MANAJEMEN PEMASARAN
“LOYALITAS KONSUMEN”
DISUSUN OLEH:
WARNADI, SE,M.Si
MUKHLAS ADI PUTRA, SE,MM
Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayahNya-lah kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Loyalitsa Konsumen
dalam sebuah mata kuliah Manajemen Pemasaran.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini ataupun kata – kata
yang kurang berkenan, kami mohon maaf. Untuk perbaikan dan peningkatan tulisan ini,
kami sangat mengharapakan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.
Selanjutnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang berkepentingan khususnya pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
3.1 Kesimpulan............................................................................................................22
3.2 Saran......................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
Loyalitas konsumen selalu menjadi topik yang tidak habis untuk dieksplorasi.
Loyalitas konsumen telah dihubungkan dengan banyak sekali variabel lainnya. Dilihat
dari factor – factor yang mempengaruhi, ragam variable, maupun sisi psikologis
pencarian variasi dari konsumen terkait. Loyalitas Konsumen berhubungan dengan
kepuasan konsumen. Setiap perusahaan sangat mengharapkan memiliki konsumen /
konsumen yang loyal terhadap produk atau jasa yang ditawarkan . Untuk itu, menarik
bagi saya menggarap masalah tentang loyalitas konsumen yang dilihat dari berbagai
aspek dan variable penting lainnya
Istilah loyalitas sering kali diperdengarkan oleh pakar pemasaran maupun praktisi
bisnis, loyalitas merupakan konsep yang tampak mudah dibicarakan dalam konteks
sehari-hari, tetap menjadi lebih sulit ketika dianalisis makananya. Dalam banyak
definisi Ali Hasan (2008:81) menjelaskan loyalitas sebagai berikut:
Konsumen adalah orang atau instansi/kantor yang membeli barang maupun jasa
secara berulang. Konsumen dapat berupa individu (perorangan) maupun kolektif
(organisasi).Secara umum konsumen dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Konsumen Internal (Internal Customer), yaitu konsumen yang berasal dari
dalam perusahaan itu sendiri, meskipun unit kerja atau bagian berbeda, tetapi
jika masih dilingkungan perusahaan maka dapat dikategorikan sebagai
konsumen internal.
2. Konsumen eksternal (External Customer), yaitu konsumen yang berasal dari
luar perusahaan, yang membeli barang atau jasa yang diproduksi oleh suatu
perusahaan atau mereka yang terkena dampak dari produk, tetapi bukan
anggota organisasi penghasil produk tersebut.
Dilihat dari segi perbaikan kualitas, definisi konsumen adalah setiap orang yang
menuntut pemberian jasa (perusahaan) untuk memenuhi suatu standar kualitas
pelayanan tertentu, sehingga dapat memberi pengaruh pada performansi (performance)
pemberi jasa (perusahaan) tersebut. Dengan kata lain, konsumen adalah orang-orang
atau pembeli yang tidak tergantung pada suatu produk, tetapi produk yang tergantung
pada orang tersebut. Oleh karena konsumen ini pembeli atau pengguna suatu produk
maka harus diberi kepuasan.
Kalimat diatas memiliki arti: Loyalitas konsumen adalah komitmen yang kuat dari
konsumen untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa
yang disukai secara konsisten di masa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan
usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menimbulkan perilaku untuk
berpindah.
1. Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen merupakan pengukuran gap antara harapan konsumen
dengan kenyataan yang mereka terima atau rasakan.
2. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan adalah tingkat keunnggulan yang diharapkan dan
pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut dalam memenuhi keinginan
konsumen (Wyckof dalam Tjiptono,1996).
Loyalitas konsumen dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu (Vanessa Gaffar, 2007):
1. Nilai (harga dan kualitas), penggunaan sepatu “specs“ dalam waktu yang lama akan
mengarahkan pada loyalitas, karena itu pihak perusahaan harus bertanggung jawab
untuk menjaga merek tersebut. Perlu diperhatikan, pengurangan standar kualitas
dari suatu merek akan mengecewakan konsumen bahkan konsumen yang paling
loyal sekalipun begitu juga dengan perubahan harga. Karena itu pihak perusahaan
harus mengontrol kualitas merek beserta harganya.
2. Citra (baik dari kepribadian yang dimilikinya dan reputasi dari merek tersebut),
citra dari perusahaan dan merek diawali dengan kesadaran. Produk yang memiliki
citra yang baik akan dapat menimbulkan loyalitas konsumen pada merek.
3. Kenyamanan dan kemudahan untuk mendapatkan sepatu “specs“. Dalam situasi
yang penuh tekanan dan permintaan terhadap pasar yang menuntut akan adanya
kemudahan, pihak perusahaan dituntut untuk menyediakan produk yang nyaman
dan mudah untuk didapatkan.
4. Kepuasan yang dirasakan oleh konsumen.
5. Pelayanan, dengan kualitas pelayanan yang baik yang ditawarkan oleh sepatu
“specs“ dapat mempengaruhi loyalitas konsumen pada merek tersebut.
6. Garansi dan jaminan yang diberikan oleh sepatu “specs“.
Swastha dan Handoko (dalam Joko Riyadi 2004: 83) menyebutkan lima faktor utama yang
mempengaruhi loyalitas konsumen, sebagai berikut :
1. Kualitas Produk, kualitas produk yang baik secara langsung akan mempengaruhi
tingkat kepuasan konsumen, dan bila hal tersebut berlangsung secara terus-menerus
akan mengakibatkan konsumen yang selalu setia membeli atau menggunakan
produk tersebut dan disebut loyalitas konsumen.
2. Kualitas Pelayanan, selain kualitas produk ada hal lain yang mempengaruhi
loyalitas konsumen yaitu kualitas pelayanan.
3. Emosional, emosional di sini lebih diartikan sebagai keyakinan penjual itu sendiri
agar lebih maju dalam usahanya. Keyakinan tersebut nantinya akan mendatangkan
ide-ide yang dapat meningkatkan usahanya.
4. Harga, sudah pasti orang menginginkan barang yang bagus dengan harga yang
lebih murah atau bersaing. Jadi harga di sini lebih diartikan sebagai akibat,atau
dengan kata lain harga yang tinggi adalah akibat dari kualitas produk tersebut yang
bagus, atau harga yang tinggi sebagi akibat dari kualitas pelayanan yang bagus.
5. Biaya, orang berpikir bahwa perusahaan yang berani mengeluarkan biaya yang
banyak dalam sebuah promosi atau produksi pasti produk yang akan dihasilkan
akan bagus dan berkualitas, sehingga konsumen lebih loyal terhadap produk
tersebut.
1) Kualitas Produk
Konsumen akan merasa puas jika membeli dan menggunakan produk tersebut
dan kualitasnya baik. Terdapat enam elemen dalam kualitas produk yaitu :
performance, durability, feature, reliability, consistency dan desaign.
2) Harga
Bagi konsumen yang sensitive harga yang lebih murah adalah sumber
kepuasan terpenting, karena mereka akan mendapatkan value for money yang
tinggi. Komponen ini sangat penting bagi beberapa perusahaan yang ingin
menciptakan kepuasan konsumen.
3) Service Quality
Komponen ini terdiri dari tiga hal yaitu sistem, teknologi dan manusia. Factor
manusia memegang kontribusi terbesar 70% sehingga tidak mengherankan
kepuasan konsumen tidak dapat diikuti.
4) Emotional Factor
Komponen ini berlaku untuk konsumen dengan gaya hidup seperti : mobil,
pakaian, kosmetik dan sebaginya. Rasa bengga, symbol sukses dan rasa
percaya diri, bagian orang penting dan sebagainya adalah contoh-contoh
emotional value yang mendasari kepuasan konsumen.
5) Biaya dan Kemudahan Mendapatkan Produk
Konsumen akan merasa puas jika biaya dan produk yang diperoleh relative
mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk dan pelayanan.
Dick dan Basu (1994) menyatakan bahwa ada empat jenis loyalitas konsumen
berbeda serta muncul apabila ketertarikan rendah dan tinggi diklasifikasi silang
dengan pola pembelian ulang yang rendah dan tinggi.
a. Suspect
Bagian ini termasuk semua pembeli produk atau jasa dalam pemasaran, jadi
suspects adalah menyadari akan produk atau jasa perusahaan atau tidak mempunyai
kecenderungan terhadap pembelian.
b. Prospects
Prospects adalah konsumen potensial yang mempunyai daya tarik terhadap
perusahaan tetapi belum mengambil langkah untuk melakukan bisnis dengan
perusahaan.
c. Customers
Suatu tipe pembelian produk (walaupun dalam kategori ini termasuk beberapa
pembelian ulang) yang tidak memiliki loyalitas pada perusahaan.
d. Clients
Pembelian ulang yang menunjukkan loyalitas pada perusahaan tetapi lebih
memiliki dorongan pasif daripada aktif terhadap perusahaan.
e. Advocates
Client yang memberikan dorongan yang positif pada perusahaan dengan
merekomendasikannya kepada orang lain.
f. Partners
Partners adalah hubungan yang sangat erat antara konsumen dengan supplier yang
keduanya saling memperlihatkan keuntungan.
1. Konsumen yang sudah ada memiliki prospek yang lebih besar untuk memberikan
keuntungan kepada perusahaan.
2. Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam menjaga dan memperthankan konsumen
yang sudah ada, jauh lebih kecil daripada mencari konsumen baru.
3. Konsumen yang percaya kepada suatu lembaga dalam suatu urusan bisnis,
cenderung akan percaya juga pada urusan bisnis yang lain.
4. Jika sebuah perusahaan lama memiliki banyak konsumen lama, maka perusahaan
tersebut akan mendapatkan keuntungan karena adanya efisiensi. Konsumen lama
sudah barang tentu tidak akan banyak lagi tuntutan, perusahaan cukup menjaga dan
mempertahankan mereka. Untuk melayani merekabisa digunakan karyawan-
karyawan baru dalam rangka melatih mereka, sehingga biaya pelayanan lebih
murah
5. Konsumen lama tentunya telah banyak memiliki pengalaman positifyang
berhubungan dengan perusahaan, sehingga mengurangi biaya psikologis dan
sosialisasi.
6. Konsumen lama akan berusaha membela perusahaan, dan mereferensikan
perusahaan tersebut kepada teman-teman maupun lingkungannya.
Konsumen produk consumer goods Indonesia mau membayar lebih untuk produk-
produk premium. Tidak seperti yang diperkirakan banyak produsen, konsumen
Indonesia tidak loyal pada merek tertentu. Isi keranjang belanjaan mereka cenderung
homogen. Mereka memilih ukuran keranjang dan kemasan produk yang kecil dan
berbelanja berulang kali. Dan mereka dipengaruhi oleh social media dan pemasaran
digital.
Meski pasar dikuasai oleh sejumlah pemain besar, bukan berarti tidak ada
kesempatan bagi small players maupun new players. Namun untuk memenangkan pasar
Indonesia, mereka harus memahami betul karakteristik konsumen, termasuk bagaimana
sikap dan perilaku mereka yang cenderung berubah ketika kondisi pasar fluktuatif.
“Kami merangkum temuan ini dari penelitian mendalam, antara lain melalui
wawancara dengan sejumlah pimpinan senior di berbagai perusahaan consumer goods,
wawancara dengan para ahli pasar, mendalami pengetahuan pribadi konsumen, dan
melakukan survei dengan data sekunder. Hasilnya, kami mengidentifikasi setidaknya
ada lima karakteristik konsumen Indonesia yang perlu diperhatikan oleh setiap
perusahaan consumer goods untuk memenangkan pasar,” ungkap Nader Elkhwet,
Partner Bain & Company di Jakarta.
Merujuk pada hasil riset Kantar World Panel Survei 2012, merek-merek shampoo
premium seperti Dove, Clear, Pantene, Head & Shoulders, Sunsilk, dan Rejoice tercatat
tumbuh lebih cepat dibandingkan merek-merek non-premium (merek massal). Jika pada
2007 total revenue shampoo premium di Indonesia mencapai Rp 3 triliun, dengan
pertumbuhan rata-rata tahunan sebesar 11%, pada 2012 revenue-nya menjadi Rp 4,9
triliun.
“Tidak diragukan lagi, pasar premium yang tumbuh lebih cepat dibandingkan pasar
non-premium dikarenakan perusahaan multinasional dan lokal yang menawarkan
merek-merek premium cenderung memiliki jaringan distribusi dan ruang pajang yang
luas, yang memungkinkan mereka untuk menjangkau lebih banyak pelanggan. Namun,
kami juga percaya bahwa konsumen Indonesia percaya pada janji kualitas atau manfaat
fungsional yang lebih tinggi yang ditawarkan produk-produk bermerek. Bahkan 60%
merek shampoo dapat dijual dengan harga lebih tinggi karena persepsi tentang kualitas,
yang sebagian besar dibentuk melalui iklan. Dan yang terpenting, mereka bersedia
membayar lebih untuk itu,” ujar Nader.
Hal ini berlaku juga pada kategori makanan dan minuman. Merek-merek premium
seperti Aqua, yang dimiliki oleh Danone, kata Nader, memperoleh 40% dari volume
dan menjual 30% lebih mahal dari harga pasaran untuk kategori air mineral dalam
kemasan, kemungkinan besar karena persepsi kualitas unggul dan keandalan sumber. Es
krim yang ditawarkan oleh Unilever dan Campina, lanjutnya, dijual 450% lebih mahal,
dan kembang gula coklat yang ditawarkan oleh merek terkenal Mondelez dan Petra
dijual 75% lebih mahal karena keunggulan rasa, bahan-bahan dan kualitas
(dikombinasikan dengan iklan TV yang efektif).
Karakteristik kedua, konsumen Indonesia tidak loyal pada merek tertentu seperti
yang diperkirakan banyak produsen. Banyak produsen consumer goods cenderung
melebih-lebihkan tingkat loyalitas konsumen untuk merek dan produk mereka.
Penelitian global Bain menunjukkan bahwa perilaku konsumen berada pada dua titik
ekstrem, loyalis dan repertoar. Sebagian besar konsumen menunjukkan perilaku loyalis
dan repertoar secara bersamaan, tergantung pada kategori.
Perilaku loyalis adalah berulang kali membeli merek yang sama untuk keperluan
tertentu. Kategori loyalis umumnya ditemukan pada konsumen atau pembeli susu
formula bayi, susu kental dan popok bayi. Sebaliknya, konsumen menunjukkan perilaku
repertoar ketika mereka membeli merek yang berbeda pada kesempatan atau kebutuhan
tertentu. Kategori repertoar umumnya mencakup kopi instan, biskuit, dan shampoo.
Dalam beberapa kategori produk terdapat perilaku belanja berbeda di berbagai Negara.
Di sisi lain, perilaku repertoar tinggi mungkin sering didorong oleh banyaknya
merek buatan lokal dalam beberapa kategori, seperti biskuit. Konsumen Indonesia juga
lebih memilih untuk berbelanja lebih sering dari pada konsumen di banyak negara lain.
Dalam hal ini, penelitian Bain menunjukkan bahwa ada korelasi antara frekuensi belanja
yang tinggi dengan jumlah merek yang dibeli di kategori repertoar.
Terkait distribusi, hal ini berkaitan erat dengan lanskap ritel Indonesia yang
terfragmentasi dan didominasi oleh ritel tradisional dan gerai ritel skala kecil. Hingga
saat ini, total gerai ritel tradisional di Indonesia sangat mendominasi, yaitu mencapai 2
juta gerai yang terbagi atas physical space sebanyak 1 juta gerai, dan sisanya adalah
mobile points of sale. Sementara modern ritel diperkirakan berjumlah 19 ribu gerai.
Meski angkanya masih kecil, Bain memprediksi pada 2017 nilai bisnis ritel modern
yang terdiri dari Hypermarket, Supermarket, Convenience &Minimarket tumbuh hingga
16% dari tahun 2007 yang mencapai sekitar USD 47 miliar. Sedangkan ritel tradisional
yang nilai bisnisnya diprediksi mencapai sekitar USD 100 miliar pada 2017 rata-rata
tumbuh 8% per tahun. “Pertumbuhan pasar ritel modern memang cenderung cepat,
namun pasar ritel tradisional akan tetap mendominasi. Dan kami memperkirakan ritel
tradisional akan tetap dominan, bahkan ketika ritel modern skala kecil meraih pangsa
pasar,” tutur Dominik.
“Selain itu, belanja konsumen Indonesia untuk shampoo, sekitar sekali setiap
sembilan hari. Lalu, rata-rata ukuran keranjang untuk mi instan adalah 300 gram dimana
konsumen membeli mi tersebut setiap tiga hari sekali . Hal ini ini merujuk pada fakta
bahwa konsumen Indonesia memiliki daya beli rendah dan lebih mengandalkan pada
pasar tradisional, yang umumnya menawarkan produk dengan ukuran kemasan yang
lebih kecil. Infrastruktur yang kurang berkembang dan pilihan transportasi juga ikut
menyebabkan hal tersebut.”
Selain itu, Indonesia juga tercatat sebagai negara keempat dengan lebih dari 60 juta
pengguna aktif Facebook dari 1,1 miliar pemilik akun Facebook di seluruh dunia. DKI
Jakarta pun dinobatkan sebagai kota Facebook terbesar kedua di dunia dengan lebih dari
7 juta pengguna aktif Facebook. Jejaring besar lain yang banyak digunakan konsumen
Indonesia adalah Mig33 dan YouTube.
“Hal tersebut sebagian dikarenakan pasar Indonesia dengan rata-rata usia 28 tahun
memiliki populasi anak muda yang cenderung menjadi pengguna jejaring sosial paling
aktif. Indonesia juga memiliki budaya mobile yang luar biasa, dengan ketertarikan yang
tinggi pada aplikasi-aplikasi social media di seluler.
3.1 Kesimpulan
Loyalitas konsumen adalah kesetiaan konsumen yang dipresentasjikan dalam
pembelian yang konsisten terhadap produk atau jasa sepanjang waktu dan ada sikap
yang baik untuk merekomendasikan orang lain untuk membeli produk. Indikasi
loyalitas yang sesunggunhnya diperlukan suatu pengukuran terhadap sikap yang
dikombinasikan dengan pengukuran terhadap perilaku.
3.2 Saran
Untuk mempertahankan keloyalitasan konsumen terhadap suatu produk, perusahaan
tersebut harus sering melakukan inovasi agar konsumen tidak jenuh dan tidak akan
beralih ke produk lain yang sejenis dan juga untuk menetapkan jenis konsumen yang
loyalitas harus dengan pengamatan yang lama dan juga dengan spesifikasi khusus
1. http://wnugros.blogspot.com/2005/11/loyalitas-konsumen.html
2. http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/viewFile/1561/1563
3. http://missourina87.wordpress.com/2009/04/22/darliss-home-industry
4. https://nayaakyasazilvi.wordpress.com/2014/07/11/loyalitas-pelanggan/
5. http://menarailmuku.blogspot.com/2012/12/makalah-manajemen-
pemasaran-menciptakan.html
6. https://medium.com/@indotesis/pengertian-pembentukan-dan-faktor-yang-
mempengaruhi-loyalitas-cdc9c0dfc66c