Essay
Disusun oleh :
Lestari (1710631090084)
KARAWANG
2019
RAHASIA TERSEMBUNYI DI BALIK BERINGIN
Saat ini kita telah memasuki babak baru yang bernama Revolusi Industri
4.0 Klaus (Shwab, 2016) melalui The Fourth Industrial Revolution menyatakan
bahwa dunia telah mengalami empat tahapan revolusi, yaitu: 1) Revolusi Industri
1.0 terjadi pada abad ke 18 melalui penemuan mesin uap, sehingga
memungkinkan barang dapat diproduksi secara masal, 2) Revolusi Industri 2.0
terjadi pada abad ke 19-20 melalui penggunaan listrik yang membuat biaya
produksi menjadi murah, 3) Revolusi Industri 3.0 terjadi pada sekitar tahun
1970an melalui penggunaan komputerisasi, dan 4) Revolusi Industri 4.0 sendiri
terjadi pada sekitar tahun 2010an melalui rekayasa intelegensia dan internet of
thing sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin.
Dalam revolusi industri mencakup berbagai macam aspek kehidupan, salah
satunya di bidang agroindustri.
Untuk menekan biaya pasokan listrik lampu taman kota dan lampu
penerangan jalan dilakukan dengan cara meggunakan potensi sumber energi listrik
setempat berbasis EBT yang dapat direalisasikan pada tanaman Ficus benjamina
menjadi pembangkit listrik. Energi Baru dan Terbarukan (EBT) merupakan
potensi lokal yang perlu dikaji dan dimanfaatkan sebagai sumber energi primer
untuk pembangkit energi listrik. Penggunaan EBT sebagai potensi lokal akan
menjamin ketersediaan energi tersebut untuk pembangkit energi listrik. Selain
menjadi potensi lokal, EBT menjadi sumber energi terbarukan sekaligus sumber
energi yang ramah lingkungan. Adapun fungsi lain selain menjadi energi yang
ramah lingkungan yaitu mampu menjadi pemicu sinergi untuk menjaga
lingkungan, melestarikan hutan dan daerah tangkapan air (catchment area) tanpa
membuat masyarakat menjadi terbelakang.
Sering sekali kita melihat tanaman ini berjejer di pinggir jalan dan taman-
taman. Hal tersebut dikarenakan tanaman ini digunakan sebagai tanaman hias
dilihat dari bentuk dan warnanya yang menarik guna membuat para pejalan kaki
dan juga pengunjung merasa nyaman. Selain dari segi estetika, apakah Ficus
benjamina memiliki keterkaitan dengan ELBT ? Berdasarkan pernyataan yang
telah dipaparkan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa adanya keterkaitan
antara peranan Ficus benjamina sebagai ELBT dan juga sebagai tanaman hias.
Dengan cara bagaimana ? Yakni pemanfaatan Ficus benjamina yang terdapat di
taman dan jalan diaplikasikan pada sistem penerangan jalan dan lampu taman. Hal
tersebut bisa mengurangi penggunaan energi listrik yang berlebih, murah, efisien,
mandiri dan ramah lingkungan.
Seperti yang kita tahu, selama ini kebutuhan energi listrik dunia dipenuhi
oleh sumber daya tak terbarukan, seperti minyak bumi, nuklir dan batubara.
Namun, tidak selamanya energi tersebut dapat mencukupi seluruh kebutuhan
dalam jangka panjang. Cadangan energi semakin lama semakin menipis dan
proses produksinya membutuhkan waktu jutaan tahun. Oleh karena itu mulai
sekarang kita harus beralih menggunakan energi alternatif dengan memanfaatkan
apa yang ada.
Cara pengaplikasian Ficus benjamina menjadi lampu taman dan
penerangan jalan yaitu dengan memasang alat seperti yang telah dijelaskan diatas
kemudian energi disimpan ke dalam sebuah alat yang bernama BCU yang
selanjutnya disimpan dalam baterai. Adapun alat pengatur tegangan yaitu PV
Controller yang berfungsi untuk menghindari pengisian baterai yang berlebih.
Baterai yang menyimpan energi akan secara otomatis menyala pada malam hari.
Jadi, sudah sepatutnya kita menyadari akan manfaat dari Ficus benjamina
ini. Boleh jadi di masa mendatang penggunaan tanaman ini bukan hanya sebagai
tanaman hias taman maupun tanaman pinngir jalan saja. Akan tetapi, kita bisa
memanfaatkan sebagai sumber ELBT yang ramah lingkungan dan tentunya
mandiri sebagai penerangan jalan dimana Ficus benjamina itu ditanam. Apalagi
bukan tidak mungkin di masa mendatang dengan semakin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi juga hadirnya Revolusi Industri 4.0 bisa menjadikan
kota-kota di Indonesia sebagai “Smart City” berbasis environmentally friendly
energy.
Daftar Pustaka
FORKOMSI UGM. (2019). Revolusi Industri 4.0. Sukabumi: CV Jejak, anggota IKAPI.
Imran, M., Rasool, N., Rizwan, K., Zubair, M., Riaz, M., Zia-Ul-Haq, M., . . . Jaafar, H. Z.
(2014). Chemical composition and Biological studies of Ficus benjamina.
Chemistry Central Journal.
Juwito, A. F., Pramonohadi, S., & T. Haryono. (2012). Optimalisasi Energi Terbarukan
pada Pembangkit Tenaga Listrik dalam Menghadapi Desa Mandiri Energi di
Margajaya. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, 22-34.
Krisdianto, & Balfas, J. (2016). Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Kayu dan Akar
Gantung Beringin (Ficus benjamina Linn.). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 13-
19.
Love, C. J., Zhang, S., & Mershin, A. (2008). Source of Sustained Voltage Difference
between the Xylem of a Potted Ficus benjamina Tree and Its Soil. Volume 3.
Muthia, R., Nurhalim, & Sukma, D. Y. (2016). Penghematan Konsumsi Energi Listrik
Rumah Tangga dengan Penerapan Peak Clipping dan Strategic Conservation di
Kota Pekanbaru.
Prasetya, Y. (2014). Analisis Peningkatan Efisiensi Penggunaan Energi Listrik Pada Sistem
Pencahayaan dan Air Conditioning (AC) di Gedung Perpustakaan Umum dan
Arsip Daerah Kota Malang. Konsentrasi Teknik Energi Elektrik.
Prastowo, B. (2007). Potensi Sektor Pertanian Sebagai Penghasil dan Pengguna Energi
Terbarukan. 85-93.
PS, W. (2012). Pembangkit Listrik dengan Potensi Sumber Energi Setempat sebagai
Wujud Pemerataan Energi Listrik di Desa Tertinggal dan Terpencil. 151-164.
Reyes, B. A., Ruiz, R. C., Morales, J., Carvallo, C., Goguitchaichvili, A., Bautista, F., & Cruz,
J. M. (2012). Ficus benjamina leaves as indicator of atmospheric pollution: a
reconaissance study. 879-887.
Saragih, P. R., & Rachmawati, R. (t.thn.). Penyediaan Ruang Publik Taman Kota Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Mendukung Jakarta Smart City di
Taman Menteng, Jakarta Pusat.
Wahid, A. (t.thn.). Analisis Kapasitas dan Kebutuhan Daya Listrik Untuk Menghemat
Penggunaan Energi Listrik di Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.
LAMPIRAN
(a)
(b)
(c)