
tersebut harus dilakukan. Tercatat hanya sekitar 207 Ha lahan budidaya kumis kucing
yang terdapat di Indonesia. Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, lahan
pertanian lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan tanaman pangan. Lahan di bawah
tegakan hutan merupakan areal alternatif untuk budidaya kumis kucing. Dalam hal ini
persaingan cahaya diduga akan menjadi faktor pembatas bagi petumbuhan dan
produktifitas tanaman kumis kucing. Dugaan tersebut perlu dibuktikan dengan penelitian.
Cahaya merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena
selain berperan dominan pada proses fotosintesis, juga sebagai pengendali, pemicu, dan
modulator respon morfogenesis, khususnya pada tahap awal pertumbuhan tanaman.
Tanaman kumis kucing menyukai tempat tumbuh yang tidak terlalu kering
dengan suhu udara yang sedang hingga panas, serta tempat yang agak terlindung.
Intensitas cahaya yang rendah menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, sedangkan
intensitas cahaya terlalu tinggi menyebabkan tanaman mengalami kekeringan. Salah satu
cara untuk mengatur intensitas cahaya matahari agar sesuai dengan kebutuhan tanaman
dilakukan dengan pemberian naungan. Tingkat naungan yang berbeda dapat
menyebabkan perubahan karakter morfologi, anatomi dan fisiologi tanaman yang
mempengaruhi metabolit sekunder seperti senyawa fenolik pada tanaman. Metabolit
sekunder disekresi oleh struktur sekretori tanaman, salah satunya ialah trikoma kelenjar.
Kerapatan trikoma kelenjar berpengaruh terhadap banyaknya metabolit sekunder yang
dihasilkan oleh tanaman. Trikoma dapat ditemukan pada permukaan atas dan bawah daun
tanaman. Trikoma pada daun tanaman Kumis Kucing terdiri atas trikoma kelenjar dan
trikoma non-kelenjar.
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) memiliki banyak keuntungan,
antara lain cepat, daya pisahnya baik, peka, ideal untuk molekul besar dan ion, mudah
untuk memperoleh kembali cuplikan, kolom dapat digunakan berulang kali, dan
tekniknya tidak memerlukan keahlian khusus, serta perangkatnya dapat digunakan secara
otomatis dan kuantitatif.

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka didapat permasalahan sebagai berikut:
Adakah perbedaan kadar falavonoid total pada tanaman kumis kucing dengan
menggunakan intesitas sinar matahari dan dosis Kuersetin yang berbeda?

4. Hipotesis
- Diduga tidak terdapat perbedaan yang sangat bermakna pada kadar flavonoid total
dengan intensitas sinar matahari yang berbeda
- Diduga tidak terdapat perbedaan yang sangat bermakna pada kadar flavonoid total
dengan dosis Kuersetin yang berbeda
- Diduga tidak terdapat interaksi antara intensitas sinar matahari dan dosis Kuersetin
yang berbeda yang digunkan terhadap kadar flavonoid total.

5. Perhitungan
Profil Kadar Flavonoid Total dengan Metode KCKT
Dosis Kuersetin 10 mg/minggu 20 mg/minggu 30 mg/minggu Σx
Intensitas
Sinar matahri

tinggi 11,2 12,5 13,9


11,5 12,8 13,2
11,3 12,4 14,2
10,9 11,8 13,8
11,8 12,2 14,1
Σ x = 56,7 Σ x = 61,7 Σ x = 69,2 187,6
2
Σ x = 643,43 Σ x 2 = 761,93 Σ x 2 = 958,34
Sedang 11,2 11,8 13,7
10,7 11,9 13,6
10,2 11,2 13,5
10,6 11,5 13,7
10,5 10,8 13,4
Σ x = 53,2 Σ x = 57,2 Σ x = 67,9 178,3
Σ x 2 = 566,58 Σ x 2 = 655,18 Σ x 2 = 922,15
Rendah 10,4 10,7 11,8
9,7 10,2 11,7
9,8 10,4 11,2
9,5 9,8 10,9
9,2 10,5 10,8
Σ x = 48,6 Σ x = 51,6 Σ x = 56,4 156,6
Σ x 2 = 473,18 Σ x 2 = 532,98 Σ x 2 = 637,02
Σx 158,5 170,5 193,5 N = 522,5

JKT = 83,98
JKB = 33,74
JKK = 42,18
JK(BK) = 2,95
JKG = 5,11
dbB = 2
dbK = 2
dbBK = 4
dbG = 36
dbT = 44
MkB = 16,87
MkK = 21,09
Mk(BK) = 0,74
MkG = 0,14
Fb = 120,5
Fk = 150,64
F(BK) = 5,29

Sumber Fhit Ftabel


1% 5%
Baris 120,5 5,21 3,26
Kolom 150,64 5,21 3,26
Inter 5,29 3,9 2,63

- Jadi, Fhit > Ftabel pada p=0,01 maupun pada p=0,05  terdapat perbedaan yang
sangat bermakna pada kadar flavonoid total dengan intensitas sinar matahari yang
berbeda
- Jadi, Fhit > Ftabel pada p=0,01 maupun pada p=0,05  terdapat perbedaan yang
sangat bermakna pada kadar flavonoid total dengan dosis yang berbeda
- Jadi, Fhit > Ftabel pada p=0,01 maupun pada p=0,05  terdapat interaksi antara
inetnsitas sinar matahari dan dosis yang berbeda yang digunakan terhadap penetapan
kadar flavonoid total.

6. Pembahasan
Dari hasil perhitungan statistic yang diperoleh nilai Fhit > Ftabel pada p=1% dan p=5%
sehingga dapat dikatakan terdapat perbedaan yang sangat bermakna pada kadar flavonoid
total dengan menggunakan intensitas sinar matahari dan dosis yang berbeda, serta
terdapat interaksi antara intensitas sinar matahari dengan dosis yang bebrda yang
digunakan untuk menetapkan kadar flavonoid total.

7. Kesimpulan
- terdapat perbedaan yang sangat bermakna pada kadar flavonoid total dengan
intensitas sinar matahari yang berbeda
- terdapat perbedaan yang sangat bermakna pada kadar flavonoid total dengan dosis
yang berbeda
- terdapat interaksi antara inetnsitas sinar matahari dan dosis yang berbeda yang
digunakan terhadap penetapan kadar flavonoid total.

Anda mungkin juga menyukai