Pengecatan Gram Bakteri
Pengecatan Gram Bakteri
PENDAHULUAN
Bakteri mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas. Bakteri merupakan
mikroorganisme yang berukuran mikroskopik. Selain mikroskopik, bakteri juga hampir
tidak berwarna atau transparan dan kontras dengan air. Sehingga melihat dan mengamati
bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan
suatu teknik pewarnaan sel bakteri. Ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Hal itu untuk mempermudah proses identifikasi bakteri.
Bakteri juga dapat dibedakan melalui teknik pewarnaan gram. Teknik pewarnaan gram
tersebut dapat menghasilkan warna merah dan ungu. Bakteri gram negatif ditandai dengan
pewarnaan ungu sedangkan yang positif berwarna merah. Hal ini bertujuan untuk
memberikan warna pada bakteri pada akhirnya dapat diidentifikasi dengan mudah. Selain
itu, ada endospore yang bisa diwarnai. Endospora adalah organisme yang dibentuk dalam
kondisi yang stres karena kurang nutrisi, yang memiliki kemungkinan untuk tetap berlanjut
di lingkungan sampai kondisi menjadi baik (Rudi, 2010).
Pada praktikum proses pewarnaan gram olesan bakteri yang terfiksasi dikenai larutan-
larutan berikut dalam urutannya yaitu ungu kristal, larutan yodium, alkohol (bahan
pengecat), dan safranin atau beberapa pewarna tandingan lain yang sesuai. Bakteri yang
diwarnai dengan metode gram ini dibagi menjadi dua kelompok. Salah satu di antaranya,
bakteri gram positif, mempertahankan zat pewarna ungu kristal. Di gunakan untuk
pengecatan differensial, menggunakan beberapa jenis zat, di gunakan untuk
mengelompokkan bakteri, seperti pengecatan gram atau pengecatan acid-fast, bakteri gram
negatif, kehilangan ungu kristal ketika dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi pewarna
tandingan dengan warna merah safranin, tampak berwarna merah(Pelczar dan Chan, 1986).
1.2 Tujuan :
- Untuk membedakan gram positif dan gram negative dengan melihat dinding sel.
-
-
1.3 Manfaat :
-
-
-
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri,
memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi
jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui
(Hadiutomo. 1990).
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan
spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan
sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya,
ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada
tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae
(Anonim, 2008).
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu
pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil
ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji
pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu,
yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.
Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan
perbedaan struktur dinding sel mereka.
Prosedur pewarnaan gram dimulai dengan pemberian pewarna basa, Kristal violet.
Larutan iodine kemudian ditambahkan, semua bakteri akan diwarnai biru pada fase ini. Sel
kemudian diberi alcohol. Sel gram positif akan tetap mengikat senyawa Kristal violet-iodine,
tetap berwarna biru, sel warna negatifwarna hilang oleh alcohol. Sebgai langkah terakhir,
countersain (Mis.safranin pewarna merah) ditambahkan, sehinnga sel gram negative yang
tidak berwarna, akan mengambil warna kontras, sedangkan sel gram positif terlihat dalam
warna biru. Dasar perbedaan reaksi gram adalah struktur dinding sel.
Pewarnaan gram memberikan hasil yang baik, bila digunakan biakan segar yang
berumur 24-48 jam. Bila digunakan biakan tua, ada kemungkinan penyimpangan hasil
pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel mengalami kerusakan pada dinding selnya.
Kerusakan pada dinding sel ini menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan
larutan pemucat. Ini berarti bahwa bakteri gram positif dengan dinding yang rusak tidak lagi
dapat mempertahankan kompleks warna Kristal violet-iodine sehingga terlihat sebagai
bakteri gram negative (Lay,1994).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Bahan :
1. Alkohol
2. Aquadesh
3. Cat Crstal Violet
4. Cat Mordant Gramiodine
5. Safranin
Skema kerja :
1. Siapkan kaca preparat lalu bersihkan dengan tissue dan fiksasikan menggunakan lampu
Bunsen.
2. Pada permukaan gelas obyek yang sudah dibersihkan teteskan 1 tetes aquadesh pada
bagian tengah kaca preparat.
3. Menggunakan ose steril ambil sedikit kolono bakteri dari permukaan media dan campur
dengan aquadesh tadi.
4. Keringkan gelas obyek pada suhu ruang atau dapat diafiksasikan menggunakan lampu
Bunsen dengan jarak yang jauh dengan api Bunsen
5. Setela kering kita dapat melakukan pengcatan langsusng dengan mengguanakan cat
Crystal Violet dengan waktu selama 1 menit, setelah itu bilas menggunakan air mengalir
dengan hati-hati.
6. Lalu sampel dikeringkan dengan suhu ruang, dan dicat kembali menggunakan cat
Merdant Gram Iodin selama 1 menit, setelah itu bilas menggunakan air mengalir
dengan hati-hati.
7. Langkah selanjutnya kita akan mencuci sampel menggunakan Alkohol selama 30 detik
lalu bilas menggunakan air mengalir.
8. Langkah terkhir kita akan mengecat sampel menggunakan Safranin, selama 1 menit, ,
setelah itu bilas menggunakan air mengalir dengan hati-hati.
9. Keringkan sampel dengan suhu ruang
10. Preparat siap untuk dibawa le LAB untuk di alanisa lebih lanjut
BAB 4