Anda di halaman 1dari 3

Vina Zulfiani | Pria Usia 66 Tahun Dengan Epistaksis Posterior Et Causa hipertensi grade II

Pria Usia 66 Tahun Dengan Epistaksis Posterior Et causa Hipertensi Derajat II

Vina Zulfiani, Mukhlis Imanto, Rizqa Atina


FakultasKedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Epistaksis atau perdarahan dari hidung merupakan suatu tanda atau keluhan bukan suatu penyakit. Terdapat 2 jenis
epistaksis yaitu epistaksis anterior yang berasal dari Pleksus Kiesselbach ataupun dari arteri ethmoidalis anterior.
Sedangkan epistaksis posterior berasal dari arteri sphenopalatina dan arteri ethmoidalis posterior. Epistaksis anterior
banyakdijumpaipadaanak – anak usia 2 – 10 tahun, sedangkan epistaksis posterior sering terjadi pada orang tua usia 50-80
tahun dan biasanya disertaidenganriwayatpenyakithipertensiatauarteriosklerosis.Seorang laki-laki, usia 66 tahun datang
dengan keluhan Keluar darahdarikedualubanghidungdanmulutsejak dua hari yang lalu. Pasien memiliki riwayat hipertensi
dan riwayat sering mengkonsumsi aspirin.Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini berupa pemasangan tampon, Bed
rest, medika mentosa seperti amlodipin, paracetamol dan asam traneksamat.

Kata kunci:Epistaksis, Hipertensi

A-66 Year Old Man With Posterior Epistaxis Et Causa Hypertension Grade II
Abstract
Epistaxis or bleeding from the nose is a sign or a complaint not a disease. There are two types of epistaxis: posterior
epistaxis derived from the Kiesselbach Pleksus or from the anterior ethmoidal artery. While posterior epistaxis derived from
sphenopalatina arteries and etmoidalis artery. Anterior epistaxis is common in children 2 to 10 years of age, whereas
posterior epistaxis is common in older people aged 50-80 years and is usually accompanied by a history of hypertension or
arterioschlerosis. A man, a 66-year-old man came with a complaint out of his nostrils and mouth since two days ago.
Patients have a history of hypertension and a history of frequent aspirin use. Management given to this patient is the
installation of tampons, beds, medic mentosa such as amlodipine, paracetamol and tranexamic acid.

Keywords:Epistaxis, hypertension

Korespondensi: Vina Zulfiani, alamat Jl. Jendral Sudirman no. 330 Ganjar agung Metro barat, HP 081278234287,e-mail
vzulfiani@gmail.com

Pendahuluan mengorek hidung yang terlalu keras sehingga


Epistaksis adalah keluarnya darah dari luka pada mukosa hidung, adanya tumor di
hidung yang penyebabnya bisa lokal atau hidung, ada benda asing (sesuatu yang masuk ke
sistemik. Perdarahan bisa ringan sampai serius hidung) biasanya pada anak-anak, atau lintah
dan bila tidak segera ditolong dapat berakibat yang masuk ke hidung, infeksi atau peradangan
fatal. Sumber perdarahan biasanya berasal dari hidung dan sinus (rinitis dan sinusitis). Penyebab
bagian depan atau bagian belakang hidung.1 sistemik artinya penyakit yang tidak hanya
Terdapat 2 jenis epistaksis yaitu epistaksis terbatas pada hidung, yang sering meyebabkan
anterior yang berasal dari Pleksus Kiesselbach epistaksis adalah hipertensi, infeksi sistemik
ataupun dari arteri ethmoidalis anterior. seperti penyakit demam berdarah dengue atau
Sedangkan epistaksis posterior berasal dari arteri cikunguya, kelainan darah seperti hemofili,
sphenopalatina dan arteri ethmoidalis autoimun trombositipenic purpura dan
2
posterior. Epistaksis anterior banyak dijumpai penggunaan obat-obatan golongan antikoagulasi
pada anak – anak usia 2 – 10 tahun, sedangkan dan antiplatelets.4
epistaksis posterior sering terjadi pada orang tua Definisi Hipertensi atau tekanan darah
usia 50-80 tahun dan biasanya disertai dengan tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
riwayat penyakit hipertensi atau arteriosklerosis lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic
.3 lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
Secara umum penyebab epistaksis dibagi dengan selang waktu lima menit dalam keadaan
dua yaitu lokal dan sistemik. Penyebab lokal cukup istirahat/tenang.5 Menurut WHO, definisi
terutama trauma, sering karena kecelakaan lalu hipertensi sama untuk semua golongan umur di
lintas, olah raga, (seperti karena pukulan pada atas 18 tahun. Pengobatan juga bukan
hidung) yang disertai patah tulang hidung, berdasarkan penggolongan umur, melainkan

Medula | Volume 7 | Nomor 4 | November 2017| 55


Vina Zulfiani | Pria Usia 66 Tahun Dengan Epistaksis Posterior Et Causa hipertensi grade II
berdasarkan tingkat tekanan darah dan adanya tetangganya bahwa aspirin dapat meringankan
risiko kardiovaskuler pada pasien. Berikut nyeri kepalanya.
klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC-7:6 Dari pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum tampak baik, tekanan darah
Tabel. 1 klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC-7 170/100 mmHg, nadi 78/menit, pernapasan 20
Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik x/menit, suhu tubuh 36,5 C per aksila. Status
(mmHg) (mmHg) generalis didapatkan regio kepala, thoraks,
Normal <120 <80 abdomen dan ekstremitas dalam batas normal.
Pre-Hipertensi 120 – 139 80-89
Pada pemeriksaan status lokalis pada
Hipertensi Stage 1 140 – 159 80-99
hidung ditemukan tampak hiperemis pada konka
Hipertensi Stage 2 >160 >100
inferior dan media dextra. Pada mulut dan
orofaring ditemukan darah pada faring.
Padgham dkk, dikutip dari Temmel,
Diagnosis pasien adalah Epistaksis
menemukan adanya hubungan antara hipertensi
posterior ec hipertensi grade II dengan diagnosis
dengan epitaksis terutama epitaksis yang berasal
banding antara lain Epistaksis posterior ec
dari meatus medius, tapi tidak ditemukan
Trauma, Epistaksis posterior ec Karsinoma
hubungan dengan beratnya epistaksis.
nasofaring.
Sedangkan Beran dkk melaporkan common cold,
Terapi pada pasien ini yaitu Pemberian
stres, dan kelelahan dilaporkan sering
tampon posterior, debridement, bed rest,
mendahului terjadinya epistaksis.7
Maintenance cairan : ivfd RL 20 gtt/menit,
Pemberian obat oral yaitu Amlodipin 10 mg tab
Kasus
1x1 dan Paracetamol 500 mg tab 3x1. Diberikan
Pasienseorang pria usia 66 tahun datang
juga injeksi Asam tranexamat 160mg 3x1.
ke Poliklinik Mata RSUD Ahmad Yani dengan
keluhan keluar darah dari lubang hidung kanan
Pembahasan
sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasienini didiagnosis Epistaksis posterior
Keluhan ini dirasakan saat pasien sedang
ec hipertensi grade II berdasarkan anamnesis
istirahat, tiba-tiba darah mengalir dari lubang
dan pemeriksaan fisik dan status lokalis. Dari
hidung kanan, namun hanya sedikit. Kemudian
anamnesis didapatkan gejala-gejala yang
pada siang hari darah sempat berhenti, namun
mendukung diagnosis pasien ini yaitu pasien
pada malam hari darah kembali keluar dari
mengaku keluar darah dari hidung dan
kedua hidung dengan jumlah kurang lebih
mulutnya. Dari riwayat penyakit dahulu juga di
sebanyak setengah gelas belimbing. Darah
sebutkan bahwa pasien memiliki riwayat
sempat berhenti selama beberapa saat, namun
hipertensi selama 10 tahun. Pasien juga sering
pada pagi hari darah kembali mengalir dengan
mengkonsumsi aspirin dimana aspirin
jumlah yang lebih banyak (kira-kira satu
merupakan antikoagulan yang dapat memicu
rantang). Pasien akhirnya menyumbat lubang
terjadinya epistaksis, apabila dikonsumsi
hidungnya dengan menggunakan tissue untuk
berlebihan.
menghentikan perdarahan. Lalu pasien
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
memeriksakan dirinya ke mantri dan oleh mantri
Herkner, dari 213 orang pasien yang datang ke
di rujuk ke RSAY. Riwayat nyeri pada hidung
unit gawat darurat dengan epistaksis,
disangkal. Riwayat trauma disangkal. Riwayat
mempunyai tekanan darah sistolik 161 (157-165)
panas badan disertai batuk pilek disangkal. Nyeri
mmHg dan tekanan darah diastolik 84 (82-86)
pada saat menelan disangkal begitupun dengan
mmHg serta pada hipertensi stadium 3
adanya benjolan pada leher juga disangkal.
(≥180/≥110 mmHg).8Hipertensi tidak
Pasien belum pernah mengalami sakit
berhubungan dengan beratnya epistaksis yang
seperti ini sebelumnya, dan mengaku memiliki
terjadi. Tetapi hipertensi terbukti dapat
riwayat hipertensi kurang lebih sejak 10 tahun
membuat kerusakan yang berat pada pembuluh
yang lalu, riwayat diabetes mellitus disangkal,
darah di hidung (terjadi proses degenerasi
riwayat gangguan pembekuan darah disangkal.
perubahan jaringan fibrous di tunika media)
Pasien juga sering mengkonsumsi aspirin lebih
yang dalam jangka waktu yang lama merupakan
dari 3 kali dalam seminggu, karena sering merasa
faktor risiko terjadinya epistaksis.9
pusing. Pasien mendapat informasi dari

Medula | Volume 7 | Nomor 4 | November 2017| 56


Vina Zulfiani | Pria Usia 66 Tahun Dengan Epistaksis Posterior Et Causa hipertensi grade II
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Kenyon GS et al editors. Rhinology and
tingginya tekanan darah pasien yaitu 170/100 Facial Plastic Surgery. Berlin: Springer. 2009.
mmhg. Pada pemeriksaan status lokalis pada 3. Dhingra PL. Epistaxis. Dalam: Disease of Ear,
hidung ditemukan tampak hiperemis pada konka Nose and Throat. Edisi ke - 4th Edition.
inferior dan media dextra. Pada mulut dan Noida: Elsivier. 2010
orofaring ditemukan darah pada faring. 4. Pope LER, Hobbs CGLEpistaxis: An Update
Tatalaksanapasieniniyaitu dihentikan on Current Management. Postgrad Med J.
dahulu perdarahannya kemudian dicari 2005; 81:309-14.
penyebabnya untuk ditentukan tatalaksananya. 5. Munir. Departemen Ilmu Kesehatan Telinga
Pada kasus ini dihentika perdarahan dengan Hidung Tenggorok, Bedah Kepala Leher.
diberikan tampon posterior dan diberikan asam Majalah Kedokteran Indonesia Medan:
tranexamat. Karena penyebab epistaksis berupa FKUSU.2009; 39: 221-5
darah tinggi maka diberikan obat 6. Department of health and human
antihipertensi.10 servicesSeventh Report of the Joint National
Committee on Prevention, Detection,
Simpulan Evaluation, and Treatment of High Blood
Penanganan epistaksis dimulai dengan Pressure (JNC 7). National Institutes of
melakukan anamnesis yang ringkas dan tepat, Health National Heart, Lung, and Blood
serta pemeriksaan fisik, bersamaan dengan Institute. 2003 ; 03-5231.
persiapan untuk menghentikan epistaksis. 7. Temmel AFP, Quint C, Toth J. Debate about
Hubungan hipertensi dengan terjadinya Blood Pressure and Epistaxis Will Continou.
epistaksis masih belum jelas. Perubahan endotel British Medical Journal. 2001.322(7295):
pembuluh darah arteri pada kasus hipertensi 1181.
menjadi dasar adanya hubungan antara 8. Herkner H, Laggner AN, Muller M,
epistaksis dengan hipertensi. Terdapat bukti FormanekM,Hypertension in Patients
sementara bahwa ada hubungan antara Presenting With Epistaxis. Annals of
hipertrofi ventrikel kiri dan epistaksis dengan Emergency Medicine. 2002; 35(2): 126-30.
hipertensi yang berlangsung lama. 9. Knopfholz J, Lima JE, Neto DP, Faria NJR.
2009. Association between Epistaxis and
DaftarPustaka Hypertension: A one year Follow-up After an
1. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. Index Episode of Nasal Bleeding in
AnatomiKlinisDasar. Edisi ke−5. Jakarta: Hypertension Patients. International Journal
Erlangga. 2013. of Cardiology. 2009; 134: 107-9.
2. Kanowitz SJ, Citardi MJ, Batra PS. 10. Bestari JB, Hafiz. Epistaksis dan Hipertensi :
Contemporary Management Strategies for Adakah Hubungannya?. Jurnal Kesehatan
Epistaxis. Dalam: Stucker FJ, de Souza C, Andalas. 2012; 1(2): 78-9.

Medula | Volume 7 | Nomor 4 | November 2017| 57

Anda mungkin juga menyukai