Anda di halaman 1dari 4

Nama : Lestari

NPM : 1710631090084
Kelas : 4B Agroteknologi

Biografi Ir. Ciputra

Biodata Ciputra
Nama : Ir. Ciputra
Lahir : Parigi, Sulawesi Tengah, 24 Agustus 1931
Orang Tua : Tjie Siem Poe (ayah), Lie Eng Nio (ibu)
Istri : Dian Sumeler
Anak : Rina Ciputra Sastrawinata, Junita Ciputra, Cakra Ciputra, Candra Ciputra
Dikenal : Pengusaha Pendiri Ciputra Grup, Filantropi
Kekayaan : 20.4 Trilun Rupiah (Globe Asia, 2018)

Masa Kecil
Nama lengkap Dr. Ir. Ciputra. Beliau lahir di kota kecil Parigi, Sulawesi Tengah pada
tanggal 24 Agustus 1931 dengan nama Tjie Tjin Hoan. Ia anak ke 3 dari pasangan Tjie
Sim Poe dan Lie Eng Nio yang juga berlatar belakang keluarga sederhana. Sejak kecil
Ciputra sudah merasakan perjuangan yang berat, Ayah dari Ciputra ditangkap oleh
pasukan bersenjata tidak dikenal karena dituduh sebagai mata-mata Belanda dan tidak
pernah ada kabar lagi setelah itu. Sejak saat itu, Ciputra kecil harus membantu ibunya
untuk berjualan kue dan membantu mengurus sapi peliharaannya untuk menambah
penghasilan keluarga. Walaupun saat itu Ciputra termasuk anak kecil yang nakal, tetapi
ia tetap mau bekerja keras membantu ibunya untuk mencari uang. Kepahitan masa
kecil telah menimbulkan tekad dan keputusan penting yaitu memiliki cita-cita
bersekolah di Pulau Jawa demi hari depan yang lebih baik, bebas dari kemiskinan dan
kemelaratan.
Akhirnya Dr. Ir. Ciputra kecil kembali ke bangku sekolah walau terlambat. Ia terlambat
karena negara kita masih dalam suasana peperangan dengan tentara Belanda maupun
Jepang. Ia masuk kelas 3 SD di desa Bumbulan walau usianya sudah 12 tahun atau
terlambat hampir 4 tahun. Dalam Biografi Ciputra diketahui bahwa ketika usianya 16
tahun lulus dari SD kemudian melanjutkan SMP di Gorontalo dan jenjang SMA di
Manado setelah itu memasuki ITB jurusan arsitektur di Bandung. Keseluruhan
pendidikan masa remaja Dr. Ir. Ciputra memang merupakan gabungan dari pendidikan
yang akademis dan juga non akademis, di dalam kelas dan juga di luar kelas. Inilah
yang dapat disebut sebagai sekolah kehidupan yang membuat seseorang tumbuh
menjadi pribadi yang mandiri dan utuh. Oleh karena itu tidak heran bila saat ini ia
berpendapat bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang membangun
manusia seutuhnya dan beberapa cirinya adalah membangun moral, mendorong
kreativitas dan mendidik karakter-karakter mandiri siswa-siswinya.

Merintis Kerajaan Bisnis


Perjalanan bisnis Ciputra dirintis sejak masih menjadi mahasiswa arsitektur Institut
Teknologi Bandung. Ciputra pernah memberikan petuah bahwa “Modal bukan menjadi
kendala yang menjadi alasan untuk tidak maju. Jika tidak mempunyai modal tetapi
memiliki konsep yang bagus, Anda bisa bekerja sama dengan orang lain yang memiliki
modal” dengan memanfaatkan modal awal sebesar Rp 10 juta, Ciputra berhasil
mengembangkan usahanya dengan total aset mencapai Rp 5 triliun. Bersama Ismail
Sofyan dan Budi Brasali, teman kuliahnya, sekitar tahun 1957 Ciputra mendirikan PT
Daya Cipta. Biro arsitek milik ketiga mahasiswa tersebut, sudah memperoleh kontrak
pekerjaan lumayan untuk masa itu, dibandingkan perusahaan sejenis lainnya. Proyek
yang mereka tangani antara lain gedung bertingkat sebuah bank di Banda Aceh. Tahun
1960 Ciputra lulus dari ITB. Ia kemudian pindah ke Jakarta. Keputusan ini menjadi
tonggak sejarah yang menentukan jalan hidup Ciputra dan kedua rekannya itu.
Dengan bendera PT Perentjaja Djaja IPD, proyek bergengsi yang ditembak Ciputra
adalah pembangunan pusat berbelanjaan di kawasan senen. Dengan berbagai cara,
Ciputra adalah berusaha menemui Gubernur Jakarta ketika itu, Dr. R. Soemarno, untuk
menawarkan proposalnya. Gayung bersambut. Pertemuan dengan Soemarno kemudian
ditindak lanjuti dengan mendirikan PT Pembangunan Jaya, setelah terlebih dahulu
dirapatkan dengan Presiden Soekarno. Setelah pusat perbelanjaan Senen, proyek
monumental Ciputra di Jaya selanjutnya adalah Taman Impian Jaya Ancol dan Bintaro
Jaya. Melalui perusahaan yang 40% sahamnya dimiliki Pemda DKI inilah Ciputra
menunjukkan kelasnya sebagai entrepreuneur sekaligus profesional.
Ia sangat handal dalam menghimpun sumber daya yang ada menjadi kekuatan bisnis
raksasa. Grup Jaya yang didirikan tahun 1961 dengan modal Rp. 10 juta, kini memiliki
total aset sekitar Rp. 5 trilyun. Dengan didukung kemampuan lobinya, Ciputra secara
bertahap juga mengembangkan jaringan perusahaannya di luar Jaya, yakni Grup
Metropolitan, Grup Pondok Indah, Grup Bumi Serpong Damai, dan yang terakhir
adalah Grup Ciputra. Dalam Biografi Ciputra diketahui bahwa jumlah seluruh anak
usaha dari Kelima grup itu tentu di atas seratus, karena anak usaha Grup Jaya saja 47
dan anak usaha Grup Metropolitan mencapai 54. Mengenai hal ini, secara berkelakar
Ciputra mengatakan: Kalau anak kita sepuluh, kita masih bisa mengingat namanya
masing-masing. Tapi kalau lebih dari itu, bahkan jumlahnya pun susah diingat lagi.
Karya-karya besar Ciputra begitu beragam, karena hampir semua subsektor properti
dijamahnya. Ia kini mengendalikan 5 kelompok usaha Jaya, Metropolitan, Pondok
Indah, Bumi Serpong Damai, dan Ciputra Development yang masing-masing memiliki
bisnis inti di sektor properti.

Perjuangan Ir Ciputra Untuk Bangkit dari Keterpurukan


Tidak selamanya seorang yang diatas akan terus berada disana, tetapi selalu ada cobaan
untuk membuktikan apakah layak untuk terus berada disana. Jika layak, maka sudah
pantas untuk terus berada diatas. Perlu diketahui semuanya, bahwa setiap orang sukses
itu memiliki jatah gagal mereka masing-masing.
Tepatnya pada tahun 1997 terjadilah krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis
tersebut menimpa tiga group yang dipimpin Ciputra, yaitu Jaya Group, Metropolitan
Group, dan Ciputra Group. Walaupun ketiga perusahaan tersebut sudah melakukan
penghematan besar-besaran, Ciputra Group terpaksa melakukan PHK kepada tujuh
ribu karyawannya, sehingga hanya tersisa sekitar 35% dari total karyawan, dan
karyawan yang bertahanpun harus menerima potong gaji 40% untuk kelangsungan
perusahaan agar tetap berjalan. Selain itu, Bank Ciputra yang sempat didirikannya
ditutup oleh Pemerintah karena dianggap tidak layak untuk terus berdiri, dan Asuransi
Jiwa Ciputra Allstate yang baru dirintis menjelang krisis pun sama nasibnya dengan
bank tersebut, ikut ditutup. Dengan adanya kebijakan moneter dari pemerintah dan
diskon bunga dari beberapa bank, Ciputra mendapat kesempatan untuk
merestrukturisasi tagihan utang-utangnya yang menumpuk.
Dengan kegigihan dan terus berjuang untuk tidak mudah putus asa ketika jatuh,
akhirnya ketiga group tersebut dapat bangkit kembali dan kini Group Ciputra telah
mampu melakukan ekspansi usaha di dalam bahkan ke luar negeri.

Membangun Berbagai Proyek Besar


Proyek kota barunya kini berjumlah 11 buah tersebar di Jabotabek, Surabaya, dan di
Vietnam dengan luas lahan mencakup 20.000 hektar lebih. Ke-11 kota baru itu adalah
Bumi Serpong Damai, Pantai Indah Kapuk, Puri Jaya, Citraraya Kota Nuansa Seni,
Kota Taman Bintaro Jaya, Pondok Indah, Citra Indah, Kota Taman Metropolitan,
CitraRaya Surabaya. Selain itu ada juga di Kota Baru Sidoarjo, dan Citra Westlake City
di Hanoi, Vietnam. Proyek-proyek properti komersialnya, juga sangat berkelas dan
menjadi trend setter di bidangnya. Lebih dari itu, proyek-proyeknya juga menjadi
magnet bagi pertumbuhan wilayah di sekitarnya.
Menurut data yang diambil dari majalah Globe Asia tahun 2018, PT Ciputra
Development Tbk berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp1,3 triliun pada kuartal
pertama 2018. Total kekayaan Ciputra menurut data dari majalah Globe Asia tahun
2018 sejumlah 20.4 Trilun Rupiah. Ia menempati posisi 31 dalam daftar orang terkaya
di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai