Anda di halaman 1dari 3

2.2.

Paparan/Informasi Mengenai Perlakuan

Perlakuan yang diberikan yaitu penanaman dengan sistem tanam Jajar Legowo
(JARWO). Beberapa pendapat menyatakan bahwa istilah Legowo bersumber dari bahasa Jawa,
yaitu luas “Lego” dan panjang”Dowo”. Istilah tersebut kemudian diterapkan pada sistem tanam
padi sawah sejak tahun 1996, yaitu dengan adanya lorong yang luas pada tanaman serta
memanjang sepanjang barisan tanaman. Pada prinsipnya penerapan sistem tanam jajar
legowo adalah mamanipulasi lahan yang ada dengan cara mengatur jarak tanam agar mampu
menampung populasi tanaman lebih banyak dengan tanaman efek pinggir yang lebih banyak.
Pada sistem ini jarak tanam diatur sedemikian rupa sehingga dalam satu petak lahan pertanaman
akan memiliki beberapa barisan kosong dengan jarak yang lebih lebar daripada jarak antar
barisan tanaman. Dengan kata lain sistem jajar legowo adalah cara menanam padi dengan pola
beberapa barisan tanaman yang diselingi satu barisan kosong. Tanaman yang seharusnya ditanam
pada barisan yang kosong dipindahkan sebagai tanaman sisipan di dalam barisan.

Penerapan sistem jarak tanam jajar legowo harus disesuaikan dengan kondisi lahan dan
kesuburan tanah di masing-masng lokasi berdasarkan uji tanah. Hal itu dilakukan agar sistem
tersebut dapat berjalan dengan baik sehingga memperoleh hasil produk yang baik. Pada lahan
yang subur memakai jarak tanam antarbarisan 25cm, dalam barisan 12.5cm, dan antar legowo
50cm. Pada lahan yang kurang subur jarak tanam lebih lebar, yaitu antarbarisan 30cm, dalam
barisan 15cm, dan antar legowo 40cm, atau bisa juga dengan jarak antar barisan dan dalam
barisan sama, yaitu 20cm dan antar legowo 40cm.

Beberapa manfaat dan keuntungan penerapan sistem jajar legowo ;


a). Jumlah Populsai Tanaman Meningkat
Dengan sistem tanam jajar legowo jumlah populasi tanaman padi bisa ditingkatkan dan
diharapkan jumlah produksi gabah juga akan meningkat.
b). Memudahkan Perawatan & Pemeliharaan
Pertanaman padi dengan sistem jajar legowo memiliki banyak baris kosong sehingga
dapat mempermudah dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan tanaman. Pemupukan,
pengontrolan dan penyemprotan bisa dilakukan memalui barisan kosong tersebut sehingga
tanaman tidak terganggu.
c). Menekan Serangan Hama dan Penyakit
Dengan adanya barisan kosong pada lahan pertanaman, lingkungan relatif lebih terbuka
sehingga beberapa hama terutama tikus tidak menyukai tempat tersebut. Sistem jajar legowo
juga dapat mengurangi kelembaban sehingga perkembangan penyakit bisa ditekan.
d). Hemat Biaya Pemupukan
Penerapan sistem jajar legowo diharapkan dapat menekan serta menghemat penggunaan
pupuk, karena pemupukan lebih terkonsentrasi pada tanaman dalam barisan.
e). Meningkatkan Produksi dan Kualitas Gabah
Penerapan sistem jajar legowo memiliki jumlah tanaman pinggir yang lebih banyak.
Seperti kita ketahui bahwa tanaman pinggir memiliki kualitas pertumbuhan dan jumlah produksi
yang lebih baik. Tanaman yang berada pada barisan pinggir memiliki ruang tumbuh lebih leluasa
serta mendapatkan intensitas sinar matahari lebih banyak, intensitas sinar matahari
mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi padi. Dengan semakin banyaknya tanaman efek
pinggir kualitas dan produksi gabah dapat meningkat.

2.3. Paparan/Informasi Mengenai Luas Daun

Menurut Gardner et al (1991), Luas daun adalah hasil kali antara panjang daun, lebar
daun dan konstanta daun. Indeks luas daun dapat digunakan untuk menggambarkan tentang
kandungan total klorofil daun tiap individu tanaman. Permukaan daun yang semakin luas
diharapkan mengandung klorofil lebih banyak. Indeks luas daun merupakan hasil bersih
asimilasi persatuan luas daun dan waktu. Luas daun tidak konstan terhadap waktu, tetapi
mengalami penurunan denga bertambahnya umur tanaman.

Indeks luas daun dapat digunakan untuk menggambarkan tentang kandungan total
klorofil daun tiap individu tanaman. Permukaan daun yang semakin luas diharapkan
mengandung klorofil lebih banyak. Indeks luas daun merupakan hasil bersih asimilasi persatuan
luas daun dan waktu. Luas daun tidak konstan terhadap waktu, tetapi mengalami penurunan
dengan bertambahnya umur tanaman (Gardner et al., 1991). Indeks luas daun merupakan
gambaran tentang rasio permukaan daun terhadap luas tanah yang ditempati oleh tanaman. Laju
pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh laju asimilasi bersih dan indeks luas daun. Laju asimilasi
bersih yang tinggi dan indeks luas daun yang optimum akan meningkatkan laju pertumbuhan
tanaman (Gardner et al., 1991).
Dalam hal ini, intensitas cahaya matahari sangat mempengaruhi pertumbuhan optimum
tanaman dengan indeks luas daun yang berbeda – beda tergantung tinggi tanaman dan banyaknya
sinar matahari yang diterima oleh tanaman tersebut (Gardner et al., 1991). Salah satu faktor lain
yang mempengaruhi indeks luas daun adalah ajumlah ketersediaan air yang diterima oleh
tanaman. Semakin optimum air yang tersedia, maka semakin maksimal pertumbuhan tanaman
dapat tercapai.

2.3 Paparan Mengenai Analisis Pertumbuhan Tanaman

Analisis pertumbuhan tanaman hanya dipertimbangkan sebagai metode untuk menaksir


produksi fotosintesis bersih tanaman. Tetapi pengetahuan proses pertumbuhan yang memadai
melalui analisis pertumbuhan tanaman akan dapat menjelaskan keragaman hasil suatu tanaman
atau pertanaman dari segi pertumbuhan tanaman. Ini dapat diperoleh dari hasil analisis produksi
primer yaitu data tanaman yang menjadi dasar analisis pertumbuhan, yang menghubungkan
karakteristik pertumbuhan dengan hasil akhir tanaman (produksi) dari segi fisiologi. Tidak
sedikit penelitian melakukan pengamatan hanya pada hasil akhir yang kadang-kadang disertai
dengan beberapa komponennya, sehingga keragaman hasil yang diperoleh tidak dapat dijelaskan
dari segi pertumbuhan. Sementara itu, penjelasan demikian sangat penting terutama pada dua
keadaan atau lebih kondisi (perlakuan) pertumbuhan yang memberikan hasil yang berbeda.
Analisis pertumbuhan tanaman akan dapat membantu membatasi hasil.

Dalam melakukan suatu analisis terutama analisis pertumbuhan tanaman ini mempunyai
tujuan untuk membantu mengetahui efektivitas tanamandengan menggunakan sumberdaya
lingkungannya (adaptasi varietas terhadap lingkungan, kompetisi diantara spesies, perbedaan
genetis dalam kapasitas produksi, pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman) dan
membantu memecahkan secara kuantitatif masalah-masalah yang berhubungan dengan
pertumbuhan tanaman tersebut. Analisis pertumbuhan tanaman dapat dilakukan melalui
pengamatan masing-masing organ tanaman (komponen tanaman), mulai dari daun (berat kering,
luas, serta jumlah daun), batang (panjang, tinggi, diamater, jumlah cabang, jumlah anakan, berat
kering), akar (panjang, jumlah, berat kering), reproduksi (jumlah bunga, jumlah polong, jumlah
tongkol, jumlah biji/polong, jumlah umbi, diameter umbi, panjang umbi, berat 100 biji, berat
hasil). Cara pengamatan dapat dilakukan melalui dua cara, yakni destruktif dan non-destruktif
(Gardner et al., 1991).

https://rivandipputra.wordpress.com/2012/11/20/laporan-praktikum-pertumbuhan-dan-
perkembangan-tanaman-acara-i-analisis-pertumbuhan-tanaman/
http://cahayakepahaman.blogspot.com/2011/12/indeks-luas-daun-ild-leaf-area-indeks.html
http://agrinews21.blogspot.com/2015/05/keunggulan-kelemahan-tanam-jajar-legowo.html
http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/79373/KEUNTUNGAN-SISTEM-TANAM-JAJAR-
LEGOWO-JARWO/

Anda mungkin juga menyukai