Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PRAKTIKUM 2

PRODUKSI UNGGAS PEMBIBIT

KELOMPOK 7
Muhammad Alfariji D14180005
Restu Maulidah D14180008
Muhammad Himawan Fahmi D14180019
Dharmawan Laksono D14180029
Mina Aropah D14180070

1. Kerabang telur memiliki fungsi yaitu mencegah terjadinya kontaminasi dari


mikroorganisme yang dapat mempengaruhi embrio dalam telur, sehingga
kebersihan kerabang telur sangat penting untuk dijaga keutuhan dan
kebersihannya. Maka telur yang bersih mempunyai daya tetas yang lebih
tinggi disbandingkan telur yang kotor, karena telur yang kotor mengandung
mikroorganisme yang akan masuk kedalam telur pada proses penetasan,
sehingga menurunkan daya tetas. Maka telur yang tidak layak tetas adalah
Telur no 2 karena kerabang pecah sehingga mikroorganisme mungkin
sudah mengontaminasi Telur, Sementara Telur Nomor 1 ada keretakan
sehingga bias jadi sudah terkontaminasi dalamnya dan telur nomor 3
banyak kotorannya sehingga bias mempengaruhi daya tetas karena adanya
kontaminasi mikroorganisme. Telur nomor 4 sepertinya satu satunya yang
sepertinya masuk criteria untuk ditetaskan dalam mesin tetas.

2. a). Telur (1) : B Grade


Telur (2) : AA Grade
Telur (3) : A Grade
b). Ukuran rongga udara menunjukkan semakin lama waktu penyimpanan
semakin meningkat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Samli et al. (2005) yang juga menunjukkan bahwa semakin
lama penyimpanan ukuran rongga udara semakin bertambah besar.
Peningkatan ukuran rongga udara menurut Jazil (2013) disebabkan oleh
penyusutan berat telur yang diakibatkan penguapan air dan pelepasan
gas yang terjadi selama penyimpanan. Seiring bertambahnya umur,
telur akan kehilangan cairan dan isinya semakin menyusut sehingga
memperbesar rongga udara.
c). Telur yang normal, segera setelah ditelurkan mempunyai mutu yang
terbaik. Hal ini disebabkan keadaan kulit telur, besarnya ruang udara,
kondisi putih telur dan kuning telur masih dalam keadaan normal.
Dengan pertambahan waktu simpan maka mutu telur tersebut akan
semakin menurun, hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan
beberapa sifat fisik telur yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan
tempat telur berada dan sifat fisik serta kimia telur yang bersangkutan.
Peralihan telur dari dalam alat reproduksi induk yang mempunyai
kelembapan yang tinggi dan dengan suhu hangat keruangan dengan
keadaan yang lebih kering dan suhu yang lebih rendah menyebabkan
berbagai perubahan. Terjadinya ruang udara atau pemisahan
membrane kulit luar dan dalam disebabkan oleh perubahan suhu
tersebut. Sesaat setelah ditelurkan besarnya ruang udara 1/8 inci dan
terus bertambah besar sebanding dengan bertambahnya waktu yang
menyebabkan kehilangan air dan gas karbondioksida. Besarnya ruang
udara tersebut dipakai sebagai atribut mutu telur (Muchtadi2010).

Putih telur selama penyimpanan dapat mengalami berbagai


perubahan yang disebabkan oleh sifat fisiko-kimia telur. Kehilangan
CO2 melalui pori-pori kulit dari albumen menyebabkan perubahan fisik
dan kimia. Selama beberapa jam pertama setelah ditelurkan, telur
tersebut akan kehilangan banyak CO2 dan di dalam albumen akan
terkandung juga asam karbonat dalam keseimbangan dengan jumlah
CO2. Pembebasan karbondioksida dapat menyebabkan pemecahan
asam karbonat menjadi karbondioksida dan air. Pemecahan asam
karbonat dalam albumen menyebabkan perubahan dari keadaan netral
(kira-kira 7,6) menjadi keadaan alkali (pH 9,7). Albumen yang
kehilangan CO2 dan perubahan pH menjadi berair (encer).
Pengenceran tersebut disebabkan perubahan struktur protein musin
yang member tekstur kental dari putih telur. Putih telur yang masih baik
atau belum mengalami kerusakan dapat dilihat dengan memecah telur
tersebut, kemudian diukur tinggi putih telur yang kental setelah dituang
pada wadah yang datar, selanjutnya dihitung dengan rumus (Muchtadi
2010).

Kuning telur dapat menyerap air dari albumen disebabkan karena


perbedaan konsentrasi antara keduanya. Air bergerak melalui
membrane vitelin sampai diperoleh keseimbangan antara albumen dan
kuning telur. Air yang diserap menyebabkan pertambahan volume
sehingga dapat menekan membrane vitelin. Tekanan tersebut
mengakibatkan perubahan bentuk kuning telur dari bulat menjadi masa
yang kendur. Letak kuning telur yang berada ditengah menunjukkan
kualitas telur masih baik (Muchtadi 2010).

d). Telur yang berkualitas baik akan menghasilkan kemampuan anak


unggas untuk tumbuh dan berkembang serta produksi lebih baik, yang
pada akhirnya akan memengaruhi perkembangan populasi unggas
tersebut. Telur yang ditetaskan haruslah melalui proses seleksi, tidak
semua telur tetas dapat digunakan dalam penetasan. Faktor utama yang
perlu diperhatikan dalam memilih telur tetas adalah kualitas telur, jika
kualitas telur yang akan ditetaskan buruk maka presentase jumlah telur
yang menetas rendah. Bobot telur tetas haruslah seragam sehingga
besarnya juga seragam, yaitu tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Telur yang terlalu besar menyebabkan kantung udara terlalu kecil untuk
perkembangan embrio sehingga telur akan terlambat untuk menetas
(Kholis dan Sarwono 2013).
3. Bobot telur tetas haruslah seragam sehingga besarnya juga seragam, yaitu
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Telur yang terlalu besar
menyebabkan kantung udara terlalu kecil untuk perkembangan embrio
sehingga telur akan terlambat untuk menetas (Kholis dan Sarwono 2013).
Telur yang terlalu besar juga memungkinkan terdapatnya kuning telur ganda
(double yolks), sedangkan yang terlalu kecil tidak dapat di simpan dalam rak
mesin tetas dan dapat menghasilkan anak yang kecil (Hasanah et al 2019).
Ayam yang ditetaskan dari telur yang kecil, bobotnya akan lebih kecil
dibandingkan dengan ayam yang berasal dari telur yang besar. Hal ini terjadi
karena telur mengandung nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, mineral dan air yang dibutuhkan untuk pertumbuhan selama
pengeraman. Nutrisi ini juga berfungsi sebagai cadangan makanan untuk
beberapa waktu setelah anak ayam menetas (Jamaluddin 2019).
Referensi

Hariani F, Pagala A, Aka R. 2017. Karakteristik telur tetas parent stock ayam broiler
yang difumigasi dan tanpa fumigasi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan
Tropis Vol 4(1): 6-12.
Hasanah N, Wahyono ND, Marzuki A. 2019. Teknik manajemen penetasan telur
tetas ayam kampung unggul kub di kelompok gumukmas Jember. Jurnal
Ilmiah Filia Cendekia. Vol 4(1): 13-22.
Jamaluddin M. 2019. Pengaruh penambahan vitamin E dalam ransum terhadap
kualitas tetas telur puyuh [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Mercu
Buana.
Jazil N, Hintono A, Mulyani S. 2013. Penurunan kualitas telur ayam ras dengan
intensitas warna coklat kerabang berbeda selama penyimpanan. Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan. Vol 2(1): 43-47.
Kholis S, Sarwono B. 2013. Ayam Elba Kampung Petelur Super. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Muchtadi. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor (ID): Penerbit Alfabeta.
Samli HE, Agma A, Senkoylu N. 2005.Effects of Storage Time and Temperature
on Egg Quality in Old Laying Hens. Journl Appl.Poult Res. Vol 14(1): 548–
553.

Anda mungkin juga menyukai