2. PELAKSANAAN SURVEY
2.1 Pengamatan Pasut
2.1.1 Umum
Pengamatan pasut dilakukan untuk memperoleh data tinggi muka air laut di suatu lokasi. Berdasarkan hasiI
pengamatan tersebut dapat ditetapkan datum vertikal tertentu yang sesuai untuk keperluan-keperluan tertentu pula.
Pengamatan pasut dilakukan dengan mencatat atau merekam data tinggi muka air laut pada setiap interval waktu
tertentu. Rentang pengamatan pasut sebaiknya dilakukan selama selang waktu keseluruhan periodisasi benda-benda
langit yang mempengaruhi terjadinya pasut telah kembali pada posisinya 'semula'. Rentang waktu pengamatan
pasut yang lazim dilakukan untuk keperluan praktis adalah 15 atau 29 piantan (1 piantan = 25 jam). Interval waktu
pencatatan atau perkaman tinggi muka laut biasanya adalah 15, 30 atau 60 menit.
Cara yang paling sederhana untuk mengamati pasut dilakukan dengan palem atau rambu pengamat pasut. Tinggi
muka air setiap jam diamati secara manual oleh operator (pencatat) dan dicatat pada suatu formulir pengamatan
pasut. Pada palem dilukis tanda-tanda skala bacaan dalam satuan desimeter. Pencatat akan menuliskan kedudukan
tinggi muka air laut relatif terhadap palem pada jam-jam tertentu sesuai dengan skala bacaan yang tertulis pada
palem. Muka air laut yang relatif tidak tenang membatasi kemampuan pencatatan dalam menaksir bacaan skala.
Walaupun demikian, cara ini cukup efektif untuk memperoleh data pasut dengan ketelitian hingga sekitar 2.5 cm.
Tinggi palem disesuaikan dengan karakter tunggang air pada wilayah perairan yang diamati pola pasutnya, yang
biasanya sekitar 2 hingga 3 meter.
-1-
Beberapa persyaratan untuk penempatan lokasi stasiun pasut yang harus dipenuhi antara lain adalah:
Lokasi stasiun pasut harus menggambarkan karakteristik pasang surut di daerah sekitarnya.
Lokasi stasiun pasut sebaiknya jauh dari muara sungai, untuk menghindari pengaruh aliran serta endapan
dan sampah yang terbawa menuju ke laut.
Perairan di lokasi stasiun pasut diupayakan bersih dan jernih serta tidak terganggu oleh tetumbuhan laut
yang ada di sekitarnya.
Lokasi dicari sedemikian rupa agar memudahkan pengawasan dan pemeliharaan stasiun pasut.
Terlindung dari pengaruh ombak dan gelombang serta pengaruh lainnya secara langsung.
Dengan didapatkannya nilai amplitudo dari komponen pasang surut, dapat ditentukan tipe pasang surut yang terjadi
pada lokasi, yaitu dengan melakukan perhitungan Formzall (F) dengan persamaan sebagai berikut:
AO1 AK 1
F=
AM 2 AS 2
di mana:
AO = amplitudo komponen O1
AK1 = amplitudo komponen K1
AM2 = amplitudo komponen M2
AS2 = amplitudo komponen S2
Penjelasan untuk masing-masing tipe pasang surut dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Bilangan
Tipe Pasang Surut Keterangan
Formzall (F)
Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut
F < 0.25 Pasang harian ganda (semi diurnal) dengan ketinggian yang hampir sama dan terjadi berurutan
secara teratur
Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut
0.25 < F < 1.5 Campuran, condong ke semi diurnal
dengan ketinggian dan periode yang berbeda
1.5 < F < 3.0 Campuran, condong ke diurnal Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut
-2-
dengan ketinggian dan periode yang berbeda
F > 3.0 Pasang harian tunggal (diurnal) Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut
Berdasarkan peramalan pasang surut, didapatkan data fluktuasi elevasi muka air laut selama jangka waktu tertentu.
Untuk keperluan perencanaan, ditetapkan elevasi-elevasi yang digunakan sebagai elevasi acuan dengan cara
menganalisa data ramalan pasang surut tersebut. Analisa dilakukan dengan metode statistika.
HHWL (Highest High Water Level) : Tinggi muka air maksimum dalam rentang waktu yang
ditinjau.
MHWS (Mean High Water Spring) : Rata-rata dari tinggi muka air maksimum tiap spring dalam
rentang waktu yang ditinjau
MHWL (Mean High Water Level) : Rata-rata dari tinggi muka air maksimum tiap kali pasang
dalam rentang waktu yang ditinjau
MSL (Mean Sea Level) : Rata-rata muka air dalam rentang muka air yang ditinjau
MLWL (Mean Low Water Level) : Rata-rata dari tinggi muka air minimum tiap kali surut dalam
rentang waktu yang ditinjau
MLWS (Mean Low Water Spring) : Rata-rata dari tinggi muka air minimum pada saat spring
dalam rentang waktu yang ditinjau
LLWL (Lowest Low Water Level) : Tinggi muka air terendah dalam rentang waktu yang ditinjau.
Alat utama yang digunakan dalam pengamatan pasut ini adalah peralatan pengukur dengan dengan menggunakan
tide log A-OTT dan rambu pasut buat pengecekan bacaan.
-3-
Untuk lebih jelasnya mengenai pengamatan pasut dapat dilihat pada penjelasan berikut ini :
1. Lokasi stasiun pasut berada di sekitar garis pantai, seperti diperlihatkan Gambar 1 berikut.
2. Pengamatan pasut dilakukan selama 15 hari dengan interval waktu pengamatan setiap 1 jam mulai dari
tanggal 18 Desember 2010 sampai tanggal 01 Januari 2011.
-4-
2.1.6 Data Pasut
Dari hasil pengamatan pasut yang dilakukan selama 15 hari dengan interval waktu pengamatan pasut setiap 1 jam mulai dari tanggal 18 Desember 2010 sampai tanggal 01
Januari 2011 diperoleh data seperti pada tabel berikut ini :
Ja m / Tg l 18-12-10 19-12-10 20-12-10 21-12-10 22-12-10 23-12-10 24-12-10 25-12-10 26-12-10 27-12-10 28-12-10 29-12-10 30-12-10 31-12-10 1/ 1/ 2011
0:00:00 288.0 277.0 269.0 274.0 275.0 283.0 295.0 292.0 310.0 330.0 307.0 308.0 310.0 297.0 294.0
1:00:00 283.0 275.0 262.0 266.0 268.0 270.0 277.0 277.0 283.0 298.0 286.0 278.0 272.0 286.0 279.0
2:00:00 270.0 273.0 264.0 262.0 263.0 263.0 261.0 268.0 281.0 272.0 269.0 275.0 270.0 270.0 270.0
3:00:00 275.0 272.0 266.0 262.0 262.0 258.0 250.0 262.0 280.0 279.0 265.0 260.0 270.0 278.0 260.0
4:00:00 271.0 272.0 271.0 270.0 274.0 258.0 262.0 260.0 274.0 267.0 273.0 253.0 256.0 254.0 257.0
5:00:00 268.0 270.0 273.0 284.0 275.0 266.0 267.0 278.0 270.0 264.0 264.0 250.0 249.0 248.0 242.0
6:00:00 261.0 269.0 274.0 275.0 278.0 276.0 280.0 275.0 287.0 281.0 276.0 299.0 252.0 254.0 256.0
7:00:00 250.0 265.0 272.0 275.0 277.0 278.0 284.0 289.0 294.0 295.0 290.0 280.0 273.0 259.0 261.0
8:00:00 250.0 258.0 260.0 268.0 274.0 280.0 290.0 298.0 298.0 302.0 303.0 298.0 297.0 270.0 268.0
9:00:00 250.0 258.0 254.0 254.0 264.0 265.0 273.0 286.0 302.0 311.0 317.0 313.0 298.0 285.0 270.0
10:00:00 270.0 260.0 250.0 248.0 240.0 252.0 260.0 276.0 285.0 304.0 320.0 315.0 315.0 299.0 279.0
11:00:00 270.0 270.0 255.0 248.0 240.0 233.0 245.0 254.0 288.0 302.0 318.0 325.0 325.0 308.0 299.0
12:00:00 295.0 285.0 264.0 253.0 245.0 233.0 238.0 244.0 263.0 290.0 299.0 322.0 326.0 315.0 324.0
13:00:00 310.0 305.0 288.0 269.0 254.0 242.0 247.0 240.0 250.0 278.0 296.0 320.0 325.0 325.0 324.0
14:00:00 328.0 320.0 315.0 290.0 275.0 256.0 253.0 243.0 254.0 271.0 292.0 303.0 325.0 333.0 330.0
15:00:00 344.0 345.0 354.0 321.0 317.0 286.0 267.0 258.0 259.0 277.0 285.0 303.0 328.0 342.0 355.0
16:00:00 348.0 356.0 375.0 350.0 332.0 308.0 302.0 280.0 276.0 282.0 280.0 300.0 323.0 345.0 333.0
17:00:00 348.0 362.0 376.0 378.0 371.0 345.0 323.0 304.0 299.0 299.0 298.0 304.0 326.0 332.0 372.0
18:00:00 344.0 354.0 369.0 386.0 388.0 371.0 322.0 343.0 314.0 315.0 310.0 309.0 319.0 327.0 356.0
19:00:00 334.0 347.0 350.0 384.0 389.0 370.0 365.0 360.0 338.0 330.0 320.0 312.0 317.0 322.0 355.0
20:00:00 323.0 331.0 330.0 374.0 382.0 382.0 375.0 370.0 348.0 338.0 327.0 315.0 315.0 320.0 329.0
21:00:00 304.0 315.0 309.0 353.0 367.0 370.0 352.0 267.0 355.0 340.0 322.0 320.0 315.0 319.0 325.0
22:00:00 298.0 296.0 290.0 316.0 342.0 352.0 349.0 352.0 342.0 336.0 329.0 320.0 312.0 305.0 307.0
23:00:00 288.0 280.0 278.0 300.0 313.0 324.0 331.0 331.0 334.0 319.0 305.0 312.0 310.0 295.0 298.0
Ket: Satuan dalam CentiMeter
-5-
Grafik Pasang Surut Palipi
4.500
4.000
3.500
Bacaan Muka Air
3.000
2.500
Series1
2.000
1.500
1.000
0.500
0.000
1 24 47 70 93 116 139 162 185 208 231 254 277 300 323 346
Jam Ke
-6-
3. Menghitung Elevasi Muka Air
Elevasi pasang surut (muka air penting) yang diperoleh pada pengamatan pasut di lokasi Sekitar Muara Cikaso ini
adalah sebagai berikut:
Pekerjaan survei dan pemetaan laut (surta laut) pada dasarnya merupakan proses penggambaran keadaan fisik
daerah perairan melalui data ukuran hasil pengukuran di lapangan. Data-data tersebut merupakan data-data yang
memvisualisasikan kondisi perairan secara horisontal dan vertikal. Dengan demikian berarti bahwa untuk setiap titik
yang berada di dasar laut dapat diketahui berapa kedalaman dan dimana letaknya pada satu sistem koordinat
tertentu.
Pada dasarnya pekerjaan surta laut sangat luas cakupannya. Hal ini dapat dilihat dari definisi hidrografi yang
dikeluarkan oleh PBB : “ Hidrografi adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaumana mengukur (measure),
menjelaskan (describe) dan melukiskan (depict) tentang konfigurasi dasar laut (batimetri, geologi dan geofisika),
hubungan geografis daratan dan laut serta sifat dan dinamika air laut”. Dari definisi ini tampak jelas bahwa spektrum
kegiatan surta laut sangat luas diantaranya menyangkut survei geologi, geodesi, geofisika dan oseanografi.
-7-
Dalam bidang geodesi pekerjaan paling utama dalam surta laut adalah survei bathymetri. Kegiatan dalam survei
bathymetri meliputi kegiatan-kegiatan seperti pengukuran kedalaman, pengamatan pasut, penentuan posisi
horisontal fix perum, pengukuran titik kerangka dasar dan lain-lain.
Survei bathymetri atau sering disebut dengan pemeruman adalah proses dan aktivitas yang ditujukan untuk
memperoleh gambaran (model) bentuk permukaan (topografi) dasar perairan (seabed surface). Proses penggambaran
dasar perairan tersebut (sejak pengukuran, pengolahan hingga visualisasinya) disebut sebagai survei bathymetri.
JALUR SOUNDING
Laut
PANTAI
Darat
-8-
2.2.2 Jenis peralatan dan penerapan
Pengukuran kedalaman dilakukan dengan metode akustik. Metode ini memanfaatkan pantulan gelombang bunyi
yang dibangkitkan oleh alat perum gema (echosounder). Jenis echosounder yang diperkenankan untuk digunakan
dalam pemeruman pada umumnya memiliki frekuensi antara 12 hingga 7000 khz. Echosounder yang lazim
digunakan adalah echosounder dengan frekuensi 150 – 500 khz dengan ketelitian kedalaman maksimum adalah 1
desimeter atau 10 cm.
SATELIT
READER
ANTENA ANTENA
TRANDUSER TRANDUSER
DASAR LAUT
-9-
Gambar 5 Penempatan GPSMap (tranduser, antena, reader) di perahu
-10-
Konsultan diperkenankan membuat simbolisasi dan warna yang berbeda untuk item-item yang belum tercantum
dalam ketentuan IHO.
ASPEK KETENTUAN
Datum vertikal Lokal dengan chart datum , disebutkan kedudukan muka surutannya
terhadap duduk tengah
Datum horisontal Titik kontrol horisontal pad elipsoida referensi WGS ' 84 dalam sistem
gratikul (jaring garis proyeksi lintang dan bujur) pada interval 10-20 cm
di peta dengan graduation frame (skala pembagi gratikul) di tepi-tepi
batas muka petanya
Sistem proyeksi Mercator untuk 75° LU - 75° LS
Polar Stereografis untuk 75° - 90° LU dan
75° - 90° LS
Sistem satuan Metrik, dalam meter atau mil laut
Ketelitian 1 : 10.000 untuk bandar, pelabuhan, alur pelayaran dan
perairan wajib pandu
1 : 20.000 untuk alur pendekatan pelabuhan dan
perairan lain yang digunakan teratur untuk pelayaran
1 : 50.000 untuk daerah pantai sampai kedalaman rata-rata
sekurang-kurangnya 30 m
1 : 50.000 - 1 : 100.000 untuk daerah dengan kedalaman
30 m sampai 200 m
Simbol dan warna Peta konvensional : mengikuti Peta Laut Dishidros dan Bakosurtanal
-11-
pengukuran, tinggi muka air terhadap nol ketinggian, kondisi fisis perairan (suhu, salinitas dan berat jenis air laut).
Dengan demikian data kedalaman yang diperoleh perlu direduksi untuk mengetahui kedalaman sebenarnya sebelum
dilakukan penandaan titik fix perum di atas peta.
Kedalaman sebenarnya diperoleh dengan mengkoreksi kedalaman pengukuran terhadap beberapa parameter, yaitu
reduksi pasut, koreksi barcheck dan waktu pengukuran. Adapun penelitian pengaruh suhu air, salinitas dan berat
jenis ari terhadap penjalaran gelombang akustik dapat dianggap terkoreksi bersamaan dengan koreksi barcheck.
Pengaruh ini biasanya sangat kecil dan kurang dari 0.5 dm.
-12-
2.3 Pengukuran Arus
2.3.1 Umum
Lokasi pengukuran dilakukan di satu stasiun dimana posisi stasiun pengamatan arus tersebut mewakili kondisi arus
di area survey.
Pengukuran arus dilakukan selama 25 jam atau satu siklus pasut yaitu dari saat surut sampai dengan saat surut
berikutnya atau pada saat pasang ke saat pasang berikutnya dengan interval waktu pengukuran satu jam. Pengukuran
arus dilakukan pada tiga lapisan kedalaman, yaitu 0.2 d, 0.6 d dan 0.8 d pada saat kondisi pasang purnama ( spring
tide) dan pasang perbani (neap tide).
Pola distribusi sebaran kecepatan arus yang ada dan arah asal arus ditunjukkan pada gambar berikut :
-13-
Distribusi Kecepatan dan Arah Arus Dominan
Kecepatan (m/dtk)
Arah Jumlah
< 0.1 0.1 - 0.2 0.2 - 0.3 > 0.3
Utara 1.0 0.0 0.0 0.0 1.0
Timur Laut 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Timur 1.0 1.0 0.0 0.0 2.0
Tenggara 3.0 0.0 0.0 0.0 3.0
Selatan 6.0 0.0 0.0 0.0 6.0
Barat Daya 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Barat 2.0 1.0 0.0 0.0 3.0
Barat Laut 10.0 0.0 0.0 0.0 10.0
Prosentase Kejadian 25.0 Jenis tongkat menunjukkan kecepatan arus.
Panjang tongkat menunjukkan persentase kejadian.
Prosentase Data Tidak Tercatat 0.0
Prosentase Kejadian Total 25.0
0.350
0.300
0.250
Kecepatan Arus Air (m/s)
0.200
0.150
0.100
V 0.2d
0.050
V 0.6d
V 0.8d
0.000
0 5 10 15 20 25
-0.050
Waktu (jam ke-)
-14-
dengan memperhatikan berbagai macam aspek sehingga BM tersebut mudah diakses serta kestabilan dan
keamanannya terjaga. Untuk pengukuran posisi horisontal BM dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran
Poligon dimana arah atau Azimut atau sudut jurusan awal didapatkan dengan cara melakukan pengamatan matahari.
Adapun pengukuran posisi horisontal ini dilakukan dengan menggunakan peralatan Theodolit untuk mendapatkan
ukuran sudut dan alat ukur EDM (Electronic Distance Meter) untuk mendapatkan ukuran jarak.
2.4.2.1 Umum
Untuk pengukuran kerangka dasar horisontal (KDH) alat yang digunakan yaitu Peralatan Theodolit TS (Total
Station) untuk mendapatkan ukuran Sudut dan alat ukur EDM (Electronic Distance Meter) untuk mendapatkan
ukuran Jarak.
Pengukuran KDH dimaksudkan untuk mendapatkan posisi dari setiap BM atau titik poligon dengan mengacu
kepada titik-titik BM baru yang telah dipasang yang dijadikan sebagai titik referensi.
Pengukuran kerangka dasar horisontal (KDH) dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran poligon dengan
menggunakan alat Theodolit TS dan EDM. Metode poligon yang digunakan yaitu metode poligon terikat. Pada
metode ini awal dan akhir pengukuran terikat pada BM yang sudah diketahui koordinatnya.
Dari hasil pengukuran poligon dan pengolahan data dengan menggunakan Metoda Bowditch diperoleh koordinat
Benchmark dalam sistem UTM seperti diuraikan dalam tabel berikut.
BENCMARK X Y
BM 01DKP 706122.834 9633599.784
BM 02DKP 706285.846 9633775.705
BM 03DKP 705717.360 9633476.702
CP 01DKP 706134.213 9633607.795
CP 02DKP 706142.692 9633701.112
CP 03DKP 706573.141 9634084.481
CP 04DKP 706260.840 9633734.523
satuan dalam meter
-15-
2.4.3 Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
2.4.3.1 Umum
Untuk pengukuran kerangka dasar vertikal (KDV) alat yang digunakan yaitu waterpass (WP) WILD NAK2.
Karakteristik alat yang digunakan yaitu :
Alat sipat datar optik
Konstruksi rambu : lipat
Interval pembacaan rambu 10 mm
Konstruksi tripod : kaku
Pengukuran KDV dimaksudkan untuk mendapatkan nilai ketinggian dari setiap BM dengan acuan tingginya yaitu
muka laut terendah dari hasil pengamatan pasut selama 15 hari yaitu sebesar 0,006 m dari nol rambu pasut.
Dari hasil pengukuran sipat datar dan hitungan Tinggi/Elevasi menggunakan Metode Perataan Kuadrat Terkecil
diperoleh nilai elevasi berdasarkan datum referensi dari LWS sebagai berikut.
BENCMARK ELEVASI
BM 01DKP 2.762
BM 02DKP 2.968
BM 03DKP 5.360
CP 01DKP 3.312
CP 02DKP 2.558
CP 03DKP 3.378
CP 04DKP 2.949
satuan dalam meter
2.4.4.1 Umum
Pengukuran situasi dilakukan untuk mengambil data rinci lapangan, baik objek alam maupun bangunan-bangunan,
jembatan, jalan dan sebagainya. Objek-objek yang diukur kemudian dihitung posisi horisontal dan vertikalnya
(x,y,z). Untuk selanjutnya garis kontur untuk masing-masing ketinggian dapat ditentukan dengan cara interpolasi.
-16-
2.4.4.2 Metoda Pengukuran
Pengukuran rinci/situasi dilaksanakan memakai metoda tachymetri dengan cara mengukur besar sudut dari poligon
(titik pengamatan situasi) kearah titik rinci yang diperlukan terhadap arah titik poligon terdekat lainnya, dan juga
mengukur jarak optis dari titik pengamatan situasi. Pada metoda tachymetri ini didapatkan hasil ukuran jarak dan
beda tinggi antara stasiun alat dan target yang diamati.
Dari sebaran titik-titik detil situasi yang diambil melalui pengukuran tachymetri dapat diperoleh posisi titik-titik
dilapangan yang nantinya akan digunakan untuk melakukan interpolasi untuk mendapatkan kontur ketinggian yang
mewakili keadaan sebenarnya dilapangan.
-17-