Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

PEMERIKSAAN GENITALIA PRIA DAN PEMASANGAN


KATETER

OLEH :
DYAH FAUZIAH HASANAH
201910330311021

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan fisik genitalia termasuk prosedur rutin yang harus dikerjakan pada
penderita dengan indikasi kelainan genitalia dan traktus urinarius segmen distal.
Sedangkan rectal touche dilakukan pada penderita dengan kelainan dan keluhan di
daerah rectum, anus dan pemeriksaan prostate pada laki-laki. (Gumilas, 2019)
Pemasangan kateter merupakan keterampilan klinik yang penting bagi setiap
mahasiswa kedokteran, pada pemasangan kateter ini mahasiswa harus mengetahui
anatomi dari organ reproduksi baik pria maupun wanita agar dapat melakukan
pemasangan kateter dengan baik dan benar.

1.2 Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk menambah pemahaman mengenai
pemeriksaan genitalia dan pemasangan kateter.

1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca dan
penulis tentang pemeriksaan genitalia dan pemasangan kateter.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
A. Pemeriksaan Genitalia Pria
Pemeriksaan pada traktus urogenital laki-laki meliputi pemeriksaan ginjal,
bulibuli (kandung kemih), pemeriksaan penis, pemeriksaan skrotum, pemeriksaan
inguinal, dan pemeriksaan colok dubur. Hasil yang didapat dari pemeriksaan ini dapat
mengarahkan dokter dalam melakukan pemeriksaan lebih lanjut, guna menegakkan
diagnosis pada seorang penderita.
B. Pemasangan Kateter
Kateterisasi uretra adalah pemasangan kateter yang dimasukkan kedalam buli-buli
(bladder) pasien melalui urethra. Kateter digunakan sebagai alat untuk
menghubungkan drainase urin dari bladder ke urine bag atau container. Istilah
kateterisasi ini sudah dikenal sejak jaman Hipokrates yang pada waktu itu
menyebutkan tentang tindakan instrumentasi untuk mengeluarkan cairan dari tubuh.

1.2 Anatomi Reproduksi Pria


1. Penis merupakan organ kopulasi yaitu hubungan antara alat kelamin jantan
dan betina untuk memindahkan semen ke dalam organ reproduksi betina. Penis
diselimuti oleh selaput tipis yang nantinya akan dioperasi pada
saat dikhitan/sunat.
Penis dibentuk oleh dua jaringan erektil di bagian dorsal, corpus cavernosa
penis dan satu jaringan erektil yang lebih kecil di bagian ventral, corpus
spongiosum penis dimana didalamnya dilewati oleh urethra. Jaringan ikat yang
tebal membungkus ketiga jaringan erektil tadi sehingga membentuk sebuah
silinder. Pada bagian distal korpus penis membentuk glans penis yang dilalui oleh
meatus urethra. Perbatasan antara glans dan korpus, terdapat retroglandular
sulcus atau yang biasa disebut corona glandis. Lapisan kulit, preputium/foreskin
menutupi glans penis. Di bagian ventral terdapat frenulum, lipatan preputium
yang membentang dari meatus uretrhra menuju corona.

2. Skrotum merupakan kantung yang dibentuk oleh lapisan yang tipis, kulit yang
berkerut-kerut (rugous skin) yang menutupi lapisan tebal, tunica dartos yang
terdiri dari serat-serat otot polos dan fascia. Skrotum menggantung pada pangkal
penis, dimana bagian kiri lebih rendah dibanding yang kanan karena pada
skrotum yang kiri funiculus spermaticus lebih panjang. Kulit skrotum terbagi dua
oleh median raphe yang memanjang dari bagian ventral korpus penis, melewati
pertengahan skrotum sampai ke anus.
Dibagian dalam, kedua skrotum dipisahkan oleh septal fold dari tunica dartos.
Masing-masing skrotum berisi testis, epididimis dan funiculus spermaticus. Kulit
skrotum hiperpigmentasi dan mengandung banyak folikel sebasea yang dapat
menyebabkan timbulnya kista. Kelenturan otot dartos menentukan ukuran
skrotum; paparan suhu eksternal yang dingin menyebabkan skrotum mengecil,
sebaliknya sensasi hangat akan merelaksasikan otot dan memperbesar ukuran
skrotum.

1.3 Indikasi Pemeriksaan Genitalia


 Adanya kista pada organ genital
 Terasa nyeri pada organ genitalia
 Ditemukan kelainan seperti infeksi atau adanya massa pada organ genitalia

1.4 Indikasi Pemasangan Kateter


 Adanya retensi urine
 Adanya obstruksi saluran kemih
 Irigasi vesika urinaria
 Klien dengan penyakit terminal
 Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif terhadap urine
 Pengumpulan urine untuk tujuan diagnostik
 Nerve-related bladder dysfunction
 Pasien baru selesai melakukan operasi

1.5 Pemeriksaan Genitalia Pria


A. Penis
 Inspeksi Penis
- Lihat adanya kelainan kulit preputium, tanda radang, perubahan warna.
- Bila belum dilakukan circumcisi pemeriksaan penis didahului dari lubang
preputium, lubang yang terlalu sempit dinamakan phymosis yang
mengakibatkan preputium tidak bisa diretraksi, penumpukan smegma,
balanitis, Infeksi Saluran Kencing (ISK), keganasan.
- Glans penis dinilai mulai dari Ostium Urethrae Eksternum(OUE), lihat
produk yg keluar dari OUE (urin, sperma, nanah, darah, batu, udara, feces),
ukuran OUE yang terlalu kecil bisa karena meatal stenosis, letak OUE di
ventral (hipospadia) tidak boleh dilakukan circumcisi, letak OUE di dorsal
(epispadia).
- Balanitis, kondiloma akuminata, karsinoma.
- Batang penis diperiksa sisi dorsal (corpos cavernosus & AV dorsalis), sisi
ventral (corpus spongiosus yang berisi urethra) dilihat tanda radang,
perubahan warna kulit, fistel.

 Palpasi Penis
Palpasi gland penis: palpasi dengan ibu jari dan jari telunjuk pada gland penis
(area fossa naviculare) untuk melihat ada sekret atau darah yang keluar.
Palpasi bagian dorsal dari batang penis, berisi corpus cavernosus, bila teraba
bagian yang keras (plaque), dapat disebabkan :
- “Peyronie’s disease”
- Vena dorsalis yang mengalami trombosis
- Karsinoma

Palpasi bagian ventral dari batang penis:


- Striktura
- Karsinoma uretra
- Ekstravasasi urin dengan jaringan parut (cicatrix)
B. Skrotum
 Inspeksi Skrotum
Testis kiri biasanya tergantung lebih rendah dari pada testis kanan.
 Palpasi Skrotum
Pemeriksaan dilakukan dalam posisi penderita telentang dan berdiri untuk
memperoleh informasi tambahan.
 Palpasi isi skrotum
Biasanya dilakukan dengan ibu jari pada satu bidang dan jari telunjuk serta
jari tengah kanan yang bersangkutan di bidang sebelahnya. “Mass” yang besar
lebih mudah diraba dengan menggunakan kedua tangan.
Perabaan isi skrotum hendaknya sistematis dengan urutan sebagai berikut
1. Testis
2. Epididimis (kaput, korpus, kauda)
3. Funikulus
4. Meatus Inguinalis eksternus
C. Kelenjar Inguinal
 Inspeksi Kelenjar Inguinal
Lihat adanya tanda radang, perubahan warna kulit, massa, ulkus.
 Palpasi Kelenjar Inguinal
Penyebab pembesaran kelenjar inguinal.
 - Penis : karsinoma, chancroid, sipilis, balanitis
 - Tiap keradangan atau tumor yang berasal dari : skrotum, vulva, anus,
tungkai.
 - Pembesaran kelenjar-kelenjar limfe yang sistemik.
Pada orang normal, biasanya kelenjar limfe inguinal dapat diraba.

1.6 Pemasangan Kateter


A. Alat dan bahan
1. Bak steril
2. Kateter foley steril (bungkus 2 lapis) : untuk dewasa ukuran no. 16 atau 18
3. Handscoon steril
4. Kasa dan antiseptik (povidone iodine)
5. Doek bolong
6. Pelicin - jelly
7. Pinset steril
8. Klem
9. NaCl atau aqua steril
10. Spuit 10cc
11. Urine bag
B. Teknik pemasangan kateter
- Lakukan informed consent pada pasien karena tindakan ini adalah tindakan
invasif. Pasien perlu mengetahui bahwa tindakan akan terasa nyeri dan
terdapat resiko infeksi dan komplikasi permanen.
- Persiapkan alat dan bahan steril dalam bak steril (termasuk mengeluarkan
kateter dari bungkus pertamanya)
- Lakukan tindakan aseptik antiseptik dengan :
a. Mencuci tangan menggunakan antiseptik
b. Menggunakan handscoon steril
c. Melakukan desinfeksi meatus eksternus, seluruh penis, skrotum dan
perineum
d. Melakukan pemasangan doek bolong
- Keluarkan kateter dari bungkus keduanya
- Masukkan jelly ke dalam spuit tanpa jarum, semprotkan ke uretra. Tutup
meatus agar jelly tidak keluar
- Ambil kateter dengan memegang ujung kateter dengan pinset, sedangkan
pangkal kateter (bagian yang bercabang) dibiarkan atau dikaitkan pada jari
manis dan kelingking.
- Masukkan kateter secara perlahan
- Bila pada saat memasukkan kateter terasa tertahan, pasien diminta untuk
menarik nafas dalam dan relaks. Kemudian tekan beberapa menit sehingga
kateter berhasil melewati bagian tersebut.
- Bila sudah sampai di vesika, kateter akan mengeluarkan urine
- Klem terlebih dahulu kateter, kemudian masukkan sisa kateter hingga batas
percabangan pada pangkal kateter
- Masukkan NaCl atau aqua steril menggunakan spuit tanpa jarum, melalui
cabang untuk mengembangkan balon kateter dan balon menutup orifisium.
Tarik sisa kateter.
- Klem kateter dihubungkan dengan urine bag kemudian buka klemnya
- Lakukan fiksasi pada paha atau inguinal
- Nilai urine dan jumlah yang dikeluarkan setelah kateter dipasang
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pemeriksaan genitalia pada pria meliputi pemeriksaan penis, pemeriksaan scrotum,
pemeriksaan kelenjar inguinal dan colok dubur yang memiliki tujuan untuk
mengetahui kondisi organ genital pria, apakah sehat atau terjadi
abnormalitas/kelainan/infeksi.
Pemasangan kateter urinaria bertujuan untuk membantu keluarnya urine,
pemasangan ini dilakukan atas dasar beberapa indikasi seperti telah terjadi retensi
urine, adanya obstruksi saluran kemih pada pasien,pasien baru saja melakukan
operasi, skin rash, ulcer dan luka yang iritatif terhadap urine, dan lain lain.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Manual Keterampilan Klinik Topik Basic Urogenital Examination :


Pemeriksaan Genitalia Pria dan Colok Dubur. 2019. Surakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Gumilas NSA. 2019. Pemeriksaan Fisik Genitalia dan Rectal Touched. Fakultas
Kedokteran Universitas Jendral Soedirman: Purwokerto
S. Vahr, H. Cobussen-Boekhorst et al. Catheterisation - Urethral intermittent in adults
- Dilatation, Urethral intermittent in adults. EAUN Good Practice in Health Care.
2013.

Anda mungkin juga menyukai