Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar. (FK-
UNPAD, 1984 :7)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut. Berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup di
luar kandungan. (Saifuddin,2002).
Jadi dapat disimpulkan bahwa abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum usia
22 minggu dan anak belum dapat hidup di dunia luar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa abortus imminens adalah terjadinya perdarahan bercak dari
rahim sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu yang masih menunjukkan suatu ancaman
dan masih ada harapan untuk mempertahankannya.
Pada abortus imminens apabila janin masih hidup maka kehamilan dapat dipertahankan,
akan tetapi apabila janin mengalami kematian, maka dapat terjadi abortus spontan. Penentuan
kehidupan janin dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG (Ultrasonografi) untuk melihat
gerakan dan denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat juga didengarkan melalui alat
Doppler atau Laennec apabila janin sudah mencapai usia 12 – 16 minggu.
1
2.3 ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti tetapi
terdapat beberapa faktor sebagai berikut :
6. Kelainan plasenta
Misalnya endar teritis terjadi dalam vilikorialis dan menyebabkan oksigenasi plasenta
terganggu, sehingga mengganggu pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini dapat
terjadi karena hipertensi, nefritis dan diabetes militus.
7. Pengaruh luar
8. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi. Hasil konsep
siter pengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu
yang disebut teratogen.
9. Penyakit ibu
b. Anemia
c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit
diabetes melitus.
10. Serviks inkompeten yang disebabkan oleh kelemahan bawaan pada serviks, dilatasi
serviks berlebihan, konisasi, amputasi, atau robekan serviks yang luas yang tidak dijahit.
2
2.4 TANDA GEJALA ABORTUS IMMINENS
Jika seseorang wanita yang hamil muda mengeluarkan darah sedikit per vaginam maka ia
diduga menderita abortus imminens. Secara ikhtisiar abortus imminens kita diagnose kalau pada
kehamilan muda terdapat :
a. Perdarahan sedikit
f. Pemeriksaaan Ginekologi
g. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi
h. Inspekulo : adanya pengeluaran darah yang bersumber dari dalam uterus,osteum uteri
terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak
cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
2. Data laboratorium
2.4 DIAGNOSA
Jika ada seorang ibu hamil < 20 minggu dengan tanda gejala, terdapat perderahan sedikit
(bercak darah), nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali, uterus sesuai dengan
usia kehamilan, pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan, dan tidak diketemukan kelainan
pada cervix merupakan tanda mengarah pada kasus abortus iminens.
2.5 PENATALAKSANAAN
1. Pasien di dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seks atau bersenggama untuk
meminimumkan kemungkinan rangsangan prostaglandin.
3
2.6 TUJUAN PENATALAKSANAAN
Jika perdarahan :
* Terus berlangsung : Nilai kondisi janin (uji kehamilan USG). Lakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahn berlanjut,
khususnya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang di
harapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
*Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui gejala
klinik dan hasil pemeriksaan genikologi.
Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin karena obat-obat ini tidak dapat mencegah
abortus)
4
ABORTUS INSIPIENS
2.1 Pengertian
Abortus adalah perdarahan pervagina yang berasal dari kanalis servikalis yang terjadi
pada wanita dalam masa reproduksi dengan terlambat haid telah dibuktikan adanya
kehamilan. Kehamilan kurang dari 20 minggu atau hasil konsepsi kurang dari 500 gram. (M.
Rachman, 2000).
Menurut Holmer abortus adalah terputusnya kehamilan sebelum minggu ke 16 di mana
proses plasentasi belum selesai.
Menurut Eastman abortus adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan di mana fetus
belum sanggup hidup sendiri di luar uterus. Arti dari belum sanggup itu sendiri adalah fetus
beratnya terletak antara 400-1000 gram atau usia kehamilan kurang dari 28minggu.
Jadi, abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum fetus dapat hidup di luar
kandungan, dengan usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan dengan berat fetus kurang
dari 500 gram.
Abortus incipiens adalah peristiwa pendarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus. Dalam hal ini rasa mulas menjadi leih sering. Pengeluaran hasil konsepsi
dapat dilaksanakan dengan kureta vacum atau dengan cunan ovum.
Abortus insipiens adalah proses keguguran yang sedang berlangsung dengan ditandai
dengan adanya rasa sakit karena telah terjadi kontraksi rahim untuk mengeluarkan hasil
konsepsi. Ostium bisa ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak dapat dipertahankan
lagi.
Jadi, abortus insipiens adalah perdarahan dari uterus pada kehamilan kurang dari 20
minggu dengan ostium uteri internum yang sudah terbuka disertai rasa mulas yang
bertambah sering dan kuat. Abortus incipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dan
tidak dapat dicegah lagi keluarnya, sehingga perlu penanganan lebih lanjut.
Pendarahan saat awal kehamilan di mana walaupun belum ada jaringan yang keluar
namun mulut rahim sudah terbuka. Pada keadaan seperti ini, kehamilan ini tidak dapat
dipertahankan. Jaringan dalam rahim harus dibersihkan, baik dengan cara pemberian obat
5
ataupun dengan cara kureta. Pendarahan tersebut ringan hingga sedang pada kehamilan
muda di mana hasil konsepsi masih berada dalam cavum uteri, kondisi ini menunjukan
proses abortus sedang berlangsung dan akan menjadi abortus inkomplit atau komplit.
2.2 Tanda-tanda
Abortus incipiens ditandai dengan perdarahan ringan, sedang atau berat (hingga disertai
gumpalan darah) dan disertai kontraksi rahim sehingga mengakibatkan nyeri perut dan
terjadi pembukaan. Pada pemeriksaan dalam dirasakan pembukaan mulut rahim. Janin masih
terdapat dalam rahim dan ketuban masih utuh. Abortus incipiens biasanya berakhir sebagai
abortus inkomplit atau komplit.
2.3 Penyebab
Faktor – faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum sendiri, faktor ibu
dan faktor bapak :
1. Kelainan Ovum
Menurut HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus
spontan. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang
kemungkinan kalau kehamilannya sudah lebih dari 1 bulan, artinya makin muda
kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan
ovum (50 – 80%).
2. Kelainan Genetalia Ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
- Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dll)
- Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
- Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah
dibuahi, Ex : kurangnya progesteron / estrogen, endometritis, mioma submukosa.
- Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola )
- Distosia uterus, Ex terdorong oleh tumor pelvis.
3. Gangguan Sirkulasi Plasenta
Kita jumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia
gravidarum, anomaly plasenta, dan endorteritis oleh karena luwes.
6
-Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipertiroid, kekurangan vit
A,C,E, dan DM.
5. Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus,
sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.
7. Penyakit bapak
2.4 Diagnosis
Terjadi perdarahan disertai rasa mules yang sering dan kuat, dan terjadi dilatasi serviks
yang meningkat.
2.5 Penanganan
Penatalaksanaan : evakuasi hasil konsepsi dengan dilatasi dan kuretase. Diikuti
pemberian uterotonika, analgetika, dan antibiotika. Penanganan abortus incipiens meliputi :
1. jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vacum
manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan : berikan ergomefiin 0,2 mg secara SC
(dapat diulangi setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat
diulang sesudah 4 jam bila perlu).
2. Segera lakukan persiapan selanjutnya untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus. Jika
usia kehamilan lebih 16 minggu : tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi
sisa hasil konsepsi. Jika perlu lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV
dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
Proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin. Apabila janin sudah keluar
tetapi plasenta masih tertinggal, sebaiknya pengeluaran plasenta dikerjakan secara digital
yang dapat disusul dengan kerokan bila masih ada sisa plasenta yang tertinggal.
7
2.6 Konsep Askeb Abortus Insipien
2.6.1 DATA SUBJEKTIF
a. Gejala saat ini
Nyeri Abdomen : kram suprapubik intermitten, progresif diakibatkan oleh
kontraksi uterus yang menimbulkan perdarahan dan dilatasi serviks.
Perdarahan Pervaginam : jumlah perdarahan cenderung sangat bervariasi.
Beberapa pasien perdarahan hebat, sementara lainnya menunjukkan gejala
minimum.
Riwayat Haid : meskipun sebagian besar abortus timbul sebelum 12 minggu
setelah siklus haid berakhir, namun abortus yang lambat dapat terjadi selama
trimester II.
Kebocoran Cairan Amnion : abortus bersifat incipiens, bila selaput amnion
pecah. (jarang cairan yang telah berkumpul di antara amnion dan korion lolos
dan kehamilan berlanjut tanpa akibat serius).
8
Hitung Sel Darah Lengkap dan Apusan Darah : hemoglobin dan hematokrit
menunjukkan anemia dan perdarahan sebelumnya. Hitung leukosit dan hitung
jenis dapat mengidentifikasi suatu infeksi sistemik.
Urinalisis : hasil urianalisis normal.
ABORTUS INKOMPLIT
1. Pengertian
9
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu / buah kehamilan belum mampu untuk
hidup di luar kandungan. (buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal hal : 145).
Abortus inkomplit adalah pengeluararan sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta(seluruhnya
atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkomplit.
2. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang
dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karna villi korialis
belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi
korialis menembus desidualebih dalam, sehinnga umumnya plasenta tidak dilepaskan
sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu
keatas umumnya yang di keluarkan setelah ketubah pecah ialah janin, disusul beberapa
waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan
lengkap. Pristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi padaabortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas
dan mungkin pula janin telah mati lama bentuk ini menjadi mola karnosa apaila pigmen
darah telah di serap dan dalam sisahnya terjadi organisasi sehingga semua tampak seperti
daging. Pada janin yang telah meninggal dan tidak di keluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi dimana janin mengering dan karna cairan amnion berkurang maka ia jadi
gepeng(fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
perkamen (fetus papiraseus) kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera di
keluarkan adalah terjadi maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut
membesar karna terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerahan dan dapat
10
menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung lama
(prawiraharjo,2005)
3. Etiologi
Menurut prawiraharjo (2007) penyebab abortus dalam teori menyebutkan ada beberapa
hal, di antaranya :
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian atau
cacat. Faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan adalah sebagai
berikut :
a) Kelainan kromosom, kelainan yang sering di temukan pada abortus
spontan ialah trisomi, polipploidi, dan kemungkinan pula kelainan
kromosom seks
b) Lingkungan sekitar kurang sempurna, apabila lingkuangan di
endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c) Pengaruh dari luar, akibat dari radiasi, firus, oabt-obatan, tembakau
dan alkohol dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun
lingkungan hidupnya dalam uterus, pengaruh ini umumnya dinamakan
pengaruh teratogen.
b. Kelainan pada plasenta
Endotritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Kaadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karna
hipertensi menahun.
c. Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti peneumonia, typus abdominalis, malaria dan lain-
lain yang menyebabkan abortus, toksin, bakteri virus atau plasmoduim dapat
melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin dan
kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparatomi,peritonitis
11
umum dan penyakit menahun seprti brusellosis, toksoplasmis juga dapat
menyebabkan abortus walaupun jarang.
d. Kalainan traktus genetalis
Retroversio uteri, mioma uteri, atai kelainan bawaan uterus dapat
menyebabkan abortus tetapi harus di ingat bahwa hanya retroversio uteri
gravidi inkarsereta atau mioma sukmukosa yang memegang peranan penting.
Sebab lain abortus trimester II ialah servik inkompeten yang dapat di
sebabkan oleh kelemahan bawaan pada servik, dilatasi servik berlebih,
konisasi, amputasi, atau robekan serik luas yang tidak di jahit.
e. Penyakit yang menyebabkan abortus
penyakit toxoplasma, pneumonia, typus, malaria, anemia berat, laparotomi,
peritonitis.
5. Komplikasi
a) Perdarahan
- Dapat terjadi sedikit dalam waktu panjang
- Dapat terjadi perdarahan yang banyak, sehingga menimbulkan syok
b) Infeksi
- Keguguran tidak lengkap
c) Degenerasi ganas
- Keguguran dapat menjadi korio karsinoma sekitar 15-20%
12
- Gejala kario karsinoma adalah terdapat perdarahan berlangsung lama terjadi
pembesaran atau perlunakan rahim, terdapat melastase kevagina atau lainnya
d) Penyulit saat melakukan kuretase
Dapat terjadi perforasi dengan gajalah:
- Kuretase terasa tembus
- Penderita kesakitan
- Penderita syok
- Dapat terjadi perdarahan dalam perut dan infeksi dalam abdomen
6. Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan ginekologi abortus inkomplit antara lain sebagai berikut :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan konsepsi,
tercium atau tidak bau busuk dari vulva
b. Inspekolo : perdarahan dari kavum uteri, ostiumuteri tebuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada atau tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium
c. VT : portio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uteri lebih kecil dari usia kehamilan tidak nyeri saat
portio digoyang (nugroho, 2012)
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut sujiatini (2009), pemeriksaan penunjang abortus inkomplit yaitu
USG. USG kehamilan untuk mendeteksi adanya sisa kehamilan. Pada USG
didapatkan endometrium yang tipis
8. Penatalaksanaan
Penanganan abortus inkomplit :
a. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,
evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui servik. Jika perdarahan berhenti,
beri ergometrin 0.2 mg intramuskuler atau isoprostol 400 mg per oral
13
b. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsungan usia kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih.
- Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya di lakukan jika aspirasi vakum
manual tidak tersedia
- Jika evakuasi belum dapat di lakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg IM di ulangi
setelah 15 menit jika perlu atau misoprostol 400 mcg per oral ( dapat di ulangi
setelah 4 jam jika perlu)
UK <20 MINGGU
14
Tanggal Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
I. Data Subjektif
1. Boidata
Nama Ibu : Nama Suami :
Umur : 16 thn- 35 thn Umur :
Pendidikan : Pendidikan :
Suku : Suku :
Agama : Agama :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya rasa nyeri mules – mules dan keluar darah pervaginam dalam
jumlah banyak dan berupa darah beku.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit toxoplasma, pneumonia, typus, malaria,
anemia berat, laparotomi, peritonitis.
4. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir dan menentukan taksiran persalinan, keluhan
selama hamil.
5. Riwayat Obstetri
Anak terkecil berumur ≤ 2 tahun.
15
Pasca abortus dilakukan Curretage.
6. Pola Nutrisi
Kurangnya asupan nutrisi saat dan sebelum hamil
7. Riwayat KB
Kontrasepsi hormonal yang digunakan. Seperti : PIL
8. Riwayat Psikologi
Ibu merasa cemas dan takut
Kehamilan tersebut direncanakan dan diharapkan
LILA : ≤ 23 cm
BB : IMT ≤ 17%
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah : Pucat, cloasma gravidarum
16
Mata : Konjungtiva pucat (anemia), Sklera ikterik
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena
jugularis , tidak ada pembengkakan kelenjar Limfe
Dada : simetris, pembesaran payudara normal , hiperpigmentasi areola mamae
, papilla menonjol normal
Abdomen : Ada nyeri perut di bagian bawah dan uteri berukuran lebih kecil dari
seharusnya yakni TFU 3 jari diatas symphisis, kontraksi uterus baik
Genetalia :
Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam banyak dan biasanya disertai stosel/darah
beku, terdapat jaringan hasil konsepsi, tidak tercium bau busuk dari vulva.
Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka, ada/tidak jaringan
keluar dari ostium, tidak ada cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
VT : portio masih terbuka, teraba jaringan dalam kavum uteri, besar uterus lebih
kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat portio digoyang, kavum dongles tidak
menonjol dan tidak nyeri
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG janin sudah mati dan masih ada bagian janin yang tersisa di dalam
uterus.
Pemeriksaan Hb : ≤ 11gr%
III. ANALISA
Ny ... G... P... A ... hamil 12 minggu dengan abortus inkomplit
S : ibu mengatakan amenorea selama 2 hari dan ibu mengatakan mengeluarkan darah
bergumpal dan nyeri
O : inspeksi genetali terdapat bercak darah, pemeriksaan dalam, portio teraba 1 jari longgar,
teraba jaringan, korpus uteri antafleksi agak membesar
KU : Lemah
17
TD : Normal
Nadi : dbn (60 – 80 x/menit)
Suhu :dbn (36 – 37,5ºC)
RR : dbn (18 – 22 x/menit )
IV. Penatalaksanaan
18
LAMPIRAN SOP CURRETAGE
19
o Abortus tang 1 buah
o Kuret tumpul 1 buah
o Kuret tajam 1 buah
o Kasa steril secukupnya
o Kain steril berisi betadine
o Poli cateter (bila perlu)
o Saflon / kapas
c) Menyiapkan alat yang tidak steril
o Clemek 2 buah
o Penampung darah / tempat sampah
o Perlak 1 buah
o Lampu sorot
o Spuit 3 ml 2 buah
o Larutan clorin 0,5%
o Larutan DTT
o Obat – obatan (amoxicillin, pitogen, ergometrin)
o Membantu dokter melakukan kuretase
o Ibu berbaring terlentang dengan posisi litotomi dengan infur RL di tangan kiri
o Sepsis dan antiseptik vulva, vagina dan sekitarnya dengan kasa betadine
o Cateterisasi kandung kemih ±20 cc
o Memasang duk steril pada bokong ibu
o Pasang spekulum posterior lalu anterior kemudian portio dijepit dengan terakulum
gigi 1
o Sonde uterus dimasukkan ± 9 cm
o Jaringan ini di keluarkan dengan abortus tang, lalu dengan kuret tajam dan kuret
tumpul
o Memberikan injeksi oxytosin sama dengan egometrin 1 : 1 secara IM
o Jaringan yang keluar ±20 cc
20
o Kemudian membersikan ibu dengan melakukan decontaminasi semua alat –
alatyang telah digunakan untuk mencegah decontaminasi. Decontaminasi tempat
tidur dengan merendam alat – alat dalam larutan clorin 0,5% dan mencuci tamgan
dengan air mengalir.
- TD 110/80 mmHg
- Nadi : 80kali/menit
- RR : 20 kali / menit
- Suhu : 37 ºC
- Menganjurkan ibu untuk istirahat
- Menganjurkan ibu untuk menghabiskan porsi makan / minuman yang
telah disediakan, ibu menghabiskan porsi makan dan minum dan minuman
susu 1 gelas
- Pemberian obat – obatan post kuretase
- Pemberian injecsi. Ibu disuntik pitogin 1 ampul dan egrometrin 1 ampul
secara IM
ABORTUS KOMPLIT
22
2. Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari
selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi. Untuk
anemia berat berikan transfuse darah.
3. Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika, atau apabila
khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotik profilaksis.
4. Anjurkan pasien untuk diet tinggi protein,vitamin dan mineral.
5. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah.
6. Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak.
7. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
8. Kirimkan hasil konsepsi untuk pemeriksaan patologi (adanya hasil
konsepsi,membuktikan bahwa bukan mola, kehamilan ektopik, dan sebagainya).
9. Kuretase tidak diperlukan.
10. Erogonovin atau metilergonovin maleat diberikan tiga kali sehari dengan dosis 0,2 mg
per oral selama tiga hari, dapat membangtu kontraksi uterus
2.7. Terapi yang diberikan pada abortus kompletus
1. Sebagian ahli berpendapat, oleh karena sudah lengkap ekspulsi tidak perlu dibersihkan
dengan kuretase, akan tetapi sebaiknya dilakukan kuretase karena ditakutkan adanya sisa
dari konsepsi yang masih tertinggal. Tertinggalnya sisa konsepsi akan menimbulkan
bahaya :
1. perdarahan yang berlangsung lama
2. bahaya akan terjadinya infeksi meningkat, dapat diikuti infertilitas
3. degenerasi ganas menjadi khorio-Ca
2. Pasang infus cairan pengganti
3. Transfusi darah
4. Tambahan terapi :
a. antibiotika
b. uterotonika
c. terapi supportif
B. Data Obyektif
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Lemah
2. Tanda vital.
TD : Turun
Pols : Cepat
RR : Cepat
Temp : Naik
3. Tinggi badan : 160 cm
4. Berat badan : ≤ IMT = 17 %
26
5. Ukuran lila : < 23 cm
6. Head to toe
a. Rambut : Terlihat bersih, tidak ada ketombe dan tidak mudah rontok.
b. Mata : Bentuk mata simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik.
c. Bibir dan Gigi
Bibir lembab, gigi caries (-)
d. Leher
a. Tidak ada pembesaran tyroid.
b. Tidak ada pembesaran kelenjar limphe
c. Tidak ada pembengkakan vena jugularis.
e. Dada : Dada simetris, cor pulmo (dbn), pembesaran payudara (+),
hiperpigmentasi areolla dan papilla mammae (+/+), kedua papila mammae
menonjol normal (+/+), benjolan pada mammae (-/-), jantung dan paru (dbn)
Abdomen : Keadaan pembesaran abdomen sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada
linea nigra tidak ada bekas operasi. Terasa nyeri pada perut bagian bawah. TFU 3
jari di bawah pusat, kontraksi uterus (+) menurun.
f. Genetalia eksterna :
Vulva :oedema (-), varises (-), terlihat sisa perdarahan
VT : pembukaan tidak ada, ostium uteri eksternum sudah tertutup, perdarahan
sedikit
USG : terlihat sebagian garis endometrial yang tipis, cavum uteri sudah tidak
terisi
g. Ekstremitas Atas : Bentuk simetris, turgor kulit baik, dapat digunakan dengan
baik, tidak ada kecacatan.
h. Ekstremitas Bawah : Bentuk simetris, keadaan kuku bersih, keadaan kulit baik.
i. Pemeriksaan penunjang
1) Hb : dbn – anemia sedang
2) Tes urin
3) Protein urin (+), albumin (+)
7. Perkusi : Reflek patela positif
27
C. Analisa
Ibu hamil < 20 minggu dengan Abortus Kompletus
D. Penatalaksanaan
No Tanggal dan Penatalaksanaan
. Waktu
Memberitahu ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan
Disesuaikan
embrionya bahwa saat ini kondisi ibu kurang baik, karena ibu
waktu pada saat
1 mengalami keguguran dengan adanya pengeluaran darah dan
melakukan
embrionya sudah keluar dari Rahim. Ibu telah mengerti
penatalaksanaan
mengetahui keadaannya.
Menginformasikan hasil pemeriksaan yaitu apabila umur ibu
< 20 tahun atau > 35 tahun beresiko tinggi untuk hamil dan
melahirkan dan sangat besar kemungkinan untuk terjadinya
2
abortus, pemeriksaan dalam (VT), USG bahwa embrio sudah
dikeluarkan semua dan rahim ibu telah kosong. Ibu
memahami dan menerima keadaannya.
Melakukan informed consent pada ibu serta keluarga untuk
3 pemasangan infus. Ibu mengerti dan bersedia untuk
dilakukan pemasangan infus.
Menyiapkan alat dan melakukan pemasangan infus RL. Ibu
4 kooperatif.
Memberikan ibu ergometrin untuk membantu kontraksi
5
uterus 3x1 tablet selama 3-5 hari. Ibu mengerti.
Karenaibumengalami anemia ringansedangdenganHb 10,5gr
%. Diberikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2
6
minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan
bergizi.Ibumengerti.
Memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi. Ibu
7
kooperatif.
28
Anjurkan pasien untuk diet tinggi protein,vitamin dan
8 mineral.Ibubersediauntukmelakukan.
29